Anda di halaman 1dari 2

Nama : Inggirwan Prasetiyo

NIM : 18407144016
Prodi : Ilmu Sejarah B 2018
Matkul : Sejarah Pendidikan

Sekolah Sarekat Islam dan Ksatrian Institut

A. Sekolah Sarekat Islam


Merupakan sebuah sekolah yang digagas oleh salah satu tokoh dari Sarekat Islam
itu sendiri yang bernama Semaun bagi anak-anak SI ketika rapat SI-Semarang pada
bulan Maret 1921. Akhirnya, pada tanggal 21 Juni 1921 dibentuklah sekolah SI di
Semarang dengan menggunakan ruang sidang gedung SI-Semarang sebagai ruang
kelas yang dipimpin oleh Tan Malaka dengan jumlah murid pertamanya sejumlah 50
orang. Tujuan dari didirikannya Sekolah Sarekat Islam adalah:
1) Memberi bekal agar mereka dapat mencari penghidupannya dalam dunia
kapitalis
2) Memberikan hak kepada murid-murid untuk bersukaria melalui
perkumpulan
3) Menunjukkan kewajiban terhadap berjuta-juta kaum kromo
Sekolah SI tidak hanya sekadar melaksanakan suatu sekolah biasa saja, tetapi
menginginkan suatu haluan pendidikan yang sesuai dengan haluan SI-Semarang.
Maksudnya yakni mencari suatu bentuk pendidikan yang bisa mendatangkan manfaat
bagi rakyat di seluruh Indonesia. Dalam hubungan ini, pendidikan calon-calon guru
sekolah SI mendapat perhatian khusus.
Pada waktu Tan Malaka ke Nederland sebagai buangan politik pada tahun 1922,
telah ada 12 sekolah SI yang tersebar di berbagai tempat. Tiap tempat rata-rata
terdapat sekitar 250 orang murid, sehingga jumlah murid seluruhnya sejumlah 3.000
orang. Cepatnya perkembangan sekolah SI antara lain disebabkan karena pemerintah
sendiri belum mampu untuk mengadakan sekolah yang mencukupi untuk penduduk
pribumi. Akan tetapi lebih dari itu adalah kenyataan bahwa berdirinya sekolah-
sekolah itu sejalan dengan perkembangan SI sebagai organisasi massa, serta
kesadaran yang mulai tumbuh mengenai pentingnya pengajaran. Setelah terjadi
perpecahan di dalam SI, maka pada bulan April 1924 sekolah-sekolah SI menjadi
Sekolah Rakyat. Tindakan-tindakan pemerintah jajahan menyebabkan banyak
Sekolah Rakyat ditutup atau diserahkan kepada badan lain.
B. Ksatrian Institut
Merupakan sebuah sekolah yang pada awalnya merupakan MULO, lalu pada
tahun 1924 Danudirja Setiabudi (Douwes Dekker) mengubah MULO menjadi Her
Ksatrian Instituut dengan tujuan bahwa sekolah ini berdiri untuk menyiapkan para
kesatria untuk mewujudkan kemerdekaan bagi Indonesia. Ksatraian Institut
mengajarkan tentang kejujuran dan perjuangan serta nasionalisme terhadap bangsa
Indonesia. Danudirja Setiabudi mengajarkan tentang pentingnya nasionalisme dan
berusaha menyadarkan siswanya melalui bidang pendidikan ini untuk menumbuhkan
cinta tanah air. Sekolah ini juga mengutamakan adanya rasa sadar akan harga diri
manusia dan kepercayaan kepada diri sendiri sebagai bagian dari pendidikan untuk
membina watak. Pelaksanaan pengajaran sekolah ini bebas dari pengaruh agama dan
rencana ketatanegaraan politik.
Pada tanggal 1 Agustus 1935 Ksatrian Institut membuka pendidikan untuk
Kweekschool atau Sekolah Guru. Dengan tujuan agar tercapai pengajar-pengajar
yang baik dan spesialis, terbentuknya dengan segera komite guru-guru dan membuat
basis yang lebih luas bagi perkembangan masyarakat Hindia Belanda. Mata pelajaran
yang diberikan meliputi pengetahuan umum yang luas ditambah pengetahuan dagang
serta diajarkan hubungan sosial dengan masyarakat.
Pertanyaan: Bagaimana akhir dari sekolah Ksatrian Institut dan apakah berhasil
mencapai tujuannya?

Sumber:
Firmansyah, A. B. (2013). Perjuangan Ernest Fancois Eugene Douwes Dekker dari
Politik menuju Pendidikan 1913-1941. Jurnal Avatara 1(1), 61-62.
Muhsin, M. (2013). “Kesadaran Nasional dan Sekolah Sarekat Islam (1900-1942)”.
Makalah. Jatinagor: Universitas Padjadjaran.
Wulandari, S. dan Akhmad Arif Musadad. (2015). Perjuangan Danudirja Setiabudi
dalam Bidang Pendidikan di Hindia Belanda 1912-1914 dan Relevansinya
dengan Pembelajaran Sejarah Kelas XI SMA. Jurnal Candi 9(1), 120-123.

Anda mungkin juga menyukai