Anda di halaman 1dari 6

Mohammad Ihza Fahirdan

165120400111033
MHI/B-4

Review MHI week 2 : Dasar Filosofis Metodologi Penelitian

Pada minggu ke 2 perkuliahan Metodologi Hubungan Internasional, dijelaskan


tentang Dasar Filosofis Metodologi Penelitian HI. Dalam bahan bacaan oleh Mochtar
Mas’oed bab 1 dengan judul “Dalam Perspektif Perkembangan Ilmu”, Ilmu Pengetahuan
Hubungan Internasional dapat meminjam model perkembangan ilmu yang diajukan oleh
Thomas Kuhn. Thomas. Menurut Kuhn, pada awalnya kegiatan keilmuan dilakukan dengan
bentuk mpengumpulan data secara acak. Dalam proses ini, semua bahan dianggap relevan
dan sama sama penting. Dengan banyaknya tersebut akan menimbulkan perdebatan dan
argumentasi samapai salah seorang dari “aliran pemikiran” itu dapat mengintegrasikan
berbagai pengetahuan yang tersebar tidak rata tersebut. Proses konsolidasi oleh Kuhn
terebut seringkali disebut dengan “paradigm”. Paradigma disini bertujuan untuk
menentukan masalah-masalah mana yang penting untuk diteliti, konsep apa yang harus
dipakai, metode apa yang cocok untuk meneliti dan bagaimana cara menginterpretasikan
hasil penelitian. Ilmu yang memiliki suatu paradigm yang sudah disepakati akan disebut
dengan normal science, yaitu tahap dimana sudah tidak ada lagi perbedaan pandangan yang
mendasar. Normal science dapat diibaratkan seperti orang yang sedang bermain jigsaw
puzzle untuk menyusun potongan-potongan agar menjadi gambar yang bermakna. Namun
ada masa dimana potongan dari puzzle tersebut tidak ditemukan dan akhirnya membentuk
suatu animali dan dapat menghasilkan hasil yang baru. Dan anomaly tersebut menimbulkan
suatu keadaan dengan ketidakpastian dalam paradigm tersebut dan memaksa kita untuk
melakukan proses pergantian paradigma lama ke kemunculan paradigma baru yang disebut
“revolusi”.

Namun pandangan Kuhn tersebut bertentangan dengan pandangan Karl Popper.


Menurut Popper, ilmu berkembang secara rasional dan akumulatif, dimana sebuah ilmu
harus lulus tes falisifikasi (tak “tersalahkan”) dengan kata lain semakin banyak ilmu
tersebut lulus tes falisifikasi, maka semakin pasti ilmu itu dianut, begitupun sebaliknya. Jadi
menurut Popper, keabsahan dari suatu ilmu ditentukan objektifitas ilmuwan yang
dibuktikan dengan tes falisifikasi. Namun kembali lagi, menurut Kuhn, kenyataan pada
sejarahnya tidak mendukung konsepsi tersebut. seperti yang dijelaskan di atas, Kuhn
memandang bahwa keilmuan bukanlah suatu hal yang dapat diputuskan secara rasional,
namun secara irrasional yaitu kesepakatan dalam komunitas keilmuan tersebut.

Selanjutnya adalah materi bab 4 tentang Jalan Sistematis Menuju Pengetahuan.


Dalam Hubungan Internasional terdapat dua pendekatan akademis yaitu Pendekatan
Tradisionalis dan Pendekatan Sainitifik. Pendekatan Tradisionalis menurut Charles A.
McCelland adalah bidang studi Hubungan Internasional menuntut kemampuan intelektual
yang begitu banyak sehingga hanya mungkin dilakukan oleh mahasiswa pasca sarjana yang
matang dan betul betul terlatih. Jadi pada intinya, pendekatan tradisionalis berfokus pada
pengalaman sang penulis dan keikutsertaannya pada masa itu. Jadi, pendekatan
trasidisonalis mempunyai 3 alasan mengapa memiliki pendapat demikian. Pertama,
seseorang yang belajar HI harus memiliki dasar pengetahuan sejarah yang kuat dan
pengetahuan berbagai bahasa. Kedua, perlu pengalaman langsung seperti contohnya
menetap pada negara yang akan dipelajari. Dan yang ketiga, pengetahuan mendalam hanya
dapat diperoleh dalam satu ruang lingkup yang terbatas, yaitu penelaahan kasus secara
seksama dan mendalam. Yang artinya, pembahasan terhadap suatu penelitian/kajian harus
diikuti dan dikerjakan bersama oleh orang orang yang memang sudah ahli di bidangnya.
(spesialis).

Penganut pendekatan tradisionalisme ini disebut dengan wisdom outlook dan pada
intinya, pengetahuan tentang hubungan internasional harus diperoleh melalui
pengalaman praktis dan studi masa lalu.

Namun, setiap pendekatan pasti mempunyai pendekatan lain yang berseberangan.


Untuk tradisionalisme, pendekatan saintifik merupakan pendekatan yang mengkritik
daripada pendekatan tradisionalisme tersebut Pendekatan saintifik didasarkan pada
keyakinan bahwa banyak hal baru dalam perilaku internasional yang perlu dipelajari dan
penemuan tentang arus interaksi yang merupakan esensi hubungan internasional dapat
dilakukan. Tujuan pendekatan saintifik adalah mempelajari pola-pola dan kecenderungan
sehingga bisa melakukan ramalan tentang apa yang mungkin akan terjadi dalam hubungan
internasional. Singkatnya, pendekatan saintifik itu memberi kemungkinan, bukan kepastian
(dapat diibaratkan seperti meteorologi)

Dalam pendekatan saintifik, terdapat tiga prosedur yang saling berkaitan yaitu
pembentukan hipotesa yang bisa diuji, pengujian hipotesa, dan pengumpulan,
pembandingan, dan pengintegrasian penemuan dari berbagai pengujian dan berbagai
hipotesa. Pendekatan saintifik juga membuat kita yakin bahwa studi metodologi sangat
penting dalam pengembangan ilmu hubungan internasional. Penguasaan metodologi
memang tidak menjamin kemampuan menghasilkan deskripsi, eksplanasi, prediksi atau
preskripsi yang baik namun setidaknya dapat mempermudah untuk mengetahu deskripsi,
eksplanasi, prediksi, atau preskripsi mana yang kurang baik.

Menurut McGaw dan Watson, sains adalah metode analisa yang obyektif, logis dan
sistematis untuk mendeskripsikan, menjelaskan dan meramalkan fenomena yang bisa
diamati. Berdasarkan definisi tersebut, adapun ciri-ciri pokok sains, yaitu:

1. Sains adalah metode analisa.


2. Tujuan akhir dari sains adalah, deskripsi, eksplanasi, dan prediksi.
a. Deskripsi adalah upaya untuk menjawab pertanyaan apa, siapa, di mana, kapan atau
berapa.
b. Eksplanasi adalah upaya untuk menjawab pertanyaan mengapa
c. Prediksi adalah upaya untuk menjawab pertanyaan apa yang akan terjadi
3. Fenomena yang bisa diamati adalah sasaran deskripsi, eksplanasi, dan prediksi.
4. Sains bersifat obyektif, logis, dan sistematis
a. Obyektif berarti bahwa pernyataan saintifik harus bisa diuji secara terbuka oleh
ilmuwan lain
b. Logis berarti bahwa sains diatur oleh aturan penalaran tertentu
c. Sistematis berarti bahwa merupakan sekumpulan keajegan yang secara logika
terorganisir, saling bertaut dan utuh, dan yang terbuka untuk diubah atau bahkan
ditolak oleh bukti-bukti yang baru
Untuk membantu berlangsungnya metode pencarian pengathuan, maka dibutuhkanlah
suatu asumsi. McGaw dan Watson mengklasifikasikan 9 asumsi pokok atas postulat
sains :

1. Semua perilaku sudah ditentukan secara ilmiah


2. Manusia adalah bagian dari dunia alamiah
3. Alam bersifat teratur dan ajeg
4. Alam berubah dengan lamban
5. Semua fenomena yang bisa diamati pada akhirnya akan bisa diketahui
6. Tidak ada hal yang dengan sendirinya benar
7. Kebenaran adalah relatif
8. Kita memahami dunia melalui indera
9. Persepsi, ingatan dan penalaran bisa kita percaya

Selain terdapat asumsi untuk mendukung pendekatan saintifik, terdapat perdebatan


yang menanyakan apakah saintifik dapat digunakan untuk mendiskripsikan,
menjelaskan dan meramalkan perilaku lembaga sosial? Terdapat 9 perdebatan
menurut McGaw dan Watson dalam buku Mohtar Mas’oed. Dalam kesembilan
perdebatan tersebut, kaum saintifik dapat menjawab setiap pertanyaan yang
diajukan. Namun memang benar bahwa tak ada yang pasti dari setiap jawaban
karena perilaku sosial adalah sesuatu yang dinamis tapi tetap dapat diteliti melalui
pendekatan saintifik.
Induksi adalah menjabarkan suatu fakta agar diketahuifaktor faktor
penyebab fakta tersebut. Sedangkan deduksi adalah mengerecutkan suatu teori
untuk menjadi hipotesa dan memungkinkan agar penulis tidak banyak terfokus pada
data.

Berkaitan dengan deduksi dan induksi, terdapat masalah hubungan antara


teori dan penelitian. Terdapat perdebatan apakah harus teorisasi lalu penelitian
(deduktif) atau penelitian dulu baru membangun teori (induktif)

Tahap tahap dalam strategi “teori dahulu penelitian kemudian” menurut


David dan Chava Nachmias adalah :

1. Perumusan suatu teori atau model yang eksplisit


2. Pemilihan suatu proposisi yang muncul dari teori atau model diteliti
secara empiris
3. Pembuatan rancangan penelitian untuk menguji proposisi itu
4. Kalau proposisi yang dideduksi dari teori itu tidak didukung oleh data
empiris, maka teori atau penelitian harus diubah dan harus kembali ke
tahap
Sedangkan tahap tahap dalam strategi “penelitian dahulu teori kemudian” menurut
David dan Chava Nachmias adalah :

1. Penelaahan suatu fenomena untuk menggambarkan atau mengidentifikasikan


sifat-sifat atau atribut-atributnya.
2. Pengukuran sufat-sifat itu dalam berbagai situasi.
3. Analisa terhadap data yang terkumpul untuk menentukan apakah ada pola
variasi yang sistematis di dalamnya.
4. Kalau dalam data itu ditemukan pola yang sistematis, maka teori bisa dibentuk.

Dalam pelaksanaanya ada tokoh yang mendukung metode di atas. Contohnya


adalah J. David Singer yang mendukung metode penelitian dahulu dan Kenneth
Waltz yang mendukung teori dahulu.

Anda mungkin juga menyukai