Anda di halaman 1dari 27

A.

Filasafat Ilmu sebagai Akar Metodologi


Penelitian
 Filsafat ilmu merupakan cabang dari filsafat yang banyak
digunakan sebagai batu pijakan dalam mengembangkan ilmu.
 Filsafat ilmu menurut Sumantri (1998) dapat dikelompokkan
menjadi : ontologi, epistemologi dan aksiologi.
 Ontologi mempertanyakan hakekat ilmu atau
mempertanyakan apa yang dikaji oleh pengetahuan itu.
 Epistemologi mempertanyakan cara mendapat pengetahuan,
sehingga akan dibahas sarana untuk memperoleh
pengetahuan dan penggunaan tata cara sampai dengan
diperolehnya pengetahuan.
 Aksiologi mempertanyakan untuk apa pengetahuan dimaksud
dipergunakan.
Fungsi Filsafat
 Untuk menguji metode yang digunakan dalam
menghasilkan pengetahuan yang valid.
 Sedangkan metodologi menentukan prosedur yang
digunakan baik dalam penciptaan maupun pengujian
proposisi (hipotesis) untuk mendapatkan
pengetahuan yang valid.
 Secara epistemologi, akuntansi utama melihat realitas
sebagai realitas materi yang mempunyai suatu keyakinan
bahwa ilmu pengetahuan akuntansi dapat dibangun
dengan rasional dan dunia empiris.
 Berdasarkan pada keyakinan tsb, peneliti akuntansi
utama sangat yakin bahwa satu-satunya metode yang
dapat digunakan untuk membangun ilmu pengetahuan
akuntansi adalah metode ilmiah.
 Dikatakan ilmiah apabila memenuhi tiga komponen :
1. Memasukkan satu atau lebih prinsip-prinsip atau
hukum umum.
2. Mengandung prakondisi yang biasanya diwujudkan
dalam bentuk pernyataan-pernyataan hasil observasi.
3. Memiliki satu pernyataan yang menggambarkan
sesuatu yang dijelaskan.
Di dalam Filsafat, Pengujian Empiris
dinyatakan dalam dua cara :
1. Dalam aliran positivis ada teori dan seperangkat
pernyataan hasil observasi independen yang
digunakan untuk membenarkan atau memverifikasi
kebenaran teori
2. Dalam pandangan Popperian, karena pernyataan
hasil observasi merupakan teori yang dependen
dan dapat dipalsukan, maka teori-teori ilmiah tidak
dapat dibuktikan kebenarannya tetapi
memungkinkan untuk ditolak.
B. Pergeseran Arah Riset
 Pada tahun 1970-an terjadi pergeseran pendekatan dalam
riset akuntansi. Alasan yang mendasari pergeseran ini :
1. Pendekatan normatif yang telah berjaya selama satu dekade
tidak dapat menghasilkan teori akuntansi yang siap
digunakan dalam praktik sehari-hari. Desain sistem
akuntansi yang dihasilkan dari riset normatif pada
kenyataannya tidak dipakai dalam praktik. Sebagai
konsekuensinya, muncul anjuran untuk memahami
berfungsinya sistem akuntansi secara deskriptif dalam
praktik nyata. Harapannya adalah dari pemahaman atas
praktik langsung akan muncul desain sistem akuntansi yang
lebih berarti.
2. Adanya “gerakan” dari masyarakat peneliti akuntansi yang
menitikberatkan pada pendekatan ekonomi dan perilaku.
 Beberapa pemikir akuntansi dari Rochester dan
Chicago mengembangkan apa yang disebut dengan
teori akuntansi positif (possitive accounting theory)
yang menjelaskan mengapa akuntansi itu ada, apa
itu akuntansi, mengapa akuntan melakukan apa
yang mereka lakukan, dan apa pengaruh dari
fenomena ini terhadap manusia dan penggunaan
sumber daya.
 Pendekatan normatif maupun positif hingga saat ini
masih mendominasi riset akuntansi.
C. Filosofi Paradigma Metodologi Riset
 Suatu pengetahuan dibangun berdasarkan asumsi-asumsi filosofis
tertentu.
 Menurut Burrel dan Morgan (1979), asumsi-asumsi tersebut adalah
ontologi (ontology), epistemologi (epistemology), hakikat manusia
(human nature) dan metodologi (methodology).
 Ontologi berhubungan dengan hakikat atau sifat dari realitas atau
objek yang akan diinvestigasi.
 Epistemologi berhubungan dengan sifat dari ilmu pengetahuan,
bentuk dari ilmu pengetahuan tersebut dan bagaimana mendapatkan
serta menyebarkannya.
 Pendekatan voluntarisme memberikan penekanan pada esensi
bahwa manusia berada di dunia ini untuk memecahkan fenomena
sosial sebagai makhluk yang memiliki “kehendak dan pilihan bebas”
(free will and choice). Manusia pada sisi ini dilihat sebagai pencipta
dan mempunyai perspektif untuk menciptakan fenomena sosial
dengan daya kreativitasnya (Sukoharsono,2000).
Dimensi Subjektif-Objektif
 Pendekatan Subjektif Pendekatan Objektivisme
terhadap Ilmu Sosial terhadap Ilmu Sosial

Nominalisme ontologi Realisme

Anti Postivisme epistemologi Positivisme

Voluntarisme hakikat manusia Determinisme

Ideografik metodologi Nomotetik


 Berdasarkan asumsi-asumsi tersebut, Burrel dan
Morgan (1979) mengelompokkan pengetahuan
dalam tiga paradigma yaitu : fungsionalis-interpretif,
radikal humanis, dan radikal strukturalis.
 Akuntansi sebagai pengetahuan manusia dapat
dipandang menurut paradigma-paradigma tersebut.
Paradigma Fungsionalis
 Sering disebut juga fungsionalis struktural (stuctural
functionalist) atau kontinjensi rasional (rational
contigency).
 Merupakan paradigma yang umum dan sangat dominan
digunakan dalam riset akuntansi dibandingkan dengan
paradigma yang lain sehingga disebut juga paradigma
utama.
 Secara ontologi, paradigma ini dipengaruhi oleh realitas
fisik yang menganggap bahwa realitas objektif berada
secara bebas dan terpisah di luar diri manusia.
 Realitas diukur, dianalisis dan digambarkan secara
objektif.
Paradigma Interpretif
 Disebut dengan interaksionis subjektif (subjective
interactionist), (Macintosh,1994).
 Menurut Chua(1986), pendekatan alternatif ini berasal
dari filsuf Jerman yang menitikberatkan pada peranan
bahasa, interpretasi dan pemahaman dalam ilmu sosial.
 Menurut Burrel dan Morgan, paradigma ini menggunakan
cara pandang nominalis yang melihat realitas sosial
sebagai sesuatu yang hanya merupakan label, nama,
atau konsep yang digunakan untuk membangun realitas,
dan bukanlah sesuatu yang nyata, melainkan hanyalah
penamaan atau sesuatu yang diciptakan oleh manusia
atau merupakan produk manusia itu sendiri.
 Bagi pradigma interpretif, ilmu pengetahuan tidak
digunakan untuk menjelaskan (to explain) dan
memprediksi (to predict), namun untuk memahami (to
understand) (Triyuwono,2000).
 Menurut Macintosh (1994), terdapat dua pebedaan
antara paradigma fungsionalis dan interpretif :
1. Paradigma interpretif memusatkan perhatian tidak hanya
pada bagaimana membuat perusahaan berjalan dengan
baik, tetapi juga bagaimana menghasilkan pemahaman
yang luas dan mendalam mengenai bagaimana manajer
dan karyawan dalam organisasi memahami akuntansi,
berpikir tentang akuntansi serta berinteraksi dan
menggunakan akuntansi.
2. Para interaksionis tidak percaya pada keberadaan
realitas organisasi yang tunggal dan konkret, melainkan
pada situasi yang ditafsirkan organisasi dengan caranya
masing-masing.
 Paradigma interpretif memasukkan aliran
etnometodologi dan interaksionisme simbolis
fenomenologis yang didasarkan pada aliran
sosiologis, hermenetis dan fenomenologis.
 Tujuan pendekatan interpretif adalah untuk
menganalisis realitas sosial dan bagaimana realitas
sosial tersebut terbentuk.
Paradigma Strukturalisme Rdikal
 Mempunyai persamaan dengan fungsionalis, yang
mengasumsikan bahwa sistem sosial mempunyai
keberadaan ontologis yang konkret dan nyata
(Macintosh, 1994).
 Pendekatan ini memfokuskan pada konflik mendasar
sebagai dasar dari produk hubungan kelas dan
struktur pengendalian, serta memperlakukan dunia
sosial sebagai objek eksternal dan memiliki
hubungan terpisah dari manusia tertentu.
Paradigma Humanis Radikal
 Macintosh menyatakan bahwa humanis radikal
memiliki visi praktik akuntansi manajemen dan
sistem pengendalian yang berorientasi pada orang
yang mengutamakan idealisme humanistik dan nilai-
nilai dibandingkan dengan tujuan organisasi.
 Laughlin (1987) menunjukkan bagaimana teori kritis
Habermas akan sangat berguna dalam meneliti
“saling keterkaitan” antara teknologi akuntansi
dengan asal mula sosialnya.
D. Perkembangan Terakhir
 Wawasan dalam riset akuntansi keprilakuan saat ini
bisa diperoleh dengan dua cara :
1. Survei publikasi utama dari riset akuntansi
keprilakuan.
2. Klasifikasi topik artikel yang dipublikasikan dan
pemetaan publikasi terhadap model perilaku
individu.
Lanjutan…….
 Bamber (1993) mengidentifikasikan riset akuntansi
keprilakuan yang diterbitkan selama periode 1987-
1991 di Accounting Review, Contemporary
Accounting Research, Journal of Accounting
Research dan Accounting, Organizational and
Society. Dari keempat jurnal tersebut, Accounting,
Organizational and Society merupakan jurnal yang
cenderung memfokuskan isinya pada riset akuntansi
keprilakuan.
 Secara relatif, riset keprilakuan dalam audit
diterbitkan dalam Behavioral Research in
Accounting.
E. Klasifikasi Penelitian Akuntansi
Keprilakuan Menurut Metode
 Jenis perencanaan penelitian menghasilkan berbagai metode
yang dapat diklasifikasikan ke dalam beberapa kelompok,
yaitu :
1. Metode Sejarah
Penelitian dapat dilihat dari segi perspektif serta waktu
terjadinya fenomena yang diselidiki. Dalam penelitian yang
menggunakan pendekatan metode sejarah, pendekatan ini
mempunyai perspektif historis. Tujuan penelitian sejarah
adalah melakukan rekonstruksi fenomena masa sekarang
atau mengantisipasi fenomena yang akan datang. Sumber
penelitian terdiri atas: data primer, yaitu yang berasal dari
pengamatan langsung peneliti terhadap kejadian yang tercatat
dan sumber data sekunder berupa sumber yang berasal dari
pengamatan orang lain.
2. Metode Eksplorasi
Metode penelitian ini menggunakan pendekatan eksplorasi
yang didasarkan pada masalah penelitian yang relatif baru.
Dalam penelitian ini sering kali hipotesis tidak bisa dibuat
berhubung tidak ada dasar yang kuat baik mengenai teori
maupun pengalaman-pengalaman waktu lampau karena yang
menjadi masalah untuk penelitian masih relatif baru. Oleh
karena itu, penelitian dalam hal ini masih bersifat mencari
(eksplorasi).
3. Metode Deskriptif
Penelitian deskriptif biasanya mencoba utk menemukan
jawaban terhadap pertanyaan tentang, siapa, apa, kapan,
dimana, dan adakalanya bagaimana. Dalam metode ini,
peneliti mencoba untuk menjelaskan dengan cara
mendeskripsikan atau mendefinisikan suatu subyek dengan
menciptakan suatu permasalahan, baik kelompok, orang, atau
kejadian-kejadian. Studi ini biasanya melibatkan pengumpulan
data yang menciptakan banyaknya distribusi waktu peneliti
untuk mengamati karakteristik peristiwa itu sendiri.
4. Metode Eksperimen
Metode ini merupakan metode mengenai hubungan sebab akibat
antara dua variabel atau lebih. Dalam penelitian eksperimen, peneliti
melakukan manipulasi atau pengendalian terhadap setidaknya satu
variabel independen, sedangkan pada penelitian kausal komparatif
tidak ada perlakuan terhadap variabel independen.
Terdapat dua perbedaan pokok antara metode eksperimen dengan
metode deskriptif, yaitu :
a. Pada metode eksperimen terdapat pengendalian, sedangkan
pada metode deskriptif tidak ada pengendalian. Pengendalian ini
dapat saja merupakan manipulasi fisik, seperti penggunaan cara dan
alat, ataupun pengendalian dengan cara mengadakan seleksi
terhadap materi maupun terhadap obyek penelitian.
b. Pada metode eksperimen, peneliti mengadakan manipulasi
terhadap variabel, sedangkan pada metode deskriptif, variabel yang
diteliti berada dalam keadaan seperti apa adanya. Dalam metode
eksperimen, obyek diatur terlebih dahulu untuk diadakan perlakuan-
perlakuan, sedangkan penelitian deskriptif sifatnya expost facto.
5. Metode Prediktif
Metode penelitian dengan pendekatan prediktif
bertujuan untuk mendapatkan data ramalan yang
sangat berguna dalam menentukan dasar
perencanaan. Metode ini mampu untuk memprediksi
kapan dan dalam situasi apa kejadian akan terjadi.
Dalam penelitian akuntansi keprilakuan, metode
prediktif ditemukan dalam studi yang dihasilkan
untuk mengevaluasi secara spesifik dari tindakan
atau untuk meramalkan nilai-nilai sekarang atau nilai
yang akan datang.
F.Klasifikasi Jenis Penelitian Akuntansi
Keprilakuan
 Jenis penelitian ini dikelompokkan ke dalam dua jenis, yaitu:
1. Penelitian Dasar
Disebut dengan penelitian murni. Jenis penelitian ini merupakan
pencarian terhadap sesuatu karena terdapat perhatian dan keingintahuan
terhadap hasil suatu kegiatan. Penelitian dasar terdiri dari pemilihan
sebuah masalah khas dari sumber mana saja, dan secara hati-hati
memecahkan masalah tersebut tanpa memikirkan kehendak sosial atau
ekonomi maupun masyarakat. Hasil dari penelitian dasar adalah
pengetahuan umum dan pengertian-pengertian tentang alam serta
hukum-hukumnya. Pengetahuan umum ini merupakan alat untuk
memecahkan masalah-masalah praktek, kinerja, atau kebutuhan publik.
2. Penelitian Terapan
Merupakan penyelidikan yang secara hati-hati, sistematik, dan
berkesinambungan terhadap suatu masalah dengan tujuan supaya
digunakan dengan segera untuk keperluan tertentu. Hasil penelitian tidak
perlu sebagai suatu penemuan baru, tetapi merupakan penerapan baru
dari penelitian yang telah ada.
Perbedaan antara Penelitian Dasar dan
Penelitian Terapan:
PENELITIAN DASAR PENELITIAN TERAPAN

Lingkungan akademik Lingkungan pemerintah atau bisnis


Inisiatif berasal dari peneliti Inisiatif berasal dari klien
Dibiayai peneliti atau bantuan Dibiayai klien melalui kontrak
Penelitian mandiri Penelitian kelompok
Satu atau dua disiplin Multi disiplin
Laboratorium dan lapangan Lapangan
Lebih fleksibel Kurang fleksibel
Sensivitas biaya lebih rendah Sensivitas biaya lebih tinggi
Jadwal longgar Jadwal ketat
Pengembangan ilmu Pemecahan masalah
Mennjawab sedikit pertanyaan Menjawab banyak pertanyaan
Menguji signifikansi secara statistik Menguji signifikansi secara praktis
G. Penggunaan Metode Ilmiah
 Metode Ilmiah merupakan prosedur atau cara-cara tertentu yang
digunakan untuk memperoleh pengetahuan.
 Almack (1930), metode ilmiah adalah cara menetapkan prinsip-
prinsip logis terhadap penemuan, pengesahan dan penjelasan
kebenaran.
 Nazir (1999), ada beberapa kriteria yang digunakan dalam metode
ilmiah, yaitu:
1. Didasarkan pada fakta, keterangan yang ingin diperoleh dalam
penelitian, baik yang akan dikumpulkan dan yang dianalisa
haruslah berdasarkan pada fakta yang ada.
2. Bebas dri prasangka (bias), metode ilmiah tidak boleh bias, harus
jelas dan jauh dari pertimbangan subyektif.
3. Menggunakan prinsip-prinsip analisa, dalam memahami serta
memberi arti terhadap fenomena yang kompleks, harus digunakan
prinsip analisa. Semua masalah harus dicari sebab musababnya
serta pemecahannya dengan menggunakan analisa logis.
4. Menggunakan hipotesa, penelitian harus mempunyai
hipotesa. Keberadaan hipotesa untuk lebih
memperjelas persoalan dan memandu jalan pikiran ke
arah tujuan yang ingin dicapai sehingga hasil yang
ingin diperoleh akan mengenai sasaran yang tepat.
5. Menggunakan ukuran obyektif, pertimbangan-
pertimbangan secara obyektif.
6. Menggunakan teknik kuantifikasi, dalam menggunakan
teknik kuantifikasi, peneliti harus menggunakan ukuran
nominal, ranking dan rating bukan ukuran-ukuran
seperti sejauh mata memandang, sebiru warna
langit,dsb.
www.themegallery.com

Anda mungkin juga menyukai