DID Kepribadian Ganda
DID Kepribadian Ganda
1
2
kesemuanya muncul secara bergantian sebagai reaksi dari kondisi dan situasi
menekan yang dihadapi Billy sebagai pribadi inti. Semula tak ada yang
menyadari kelainan yang diderita Billy. Hingga suatu hari di bulan Oktober
1977, ia ditangkap dan ditahan polisi dengan tuduhan perampokan dan
perkosaan. Inilah awal terkuaknya kepribadian majemuk Billy Milligan
melalui pemeriksaan psikologis oleh psikolog Dorothy Turner.
Berkali-kali Billy mesti ke luar masuk penjara dan rumah sakit jiwa akibat
perbuatan yang dilakukan di luar kesadarannya. Pemberitaan pers dan
cercaan masyarakat yang menuduhnya bersandiwara, menambah berat
penderitaannya. Billy mempunyai 24 kepribadian, namunjumlah rata-rata
kepribadian yang dilaporkan oleh para klinisi mendekati angka 15 (Ross,
1997; Sacckheim dan Devanand, 1991).
Tujuan dari penulisan laporan ini adalah untuk mengeksplorasi secara
lebih mendalam tentang gangguan dissosiative identity disorder, yang selama
ini sering artikan oleh beberapa orang awam sebagai fenomena kesurupan.
Penulis ingin memberikan informasi kepada pembaca mengenai gangguan
Dissosiative Identity Disorder.
3
ISI
A. DEFINISI
Menurut Fiona Angelina (2007), Dissociative Identity Disorder adalah
kelainan mental di mana seorang individu memiliki lebih dari satu
kepribadian berbeda. Sebelumnya Dissociative Identity Disorder diberi nama
Multiple Personality Disorder. Penderita Dissociative Identity Disorder
memiliki kepribadian lebih dari satu dan berbeda. Masing-masing kepribadian
ini bisa saling mengenal, bisa juga tidak saling mengenal. Kepribadian ini
memiliki latar belakang dan sifat masing-masing.
Menurut American Textbooks, Dissosiative Identity Disorder adalah
suatu mekanisme pertahanan diri oleh seseorang dengan cara memisahkan
diri. Salah satu bentuk kronis dari gejala tersebut adalah berpisahnya
kepribadian seseorang menjadi beberapa kepribadian yang berbeda. Hal
tersebut didorong oleh ketidakmampuan, penolakan dan sebagai pertahanan
diri oleh otak terhadap masalah yang diterima dalam tingkat stres yang tinggi.
Dissosiative Identity Disorder, merupakan suatu keadaan di mana
kepribadian individu terpecah sehingga muncul kepribadian yang lain.
Kepribadian itu biasanya merupakan ekspresi dari kepribadian utama yang
muncul karena pribadi utama tidak dapat mewujudkan hal yang ingin
dilakukannya. Dalam bahasa yang lebih sederhana dapat dikatakan bahwa ada
satu orang yang memiliki pribadi lebih dari satu atau memiliki dua pribadi
sekaligus. Kadang si penderita tidak tau bahwa ia memiliki kepribadian
ganda, dua pribadi yang ada dalam satu tubuh ini juga tidak saling mengenal
dan lebih parah lagi kadang-kadang dua pribadi ini saling bertolak belakang
sifatnya (wikipedia).
Menurut DSM-IV, dissociative identity disorder (DID) adalah
seseorang yang mempunyai dua ego yang berbeda (alter ego), di mana
masing-masing ego mempunyai perasaan, kelakuan, kepribadian yang exist
secara independent dan keluar dalam waktu yang berlainan. Biasanya ada satu
4
kepribadian utama, dan penyembuhan penyakit ini biasa dilakukan pada alter
utama. pada umumnya, ada 2 - 4 alters pada saat seseorang terdiagnosa, dan
cukup sering ada alter-alter lainnya lagi yang muncul pada saat treatment.
B. SEBAB – SEBAB
1. Biologis
Seperti pada PTSD, di mana bukti-buktinya lebih solid, hampir
dapat dipastikan adanya kerentanan biologis tertentu dalam Dissociative
identity disorder, tetapi sulit untuk dipastikan. Sebagai contoh, dalam
sebuah studi besar terhadap orang-orang kembar tidak ada varians atau
faktor hereditas atau keturunan semuanya bersifat lingkungan. Ciri-ciri
keturunan seperti ketegangan dan responsivitas terhadap stres akan
mungkin meningkatkan kerentanan. Pada beberapa observasi tentang
aktivitas otak selama terjadinya disosiasi, individu dengan gangguan
neurologis tertentu, terutama gangguan seizure mengalami banyak gejala
dissosiatif (Bowman dan Coons, 2000; Cardena, Lewis-Fernandes, Bear,
Pakianathan, dan Spiegel, 1996 dalam Durand & Barlow, 2006 ).
Devinsky, Feldman, Borrowes, dan Bromfield,1989 dalam Durand &
Barlow, 2006) melaporkan bahwa sekitar 6% pasien dengan epilepsy
lobus temporal melaporkan pengalaman “out of body” (keluar dari tubuh).
Sekitar 50% kelompok pasien lain yang menderita epilepsy lobus
temporal menyebabkan gejala-gejala dissosiatif tertentu (Schenk dan
Bear, 1981 dalam Durand & Barlow, 2006), termasik alternate identities
(identitas-identitas pengganti) atau identity fragments (pecahan-pecahan
identitas).
Untuk membedakan orang yang mengalami DID dengan orang
yang hanya berpura-pura mengalaminya dapat dilakukan dengan
menggunakan prosedur magnetic resonance imaging (MRI) mutakhir,
perubahan-perubahan dalam fungsi otak seorang pasien ketika berpindah
dari satu kepribadian ke kepribadian lain dapat diobservasi.secara
spesifik, pasien ini menunjukkan perubahan pada aktivitas hipokampus
5
atau jiwa di dalam tubuhnya belum mampu melewati dan mengerti bahwa
hal tersebut merupakan cobaan Allah serta tidak berserah diri pada NYA
bahwa setiap masalah pasti ada jalan keluar yang telah diatur oleh NYA
maka jiwanya akan berusaha melarikan diri menjadi jiwa “seseorang yang
lain” karena dengan cara itu dia dapat melupakan rasa “sakit” dan
penderitaan yang dialaminya.
D. GEJALA
Seseorang dengan dissociative identity disorder akan mengalami
simptoms berikut (Dalam DSM-IV-TR) :
1. Muncul gejala Posttraumatic seperti mimpi buruk, kilasan-kilasan
kejadian (flashback) yang tidak nyaman, dan respon-respon yang
berlebihan.
9
2. Mutilasi diri, percobaan bunuh diri dan berlaku agresif pada diri
sendiri, dan orang lain mungkin muncul.
3. Memilki pola hubungan yang melibatkan penganiayaan fisik dan
seksual.
4. Mungkin mengalami konversi fisik seperti menjadi tahan terhadap
sakit.
5. Muncul gejala-gejala serupa dengan gangguan mood, kecemasan,
tidur, makan, dan seksual.
6. Menjadi impulsif
7. Intensitas yang tinggi dalam perubahan menjalin hubungan.
Perbedaan antara gangguan identitas dissosiatif dengan amnesia
disosiatif menurut Kriteria DSM-IV-TR meliputi amnesia. Tetapi pada
penderita DID disini identitas juga terpecah-pecah.
Fitur-fitur gangguan identitas Dissosiatif meliputi (Durand, Barlow,
2006) :
1. Munculnya dua atau lebih identitas atau kepribadian yang berbeda,
masing-masing dengan pola yang bertahan dalam jangka waktu yang
relative lama
2. Paling tidak dua diantara identitas-identitas atau kepribadian-kepribadian
ini berulang kali mengontrol perilaku individu
3. Ketidak mampuan mengingat informasi penting yang tidak terlalu
ekstensif untuk dapat dikatakan sebagai kelupaan biasa
4. Gangguan bukan diakibatkan oleh efek-efek fisiologis dari substansi
tertentu (misalnya intoksikasi alcohol) atau kondisi medis secara umum.
E. ONSET
Menurut DSM IV-TR disebutkan bahwa terdapat fluktuasi usia
penderita dalam penelitian psikiatri. Sehingga sangat dimungkinkan
penelitian terkini akan menghasilkan angka yang berbeda. Namun, sampai
tahun 2000, angka usia rata-rata munculnya gejala pertama DID adalah 6
sampai 7 tahun. Gangguan ini mungkin akan berkurang intesitasnya pada
10
usia 40an, tetapi bisa muncul kembali sepanjang episode trauma atau
dengan mengalami penganiayaan.
F. PREVALENSI
Inpatients
Canada
Ross et al. (8) SS5.4 20.7
Horen et al. (9) 6.0 17.0
United States
Saxe et al. (10) 4.0 15.0
Latz et al. (11) 12.0 46.0
The Netherlands
Boon & Draijer (12) 5.0 -----
Norway
Knudsen et al. (13) 4.7 8.2
Chemical Dependency
11
Populations
United States
Ross et al. (15) 14.0 39.0
Leeper et al. (16) 5.1 15.4
Ellason et al. (17) 18.6 56.9
Dunn et al. (18) 7.0 15.0
G. TERAPI
Beberapa gejala-gejala bisa datang dan pergi (naik-turun) secara
spontan, tetapi gangguan identitas disosiasi tidak hilang dengan sendirinya.
Tujuan pengobatan tersebut biasanya untuk menyatukan berbagai kepribadian
kedalam kepribadian tunggal. Meskipun begitu, penggabungan tidak selalu
mungkin. Pada keadaan ini, tujuan tersebut adalah untuk mencapai interaksi
harmonis diantara kepribadian-kepribadin yang membiarkan berfungsi lebih
normal.
12
H. PREVENSI
Belumditemukansecarapastibagaimanacaramencegahgangguanidentit
asdisosiatifini. Gangguaninidapatmenyerangsiapasaja yang
secarapsikologistidakmampubertahandengansituasi di bawahtekanan yang
berat.Sebagaipenulis kami
menyarankanprevensidarisudutpandangislami.Sebagaimanusia yang
diciptakan Allah Sang MahaPencipta,
kitasemuatidakakandapatmelawansegalaketentuandantakdir yang
telahditetapkanolehNYA. Dan
15
setiapcobaanmerupakanujianuntukmengetahuiseberapaderajatkeimanankitaun
tukbersabar, halinisesuaidengan Q.S. Al-Baqarah 155 yang memilikiarti :
“Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit
ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan
berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar.”
Maka dengan tetap berpegang teguh pada keimanan dan ketaqwaan
terhadap tuhan, seseorang mampu bertahan menjalani setiap ujian kehidupan
karena segala sesuatunya bermula dari Allah, seperti yang disebutkan dalam
Q.S Al-Mulk 67
“Yang menjadikan mati dan hidup, supaya Dia menguji kamu, siapa
di antara kamu yang lebih baik amalnya. Dan Dia Maha Perkasa lagi Maha
Pengampun“
Ayat-ayat tersebut menyimpulkan bahwa untuk mencegah
gangguan identitas disosiatif ini menyerang diri kita, hendaknya kita lebih
mendekatkan diri kepada Sang Pencipta. Hal ini akan membawa ketenangan
pada batin (jiwa) sehingga akan menimbulkan rasa ikhlas karena dengan
perasaan ini kita dapat menjalani hidup yang singkat dan hanya sekali saja,
hal ini tercantum pada Q.S Saba 34
“Katakanlah: "Sesungguhnya aku hendak memperingatkan
kepadamu suatu hal saja, yaitu supaya kamu menghadap Allah (dengan
ikhlass) berdua- dua atau sendiri-sendiri; kemudian kamu fikirkan (tentang
Muhammad) tidak ada penyakit gila sedikitpun pada kawanmu itu. Dia tidak
lain hanyalah pemberi peringatan bagi kamu sebelum (menghadapi) azab
yang keras”
Penyebab gangguan DID yang dikarenakan trauma di masa kecil dapat
dicegah dengan menciptakan lingkungan yang positif dan mendukung bagi
perkembangan individu (Hall, 2003).
I. KUALITAS HIDUP
1. Psikososial
Orang-orang yang mengalami Dissosiative Identity Disorder
memiliki kualitas hidup yang dapat dikatakan rendah. Seperti
16
(pada alter egonya). Pada kasus Sybil, Sybil merasa dirinya adalah
orang yang tidak berbakat apapun, tetapi sebaliknya alter ego dari
Sybil ada yang pandai berbahasa Perancis, ada yang pandai melukis
dan ada juga ada yang pandai bermain piano. Dari contoh tersebut,
dapat dikatakan bahwa sebetulnya yang memiliki kemampuan adalah
Sybil itu sendiri, karena alter ego sebetulnya adalah perpecahan
kepribadian dari kepribadian inti yang menolak untuk menghadai
situasi yang dianggap traumatik.
2. Spiritual
Padapenderitagangguanidentitasdisosiatifinimemilkikualitashid
up spiritual yang rendah.Walaupunsalahsatuataubeberapa alter
memilikitingkatkeimanan yang tinggi, namunpadadasarnya “pemilik”
tubuhkepribadian yang aslicenderungmemilikisifatpencemas.
Salah satu
penyebabgangguaniniadalahfaktorpsikologismasalalu yang
menyakitkan yang
masihmembekaspadapenderita.Dalampandanganislam, kurangnya rasa
ikhlasuntukmenerimasegalacobaansebagaiujiandari Allah
inidapatmembuatseseorangmencarijalanuntukmelarikandiridaripribadi
yang
memilikimasalahdenganmasalalunyatersebutdenganmembentukkeprib
adianbaru yang dapatmelindungidirinyadariperasaan yang
menyakitkantersebut.
J. TAMBAHAN
1. Hubungan antara DID dengan PTSD
Secara etiologi, DID tampak serupa dengan PTSD. Kondisi
kedua gangguan ini menunjukkan reaksi emosional yang kuat
terhadap trauma yang berat. Namun, tidak semua orang yang akan
mengalami PTSD setelah mengalami trauma yang berat. Hanya orang-
orang yang memiliki kerentanan Biologis dan Psikologis terhadap
18
KESIMPULAN
sehinggatakjarangpasieninginmelarikandiridarikondisi yang
membuatnyamenderitadengan orang lain yang bisamelindungidirinyasendiri.
3. Spiritual
Dalam perspektif islam, pada hakikatnya setiap manusia memiliki nafs
yang menghasilkan tingkah laku. Dalam pandangan Al Quran, nafs
diciptakan Allah Swt dakam keadaan sempurna untuk menampung serta
mendorong manusia berbuat kebaikan dan keburukan. Al Quran
menganjurkan untuk memberi perhatian lebih besar, sebagaimana
diisyaratkan dalam firman Allah Swt (Q.S asy-Syams (91):7-8).
Untukmenanganigangguankejiwaaninibiasanyadilakukanterapipsikoa
nalisisberupahipnotisataudapatdigunakanTerapi obat yang bisa meringankan
beberapa gejala-gejala coexisting khusus, seperti gelisah atau depresi, tetapi
tidak mempengaruhi gangguan itu sendiri.
21
DAFTAR PUSTAKA
Buku
Jurnal
Eagle, Paula et al., 1998. Identifying Dissosiative Identity Disorder : A self-
report and projective study. Journal of Abnormal Psychology. Vol.
107. 272 – 284.
Kluft, R.P., 2003. Current Issues in Dissosiative Identity Disorder. Bridging
Eastern and Western Psychiatry. Vol. 1. 71 – 87.