PROGRAM MAGISTER ADMINISTRASI PEMBANGUNAN POLITEKNIK STIA LAN MAKASSAR TAHUN 2020 ANALISIS PERKEMBANGAN BIROKRASI ORGANISASI
DI PUSKESMAS
Puskesmas sebagai salah satu institusi pelayanan publik memegang
peranan penting bagi peningkatan derajat kesehatan masyarakat. Puskesmas dituntut untuk dapat melayani masyarakat, dapat berkembang dan mandiri serta harus mampu memberikan pelayanan yang bermutu dan terjangkau bagi masyarakat. Dengan semakin tingginya tuntutan bagi Puskesmas untuk meningkatkan pelayanannya, banyak permasalahan yang muncul terkait dengan terbatasnya anggaran yang tersedia bagi operasional Puskesmas, alur birokrasi yang terlalu panjang dalam proses pencairan dana, aturan pengelolaan keuangan yang menghambat kelancaran pelayanan dan sulitnya untuk mengukur kinerja. Dalam hal ini puskesmas dituntut untuk selalu meningkatkan keprofesionalan dari para pegawainya serta meningkatkan fasilitas atau sarana kesehatannya untuk memberikan kepuasan kepada masyarakat pengguna jasa layanan kesehatan. Semakin ketatnya persaingan serta pelanggan yang semakin selektif dan berpengetahuan mengharuskan Puskesmas selaku salah satu penyedia jasa pelayanan kesehatan untuk selalu meningkatkan kualitas pelayanannya.
Hal ini menyebabkan Puskesmas harus mampu untuk meningkatkan
pelayanan agar dapat mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Perkembangan pengelolaan Puskesmas baik dari aspek manajemen maupun operasional sangat dipengaruhi oleh berbagai tuntutan dari lingkungan, yaitu antara lain bahwa Puskesmas dituntut untuk memberikan pelayanan kesehatan yang bermutu, dan biaya kesehatan yang terkendali sehingga berujung pada kepuasan pasien. Tuntutan lainnya adalah pengendalian biaya. Pengendalian biaya merupakan masalah yang kompleks karena dipengaruhi oleh berbagai pihak yaitu mekanisme pasar, tindakan ekonomis, sumber daya manusia yang dimiliki (profesionalitas) dan tidak kalah penting adalah perkembangan teknologi Puskesmas itu sendiri.
Puskesmas unit pelayanan kesehatan yang letaknya berada paling dekat
ditengah-tengah masyarakat. Fungsi Puskesmas adalah mengembangkan pelayanan kesehatan yang menyeluruh dan meratameliputi aspek promotif,preventif, kuratif maupun rehabilitatif. Seiring dengan semangat otonomi daerah, maka Puskesmas dituntut untuk mandiri dalam menentukan kegiatan pelayanannya yang akan dilaksanakan. Tetapi pembiayaannya tetap didukung oleh pemerintah. Sebagai organisasi pelayanan mandiri, kewenangan yang dimiliki Puskesmas juga meliputi : kewenangan merencanakan kegiatan sesuai masalah kesehatan di wilayahnya serta kewenangan menentukan target kegiatan sesuai kondisi geografi Puskesmas. Jumlah kegiatan pokok Puskesmas diserahkan pada tiap Puskesmas sesuai kebutuhan masyarakat dan kemampuan sumber daya yang dimiliki, namun Puskesmas tetap melaksanakan kegiatan pelayanan dasar yang menjadi kesepakatan nasional.
Penyusunan Standar Pelayanan Minimal (SPM) merupakan langkah awal
untuk melaksanakan janji dalam memperbaiki kualitas dan kinerja pelayanan publik yang diamanatkan oleh PPK-BLUD. Setelah SPM tersusun, maka seluruh unit kerja yang bertanggung jawab untuk menyediakan jenis pelayanan yang telah dituangkan dalam SPM wajib mengupayakan agar SPM tersebut dapat dicapai dengan menyusun standar-standar teknis yang merupakan panduan untuk mencapai standar yang telah ditetapkan, dan mengembangkan kegiatan- kegiatan perbaikan mengikuti siklus Plan-Do-Check-Action.
Evaluasi Pelayanan Puskesmas
Jika terjadi kesenjangan atau penyimpangan harus segera diatasi.Setiap
penyimpangan harus dapat dideteksi sedini mungkin, dicegah, dikendalikan, atau dikurangi. Melalui pelaksanaan fungsi P3 Puskesmas, hasil pelaksanan kegiatan dan program Puskesmas yang telah dicapai dibandingkan dengan standar kinerja program Puskesmas yang tertuang dalam tujuan, target, standar mutu pelayanan, standard operating procedure Puskesmas. Masalah yang banyak terjadi dalam organisasi pelayanan sektor publik termasuk Puskesmas adalah masih lemahnya fungsi P3, sehingga terjadi peyimpangan atau kesenjangan antara yang direncanakan dengan yang dilaksanakan. Pengawasan, pengendalian, dan penilaian mempunyai makna dan esensi yang sama yaitu proses pemantauan, penilaian, dan pelaporan keberhasilan suatu kegiatan dan program dalam rangka pencapaian tujuan organisasi, adanya penetapan standar, tolok ukur dan kriteria, adanya pengukuran hasil kegiatan dan program, adanya pembandingan hasil kinerja pegawai dan organisasi dengan standar, dan adanya pengambilan tindakan korektif bila diperlukan.
Konsep Adaptive Governance
Adaptif dalam kamus besar Bahasa indonesia yaitu mudah menyesuaikan (diri) dengan keadaan. Sedangkat Adaptive Governance merupakan kerangka penelitian berkembang untuk menganalisis kelembagaan dan ekologi dari mode tata kelola multilevel yang sukses dalam membangun ketahanan untuk menghadapi tantangan besar yang ditimbulkan oleh perubahan global yang semakin kompleks. Istilah “kepemerintahan” (Governance) berarti “tindakan, fakta, pola, dan kegiatan atau penyelenggaraan pemerintahan”. Atau bisa juga diartikan: “Suatu kegiatan (proses), sebagaimana dikemukakan oleh Kooiman dalam Mustafa (2013:185) bahwa “Governance” berarti serangkaian proses interaksi sosial politik antara pemerintantahan dengan masyarakat dalam berbagai bidang yang berkaitan dengan kepentingan masyarakat dan intervensi pemerintah atas kepentingan-kepentingan tersebut”. Selanjutnya Mardiasmo dalam Mustafa (2013:185) mengartikan “governance” sebagai cara mengelola urusan-urusan publik. Adaptive governance adalah istilah yang telah digunakan untuk menggambarkan suatu proses pembelajaran melalui pemantauan ekosistem ke tindakan tertentu, diikuti oleh perubahan yang meningkat dalam tindakan berdasarkan apa yang telah dipelajari. Adaptive governance hanya salah satu dari banyak pendekatan yang digunakan pemerintahan untuk menerapkan kebijakan. Ini adalah pendekatan yang dirancang untuk mengatasi ketidakpastian yang melekat dalam sistem dalam menanggapi perubahan. Ini juga telah dilihat sebagai alternatif untuk pengelolaan sumberdaya yang fokus pada mengoptimalkan aspek-aspek tertentu dari ekosistem yang sesuai kebutuhan ekonomi saat ini atau tujuan-tujuan politik.
Konsep Dinamic Governance
Konsep dynamic Governance menjadi kebutuhan untuk diterapkan pada
setiap instansi pemerintah. Dalam tujuan jangka panjang reformasi birokrasi indonesia diharapkan tata kelola dalam segala aktifitas pemerintah dan birokrasi pada setiap instansi pemerintah akan mengarah pada performance based berauracrcy dan menuju pada tata kelola pemerintahan yang dinamis.
Dinamic governance secara sederhana dipahami sebagai aktifitas
pemerintah dalam proses penyelenggaraan kebijakan publik dengan menyesuaikan pada hasil analisis perkembangan internal dan eksternal lingkungan institusi. Institusi menghadapi berbagai perubahan lingkungan dan tuntutan masyarakat yang berkembang, maka dynamic governance hadir sebagai solusi untuk menghadapi hal tersebut, sehingga organisasi dapat terus bergerak secara adaptif dan tetap mempertahankan performa dan eksistensi mereka.
Dynamic governance pada dasarnya hanya menekankan pada dua
komponen utama yaitu kapabilitas dinamis ( dynamic Capabilities ) dan Budaya Organisasi ( Institutional cultures ), dinama dua komponen ini akan menggerakkan sumber daya manusia dan proses mengarah kepada perubahan berbagai kebijakan yang adaptif menuju pada dynamic governance yang didukung oleh 2 komponen pengungkit yang mendorong kapabilitas dinamis, yaitu able people dan agile process yang dimana menggerakkan proses pola pikir thinking ahead, thinking again dan thinking across untuk menghasilkan berbagai kebijakan adaptif ( adaptif policies ) yang akan membawa institusi mewujudkan dynamic Governance.
ILMU PERUBAHAN DALAM 4 LANGKAH: Strategi dan teknik operasional untuk memahami bagaimana menghasilkan perubahan signifikan dalam hidup Anda dan mempertahankannya dari waktu ke waktu
Manajemen waktu dalam 4 langkah: Metode, strategi, dan teknik operasional untuk mengatur waktu sesuai keinginan Anda, menyeimbangkan tujuan pribadi dan profesional