Anda di halaman 1dari 5

TUGAS

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah :

TEORI ORGANISASI DAN APLIKASI

OLEH : DR. ALAM TAUHID SYUKUR, S.SOS, M.Si

OLEH :

IRMAWATY HARIS
NPM. M012019060

KONSENTRASI : ADMINISTRASI PELAYANAN KESEHATAN


PROGRAM MAGISTER ADMINISTRASI PEMBANGUNAN
POLITEKNIK STIA LAN MAKASSAR
TAHUN 2020
ANALISIS PERKEMBANGAN BIROKRASI ORGANISASI

DI PUSKESMAS

Puskesmas sebagai salah satu institusi pelayanan publik memegang


peranan penting bagi peningkatan derajat kesehatan masyarakat. Puskesmas
dituntut untuk dapat melayani masyarakat, dapat berkembang dan mandiri serta
harus mampu memberikan pelayanan yang bermutu dan terjangkau bagi
masyarakat. Dengan semakin tingginya tuntutan bagi Puskesmas untuk
meningkatkan pelayanannya, banyak permasalahan yang muncul terkait
dengan terbatasnya anggaran yang tersedia bagi operasional Puskesmas, alur
birokrasi yang terlalu panjang dalam proses pencairan dana, aturan pengelolaan
keuangan yang menghambat kelancaran pelayanan dan sulitnya untuk
mengukur kinerja.
Dalam hal ini puskesmas dituntut untuk selalu meningkatkan
keprofesionalan dari para pegawainya serta meningkatkan fasilitas atau sarana
kesehatannya untuk memberikan kepuasan kepada masyarakat pengguna jasa
layanan kesehatan. Semakin ketatnya persaingan serta pelanggan yang
semakin selektif dan berpengetahuan mengharuskan Puskesmas selaku salah
satu penyedia jasa pelayanan kesehatan untuk selalu meningkatkan kualitas
pelayanannya.

Hal ini menyebabkan Puskesmas harus mampu untuk meningkatkan


pelayanan agar dapat mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Perkembangan
pengelolaan Puskesmas baik dari aspek manajemen maupun operasional
sangat dipengaruhi oleh berbagai tuntutan dari lingkungan, yaitu antara lain
bahwa Puskesmas dituntut untuk memberikan pelayanan kesehatan yang
bermutu, dan biaya kesehatan yang terkendali sehingga berujung pada
kepuasan pasien. Tuntutan lainnya adalah pengendalian biaya. Pengendalian
biaya merupakan masalah yang kompleks karena dipengaruhi oleh berbagai
pihak yaitu mekanisme pasar, tindakan ekonomis, sumber daya manusia yang
dimiliki (profesionalitas) dan tidak kalah penting adalah perkembangan teknologi
Puskesmas itu sendiri.

Puskesmas unit pelayanan kesehatan yang letaknya berada paling dekat


ditengah-tengah masyarakat. Fungsi Puskesmas adalah mengembangkan
pelayanan kesehatan yang menyeluruh dan meratameliputi aspek
promotif,preventif, kuratif maupun rehabilitatif. Seiring dengan semangat
otonomi daerah, maka Puskesmas dituntut untuk mandiri dalam menentukan
kegiatan pelayanannya yang akan dilaksanakan. Tetapi pembiayaannya tetap
didukung oleh pemerintah. Sebagai organisasi pelayanan mandiri, kewenangan
yang dimiliki Puskesmas juga meliputi : kewenangan merencanakan kegiatan
sesuai masalah kesehatan di wilayahnya serta kewenangan menentukan target
kegiatan sesuai kondisi geografi Puskesmas. Jumlah kegiatan pokok
Puskesmas diserahkan pada tiap Puskesmas sesuai kebutuhan masyarakat
dan kemampuan sumber daya yang dimiliki, namun Puskesmas tetap
melaksanakan kegiatan pelayanan dasar yang menjadi kesepakatan nasional.

Penyusunan Standar Pelayanan Minimal (SPM) merupakan langkah awal


untuk melaksanakan janji dalam memperbaiki kualitas dan kinerja pelayanan
publik yang diamanatkan oleh PPK-BLUD. Setelah SPM tersusun, maka seluruh
unit kerja yang bertanggung jawab untuk menyediakan jenis pelayanan yang
telah dituangkan dalam SPM wajib mengupayakan agar SPM tersebut dapat
dicapai dengan menyusun standar-standar teknis yang merupakan panduan
untuk mencapai standar yang telah ditetapkan, dan mengembangkan kegiatan-
kegiatan perbaikan mengikuti siklus Plan-Do-Check-Action.

Evaluasi Pelayanan Puskesmas

Jika terjadi kesenjangan atau penyimpangan harus segera diatasi.Setiap


penyimpangan harus dapat dideteksi sedini mungkin, dicegah, dikendalikan,
atau dikurangi. Melalui pelaksanaan fungsi P3 Puskesmas, hasil pelaksanan
kegiatan dan program Puskesmas yang telah dicapai dibandingkan dengan
standar kinerja program Puskesmas yang tertuang dalam tujuan, target, standar
mutu pelayanan, standard operating procedure Puskesmas. Masalah yang
banyak terjadi dalam organisasi pelayanan sektor publik termasuk Puskesmas
adalah masih lemahnya fungsi P3, sehingga terjadi peyimpangan atau
kesenjangan antara yang direncanakan dengan yang dilaksanakan.
Pengawasan, pengendalian, dan penilaian mempunyai makna dan esensi yang
sama yaitu proses pemantauan, penilaian, dan pelaporan keberhasilan suatu
kegiatan dan program dalam rangka pencapaian tujuan organisasi, adanya
penetapan standar, tolok ukur dan kriteria, adanya pengukuran hasil kegiatan
dan program, adanya pembandingan hasil kinerja pegawai dan organisasi
dengan standar, dan adanya pengambilan tindakan korektif bila diperlukan.

Konsep Adaptive Governance


Adaptif dalam kamus besar Bahasa indonesia yaitu mudah
menyesuaikan (diri) dengan keadaan. Sedangkat Adaptive Governance
merupakan kerangka penelitian berkembang untuk menganalisis kelembagaan
dan ekologi dari mode tata kelola multilevel yang sukses dalam membangun
ketahanan untuk menghadapi tantangan besar yang ditimbulkan oleh
perubahan global yang semakin kompleks.
Istilah “kepemerintahan” (Governance) berarti “tindakan, fakta, pola, dan
kegiatan atau penyelenggaraan pemerintahan”. Atau bisa juga diartikan: “Suatu
kegiatan (proses), sebagaimana dikemukakan oleh Kooiman dalam Mustafa
(2013:185) bahwa “Governance” berarti serangkaian proses interaksi sosial
politik antara pemerintantahan dengan masyarakat dalam berbagai bidang yang
berkaitan dengan kepentingan masyarakat dan intervensi pemerintah atas
kepentingan-kepentingan tersebut”. Selanjutnya Mardiasmo dalam Mustafa
(2013:185) mengartikan “governance” sebagai cara mengelola urusan-urusan
publik.
Adaptive governance adalah istilah yang telah digunakan untuk
menggambarkan suatu proses pembelajaran melalui pemantauan ekosistem ke
tindakan tertentu, diikuti oleh perubahan yang meningkat dalam tindakan
berdasarkan apa yang telah dipelajari. Adaptive governance hanya salah satu
dari banyak pendekatan yang digunakan pemerintahan untuk menerapkan
kebijakan. Ini adalah pendekatan yang dirancang untuk mengatasi
ketidakpastian yang melekat dalam sistem dalam menanggapi perubahan. Ini
juga telah dilihat sebagai alternatif untuk pengelolaan sumberdaya yang fokus
pada mengoptimalkan aspek-aspek tertentu dari ekosistem yang sesuai
kebutuhan ekonomi saat ini atau tujuan-tujuan politik.

Konsep Dinamic Governance

Konsep dynamic Governance menjadi kebutuhan untuk diterapkan pada


setiap instansi pemerintah. Dalam tujuan jangka panjang reformasi birokrasi
indonesia diharapkan tata kelola dalam segala aktifitas pemerintah dan birokrasi
pada setiap instansi pemerintah akan mengarah pada performance based
berauracrcy dan menuju pada tata kelola pemerintahan yang dinamis.

Dinamic governance secara sederhana dipahami sebagai aktifitas


pemerintah dalam proses penyelenggaraan kebijakan publik dengan
menyesuaikan pada hasil analisis perkembangan internal dan eksternal
lingkungan institusi. Institusi menghadapi berbagai perubahan lingkungan dan
tuntutan masyarakat yang berkembang, maka dynamic governance hadir
sebagai solusi untuk menghadapi hal tersebut, sehingga organisasi dapat terus
bergerak secara adaptif dan tetap mempertahankan performa dan eksistensi
mereka.

Dynamic governance pada dasarnya hanya menekankan pada dua


komponen utama yaitu kapabilitas dinamis ( dynamic Capabilities ) dan Budaya
Organisasi ( Institutional cultures ), dinama dua komponen ini akan
menggerakkan sumber daya manusia dan proses mengarah kepada perubahan
berbagai kebijakan yang adaptif menuju pada dynamic governance yang
didukung oleh 2 komponen pengungkit yang mendorong kapabilitas dinamis,
yaitu able people dan agile process yang dimana menggerakkan proses pola
pikir thinking ahead, thinking again dan thinking across untuk menghasilkan
berbagai kebijakan adaptif ( adaptif policies ) yang akan membawa institusi
mewujudkan dynamic Governance.

Anda mungkin juga menyukai