Anda di halaman 1dari 34

PHARMACEUTICAL CARE I

SWAMEDIKASI
PADA
BATUK DAN PILEK

Agnes Christie Rinda, M.Farm., Apt

Program Studi Farmasi


Tahun Akademik 2018/2019
VISI STIKES SARI MULIA

“Menjadi Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan


Unggulan di Bidang Kegawatdaruratan dan
menghasilkan lulusan Profesional sesuai
standar Profesi Tahun 2020”
MISI STIKES SARI MULIA
1. Melaksanakan kegiatan Tri Dharma Perguruan Tinggi
melalui dukungan Sumber Daya Internal dan Eksternal
secara Optimal serta menjalin kemitraan dengan
Institusi lain untuk mendukung pencapaian visi.
2. Meningkatkan kualitas pelayanan dan PKM dalam
bidang kegawatdaruratan untuk menunjang program
pembangunan di bidang kesehatan.
3. Menyelenggarakan pendidikan professional yang
berkualitas, berkesinambungan dan memiliki daya
saing dalam kebutuhan tenaga kesehatan pada tingkat
regional Kalimantan dan Nasional.
VISI PRODI
“Menjadi program studi farmasi yang unggul
di tahun 2020 dan mampu menghasilkan
lulusan yang kompeten di bidang
kefarmasian dengan keunggulan pada
pharmaceutical care dan berjiwa
enterpreneurship”
MISI PRODI
1. Menyelenggarakan pendidikan farmasi yang inovatif,
konstruktif, revolusioner dan terakreditasi di tingkat
Nasional
2. Mengembangkan penelitian di bidang farmasi demi
kemajuan ilmu farmasi yang berorientasi pada
kebutuhan masyarakat
3. Melaksanakan program pengabdian kepada
masyarakat terutama dalam pelayanan kefarmasian
sebagai bentuk tanggung jawab sosial demi
meningkatan kualitas kesehatan masyarakat
4. Menjalin jaringan kerjasama guna pencapaian visi
bagi program akademik
CAPAIAN PEMBELAJARAN
• Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan
kembali mengenai alur swamedikasi pada batuk dan
pilek termasuk kriteria rujukan
• Mahasiswa memiliki kemampuan menganalisis
kasus terkait pemilihan obat yang tepat dan rasional
dalam proses swamedikasi pada batuk dan pilek
• Mampu melakukan pemberian konseling kepada
pasien atau masyarakat lainnya dalam proses
swamedikasi pada batuk dan pilek
OUTLINE
1. Pengertian
2. Etiologi
3. Tanda dan Gejala
4. Komplikasi
5. Kriteria Rujukan
6. Terapi non farmakologis dan farmakologis
7. Monitoring
BATUK

Batuk produktif Batuk tidak


(berdahak) produktif (kering)
Disebabkan oleh infeksi bakteri dan
Mengeluarkan sekret (mukus) dari virus, GERD dan penggunaan obat,
saluran napas bawah untuk inhalasi partikel, makanan, bahan
mencegah gangguan pernapasan iritan, asap rokok atau perubahan
temperatur

Mukus mengandung glikoprotein,


polisakarida, debris sel dan
cairan/eksudat infeksi  harus
dikeluarkan
Proses Batuk
• Batuk adalah GEJALA

• Penyebab utamanya harus diatasi

• Pengobatan batuk bersifat simtomatik

• Tujuan: mengurangi jumlah dan keparahan


episode batuk
Etiologi

Batuk sub
Batuk akut akut Batuk kronik
(<3 minggu) (> 8 minggu)
(3-8 minggu)
Biasa disebabkan
Biasa disebabkan
oleh infeksi virus
Biasa disebabkan karena sindrom
pada saluran
oleh infeksi bakteri batuk saluran
napas atas
atau asma napas atas, asma,
(misalnya
GERD
influenza)

Obat golongan ACE inhibitor


menyebabkan batuk kering
pada ≥ 20% pasien
Komplikasi
Insomnia, kelelahan,
nyeri muskuloskeletal,
Sering terjadi  suara serak, keringat
berlebihan,
inkontinensia urin

Disritmia jantung,
Jarang terjadi  syncope, stroke,
patah tulang rusuk
Kriteria Rujukan!
• Batuk dengan dahak kuning kental atau
flegma hijau
• Disertai dengan demam > 38,6oC
• Berat badan turun
• Berkeringat basah/dingin pada malam
hari
• Hemoptisis
• Riwayat atau gejala penyakit penyebab
batuk kronik seperti asma, PPOK,
bronkitis kronik, gagal jantung
• Terhirup benda asing atau zat berbahaya
• Batuk yang diduga disebabkan karena
penggunaan obat
• Batuk > 7 hari
• Batuk yang memburuk setelah diberikan
swamedikasi
• Timbul gejala baru selama swamedikasi
Terapi Non Farmakologis
Terapi Farmakologis

Protusif
Antitusif (ekspektoran dan Kamfer dan Menthol
mukolitik)
Batuk tidak produktif
akut yang disebabkan Batuk produktif akut
Antitusif topikal (salep
oleh iritasi saluran napas yang sulit mengeluarkan
dan krim)
akibat kimiawi atau sekret kental
mekanis

Guaifenesin (Glyceril
Dekstrometorfan
Guaiacolate)

Difenhidramin
(antihistamin generasi Ambroxol
pertama)
Efek Samping

Dekstrometorfan Difenhidramin Guaifenesin

Mengantuk, Umumnya bisa


Mengantuk,
mual, muntah, ditoleransi
mulut kering
konstipasi dengan baik

Jarang terjadi:
mual, muntah,
sakit kepala,
ruam, diare
Interaksi obat
Obat Efek

Interaksi dengan Dekstrometorfan

Alkohol, antihistamin, psikotropika Depresi SSP aditif

MAOI (fenelzine, tranilsipromin, Sindrom serotonergik (peningkatan


prokarbazin) tekanan darah, hiperpireksia, aritmia)

Interaksi dengan Difenhidramin

Depresan SSP (alkohol, sedatif) Peningkatan efek sedatif

MAOI (fenelzine, tranilsipromin, Peningkatan efek antikolinergik dan


prokarbazin) efek depresi SSP
Populasi Khusus

Dekstrometorfan kategori C,
Difenhidramin kategori B

- Difenhidramin dieksresi dalam ASI,


menurunkan aliran ASI
- Dekstrometorfan, Guaifenesin, Mentol
cocok untuk ibu menyusui

Madu sebagai antitusif:


½ sdt 2-5 tahun
1 sdt 6-11 tahun
2 sdt ≥ 12 tahun
Tidak boleh untuk anak < 1 tahun 
botulisme
PILEK

Infeksi virus pada saluran napas


atas

Sebagian besar pilek disebabkan


oleh rinovirus

Biasanya dapat sembuh dengan


sendiri

Tujuan swamedikasi: mengurangi


gejala yang mengganggu
Etiologi

Transmisi aerosol,
kontak dengan sekret yang mengandung
virus melalui obyek yang bergerak
(tangan) atau tidak bergerak (pegangan
pintu, telepon)
Tanda dan Gejala

Gejala • Sakit Tenggorokan

Awal
• Sekresi dari hidung pada awalnya jernih dan tipis

Hari 2-3 • Sekresi menjadi lebih tebal seiring memberatnya infeksi


dan warna dapat berubah menjadi kuning atau hijau
• Bila pilek sembuh  sekret menjadi jernih dan berair

• Batuk terjadi pada <20% pasien

Hari 4-5 • Bila ada, biasanya batuk tidak produktif


• Pasien juga terkadang mengalami demam ringan, tetapi
pilek jarang diikuti demam di atas 37,8 oC
• Sinusitis
• Infeksi telinga tengah
• Bronkhitis
Komplikasi
• Pneumonia
• Eksaserbasi asma dan
PPOK
Kriteria Rujukan
• Demam > 38,6oC
• Nyeri dada
• Sesak napas
• Gejala yang memburuk setelah
diberikan swamedikasi
• Bersamaan dengan penyakit asma,
PPOK, gagal jantung
• Sedang mendapatkan terapi
imunosupresan
• Pasien usia lanjut
• Bayi < 9 bulan
• Hipersensitif terhadap swamedikasi
Terapi Non Farmakologis
Terapi Farmakologik
Hidung tersumbat diatasi
dengan pemberian
Pilek merupakan infeksi
dekongestan oral atau
virus sehingga antibiotik
topikal, seperti
tidak efektif
Pseudoefedrin, Fenilefrin,
Fenilpropanolamin

Rinorea dan bersin dapat


diatasi dengan pemberian Terapi komplemen: produk
kombinasi dekongestan herbal seperti Echinacea
dan antihistamin (seperti (imunostimulan)
CTM)
Peringatan dan Kontraindikasi
(Dekongestan)

Dekongestan
dapat
Dekongestan memperburuk
Peningkatan TD,
merupakan Efek stimulasi penyakit lain yang
takikardia, sensitif terhadap
agonis kardiovaskular
palpitasi, aritmia rangsangan
adrenergik
adrenergik seperti
DM dan PJK
Peringatan dan Kontraindikasi
(Antihistamin)
Efek depresif SSP: sedasi, gangguan
kinerja, hilangnya koordinasi

Efek stimulasi SSP: kecemasan,


halusinasi

Efek antikolinergik: mata, mulut,


hidung kering
Interaksi obat
Obat Efek
Interaksi dengan Dekongestan
Antasida Penurunan eliminasi Pseudoefedrin
MAOI (fenelzine, tranilsipromin, Peningkatan tekanan darah
prokarbazin)
Metildopa Peningkatan tekanan darah
Antidepresan trisiklik (Amitriptilin, Peningkatan tekanan darah
Imipramin)
Interaksi dengan Antihistamin Generasi Pertama
Depresan SSP (alkohol, sedatif) Peningkatan efek sedatif
MAOI (fenelzine, tranilsipromin, Peningkatan efek antikolinergik dan
prokarbazin) efek depresi SSP
Fenitoin Penurunan eliminasi Fenitoin
Populasi Khusus

- Lebih dianjurkan terapi non farmakologik


- Dekongestan sistemik harus dihindari karena
menurunkan aliran darah ke janin

- Dekongestan dapat menurunkan produksi ASI


- Pseudoefedrin merupakan pilihan

- Bersihkan jalan napas dan lendir


- Pemberian madu
Monitoring
• Secara umum, pemberian
swamedikasi selama 7 hari
dapat meredakan batuk dan
pilek.
• Jika batuk dan pilek
menetap namun sudah
mengalami perbaikan
selama terapi, lanjutkan
terapi (< 7 hari)
• Jika batuk dan pilek
memburuk atau > 7 hari 
lakukan rujukan
TUGAS!!!!!
• Buatlah skenario pada
kasus batuk dan pilek
• Dikumpulkan maksimal
hari Jumat tanggal 12
Oktober 2018
Referensi
• Direktorat Bina Farmasi Komunitas dan Klinik, Ditjen Bina
Kefarmasian dan Alat Kesehatan, Departemen Kesehatan RI.
Pedoman Penggunaan Obat Bebas dan Obat Bebas Terbatas.
2007.
• Direktorat Bina Farmasi Komunitas dan Klinik, Ditjen Bina
Kefarmasian dan Alat Kesehatan, Departemen Kesehatan RI.
Pedoman Konseling Pelayanan Kefarmasian di Sarana Kesehatan.
2007.
• Dlugosz CK. Rujukan Cepat Obat Tanpa Resep Untuk Praktisi.
2011. Jakarta:EGC
• Daftar Obat Wajib Apotek 1, 2, 3
• MIMS dan ISO
Quotes

Anda mungkin juga menyukai