Anda di halaman 1dari 22

Kegiatan Belajar 4.

PROSES-PROSES THERMODINAMIKA dan DIAGRAM

4.1. Pendahuluan
Pada bagian ini akan dibahas proses-proses thermodinamik yang sering rejadi pada
keadaan praktis. Proses-proses ini dapat dirinmgkas sebagai tanpa perpindahan panas atau
adiabatic, volume konstan atau isovolum atau isokhorik, tekanan konstan atau isobaric dan
suhu konstan atau isothermal. Untuk beberapa diaantaranya digunakan hukum
Thermodinamika pertama yang disederhanakan.

4.2. Proses Volume Tetap


Proses atau perubahan keadaan yang terjadi jika selama proses berlangsung
volumenya tetap, disebut proses volume tetap atau proses isovolume. Contoh proses ini
adalah yang terjadi didalam tabung atau botol udara, dimana tekanan udara dari kompresor
akan menanikkan tekanan dan temperatur udara didalam tabung, tetapi volume tabungnya
tetap.
Dari persamaan keadaan p.v = m.R.T atau pv/T = C jika proses berjalan dari keadaan 1 ke
keadaan 2, dimana volumenya sama, maka dari:
p1V1 p 2 V2
 dan karena v1 = v2,
T1 T2
pada proses volume tetap, persamaannya menjadi :
p1 p 2

T1 T2
Proses ini dapat diperlihatkan dalam diagram-diagram sbb.:

P P V
P1 1 P1 1
1 2
V1 = V2

P2 2 2

V1 = V2 V T1 T2 T T1 T2 T

Diagram P-V Diagram P-T Diagram V-T

Gambar . 1. Diagram Volume Tetap

Dalam proses volume tetap, usaha luar (W) akan sama dengan nol atau tidak ada usaha
luar. Hal ini disebabkan oleh volume-nya yang tetap, yang berarti V1 = V2, sehingga W = px V
= 0. Dan karena itu pula maka Q = U.
Untuk lebih jelasnya berikut formula-formula Q, W dan DU:
Usaha W= 0
Energi Dalam U = Q = m.cv.(T2 - T1)
4-1
Panas Q = U = m.cv.(T2 - T1)

Contoh soal.
1. Dari alat pengukur tekanan (manometer), diketahui tekanan botol angin yang berisi udara
= 21 Bar dan temperaturnya 500C. Jika Ketetapan Gas udara R = 290 J.(kgOK)-1,
hitunglah massa udara tersebut jika volume botol udara 0,45 m3. Setelah beberapa lama
ternyata temperaturnya turun hingga 250C. Berapa sekarang tekanannya dan berapa
panas yang hilang ke sekeliling botol udara tersebut.
Diketahui : P1 = 21 Bar
T1 = 50 0 C
R = 290 J ( Kg0K ) -1
V1 = 0,456 m3
T2 = 250
Ditanya : a. m udara =
b. P2 =
c. Qhilang =
Jawab:
a. Dianggap tekanan udara atmosfir = 1 Bar, maka:
tekanan absolut udara p = 21+1 = 22 Bar = 22x100 kN.m-2.
PV = m R T
m = PV / RT
m = 2200 x 0,45 / 0,290 x (50+273) kg
m = 10,56 kg.
Volume botol udara tetap, sehingga
p1/T1 = p2 /T2 atau p2 = P1 x T2/ T1
b. Tekanan sekarang P2 = P1 x T2/ T1
p2 = 2200 x (298) / (323) = 2030 kN/m2
= 20,3 Bar
c. Panas yang hilang ke sekelilingnya
Q =m x cv (T2-T1)
jika cv diambil = 0,720 kJ.(kg0K)-1, maka
Q = 10,56 x 0,720 x (50-25)
= 190 kJ

4.3. Proses Tekanan Tetap


Proses atau perubahan keadaan yang berlangsung dalam kondisi tekanan tetap, dan
seperti halnya dengan proses volume tetap, maka persamaan p1v1/T1= p2v 2/T2 juga
berlaku, namun disini p1= p2, sehingga persamaannya menjadi:

4-2
V1 V2

T1 T2
Contoh proses ini terjadi pada mesin uap, dimana uap yang berasal dari ketel dengan
bertekanan tinggi mendorong torak dimana tekanan uapnya selalu tetap. Proses ini dapat
dilihat dari diagram-diagram berikut :

P P V

p1 = 1 2 p1 = p2 1 2 V2 2
p2

V1
1

V1 V2 V T1 T2 T T1 T2 T
Diagram P-V Diagram P-T Diagram V-T

Gambar .2. Diagram Tekanan Tetap

Untuk mencari jumlah panas, energi dalam dan Usaha dalam proses tekanan tetap, dapat
ditunjukkan dengan persamaan-persamaan berikut :

Panas Q = m cp T = m cp.(T2 - T1)

Energi Dalam U = m cv.(T2 - T1)

Usaha W = p (V2-V1)

Contoh
2. Didalam sebuah silinder udara bertekanan 15 Bar mendorong torak kearah bawah dengan
tekanan tetap dari volume semula 0,015 m3 hingga volumenya menjadi 0,040 m3. Jika
temperatur udara mula-mula 350C, berapa temperatur akhirnya ?. Hitung pula berapa
usaha luar yang dihasilkan dan massa udara jika panas jenis udara pada tekanan tetap
1,02 kJ.(kg0K)-1, dan R udara = 291 J.(kg0K)-1.
Diketahui : P = 15 Bar
V1 = 0,015 m3
V2 = 0,040 m3
T1 = 350 C
Cp= 1,02 KJ (kg0 )-1
R = 291 J (kg0K)-1
Ditanya : a. T1 = ? b. W = ?

4-3
Jawab:
a. Proses tekanan tetap, jadi V1/T1 = V2/T2
T2 = V1/V2 x T1
T2 = 308 x 0,040/0,015
= 308 x 8/3 = 8210K
= 548 0C

b. Usaha luar W = p (V2 – V1) = 1500 x (0,040 – 0,015)


= 37,5 kNm = 37,5 kK.J
PV = mRT
m = PV/RT
m = 1500 x 0,015 / 0,291 x 308 = 0,25 kg
Panas Q = m.cp (T2-T1) = 0,25 x 1,02 x (821 – 308)
= 130,8 kJ.

4.4. Proses Temperatur Tetap


Jika selama proses berlangsung dari keadaan 1 ke keadaan 2 temperaturnya tetap, seperti
halnya dengan proses volume dan tekanan tetap, maka persamaan p1v 1 / T1 = p2v2 / T2 juga
berlaku, tetapi disini T1= T2, sehingga persamaannya menjadi :
p1v1= p2v2
(Bandingkan dengan hukum Boyle)

P ` P V

p1 1 p1 1 V2 2

p2
2 p2 2 V1 1

V1 V2 V T1= T2 T T1= T2 T
Diagram P-V Diagram P-T Diagram V-T

Gambar 3. Temperatur Tetap

Untuk mencari jumlah panas, energi dalam dan Usaha dalam proses temperatur tetap, dapat
ditunjukkan dengan persamaan - persamaan berikut :

Panas Q = p1.v1 ln (v2.v1-1)

Energi Dalam U = 0
4-4
Usaha W = p1 v1 ln (v2.v1-1)
(Q = W , Panas = Usaha)

Contoh.
3. Pompa sepeda yang diameter silindernya 4 cm dan langkahnya 60 cm, digunakan dengan
sangat pelan hingga temperaturnya tetap. Perbandingan kompresi pompa adalah 20, dan
jika udara yang dihisap pompa tekanannya 1 Bar dan suhunya 300C, berapa tekanan
akhirnya dan berapa massa udara yang dipompa setiap langkah toraknya.
Hitung juga usaha luar yang dibutuhkan setiap langkahnya.
Diketahui : d = 4 cm = 4 x 10-2 m
L = 60 cm = 0,6 m
Perbandingan kompressi = 20
P = 1 Bar
T = 300 C
Ditanya :a. P2 = ? b. Wluar = ?
Jawab :
a. Volume langkah pompa = ¼  d2 x l
= 0,785 x0,0042 x 0,060 = 753,6x10-6 m3 = 753,6 cm3
V1 = 20 V2, sedangkan volume langkah torak adalah
V1 – V2 = 753,6 x 10-6 m3 sehingga
V1 – V1/20 = 19/20 V1 = vol. langkah, jadi
V1 = 20/19 x 753,6x10-6
= 793,1x10-6 m3 dengan demikian
V2 = 793,1x10-6 – 753,6x10-6
= 39,5x10-6 m3 = + 40 cm3
Jika R udara diambil 290 J/kg0K, maka m udara = PV/RT
m = 100 x793,1x10-6 : (0,29x303) = 902,5x10-6 kg
= 0,925 gram (untuk setiap langkah)
b. Usaha luar (W) = p1V1 ln V2.V1-1
= 100 x 793,1x10-6 x ln 1/20
= - 237591,5 x 10-6 KNM =
= - 237,6 x 10-3 KJ = - 237,6 Joule
(catatan : nilai negatif berarti usaha diberikan dari luar)

4.5. Proses Adiabatis


Yang dimaksud dengan proses adiabatis adalah perubahan keadaan dari keadaan 1 ke
keadaan 2, yang selama berlangsung tidak ada panas (Q) yang masuk maupun yang
keluar, atau Q = 0. Walaupun demikian, persamaan
4-5
p1V1 p 2 V2

T1 T2
tetap berlaku, tetapi karena Q = 0, maka persamaannya antara masing-masing keadaan
menjadi :
p1v1= p2v2
γ 1
γ 1
T2  V1  p  γ
   2
T 1  V2   p1 
 disini disebut sebagai indek proses adiabatis

Diagram untuk proses adiabatis:

P P V
1 1 2
p1 p1 V2

p2 p2 V1

V1 V2 V T1 T2 T T1 T2 T
Diagram P-V Diagram P-T Diagram V-T

Gambar.4. Diagram Adiabatis

Adapun persamaan Q = U + W, karena Q = 0, maka:


U = - W

p1 V1  p 2 V2
dimana W =
γ 1

dan

p 2 V2  p1V1
U =
γ 1

Contoh
4. Pompa sepeda mempunyai diameter silinder 4 cm dan langkah 60 cm, digunakan dengan
sangat capat hingga tidak ada panas yang masuk maupun keluar. Perbandingan kompresi 20,
dan jika udara yang dihisap pompa tekanannya 1 Bar dan suhunya 300C, berapa tekanan
akhirnya dan usaha luar yang dibutuhkan setiap langkahnya.
Diketahui : d = 4 cm = 4 x 10-2 m
L = 60 cm = 0,6 m
Perbandingan kompressi = 20
4-6
P = 1 Bar
T = 300 C
Ditanya :a. P2 = ? b. Wluar = ?

Jawab:
a. Karena gerakan pompa dilakukan sangat cepat, disini terjadi proses adiabatis, atau tidak
terjadi perpindahan panas dari maupun ke pompa. Jika diangap V1 = 800x10-6 m3 dan
V2 = 40x10-6 m3 (lihat contoh soal 3 )
Proses adiabatis.
p1V1 = p2V2
V1 
p2 = p1. ( ( ) = 100 x 201,4 = 6629 kN/m2
V2
p1 V1  p 2 V2
b. Usaha luar (W) = nilai  diambil 1,4
γ 1
(100 x800)  (6629 x 40)
Jadi W = x10 6
1,4  1
= 2,5 x (80000 – 265160) x 10-6
= - 462900 x 10-6 kNm
= - 462,9 Nm
= - 462,9 J
(catatan : nilai negatif berarti usaha diberikan dari luar)

4.6. Proses Politropis


Sebenarnya proses politropis adalah suatu proses sembarang dari keadaan 1 ke keadaan
2, Tidak banyak perbedaan dengan proses adiabatis, hanya jika pada proses adiabatis indek
prosesnya , pada proses politropis indek prosesnya n. Persamaan p1v1/T1= p2v2/T2 tetap
berlaku, tetapi untuk mendapatkan persamaan antara masing-masing properti, maka
persamaan yang berlaku disini menjadi :
n 1
T2 V p
p1v1n= p2v2n dan  ( 1 ) n 1  ( 2 ) n
T1 V2 p1
Adapun persamaan Q = U + W, menjadi :

γn γn
Q= xW = cv xW (T2 – T1) = Cn (T2-T1)
γ 1 n 1

n
U = cv (T2 – T1) = ( p1V1 - p2 V2)
n 1
p V  p 2 V2
W = 1 1
n 1
4-7
Dalam proses politropis, panas jenis mempunyai nilai sendiri, yaitu cn, yang besarnya:
γn
cn = cv ( )
γ 1
Diagram untuk proses politropis:

P P V
1 1 2
p1 p1 V2

p2 2 V1

V1 V2 V T1 T2 T T1 T2 T
Diagram P-V Diagram P-T Diagram V-T

Gambar 5. Diagram politropis

Catatan :
Untuk memudahkan perhitungan dalam proses politropis, jika diketahui temperatur masing-masing keadaan,
dapat juga digunakan rumus umum untuk Q dan U sebagai berikut :
Q = m x cp x (T2 – T1)
U = m x cv x (T2 – T1)

Contoh soal :
1,3
5. Satu kilogram gas mengembang sesuai formula pV = C dari tekanan 1 MN/m2 dan volume
0,003 m3 menjadi tekanan 0,1 MN/m2. Berapa panas yang diterima atau dibuang selama
proses ini, dan berapa panas jenis politropis dari gas ini (cn)

Diketahui : P1 = 1

V = 0,003 m3
P2 = 0,1
Ditanya : a. Q = ?
b. Cn = ?
Jawab:
a. Karena belum diketahui,  diambil = 1,4 dan cv = 0,718 kJ/kg.0K.
p1v1n= p2v2n 1

v 2 = v 1n (p1 / p2)1/ n 19
1/1-3
v2 = v 1 (p1 / p2)
= 0,003 (1/0,1)1/1-3
= 0,003x5,87= 0,0176 m3
Q = (-n) / (-1)xW = (-n) / (-1) x (p1v1 - p2v2 ) / n-1
= ((1,4–1,3) / (1,4-1)) x (1x0,003 – 0,1x0,0176) / (1,3-1)
4-8
= 0,1 / 0,4 x 0,003 – 0,00176 / 0,4
= 0,00103 MJ = 1,03 kJ
b. cn = (-n / -1) x W
= 0,718 x (1,4–1,3) / (1,4–1)
= 0,718 x 0,1/0,3
= 0,239 kJ/kg.0K.

4.7. Persamaan dan Perbedaan Proses-Proses


Untuk membedakan dan memudahkan dalam membuat analisa proses-proses tersebut
diatas, skema dibawah ini akan memberikan gambaran yang lebih jelas persamaan dan
perbedaan yang khas dari masing-masing proses:

Proses Isothermis (n=1)


Proses Politropis (n=n)
Proses Adiabatis (n=)

Proses Isovolum V=C (n = ~)

Proses Isobar p=C (n=0)


Proses Isothermis
Gambar 5 - 8 Proses-proses Termodinamika

Politropis
Adiabatis

Proses isovolum

Gambar. 6. Diagram Persamaan dan Perbedaan Proses-proses

Seperti dijelaskan diatas, proses politropis adalah proses sebarang, yang berarti semua
proses adalah politropis. Yang membedakan masing-masing proses adalah indek
n
politropisnya, yaitu nilai n, dimana pada semua proses sebenarnya berlaku pv = C.
Keempat proses lainnya, mempunyai nilai n yang berbeda, yaitu:
 Proses Temperatur tetap atau T=C n = 1
 Proses adiabatis (Q=0) n = 
 Proses Tekanan tetap atau p=C n = 0
 Proses Volume tetap atau v=C n = ~

4-9
Disamping itu, arah proses akan menentukan, apakah hasil panas (Q), dan usaha (W)
negatif atau positif. Pemberian nilai positif dan negatif hanyalah untuk membedakan apakah
sistem menerima atau menghasilkan panas dan usaha.
Jelasnya, jika suatu sistem menerima panas, maka dikatakan nilai Q positif, sebaliknya
jika panas meninggalkan sistem tersebut atau sistem kehilangan panas, nilai Q menjadi
negatif. Namun harus dimengerti bahwa jika Q mempunyai nilai positif panasnya juga negatif.
Hal ini hanya untuk membedakan arah dari panas tersebut.
Demikian juga halnya dengan usaha (W), jika suatu sistem menghasilkan usaha,
dikatakan nilai usahanya positif, sebaliknya jika sistem menerima usaha, maka nilai W menjadi
negatif. Sekali lagi, bukan usahanya negatif, tetapi arah terhadap sistem yang membuat usaha
tersebut menjadi negatif. Contoh yang jelas, mesin diesel menghasilkan usaha didalam
silinder yang kemudian akan memutar poros, karenan itu mesin diesel sebagai suatu sistem
yang menghasilkan usaha dengan nilai positif. Adapun kompresor udara, karena memerlukan
tenaga untuk menggerakkan piston didalam silindernya, memerlukan usaha dari motor listrik.
Maka, dikatakan kompresor mempunyai nilai usaha (W) negatif.
Perhatikan gambar 7 berikut:

Q masuk (positif) Q keluar (negatif)

Sistem

W diberikan W dihasilkan
(negatif) (positif)

Gambar 7. DSiagram sistem


Jadi
 Panas (Q) mempunyai nilai + (positif) jika panas masuk ke dalam sistem
 Usaha (W) mempunyai nilai + (positif) jika usaha dilakukan oleh sistem
Sebaliknya:
 Panas (Q) mempunyai nilai - (negatif) jika panas keluar dari sistem
 Usaha (W) mempunyai nilai - (negatif) jika sistem menerima usaha dari luar

4-10
Tabel – 1. PERSAMAAN KEADAAN

Proses Kode Tekanan Tetap Volume Tetap Temperatur Adiabatis Politropis


Tetap

Indek n atau  n=0 n= ~ n=1 n= n=n


Proses
n n
Keadaan P, V, T V/T = C P/T = C PV = C p1.v1 = p2 .v2  p1.v1 = p2 .v2
V1 V 2 p1 p 2 p1.v1 = p2 .v2  1 n 1
 T2 V p T2 V p
T1 T2
  ( 1 )  1  ( 2 )   ( 1 ) n1  ( 2 ) n
T1 T2 T1 V2 p2 T1 V2 p1
V2 cn (T2 -T1) =
Panas Q m.cp (T2 - T1) m.cv (T2 - T1) p1.v1 ln 0  n
V1 cv ( ) (T2 - T1)
n 1
p 2V 2  p1V1 n
Energi U cv (T2 - T1) m.cv (T2 - T1) 0 ( p2.v2 - p1 .v1)
Dalam  1 n 1

p1V1  p 2V 2 p1V1  p 2V 2
Usaha W p1 (v2-v1) 0 (p1.v1) ln v2/v1
 1 n 1
 n
Panas Jenis c cp cv ~ 0 c n  cv ( )
1 n

p.V / T = C P.V = m.R.T Q = U + W R = cp - cv  = cp / c v


4-11
4.8. NOSEL dan PENCEKIKAN (THROTTLING)

Nosel adalah suatu alat yang dibuat untuk menurunkan tekanan


suatu gas atau uap melalui sebuah “celah” dalam saluran gas yang
dibuat sempit, dan kemudian pada sisi sesudahnya dibuat lebih
lebar. Gas yang bertekanan tinggi akan terhambat oleh celah ini
sehingga bukan saja tekanannya turun, tetapi kecepatannya juga
akan naik. Tujuan utama nosel adalah untuk memperoleh kecepatan
gas/uap yang lebih tinggi agar memperoleh energi kinetik untuk
menggerakkan, misalnya sudu-sudu sebuah turbin.

A B (leher) C

Area masuk
Area keluar

p1, V1, T1, C1, h1 p1,V2,T2,C2,h2

Gambar ...
Nosel Divergen-Konvergen

Proses pencekikan atau throttling adalah suatu proses dimana


tekanan suatu gas yang pada awalnya tinggi, diturunkan dengan
tiba-tiba sehingga tekanannya menjadi rendah. Proses ini terjadi di
Turbin Uap, yaitu di nosel atau di pipa pancar dan di sudu-sudunya,
dengan tujuan meningkatkan kecepatan uap. Yang khas dari proses
ini adalah, untuk zat berbentuk gas dan jenuh kering, yang
mengalami proses throttling entalpinya tetap atau dianggap tetap.
Berbeda dengan mesin pendingin (refrigerator), proses ini digunakan
untuk merubah media pendingin yang sebelumnya berbentuk cair,
dirubah menjadi gas, yaitu untuk mendapatkan efek pendinginan.
4-12
Gambar diatas memperlihatkan nosel jenis divergen-konvergen,
dimana diketahui divergen artinya area sisi masuk lebih besar dari
sisi keluar, kebalikan dengan konvergen, dimana area sisi keluarnya
yang lebih besar. Disini berlaku persamaan energi aliran tetap
(Steady Flow Energy Equation). Karena dalam hal ini energi
potensial tidak ada, dan usaha luarpun tidak terjadi, maka berlaku:
2 2
C1 C
h1   Q  h2  2 untuk setiap massa tertentu (1 kg).
2 2
Dalam beberapa hal, karena peristiwa ini terjadi sangat cepat,
maka tidak terjadi perubahan panas, atau Q = 0, atau prosesnya
terjadi secara adiabatis. Maka,
2 2
C C
h1  1  h 2  2 atau
2 2
2 2
C C
h1  h 2  1  2
2 2
dan jika kecepatan masuk sangat kecil dibandingkan dengan
kecepatan keluar, maka C1 dianggap nol, dan C2 ditulis hanya
dengan C saja, persamaan menjadi:
2
C
h1  h 2  atau
2
C= 2h 1  h 2 
dan untuk gas akan menjadi:
γ
h1 – h2 = cp (T1 – T2) = R T1  T2 
γ 1
γR
(ingat cp = )
γ 1
Dengan demikian maka,

4-13
 γ   γ 
C= 2 R T1  T2  = 2 (p1 v1  p 2 v 2 
 γ 1   γ 1 
ingat, pv = RT
Untuk proses adiabatis dimana pv = C maka,
γ 1
 
 γ  p  γ

C = 2 p1 v1 1   2  
 γ 1  p1  
 
Disamping formula-formula diatas, disetiap titik bidang potong nosel
berlaku persamaan aliran terus menerus (continuity of flow):
mv=AC
dimana:
m = massa yang mengalir dalam kg.s-1
v = volume jenis dalam m3.kg-1
A = luas bidang dititik potong dalam m3.
C = kecepatan aliran keluar dalam m.s-1.

Untuk mencari tekanan kritis, dari formula-formula diatas akan


diperoleh:
n
 2  n 1
p kritis   p1
 n  1
Sebagai contoh, untuk uap panas lanjut, dimana nilai adiabatisnya 
= n = 1,3, sedangkan untuk uap basah, nilai n = 1,135, dan akan
diperoleh nilai tekanan kritis uap basah, yaitu:
pt = 0,577 p1

Contoh soal.
6. Udara masuk ke nosel pada tekanan 3,5 MN/m2 dan suhu 500OC,
sedangkan tekanan keluar dari nosel 0,7 MN/m2. Jika jumlah

4-14
udara yang mengalir 1,3 kg per sekon dan ekspansinya dianggap
adiabatis, hitunglah:
a. luas bidang leher
b. luas bidang keluar
c. angka Mach pada sisi keluar.

Diketahui : P1 = 3,5

P2 = 0,7

T = 5000 C
m = 1,3 kg
 = 1,4
R = 0,287 kJ.(kgOK)-1.
Ditanya : a. Luas bidang leher = ?
b. Luas bidang keluar = ?
c. angka mach pada sisi luar = ?
Jawab:
RT 0,287x773
a. v1    0,0634m 3 /kg
p1 3500
γ 1,4
 2  γ 1  2  1,4 1
  p1   
Tekanan kritis = pt =  γ  1   1,4  1 
 
p1  0,528x3,5  1,85MN/m 2
(tekanan kritis di leher nosel)
Kecepatan di leher nosel:

4-15
 γ 1 
 γ p  γ

C t  2 p1 v 1   2  =
 γ 1  p1  
 1 
0, 4
1,4  1,85  1, 4
2x x3,5 x10 6 x 0,0634 1   
0,4  3,5 

Ct = (0,259 x 106) = 0,508 x 103

= 508 m.s-1

Selanjutnya, vt = v1 (p1/p2)1/ = 0,0634 (3,5/1,85)1/1,4


= 0,0997 m3.kg-1
mVt 1,3x0,0997
At  
Ct 508
Jadi,  0,000255m2
 255 mm 2

b. Pada bidang keluar,


0,4
 
 1,4  0,7  1, 4 
C 2  2 x x3,5 x106 x0,0634 1    
 0,4  3,5  
 

C2  2x3,5x3,5x0,0634x0,37x10  6

= 0,674x10 
6

= 820 m/s

4-16
1
p γ
V 2  V1  1 
 p2 
1
 3,5  1,4
 0,0634x 
 0,7 
 0,2 m 3 /kg
mV2 1,3x0,2
A2 =   317 mm 2 luas bidang keluar
C2 820
c. Jumlah Mach ( Mach number ) = C2/C1 = 820/500
= 1,61

7. Udara mengalir melalui tabung divergen disatu sisinya


mempunyai temperatur 0OC, tekanan 140 kN.m-2 dan kecepatan
900 m/s. Sesudah beberapa saat kecepatan nya menurun hingga
300 m/s. Jika dianggap alirannya secara adiabatis tanpa gesekan,
berapa kenaikan tekanan, temperatur dan energei dalam untuk
setiap kg udara ?. Ambil cp = 1,006 kJ.(kgOK)-1, cv = 0,717
kJ.(kgOK)-1.
Diketahui : T1 = 0 0 C

P = 140

V1 = 900 m/det
V2 = 300 m/det
 = cp/cv = 1,006/0,717 = 1,4
 R = cp–cv = 1,006–0,717 = 0,289 kJ.(kgOK)-1.
Ditanya : a. T2 = ? b. P2 = ? c. E = ?
2 2
C 2  C1 γ
Jawab : a. Untuk aliran adiabatis,  R(T1  T2 )
2 γ 1
sehingga,

4-17
300 2  900 2 1,4
 0,289 x (273  T2 )
2 1,4  1

(9  81) x104 0,4


(273-T2) = x
2 1,4 x0,289

 36 x104
Jadi T2 = 273 +
3,5 x0,289 x103
= 273 + 356 = 629OK = 356OC.
Jadi, kenaikan temperatur = 356 – 0 = 356 O K.
γ 1,4
 T  γ 1  629  04,
P2  P1  2   140x 
 T1   273 
b. Selanjutnya,  140x2,33,5
KN
 2590 2
m
Jadi, kenaikan tekanan 2,59 – 0,14 = 2,45 MN/m2.

c. Kenaikan energi dalam = U = cv (T2-T1) = 0,717 x 356


= 255 kJ.(kgOK)-1.

4.9. Rangkuman
 Proses atau perubahan keadaan yang terjadi jika selama
proses berlangsung volumenya tetap, disebut proses volume
tetap atau proses isovolume. Contoh proses ini adalah
yang terjadi didalam tabung atau botol udara, dimana
tekanan udara dari kompresor akan menanikkan tekanan
dan temperatur udara didalam tabung, tetapi volume
tabungnya tetap.
 Proses atau perubahan keadaan yang berlangsung dalam
kondisi tekanan tetap, dan seperti halnya dengan proses
4-18
volume tetap, maka persamaan p1v1/T1= p2v2/T2 juga berlaku,
namun disini p1= p2, sehingga persamaannya menjadi:
V1 V2

T1 T2
Contoh proses ini terjadi pada mesin uap, dimana uap yang
berasal dari ketel dengan bertekanan tinggi mendorong
torak dimana tekanan uapnya selalu tetap
 Jika selama proses berlangsung dari keadaan 1 ke keadaan
2 temperaturnya tetap, seperti halnya dengan proses volume
dan tekanan tetap, maka persamaan p1v1 / T1 = p2v2 / T2
juga berlaku, tetapi disini T1= T2, sehingga persamaannya
menjadi :
p1v1= p2v2
 Proses adiabatis adalah perubahan keadaan dari keadaan 1
ke keadaan 2, yang selama berlangsung tidak ada panas
(Q) yang masuk maupun yang keluar, atau Q = 0.
Walaupun demikian, persamaan
p1V1 p 2 V2

T1 T2
tetap berlaku, tetapi karena Q = 0, maka persamaannya antara
masing-masing keadaan menjadi :
p1v1= p2v2
 Proses politropis adalah suatu proses sembarang dari keadaan 1
ke keadaan 2, Tidak banyak perbedaan dengan proses adiabatis,
hanya jika pada proses adiabatis indek prosesnya , pada proses
politropis indek prosesnya n. Persamaan p1v1/T1= p2v2/T2 tetap
berlaku, tetapi untuk mendapatkan persamaan antara masing-
masing properti, maka persamaan yang berlaku disini menjadi :

4-19
n 1
T2 V p
p1v1n= p2v2n dan  ( 1 ) n 1  ( 2 ) n
T1 V2 p1

 Proses politropis adalah proses sebarang, yang berarti semua


proses adalah politropis. Yang membedakan masing-masing
proses adalah indek politropisnya, yaitu nilai n, dimana pada
semua proses sebenarnya berlaku pvn = C.
Keempat proses lainnya, mempunyai nilai n yang berbeda, yaitu:
 Proses Temperatur tetap atau T=C n = 1
 Proses adiabatis (Q=0) n = 
 Proses Tekanan tetap atau p=C n = 0
 Proses Volume tetap atau v=C n = ~
 Nosel adalah suatu alat yang dibuat untuk menurunkan tekanan
suatu gas atau uap melalui sebuah “celah” dalam saluran gas
yang dibuat sempit, dan kemudian pada sisi sesudahnya dibuat
lebih lebar. Gas yang bertekanan tinggi akan terhambat oleh
celah ini sehingga bukan saja tekanannya turun, tetapi
kecepatannya juga akan naik

4.10. Soal dan Latihan


1. Suatu gas ideal monoatomik yang pada awalnya berada
pada tekanan 1,50 x 105 Pa dan volume 0,0800 m3
dikompersi secara adiabatic sehingga volumenya menjadi
0,0400 m3.
a. Berapa tekanan akhir ?
b. Berapa banya kerja yang dilakukan oleh gas?
c. Berapa rasio suhu akhir gas terhadap suhu awalnya ?
apakah gas dipanaskan atau didinginkan akibat kompersi
ini?

4-20
2. Suatu gas ideal yang pada awalnya berada pada 4,00 atm
dan 350 K dibiarkan berekspensi secara adiabatic menjadi
1,50 kali volume awalnya. Tentukan tekanan dan suhu akhir
jika gas adalah
a. Monoatomik

b. Diatomik dengan CV =

3. Sebuah silinder berisi 0,100 mol gas monoatomik ideal. Pada


awalnya gas berada pada tekanan 1,00 x 105 Pa dan
menempati volume 2,5 x 10-3 m3.
a. Tentukan suhu awal gas dalam Kelvin
b. Jika gas dibiarkan berekspansi menjadi dua kali volume
awalnya, tentukan suhu (dalam Kelvin) dan tekanan akhir
gas jika ekspansi adalah :
i) Isotermal
ii) Isobarik
iii) adiabatik
4. Satu kelompok nosel konvergen-divergen digunakan untuk
mengalirkan uap dengan tekanan 2 MN.m2 dan 325OC.
Ekspansi uap jenuh sesuai formula pV1.3 = C terjadi didalam
nosel hingga tekanan keluar tinggal 0,36 MN.m-2. Jumlah uap
yang mengalir 7,5 kg.s-1. Hitung:
a. Luas bidang disisi leher dan bidang sisi keluar.
b. Derajat pendinginan pada sisi keluar.
5. Uap memasuki sekelompok nosel konvergen-divergen
dengan tekanan 2,2 MN.m-2 dan temperatur 260OC. Ekspansi
keseimbangan sepanjang nosel hingga tekanan keluar 0,4
MN.m-2. Sampai dengan leher noselaliran dianggap tanpa
gesekan. Dari leher ke sisi keluar ada efisiensi ekspansi
sebesar 85%. Jumlah uap yang mengalir adalah 11 kg.
Dengan menggunakan diagram h-S (entalpi-entropi), carilah:
4-21
a. kecepatan di leher nosel
b. bidang di keher dan sisi keluar.

4.11. Daftar Pustaka


1. M.W. Zemansky and R.H Dittman,terbitan ke-6,
diterjemahkan oleh The Houw Liong, “ Kalor dan
Termodinamika “, Penerbit ITB, Bandung, 1986.
2. Nainggolan S.Werlin, “ Teori , soal dan Penyelesaian “
Penerbit Armico Bandung, cetakan ke-4, 1978
3. Sears & Zemansky, Hugh. D. Young, Roger A. Freedman,
TR. Sandin, A. Lewis Ford, alih bahasa, Endang Julianti, “
Fisika Universitas “ Edisi-10, Jakarta, Erlangga , 2002.

4-22

Anda mungkin juga menyukai