Perdarahan postpartum merupakan salah satu masalah penting karena berhubungan penting dengan kesehatan ibu yang dapat menyebabkan kematian. Walaupun angka kematian maternal telah menurun dari tahun ke tahun dengan adanya pemeriksaan dan perawatan kehamilan, persalinan dirumah sakit serta adanya fasilitas transfusi darah, namun perdarahan masih tetap merupakan faktor utama dalam kematian ibu. Walaupun seorang perempuan bertahan hidup setelah mengalami perdarahan pasca persalinan, namun ia akan menderita akibat kekurangan darah yang berat (anemia berat) dan akan mengalami masalah kesehatan yang berkepanjangan (kemenkes, 2015). Retensio plasenta merupakan plasenta yang tidak terpisah dan menimbulkan hemorhage yang tidak disadari dan disadari ketika durasi waktu yang berlalu antara kelahiran bayi dan kelahiran plasenta yang diharapkan. Dalam berbagai ilmu atau tenaga kesehatan khususnya bidan akan menunggu selama setengah jam untuk mengetahui bahwa plasenta tertahan dalam uterus atau belum lepas atau pun terlepas,namun tertahan akibat kontriksi yang terjadi pada ostium uteri (Tando,2013: 90). Angka kematian ibu di dunia pada tahun 2015 adalah 216 per 100.000 (0,216%) kelahiran hidup atau diperkirakan jumlah kematian ibu adalah 303.000 kematian dengan jumlah tertinggi berada di negara berkembang yaitu sebesar 302.000 kematian. Angka kematian ibu di negara berkembang 20 kali lebih tinggi dibandingkan angka kematian ibu di negara maju yaitu 239 per 100.000 (0,239%) kelahiran hidup sedangkan di negara maju hanya 12 per 100.000 (0,012%) kelahiran hidup pada tahun 2015 (WHO,2015). Menurut WHO (2014), terdapat 210 juta wanita hamil, dan 130 juta kelahiran di seluruh dunia dari jumlah tersebut, diperkirakan sebanyak 558.000 ibu meninggal setiap tahun akibat komplikasi kehamilan dan persalinan, 35% diantaranya adalah meninggal karena perdarahan, penyebab utama pada perdarahan persalinan adalah retensio plasenta , atonia uteri, dan sisa plasenta yang tidak segera ditangani. Di laporkan bahwa 15-20% kematian ibu karena retensio plasenta dan insidennya adalah 0,8-1,2% untuk setiap kelahiran (Depkes RI, 2014). Retensio plasenta disebabkan oleh berbagai faktor yaitu antara lain: hamil pada usia lanjut, bekas sectio caesarea, bekas kuretase, riwayat manual plasenta, kesalahan manajemen aktif kala III, riwayat retensio plasenta pada persalinan terdahulu, riwayat endometritis, adapun faktor dari karaterstik ibu yaitu umur dan paritas (Nurul Aida,2014). Setiap tahun menurut WHO terdapat 14 juta ibu atau 11,4% menderita hemoragic postpartum (HPP) di seluruh dunia. Pada negara berkembang kejadian HPP sebanyak 60% pada 100 ribu kematian ibu setiap tahun dan disebabkan oleh karena manajemen persalinan yang masih buruk terutama pada kala 3 yang bisa menyebabkan kehilangan darah berlebihan. Kematian ibu di Indonesia tahun 2013 masih didominasi oleh tiga penyebab utama kematian yaitu perdarahan sebesar 30,13%, hipertensi dalam kehamilan sebesar 27,1% dan infeksi sebesar 7,3%. Pada tahun 2013 ini, kematian akibat perdarahan yaitu terutama perdarahan postpartum menyebabkan kematian ibu sebanyak 30,3% di Indonesia (Kemenkes RI ,2016) Kematian ibu yang sering terjadi disebabkan oleh indikasi yang sering muncul yakni perdarahan, pre eklampsia dan eklamsia, aborsi dan infeksi. Berdasarkan data depertement kesehatan RI, presentase penyebab kematian ibu melahirkan pada tahun 2015 yakni perdarahan 28%, eklampsia 24%, infeksi 11%, abortus 5%, emboli obstetri 3%, komplikasi puerpurium 8%, dan lain-lain 11% (Kemenkes ,2015) Pada tahun 2017 angka kematian ibu di sumatera barat berjumlah 107 orang namun jika dibandingkan tahun 2015 berjumlah 111 orang. Adapun rincian kematian ibu terdiri dari kematian ibu hamil 30 orang (28,2%), kematian ibu bersalin 25 orang (23,3%) dan kematian ibu nifas 52 orang (48,5%) dengan penyebab kematian karena perdarahan yaitu 36 orang (33,6%), Kematian yang disebabkan perdarahan postpartum karena retensio plasenta adalah 15 orang (Dinkes Sumbar ,2017) Berdasarkan hasil penilitian di dapatkan bahwa perdarahan post partum di RSUP Dr.M. Djamil Padang pada bulan Januari 2016 – September 2017 adalah HPP primer (79,5%), ibu dengan usia 21-34 tahun (69,2%), ibu dengan paritas lebih dari 2 kali atau multipara (89,4%), ibu dengan tingkat kepatuhan ANC yang tinggi (100%), ibu dengan jarak antara kelahiran < 2 tahun (66,7%), ibu yang tidak ada riwayat kehamilan dan persalinan buruk (66,7%), ibu dengan kadar Hb <11 gr% (92,4%), ibu dengan tingkat pendidikan tinggi (87,2%), ibu dengan etiologi retensio plasenta (38,5%), dan kematian ditemukan dengan perdarahan post partum primer (2,5%). Penyebab terbanyak terjadinya perdarahan postpartum adalah retensio plasenta sebanyak 15 orang (38,5%), dan terendah akibat kelainan darah 2 orang (5,1%), hal ini sesuai dengan penelitian di RSUP Dr. M. Djamil Padang tahun 2013-2015 yaitu HPP terjadi paling banyak pada ibu dengan retensio plasenta sebanyak 19 orang (19,9%), diikuti ibu dengan sisa plasenta 17 orang (17,7%), ibu dengan atonia uteri sebanyak 5 orang (10,4%), ibu dengan inversia uteri sebanyak 3 orang (6,2%), ibu dengan robekan jalan lahir sebanyak 2 orang (4,2%), dan ibu dengan kelainan darah sebanyak 2 orang (4,2%). Sementara itu di RST.Dr. Reksodiwiryo Padang tahun 2019 di ruangan Kebidanan selama 6 hari jumlah pasein sebanyak 16 orang dan diantaranya pasien Sc 7 orang (43,7%), perdarahan 3 orang (18,7%) rincian penyebab perdarahan yaitu retensi sisa plasenta 1 orang, kelainan darah 2 orang, HEG 1 orang (6,2%) dan lain-lain (31,2%). Berdasarkan latar belakang diatas penulis tertarik mengangkat kasus dengan judul kajian asuhan kebidanan pada Ny” N ” P1A0H0 dengan Retensio Plasenta diruangan Ponek IGD RS Dr. Reksodwiryo pada tanggal 3 Maret 2020.
1.2 Rumusan masalah
Dari latar belakang yang dipaparkan maka rumusan masalah pada laporan kasus ini adalah “ Bagaimana kajian asuhan kebidanan pada Ny” N ” P1A0H0 dengan Retensio Plasenta diruangan Ponek IGD RS Dr. Reksodwiryo pada tanggal 3 Maret 2020. 1.3 Tujuan laporan kasus 1. Tujuan umum Melakukan dan menganalisis asuhan kebidanan pada Ny “N” P1A0H0 dengan Retensio Plasenta di ruangan Ponek RS dr. Reksodwiryo pada tanggal 3 Maret 2020 2. Tujuan khusus a. Mampu melakukan pegumpulan data dasar pada Ny”N” umur 13 tahun P1A0H1 dengan Retensio Plasenta di ruangan Ponek RS dr. Reksodwiryo pada tanggal 3 Maret 2020 b. Mampu menginterprestasikan data dasar yang sudah dikaji pada Ny”N” umur 13 tahun P1A0H1 dengan Retensio Plasenta di ruangan Ponek RS dr. Reksodwiryo pada tanggal 3 Maret 2020 c. Mampu mengidentifikasikan diagnosa dan masalah potensial pada Ny”N” umur 26 tahun P1A0H1 dengan Retensio Plasenta di ruangan Ponek RS dr. Reksodwiryo pada tanggal 3 Maret 2020 d. Mampu menentukan kebutuhan akan tindakan segera pada Ny”N” umur 26 tahun P1A0H1 dengan Retensio Plasenta di ruangan Ponek RS dr. Reksodwiryo pada tanggal 3 Maret 2020 e. Mampu membuat rencana asuhan menyeluruh pada Ny”N” umur 26 tahun P1A0H1 dengan Retensio Plasenta di ruangan Ponek RS dr. Reksodwiryo pada tanggal 3 Maret 2020 f. Mampu melaksanakan rencana asuhan yang telah dibuat pada Ny”N” umur 26 tahun P1A0H1 dengan Retensio Plasenta di ruangan Ponek RS dr. Reksodwiryo pada tanggal 3 Maret 2020 g. Mampu melakukan evaluasi terhadap pelaksanaan asuhan pada Ny”N” umur 26 tahun P1A0H1 dengan Retensio Plasenta di ruangan Ponek RS dr. Reksodwiryo pada tanggal 3 Maret 2020 1.4 Manfaat Laporan Kasus 1. Bagi mahasiswa Dapat menambah pengetahuan dan keterampilan mahasiswa dalam meberikan asuhan kebidanan pada ibu dengan retensio plasenta 2. Bagi pendidikan Dapat mengetahui kemampuan mahasiswa dalam melakukan proses pendokumentasian asuhan kebidanan pada ibu dengan retensio plasenta 3. Bagi rumah sakit Sebagai masukan untuk meningkatkan pelayanan kesehatan dalam memberikan asuhan kebidanan komprensif