Anda di halaman 1dari 18

BAB II

A.Produksi Antibiotik
Produksi antibiotik dapat dikelompokkan menjadi tiga metode: fermentasi alami, semi-
sintetik, dan sintetis. Karena semakin banyak bakteri terus mengembangkan resistensi terhadap
antibiotik yang diproduksi saat ini, penelitian dan pengembangan antibiotik baru terus menjadi
penting. Selain penelitian dan pengembangan dalam produksi antibiotik baru, sistem pengiriman
pengemasan ulang adalah penting untuk meningkatkan kemanjuran antibiotik yang saat ini
diproduksi. Perbaikan pada bidang ini telah melihat kemampuan untuk menambahkan antibiotik
langsung ke perangkat yang ditanamkan, aerosolisasi antibiotik untuk pengiriman langsung, dan
kombinasi antibiotik dengan non antibiotik untuk meningkatkan hasil. Peningkatan strain bakteri
patogen yang resisten antibiotik telah menyebabkan peningkatan urgensi untuk pendanaan
penelitian dan pengembangan antibiotik dan keinginan untuk memproduksi antibiotik baru dan
lebih baik.

Gambar Proses Pembuatan Antibiotik (Sumber gambar:


www.madehow.com/Volume-4/Antibiotic.html) tgl 17 april

Beberapa tahap pembuatan antibiotik sesuai dengan gambar di atas adalah sebagai berikut.
 Mikroorganisme penghasil antibiotik dikembangkan.
 Mikroorganisme dipindahkan ke dalam bejana fermentasi yang menyerupai tangki besar.
Di tempat ini, mikroorganisme dipacu dengan lingkungan yang cocok agar berkembang
biak secara cepat.
 Dari cairan biakannini, antibiotik diekstraksi dan dimurnikan, selanjutnya diuji dengan
urutan sebagai berikut:
1) Zat diuji dalam tabung reaksi, apakah dapat mematikan kuman atau tidak.
2) kemudian zat diujikan kepada hewan percobaan, termasuk diteliti efek sampingnya.
3) jika berhasil barulah diujikan pada orang sakit dan selanjutnya dipasarkan.
B.Kontrol Kualitas
Kontrol kualitas sangat penting dalam produksi antibiotik. Karena melibatkan proses
fermentasi, langkah-langkah harus diambil untuk memastikan bahwa sama sekali tidak ada
kontaminasi yang diperkenalkan pada titik mana pun selama produksi.
Untuk tujuan ini, media dan semua peralatan pemrosesan disterilkan dengan uap. Selama
pembuatan, kualitas semua senyawa diperiksa secara teratur. Yang paling penting adalah
pemeriksaan yang sering terhadap kondisi kultur mikroorganisme selama fermentasi. Ini
dilakukan dengan menggunakan berbagai teknik kromatografi. Juga, berbagai sifat fisik dan
kimia dari produk jadi diperiksa seperti pH, titik lebur, dan kadar air.
Memproduksi antibiotik dapat dilakukan melalui 3 cara, dengan cara alami, sintesis, dan
semi sintesis. Dengan cara alami artinya bahwa antibiotik tersebut diproduksi dengan cara
mengisolasi bagian tertentu dari mikroorganisme tertentu yang berkhasiat sebagai antibiotik.
Sementara dengan cara sintesis (buatan) artinya antibiotik tersebut diproduksi melalui
serangkaian proses kimia yang produknya merupakan senyawa organik berkhasiat antibiotik.
Lalu dengan cara semisintesis artinya antibiotik tersebut didapatkan melalui gabungan cara alami
dan sintesis, jadi bagian tertentu dari mikroorganisme diisolasi, kemudian diproses secara
kimiawi, produk yang dihasilkan merupakan antibiotik.
 Bahan Baku
Pada umumnya, saat akan memproduksi antibiotik tersebut akan menggunakan proses
fermentasi. Dan selama fermentasi organisme akan menghasilkan bahan antibiotik tersebut,
yang kemudian akan bisa digunakan sebagai obat. bioteknologi modern terapi genetik bisa
dijadikan sebagai informasi tambahan.
 Mekanisme
Dalam tahap ini, akan melibatkan atau mengisolasi mikroorganisme yang diinginkan, dan
akan mendorong pertumbuhan budaya dalam menyempurnakan serta mengisolasi produk
antibiotik akhir.
 Persiapan
Sebelum fermentasi dimulai, mikroorganisme akan memproduksi antibiotik yang diinginkan
harus di isolasi dan juga jumlahnya harus ditingkatkan. Untuk melakukan hal ini, budaya
starter dari sampel sebelumnya akan terisolasi dan akan disimpan dalam laboratorium.
 Fermentasi
Tangki fermentasi pada dasarnya adalah tangki versi besar yang mampu menampung sekitar
30.000 galon dan diisi dengan media pertumbuhan yang sama.
 Isolasi dan Pemurnian
Setelah tiga hingga lima hari, jumlah maksimum antibiotik akan diproduksi dan diproses
isolasi dapat dimulai. Dalam metode ini, kaldu akan diperlakukan dengan pelarut organik
seperti butil asetat atau metil isobutil keton yang secara khusus dapat melarutkan antibiotik
tersebut. Kemudian antibiotik akan disempurnakan dalam bentuk dan jenis yang berbeda
menggunakan bioteknologi modern.

C. Macam – Macam Antibiotik


1. Golongan penisilin
- Mekanisme kerja: menghambat pembentukan dinding sel bakteri
- Derivat: - spectrum sempit: penisilin G, penisilin V, penisilin
tahap penisilina
- sespectrum luas: Ampicilin, Amoxicillin
- Obat generik: Ampicillinum, Amoxicillinum, Penisilin G, Penisilin V
- Obat paten: Viccilin, Amoxan, Panadur LA, Fenocin
- Efek samping: Reaksi alergi, Hipersensitif, Mual dan diare
- Indikasi: Infeksi saluran kemih, infeksi saluran pernapasan,
infeksi kulit, dan infeksi jaringan lunak

2. Golongan Sefalosporin
- Mekanisme kerja: menghambat pembentukan dinding sel bakteri
- Derivat: Sefaktor, Sefadroksil, Seftazidim, Seftriaksomn,
Sefuroksin, Sefaleksim, Sefazolin.
- Obat generik: Sefadroxil, Sefotaxim, Sefadrin, Sefaktor
- Obat paten: Cefat, Claforan, Velocef, Ceclor
- Efek samping: Reaksi alergi, Hipersensitif, Mual dan diare
- Indikasi: infeksi saluran kemih, infeksi saluran pernapasan,
infeksi kulit, dan infeksi jaringan lunak, infeksi pada sendi

3. Golongan Aminoglikosida
- Mekanisme kerja: menghambat sintesa protein sel bakteri
- Derivat: Streptomisin, Neomisin, Kanamisin, Gentamisin,
Framisetin, Tobramisina, Amikacini
- Obat generik: Streptomisin, Neomisin, Kanamisin, Gentamisin,
Framisetin
- Obat paten: Streptomycin Meiji, Neobiotic, Kanoxin, Ottotgenta,
Sofra Tulle
- Efek samping: terjadinya kerusakan pada telinga sehingga
mengganggu keseimbangan dan pendengaran
- Indikasi: infeksi saluran pernapasan, infeksi kulit

4. Golongan Kloramfenikol
- Mekanisme kerja: menghambat pembentukan dinding sel bakteri
- Derivat: Kloramfenikol, Tiamfenikol
- Obat paten: Biothicol (Sanbe), Colme (Interbat)
- Efek samping: anemia, mual, muntah dan nyeri, alergi, syndrome
gray pada bayi
- Indikasi: types, konjungtifitas mata

5. Golongan Tetrasiklin
- Mekanisme kerja: menghambat sintesa protein sel bakteri
- Derivat: Klortetrasiklin, Oksitetrasiklin, Doksisiklin, Minosiklin
- Obat generik: Tetrasiklin, Oksitetrasiklin, Doksisiklin, Minosiklin
- Obat paten: super tetra (Darya Varia), teramycin (Pfizer indo),
interdoxin (interbat), minocin (phaphros)
- Efek samping: gigi kecoklatan, muka kemerahan, diare, sakit
kepala/vertigo
- Indikasi: infeksi saluran pernapasan, infeksi saluran pencernaan,
kulit (luka)
Perhatian:
- Kehamilan: golongan tetrasiklin dapat melewati plasenta dan
ditemukan dalam jaringan fetus. Dapat terjadi efek toksis pada
fetus yang berupa retardasi perkembangan tulang (kategori D).
- Menyusui: tetrasiklin dapat diekskresikan melalui air susu ibu.
Tidak dapat dikombinasikan dengan susu dan antasida.
- Penggunaan antibiotic golongam tetrasiklin selama masa
pertumbuhan gigi (dari akhir masa kehamilan sampai anak usia
8 tahun) dapat menyebabkan perubahan warna gigi (kuning,
abu-abu,coklat) yang bersifat permanen.
- Antibiotic golongan tetrasiklin membentuk kompleks kalsium
yang stabil pada jaringan pembentyk tulang.

6. Golongan Makrolida
- Mekanisme kerja: menghambat sintesa protein sel bakteri
- Derivat:
- Obat generik: Erytromisin, Spiramisin
- Obat paten: Erysanbe (Sanbe), Spiramisin (rhone poulwnc ind)
- Efek samping: mual dan muntah
- Indikasi: infeksi saluran pernapasan
Rifampicin
- Mekanisme kerja: menghambat enzim bakteri (RNA Polimerase)
- Obat generik: Rifampicin
- Obat paten: Risamfibi (Sanbe)
- Efek samping: mual, muntah, diare, pusing, gangguan
penglihatan
- Indikasi: TBC, Lepra, Meningitis
- Peringatan: dapat menyebabkan warna merah pada
urin,keringet,tinja,liur,dahak dan air mata.
Asam Fusidat
- Mekanisme kerja: menghambat sintesa protein sel bakteri
- Obat generik: Asam Fusidat
- Obat paten: Rucidin (leo phaemaceutical)
- Efek samping: mual, muntah, diare, pusing, gangguan
penglihatan
- Indikasi: infeksi saluran pernapasan, radang sumsum tulang
belakang
- Peringatan: dapat menyebabkan warna merah pada
urin,keringet,tinja,liur,dahak dan air mata.
Linkomisin
- Mekanisme kerja: menghambat pembentukan protein organisme
- Efek samping: diare, sakit perut, mual, muntah, ruam, gangguan
fungsi hati, nyeri
- Indikasi: infeksi pada tulang dan sendi
Klindamisin
- Mekanisme kerja: menghambat pembentukan protein organisme
- Efek samping: diare, sakit perut, mual, muntah, ruam, gangguan
fungsi hati, nyeri
- Indikasi: infeksi pada tulang dan sendi
7. Golongan Kuinolon
- Mekanisme kerja: menghambat pembentukan DNA bakteri
- Derivat: Asam Nalidiksat, Ofloksasin, Siprofloksasin->Baquinor,
Norfloksasin
- Efek samping ciprofloksasin: tremor, gagal ginjal, syndrome
steve jonhson, dan dapat menurunkan kewaspadaan
- Indikasi terutama ciprofloksasin: infeksi saluran kemih, saluran
cerna (typus) dan gonorrhoe.
D. Kegunaan Antibiotik

Fungsi antibiotik dapat berbeda dalam hal jenis bakteri yang akan dimusnakannya.
Antibiotik yang dapat melawan berbagai jenis bakteri sendiri disebut dengan antibiotik spectrum
luas misalnya amoksisilin dan gentamisin. Sedangkan antibiotik yang memengaruhi hanya
beberapa jenis bakteri disebut dengan antibiotik spectrum sempit misalnya penisilin.

Berbagai jenis antibiotik juga memiliki cara kerjanya sendiri yang tentunya berbeda-
beda. Misalnya saja pada penisilin yang bekerja dengan cara menghancurkan dinding sel bakteri.

Antibiotik mencegah bakteri untuk mensintesis molekul dinding sel yang disebut dengan
peptidoglikan, dinding sel inilah yang menyediakan kekuatan yang dibutuhkan bakteri untuk
bertahan hidup dalam tubuh manusia.

Nah, sedangkan fungsi antibiotik lainnya memengaruhi cara sel bakteri bekerja, sebagai berikut:

 Salah satu golongan antibiotik yang disebut dengan kuinolon memiliki mekanisme kerja
untuk menghambat girase DNA, enzim penting yang membantu DNA bakteri untuk
memperbanyak diri. Hal inibekerja dengan menghapus girase, ciprofloxacin dan
antibiotik yang sejenis secara efektif mencegah babkteri berkembang biak.
 Beberapa antibiotik termasuk tetrasiklin, yang biasanya digunakan untuk mengobati
jerawat, infeksi saluran pernapasan, dan kondisi lainnya. Maka fungsi antibiotik ini
adalah untuk menghambat sintesis protein. Antibiotik ini bantu untuk mencegah molekul
ribosom untuk mensintesis protein. Kalau tanpa protein, bakteri tidak dapat
melaksanakan fungsi-fungsi vital, termasuk reproduksi aseksual.
 Rifampisin, kelompok pbat anti tuberculosis (OAT), yang fungsi antibiotik yang sama
yaitu untuk menghambat sintesis RNA, molekul yang terlibat dalam menerjemahkan
DNA tubuh menjadi protein.
 Selain itu, ada juga jenis antibiotik yang melawan bakteri dengan mekanisme kerjanya
dengan menghentikan memproduksi asam folat oleh bakteri, vitamin penting yang
digunakan untuk memperkokoh membrane sel. Nahm membrane sel ini berguna untuk
mengontrol keluar masuknya zat dari dan ke tubuh bakteri.
 Di sini, biasanya dokter akan memilihkan antibiotik yang disesuaikan dengan bakteri
yang biasanya menyebabkan infeksi tertentu dengan memperhatikan fungsinya masing-
masing. Terkadang dokter memerlukan tes atau bahkan pemeriksaan untuk
mengidentifikasi dengan tepat, jenis bakteri penyebab infeksinya. Sehingga dapat
dipilihkan jenis antibiotik yang cocok.

Manfaat Antibiotik untuk Kesehatan

1) Pengobatan Jerawat
Jerawat merupakan gangguan kulit yang sukar untuk disembuhkan, hal ini dikarenakan
jerawat bisa muncul kapan saja. Maka untuk solusinya, hal yang bisa kamu lakukan adalah
dengan mencari berbagai cara untuk menghilangkan jerawat dan melakukan pencegahan agar ia
tidak muncul lagi yaitu dengan memberikan antibiotik.

2) Mengobati Infeksi Saluran Kemih

Infeksi ini lebih sering terjadi pada wanita daripada laki-laki. Penyebabnya adalah karena
adanya bakteri yang bersarang pada saluran kemih. Infeksi ini mudah diobati dalam jangka
waktu pendek dengan menggunakan antibiotik seperti penisilin, namun jika dalam dua hingga
tiga hari belum sembuh, sebaiknya dilakukan pemeriksaan lanjut oleh tenaga medis.

3) Mengobati Infeksi Kulit Karena Bakteri dan Jamur

Infeksi kulit merupakan gangguan yang umum terjadi pada segala jenis usia, anak-anak
hingga orang tua. Masalah kulit bisa disembuhkan dengan antibiotik seperti penisilin. Akan
tetapi terkadang gangguan ini bisa sembuh dengan sendirinya. Gejala munculnya infeksi ini
antara lain, timbulnya benjolan berisi cairan pada kulit yang disertai dengan ruam kemerahan,
rasa pedih, sakit, dan panas.

4) Pengobatan Keracunan Darah

Penyakit ini disebabkan oleh bakteri yang masuk ke dalam aliran darah. Penggunaan
antibiotik seperti sefalosporin merupakan langkah awal untuk mengobati penyakit ini. Untuk
selanjutnya dapat dilakukan tindakan sesuai dengan penyebab dan adanya komplikasi.

E. Produksi Antibiotik Secara Fermentasi

Fermentasi biasanya menggunakan satu macam mikroorganisme yang telah terseleksi. Namun
pada fermentasi dual atau multiple digunakan lebih dari satu mikroorganisme. Organisme ini
dapat diinokulasikan ke dalam substrat secara simultan. Fermentasi ini dilarutkan untuk
menghasilkan produk yang tidak dapat dilakukan hanya dengan semacam mikroorganisme saja,
atau untuk menghasilkan produk fermentasi yang berbeda tetapi mempunyai nilai ekonomis
lebih tinggi. Sebagai contoh fermentasi untuk memproduksi cuka, pertama yeast diperlukan
untuk menghasilkan etil alkohol, kemudian Acetobacter digunakan untuk merubah alkohol
menjadi cuka.
Fermentasi dapat dilakukan dengan cara batch per batch atau secara kontinu.
Pada fermentasi batch, pertumbuhan mikroorganisme dan sintesis produk berlangsung dalam
media, kemudian setelah sintesis produk maksimum, semua substrat diambil bersamaan dan
dilakukan proses isolasi produk. Pada fermentasi kontinu, media nutrien ditambahkan secara
terus menerus, diimbangi dengan pengambilan substrat dari fermentor juga secara terus menerus
untuk mendapatkan sel-sel atau produk fennentasi. Selama fermentasi diperlukan tempat yang
berisi media bernutrisi untuk pertumbuhan mikroorganisme, sehingga organisme tersebut dapat
berkembang dan menghasilkan produk yang diinginkan.
Di dalam laboratorium, fermentasi antibiotik dapat dilakukan dengan berbagai cara antara lain :
1. Pada media padat.
Penelitian mikroorganisme penghasil antibiotik biasanya membutuhkan media padat
untuk pertumbuhannya. Misalnya pada waktu skrining, suspensi mikroorganisme terpilih
ditumbuhkan pada media padat, setelah inkubasi dalam waktu cukup, aktivitas antibiotik
yang dihasilkan dapat diuji terhadap berbagai bakteri indikator. Dalam hal fermentasi
antibiotik pada media padat, temperatur dan komposisi media merupakan faktor yang
sangat penting dan menentukan keberhasilan produksi antibiotik. Untuk mengontrol
temperatur supaya konstan dan sesuai dengan yang dikehendaki, dapat menggunakan
inkubator atau alat lain.
2. Pada media cair dengan shaker
Fermentasi antibiotik biasanya menggunakan fermentor untuk pertumbuhan
biakan submerged. Namun jika fermentor tidak tersedia, teknik shake flask dapat dipakai
untuk menggantikannya, tetapi dengan kondisi lebih terbatas dan kontrol parameter
kurang optimum dibandingkan dengan fermentor.
Teknik ini biasanya digunakan untuk berbagai percobaan fermentasi pendahuluan
sebelum menggunakan fermentor sebenarnya. Sebagai con toh, setelah organisme
diperoleh sebagai biakan murni, maka perlu memeriksa karakteristik biokimia atau
morfologi mereka dengan menumbuhkannya pada kondisi biakan submerged. Untuk
tujuan tersebut teknik shake flask dapat digunakan karena sederhana dan
dapat memberikan informasi yang hetguna. lnformasi yang dapat diperoleh dri percobaan
dengan teknik ini antara lain, komposisi medium, tingkat aerasi, pola pH dan parameter-
parameter yang berkaitan dengan pertumbuhan dan produk yang dihasilkan.

Pengaturan temperatur dapat dilakukan dengan menggunakan inkubator shaker atau


dengan meletakkan shaker pada ruangan yang dikontrol temperaturnya misalnya dengan
menggunakan heater dan termostat untuk mengontrol temperatur yang diperlukan.

Flask dapat menggunakan baffled flask atau plain flask. Pada baffled flask laju transfer oksigen


akan lebih tinggi dan biasanya menyebabkan terjadinya buih. Agitasi pada shake flask selain
memberikan aerasi juga memungkinkan transfer substrat dan organisme. Pada waktu fermentasi
menggunakan shake flask, biasanya akan terjadi kehilangan air dari medium karena evaporasi.
Seperti pernah diamati oleh Solomons (1969) pada medium biakan 100 ml dalam flask. 1000 ml
dengan waktu inkubasi 48 jam pada temperatur 37�C, agitasi menggunakan reciprocating
shaker laju transfer oksigen ï½ 55 mMO2/ 1 /jam, maka kehilangan air mencapai 20%. Untuk
mengimbangi kehilangan air ini, ke dalam medium dapat ditambahkan akuades.

Teknik shake flask pertama kali dilakukan oleh Kluyver dan Perquin (1933). Pada dasarnya ada
dua macam mekanisme dari teknik ini :
a. Reciprocating shaker.
Variasi dapat dilakukan dengan mengatur panjang stroke. Keuntungan alat ini, secara
mekanis lebih sederhana dibandingkan rotary shaker.
Kecepatannya dapat diatur misalnya 60 � 120 stroke per menit. Panjang stroke juga
dapat diatur misalnya 4 � 8 cm. Alat ini paling sesuai digunakan untuk menumbuhkan
organisme uniseluler bakteri dan yeast.
b. Rotary shaker, bergerak dengan arah melingkar.
Variasi dapat dilakukan dengan mengatur panjang radius orbit. Alat ini dianggap sebagai
tipe standar karena dapat digunakan untuk menumbuhkan semua mikroorganisme
termasuk sel tanaman dan hewan. Alat ini selain mempunyai kekuatan senfrifugal juga
harus mampu beroperasi pada kecepatan tinggi. Kecepatan dapat diatur misalnya antara
100 ½ 400 rpm dan radius orbit juga dapat diatur misalnya 1 � 5 cm
.
3. Pada media cair dengan fermentor
Teknik shake flask dengan rotary shaker atau reciprocating shaker merupakan cara
konvensional dan berguna pada tahap pendahuluan proses fermentasi, penelitian dan
pengembangan dalam laboratorium fermentasi. Namun cara ini akan memberikan
estimasi kondisi fermentasi skala besar yang kurang baik mengenai potensi
mikroorganisme dalam mensintesis produk. Oleh karena itu untuk mendapatkan estimasi
kondisi fermentasi yang ideal perlu menggunakan fermentor volume kecil. Karena
kondisi fermentasi dalarn fermentor kecil ini akan lebih menggambarkan kondisi
fermentasi skala besar yang sebenarnya.

Fermentasi biasanya memerlukan waktu lama. Operasinya dapat berlangsung beberapa


hari, bahkan pada fermentasi kontinu dapat berlangsung beberapa minggu. Fermentasi
berlangsung pada kondisi aseptik, jadi fermentor harus menjamin sterilitas kandungannya dan
terpeliharanya kondisi aseptik selama periode operasi. Demikian juga alat-alat penambah
inokulum, antifoam, nutrien, asam atau alkali dan sebagainya harus menjamin kondisi aseptik
dan mencegah terjadinya kontaminasi mikroba yang tak dikehendaki. Berdasarkan proses
penyebaran organisme dan media dalam bejana, Bull et.al. mengelompokkan jenis fermentor ke
dalam 3 grup :
1. Reaktor dengan agitasi internal
Merupakan biorekator yang paling lazim digunakan di berbagai industri fermentasi. Grup
ini termasuk stirred tank reactor.
2. Bubble column bioreactor
Merupakan bioreaktor paling sederhana.
Terdiri dari tabung panjang dengan beberapa sparger di bagian dasarnya. .
3. Loop reactor
Merupakan collumn reactor di tnana percampuran dan sirkulasi diinduksi dengan alat-alat
tertentu.
Berdasarkan penggunaan alat tersebut, fermentor ini dikelompokkan atas tiga jenis :
a. Air lift loop reactor
b. Pro peller'loop reactor
c. Jet loop reactor

Semua sistem fermentasi memerlukan homogenitas media maupun mikroorganisme. Sistem


agitasi memungkinkan distribusi tersebut dengan meniadakan gradien konsentrasi seperti unsur
media, pH, temperatur dan sebagainya. Sistem fermentasi aerob, merupakan proses industri
fermentasi yang sangat penting. Dalam fermentasi aerob, selain tugas tersebut sistem agitasi
mempunyai tugas tambahan memecah gelembung udara besar menjadi gelembung yang lebih
kecil untuk menambah area permukaan gas dan membantu mentransfer oksigen ke dalam biakan
serta menyebarkann oksigen. Impeller mempunyai peranan penting untuk menyelesaikan tugas
tersebut dan keberhasilannya tergantung pada beberapa faktor antara lain kekuatan atau
kecepatan rotasi, ukuran dan desain impeller, densitas dan viskositas substrat, kecepatan
aliran gas dan sebagainya. Ada beberapa tipe impeller yang biasanya digunakan dalam fermentor
antara lain disc turbine, vaned disc, open turbine dan marine propeller. Disc turbine merupakan
tipe impeller yang paling lazim digunakan di berbagai industri fermentasi.
Cara bekerjanya untuk melakukan aerasi dan agitasi dapat dikelompokkan ke dalam dua
kelompok :
1. Impeller bekerja tanpa baffle.
Jika impeller cukup cepat, maka akan terjadi vortex dari permukaan substrat, sehingga
menarik udara ke dalam sistem. Tipe sistem fermentor ini juga disebut sebagai vortex
aeration. Keuntungan sistem ini aerasinya efisien yaitu aerasi berlangsung cukup baik
tanpa tenaga relatif besar. Sedang kerugiannya yaitu kesukaran untuk scale up karena
kesulitan mendapatkan kesamaan aliran pada dua ukuran bejana yang berbeda.
2. Impeller bekerja menggunakan baffle.
Tipe ini paling lazim digunakan dan biasanya baffle diletakkan vertikal untuk
menghalangi arus perputaran cairan sehingga memungkinkan substrat mengalami
turbulensi.

Sistem fermentasi aerob memerlukan udara steril yang dimasukkan ke dalam fermentor. Cara
yang biasa digunakan dengan melewatkan udara melalui filter steril. Udara memasuki fermentor
biasanya melalui pipa yang terletak di bawah impeller dan udara mengalir melalui sparger. Gas
yang memasuki fermentor dapat menimbulkan tekanan positif di dalam fermentor, maka laju
aliran udara harus dikontrol, demikian juga sistem pengeluaran gas.

Setiap mikroorganisme mempunyai temperatur pertumbuhan berbeda dan kadang-kadang suatu


organisme mempunyai temperatur pertumbuhan berlainan dengan temperatur untuk produksi
antibiotik. Supaya pertumbuhan dan produksi antibiotik optimum maka temperatur optimum
dalam fermentor harus dipelihara/dipertahankan. Organisme yang aktif metabolismenya,
biasanya menghasilkan panas yang terakumulasi pada fermentor. Karena itu kontrol temperatur
harus dilakukan dengan mengalirkan air pendingin.

Pada waktu mikroorganisme mensintesis produk metabolit, pH substrat dapat mengalami


perubahan karena hasil metabolit mungkin sangat alkali atau asam. Tentu perubahan pH ini tidak
disukai oleh mikroorganisme tersebut, karena dapat mengganggu pertumbuhannya dan pada
gilirannya dapat mempengaruhi pembentukan produk. Untuk menjaga kemungkinan tersebut,
selama proses fermentasi berlangsungke dalam substrat sering ditambahkan penyangga untuk
memperlambat atau mengurangi perubahan pH yang terlalu besar. Buffer mungkin hanya sebagai
penyangga pH tapi dapat juga berperan ganda yaitu sebagai penyangga pH dan sumber nutrien.
A. Bahan Baku yang Digunakan dalam Pembuatan Antibiotik.
Senyawa yang membuat kaldu fermentasi merupakan bahan baku utama yang diperlukan
untuk produksi antibiotik. Kaldu ini adalah larutan berair terdiri dari semua bahan yang
diperlukan untuk proliferasi mikroorganisme. Biasanya, berisi sumber karbon seperti
molase, atau makanan kedelai, yang keduanya terbuat dari gula laktosa dan glukosa.
Bahan-bahan ini dibutuhkan sebagai sumber makanan bagi organisme. Nitrogen adalah
senyawa lain yang diperlukan dalam siklus metabolisme organisme. Untuk alasan ini,
garam amonia biasanya digunakan. Selain itu, jejak unsur yang dibutuhkan untuk
pertumbuhan yang tepat dari antibiotik yang memproduksi organisme disertakan. Ini
adalah komponen seperti fosfor, belerang, magnesium, seng, besi, dan tembaga
diperkenalkan melalui garam larut dalam air. Untuk mencegah berbusa selama
fermentasi, agen antibusa seperti octadecanol, dan silikon digunakan.

B. Mikroorganisme yang Digunakan.


Adapun mikroorganisme yang digunakan dalam produksi antibotik diantaranya
 Fungi : Phymycotes, Ascomycotes, Aspergillus, Penicillium, Basidiomycotesm,
Fungi imferfecti.
 Bakteri :pseudomodaceae, Enterobacterilaceae, Micrococcaceae, Lactobacillaceae,
Bacillacea (Bacillus), Astinomycetales, Mycobacteriaceae, Actinoplanaceae,
Streptomycetaceae(Streptomyces),Micromonosporaceae,Thermoactinomicetaceae
, Nocardiaceae.

C. Mekanisme Pembuatan Antibiotik


Meskipun antibiotik paling banyak terjadi pada alam, mereka biasanya tidak tersedia
dalam jumlah yang dibutuhkan untuk produksi skala besar. Untuk alasan ini, proses
fermentasi dikembangkan. Ini melibatkan mengisolasi mikroorganisme yang diinginkan,
mendorong pertumbuhan budaya dan menyempurnakan serta mengisolasi produk
antibiotik akhir. Adalah penting bahwa kondisi steril dipertahankan selama proses
manufaktur, karena kontaminasi oleh mikroba asing akan merusak fermentasi.

 Persiapan

Sebelum fermentasi dimulai, mikroorganisme yang memproduksi antibiotik yang


diinginkan harus diisolasi dan jumlahnya harus ditingkatkan. Untuk melakukan hal ini,
budaya starter dari sampel sebelumnya terisolasi, disimpan organisme dibuat di laboratorium.
Untuk menumbuhkan budaya awal, sampel mikroorganisme tersebut dipindahkan ke medium
agar. Kemudian dimasukkan ke dalam labu goyang bersama dengan makanan dan nutrisi
lainnya yang diperlukan untuk pertumbuhan. Hal ini menciptakan suspensi, yang dapat
ditransfer ke tangki benih untuk pertumbuhan lebih lanjut. Tank-tank benih adalah baja tank
yang dirancang untuk menyediakan lingkungan yang ideal bagi mikroorganisme tumbuh.
Tanki ini penuh dengan semua hal yang dibutuhkan oleh mikroorganisme untuk bertahan
hidup dan berkembang, termasuk air hangat dan makanan karbohidrat seperti gula laktosa
atau glukosa. Selain itu, juga mengandung sumber karbon lainnya yang diperlukan, seperti
asam asetat, alkohol, atau hidrokarbon, dan sumber nitrogen seperti garam amonia. Faktor
pertumbuhan seperti vitamin, asam amino, dan nutrisi minor melengkapi komposisi isi
tangki. Tank-tank benih dilengkapi dengan mixer, yang menjaga media pertumbuhan
bergerak, dan pompa untuk mensterilkan serta menyaring udara. Setelah sekitar 24-28 jam,
bahan dalam tangki benih dipindahkan ke tangki fermentasi utama.
 Fermentasi

Tangki fermentasi pada dasarnya adalah tangki versi besar yang mampu menampung
sekitar 30.000 galon dan diisi dengan media pertumbuhan yang sama. Antibiotika ditemukan
dalam tangki benih dan juga menyediakan lingkungan indusif untuk pertumbuhan. Berikut
mikroorganisme yang diizinkan untuk tumbuh dan berkembang biak. Selama proses ini,
mereka mengeluarkan jumlah besar antibiotik yang diinginkan. Tank-tank didinginkan untuk
menjaga suhu antara 73-81 ° F (23-27,2 ° C). Hal ini terus gelisah, dan aliran berkelanjutan
dari udara disterilkan dipompa ke dalamnya. Untuk alasan ini, anti-foaming agen akan
ditambahkan secara berkala. Karena kontrol pH sangat penting untuk pertumbuhan yang
optimal, asam atau basa ditambahkan ke tangki yang diperlukan
 Isolasi dan Pemurnian

Setelah tiga sampai lima hari, jumlah maksimum antibiotik akan telah diproduksi dan
proses isolasi dapat dimulai. Tergantung pada antibiotik tertentu diproduksi, kaldu fermentasi
diproses oleh berbagai metode pemurnian. Misalnya, untuk senyawa antibiotik yang larut
dalam air, metode pertukaran ion dapat digunakan untuk pemurnian. Dalam metode ini,
senyawa tersebut pertama kali dipisahkan dari bahan sampah organik dalam kaldu dan
kemudian dikirim melalui peralatan, yang memisahkan senyawa yang lain larut dalam air
dari yang diinginkan. Untuk mengisolasi antibiotik minyak yang larut seperti penisilin,
metode ekstraksi pelarut yang digunakan. Dalam metode ini, kaldu diperlakukan dengan
pelarut organik seperti butil asetat atau metil isobutil keton, yang secara khusus dapat
melarutkan antibiotik. Antibiotik dilarutkan kemudian kembali dengan menggunakan
berbagai cara kimia organik. Pada akhir langkah ini, produsen biasanya dibiarkan dengan
bentuk bubuk murni dari antibiotik, yang dapat lebih disempurnakan ke dalam jenis produk
yang berbeda.
 Isolasi dan Pemurnian

Setelah tiga sampai lima hari, jumlah maksimum antibiotik akan telah diproduksi dan
proses isolasi dapat dimulai. Tergantung pada antibiotik tertentu diproduksi, kaldu fermentasi
diproses oleh berbagai metode pemurnian. Misalnya, untuk senyawa antibiotik yang larut
dalam air, metode pertukaran ion dapat digunakan untuk pemurnian. Dalam metode ini,
senyawa tersebut pertama kali dipisahkan dari bahan sampah organik dalam kaldu dan
kemudian dikirim melalui peralatan, yang memisahkan senyawa yang lain larut dalam air
dari yang diinginkan. Untuk mengisolasi antibiotik minyak yang larut seperti penisilin,
metode ekstraksi pelarut yang digunakan. Dalam metode ini, kaldu diperlakukan dengan
pelarut organik seperti butil asetat atau metil isobutil keton, yang secara khusus dapat
melarutkan antibiotik. Antibiotik dilarutkan kemudian kembali dengan menggunakan
berbagai cara kimia organik. Pada akhir langkah ini, produsen biasanya dibiarkan dengan
bentuk bubuk murni dari antibiotik, yang dapat lebih disempurnakan ke dalam jenis produk
yang berbeda.
 Quality Control

Kontrol kualitas sangat penting dalam produksi antibiotik. Karena melibatkan proses
fermentasi, langkah-langkah yang diambil harus dipastikan bahwa tidak adanya kontaminasi
selama proses produksi.. Untuk tujuan ini, media dan semua peralatan pengolahan yang
menyeluruh uap disterilkan. Selama manufaktur, kualitas semua senyawa diperiksa secara
teratur. Yang paling penting adalah pemeriksaan sering kondisi budaya mikroorganisme
selama proses fermentasi. Ini dicapai dengan menggunakan berbagai teknik kromatografi.
Juga, sifat fisik dan kimia berbagai produk jadi diperiksa seperti pH, titik leleh, dan kadar air.

Di Amerika Serikat, produksi antibiotik sangat diatur oleh Administrasi Makanan dan
Obat (FDA). Tergantung pada aplikasi dan jenis antibiotik, pengujian lebih atau kurang harus
dilengkapi. Sebagai contoh, FDA mengharuskan untuk antibiotik tertentu setiap batch harus
diperiksa oleh mereka untuk efektivitas dan kemurnian. Hanya setelah mereka telah disertifikasi
batch itu dapat dijual untuk konsumsi umum.
Sejak pengembangan obat baru adalah proposisi mahal, perusahaan farmasi telah
melakukan penelitian sangat sedikit dalam satu dekade terakhir. Namun, suatu perkembangan
yang mengkhawatirkan telah mendorong kembali minat dalam pengembangan antibiotik baru.
Ternyata bahwa beberapa bakteri penyebab penyakit telah bermutasi dan mengembangkan
perlawanan terhadap berbagai antibiotik standar. Ini bisa memiliki konsekuensi serius terhadap
kesehatan masyarakat di dunia kecuali antibiotik baru ditemukan atau perbaikan yang dibuat
pada orang yang tersedia. Masalah menantang akan menjadi fokus penelitian selama bertahun-
tahun yang akan datang.
BAB III
DAFTAR PUSTAKA
 https://www.google.com/amp/s/dosenbiologi.com/bioteknologi/bioteknologi-modern-
antibiotik-jenis-baru/amp tgl 17 april
 https://translate.googleusercontent.com/translate_c?
client=srp&depth=1&hl=id&nv=1&rurl=translate.google.com&sl=en&sp=nmt4&tl=id&u=
https://en.m.wikipedia.org/wiki/Production_of_antibiotics&usg=ALkJrhh-
CexMTlVQ3qSOrcMP9qaNlgpfHw tgl 17 april
 http://wanibesakc.blogspot.com/2019/01/sejarah-dan-cara-pembuatan-
antibiotik.html?m=1 Tgl 17 april
 http://nurulfajrymaulida.blogspot.com/2013/02/antibiotik.html?m=1 Tgl 17 april
 https://www.slideshare.net/mobile/ArwinAr/antibiotik-gabungan
 https://hot.liputan6.com/read/3942109/fungsi-antibiotik-dan-jenisnya-perhatikan-cara-
kerjanya-yang-berbeda-beda
 http://usahamart.wordpress.com/2012/02/23/membuat-antibiotik/
 http://www.anneahira.com/manfaat-antibiotik.html
 http://www.amazine.co/17356/8-jenis-antibiotik-beserta-manfaat-efek-sampingnya
 Tadjuddin Naid, Syaharuddin Kasim, Asnah Marzuki, dan Sumarheni. Laboratorium
Kimia Farmasi, Fakultas Farmasi, Universitas Hasanuddin Makassar.
 http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/33948/4/Chapter%20II.pdf
 http://andheklawbae.blogspot.com/2008/09/fermentasi-antibiotik.html

Anda mungkin juga menyukai