Anda di halaman 1dari 8

NAMA : Angguna Wiladatika

NIM : J2A013028P

DPJP : drg. Vilianti Eka F. R

TUGAS BEDAH MULUT

Topik : Pencabutan Infiltrasi

1. Antibiotik
Antibiotik merupakan substansi kimia untuk membunuh atau menghambat
pertumbuhan mikroorganisme. Fungsi dari penggunaan antibiotik ada 3 penyebab yaitu :
a. Untuk melakukan perawatan infeksi di rongga mulut
b. Antibiotik profilaksis untuk pencegahan infeksi pada pasien dengan endokarditis dan
komplikasi sistemik lainnya yang dapat menyebabkan bakterimia karena prosedur
gigi
c. Mencegah infeksi setelah dilakukan perawatan dan meningkatkan penyembuhan pada
bagian yang dilakukan perwatan.
Antibiotik diklasifikasikan berdasarkan struktur kimia, efek, tipe organisme dan
aktivitas spektrumnya sebagai berikut :

Tabel 1.1 Klasifikasi Antibiotik


Berdasarkan Struktur Kimia
- Sulphonamides - Quinolones
- Beta lactam - Tetrasiklin
- Aminoglycosides - Macrolida
- Imidaxole derivatives - Polyene antibiotik
- Polypeptide antibiotik - Nitrobenzene derivat
- Diaminophyrimidin

Berdasarkan Efek
Bakteriostatik : Bakteriosidal :
- Tetrasiklin - Penicillins
- Cholramphenicol - Aminoglycosides
- Erythromycin - Ciprofloxacin
- Ethambutol - Rifampin
- Sulphonamides - Cotrimoxazole
- Polupeptides
- Cephalosporins
- Vancomycin
- Na idixic acid
Berdasarkan Aksi Melawan
Mikroorganisme
- Antibakterial
- Antiviral
- Antihelmintic
- Antifungal
- Antiprotozoal
Berdasarkan Aktivitas Spektrum
Narrow Spektrum : Broad Spektrum :
- Penisilin - Tetracycline
- Erythromycin - Chloramphenicol
- Streptomycin
Berdasarkan Asal
Dari fungi : cephalosporin, griseofulvin, penicillin
Dari bakteri : bacitracin, polumyxyin B, colistin
Dari actinomycetes : aminoglycosides, tetracyline, chloramphenicol macrolida,
polyenes
Berdasarkan Mekanisme Aksi
- Menghambat sintesis sel : Penisillin, cephalosporin, bacitracin, vancomycin
- Merusak membran sel : Colistin, bacitracin, amphotericin, polymyxin
- Menghambat sintesis protein : chloramphenicol, erythromycin, clindamycin,
tetracyline
- Mempengaruhi fungsi DNA : Rifampicin, metronidazole
- Mempengaruhi sintesis DNA : Acyclovir, zidovudine
- Mempengaruhi DNA gyrase : Ciprofloxacin
- Mempengaruhi fungsi RNA : Streptomycin, gentamycin
- Antimetabolik : Sulphonamide, ethambutol, trimethoprin, pyrimethamine

Antibiotik yang sering digunakan :


a. Pencillin V

Spektrum : Dosis :
- Gram positif cocci - Rata-rata dewasa : 600.000-
- Gram positif batang 1.200.000 unit daily
- Anaerob oral - Dosis phenoxymethyl penicillin
- Treponema pallidum (Penicillin V) : 125-250 mg per 4
jam sehari
Aksi : Bakterisidal
b. Semisynthetic Penicillin

Amoxicillin
- Efektif pada bakteri gram negatif, gram positif, anaerob
- Dosis 500 mg per 8 jam secara oral
Amoxicillin dengan Asam Clavulanic
- Digunakan ketika golongan betalactam bermasalah berdasarkan keparahan dan
letak infeksi
- Dosis 375 mg (Amox 250 mg+Clauv 125 mg), 625 mg (Amox 500mg +Clauv 125
mg), 1 g (Amox 875 mg + Clauv 125 mg)

Cloxacillin dan Dicloxacillin


- Tidak diaktivasi dengan enzim betalactam
- Terdiri dari :
1) Ampicillin
Spektrum : gram positif dan gram negatif
Termasuk E.coli
2) Cabenicillin
Efektif pada pseudomonas dan tidak boleh digunakan bersamaan dengan
Penicillin V

c. Cephalosporin
- Terdiri dari grup betalactam
- Efek : bakterisidal
- Digunakan pada pasien yang reaktif terhadap penicillin
- Tidak dapat digunakan pada pasien yang mengalami reaksi anafilaktik terhadap
penicillin
- Dosis :
1) Cefaclor 250 mg per 8 jam – oral
2) Cefuroxime 500 mg per 12 jam – oral
3) Ceproxil 500 mg per 24 jam – oral

d. Macrolides
- Yang biasanya digunakan meiputi erythromycin, clarithromycin, dan
azithromycin
- Penggunaan erythromycin digunakan untuk infeksi orodental dari infeksi bakteri
- Merupakan pilihan kedua setelah derivat penicillin
- Dosis Erythromycin pada dewasa 250 mg per 6 jam. Beberapa kasus
menyebabkan gangguan gastrointestinal, tetapi jarang terjadi
- Clarithromycin dan azithromycin lebih mahal dibanding erythromycin dan tidak
menyebabkan gangguan gastrointestinal
- Clarithromycin lebih efektif dibandingkan erithromycin dalam melawan
streptococci, sthaphylococci, dan bakteri anaerob

e. Clindamycin
- Spektrum : aerobik dan anaerob pada infeksi orodental
- Sifak : bakteriostatik
- Indikasi untuk purulent osteitis atau infeksi tulang lainnyayang disebabkan oleh
organisme anaerobik seperti Bactervides species atau pathogen lainnya yang
tidakbisa , abses dentoalveolar, dan infeksi kronismenggunakan penicillin atau
golongan macrolide

f. Tetrasiklin
- Digunakan untuk perawatan infeksi orodental , juvenille periodontitis, dan early
onset periodontitis
- Tidak boleh digunakan dengan penicillin untuk profilaksis bakterial endokarditis
- Dosis tetrasikline 250-500 mg diminum 4x sehari
- Dodid doxysikline 50-100 mg 1 atau 2 x sehari

g. Metronodazole
- Aktif pada anaerobik obligat
- Efektif pada perawatan NUG, dental infeksi
- Ketika diminum dengan alkohol menyebabkan reaksi disulfiram
- Dosis 400-800 mg tergantung dari keparahan penyakit

h. Fluoroquinolones
- Yang biasa digunakan ciprofloxacin dan floxacin
- Ciprofloxacin efektif pda infeksi orodental karena Pseudomonas
- Ofloxacin efektif pada bakteri anaerob dan infeksi orodental

2. Analgesik
- Merupakan obat pereda nyeri yang bisa digunakan pada nyeri postoperative
- Terdiri dari 2 grup yaitu :
a. Nonsteroid Antiiflamantory Drug (NSID)
- Peripheral acting analgesik
- Digunakan untuk nyeri akut postsurgical
- Tidak mengandung narkotik, tidak bekerja sentral/ mempengaruhi saraf pusat
- Meknismenya menghambat enzim sikooksigenase (COX) dan mengakibatkan
pembentukkan asam arakidonat menjadi prostaglandin terhambat
- Klasifikasinya :
-

1) Ibuprofen
- Menghambat aktivitas prostaglandin dengan menghambat sintesis
prostaglandin
- Indikasi :kontrol nyeri postsurgical efektif 4-6 jam
- Efek samping : masalah gastrointestinal seperti nausea, heartburn, vomiting
dan nyeri perut
- Kontraindikasi : alergi, ibu hamil dan menyusui
- Dosis : 200-400 g per 4-6 jam

2) Asetil Salicilat Acid (Aspirin)


- Menghambat aktivitas prostaglandin dengan menghambat sintesis
prostaglandin
- Indikasi : nyeri ringan-sedang
- Efek samping : rashesm pembengkakan, anafilaksis, nausea, vomiting,
brokospasme, perdarahan gastrointestinal
- Dosis : 325-650 mg per 4-6 jam

3) Phenylbutazone dan Oxyphenbutazone


- Aksinya seperti aspirin
- Indikasi : lebih berefek antiinflamatory dibanding analgesik
- Efek samping : agranulositosis, leukopenia, dan iritasi gastric
-
4) Naproxen
- Mengurangi aktivitas prostaglandin
- Bisa berefek antiinflamasi, analgesik dan sedikit antipiretik
- Kontraindikasi : riwayat alergi obat ini, NSID dan aspirin
- Dosis : 500 mg per 8 jam
5) Acetaminophen (Paracetamol)
- Analgesik yang mempengaruhi periperal dan central efek
- Mengakibatkan efek analgesik, anti piretik dan sedikit antiinflamasi
- Indikasi : kontrol postsurgical pain, aktif 4-6 jam
- Efek samping : minimal
- Kontraindikasi : alergi terhadap obat ini
- Dosis 500 mg per 8 jam maksimum 4 g per hari

b. Centrally Acting Analgesik-Opioid


- Central acting analgesik meliputi opiates (morphine dan codeine) dan opiate
seperti analgesik (methadone dan meperidine)
1) Morphine
- Menekan korteks serebral dan menaikan stimulus afferen nyeri
- Indikasi : meredakan nyeri, sedasi tidur dan preanastesi medikasi
- Efek samping : nausea, vomiting dan konstipasi
- Kontraindikasi : pasien dengan kelainan pernafasan

2) Codeine
- Merupakan metyl ether dari morfin
- Lebih poten dibanding analgesik antipiretik
- Nonsedatif
- Tidak mengakibatkan efek samping kecuali konstipasi dan mulut kering

3) Pethidine
- Merupakan sintetik analgesik
- Secara fakmakologi sama dengan morfin
- Menyebabkan euforia, adiksi, sedasi seperti morfin
- Berguna untuk analgesik jangka pendek bila dibutuhkan dan sebagai
preanastesi medikasi
- Kontraindikasi sama dengan morfin

4) Pentazocine
- Derivat benzomorfin
- Merupakan analgesik poten, tidak menyebabkan euforia
- Memiliki efek setengah dari morfin dan menyebabkan depresi respirasi
- Aksi durasinya kebih pendek daripada morfin dan tidak diindikasikan unuk
infeksi myocardinal

5) Propoxyphene
- Kurang poten, efek samping sama dengan codeine

3. Antiinflamasi
- Terbagi menjadi 2 yaitu Steroisidal Antiinflamantory Drugs dan Nonsteroid
Antiinflamatory Drugs
a. Steroisidal Antiinflamantory Drugs (SID)
1) Kortikosteroid
- Diklasifikasikan berdaarkan durasi dari aksinya yaitu :
a) Short-acting :
 Cortisol (hydrokortisone)
- digunakan untuk antiiflamatory dan immunosupressive dari
perawatan inflamasi okular, kulit, dan bowel, reaksi alerdi dan
syok, asma, penyakit rematik, immunosupressan dan
transplantasi organ, malignan, cerebral odem
- Dosis : 100 mg
 Cortisone
 Predisone
 Prednisolone :
- Dosis 5-10 mg untuk pembengkakan posoperative
- digunakan lebih dari 30 mg lalu dilakukan tapered dose pada
kasus inflamasi neural akut seperti Bell’s Palsy
 Metyl prednisolone
- Dosis 4-48 mg per hari secara oral untuk dosis dewasa
b) Intermediate-acting : Triamcinolone (topical)
c) Long-acting : Betamethasone (Dosis dewasa : 0,5-5 mg per hari),
dexamethasone (8 mg b.d. atau t.d.s berdasarkan kebutuhan)
b. Nonsteroid Antiinflamatory Drugs (NSID) – seperti yang dijelaskan sebelumnya

Sumber :

Balaji, SM. 2013. Textbook of Oral and Maxillofacial Surgery 2nd Edition. Elsivier : New
Delhi

Damayanti, M. 2016. Review Jurnal : Pengaruh Pemberian Platelet-Rich Fibrin Dalam


Mempercepat Proses Penyembuhan Luka Pascaekstraksi Gigi. Fakultas Kedokteran
Gigi. Universitas Padjajaran. Vol:6 No.1

Anda mungkin juga menyukai