Anda di halaman 1dari 8

Materi 3 Ushul Fiqh

Bismillahirrahmanirrahim

Oke, kita muraja’ah dulu materi sebelumnya ya, mengenai


pembagian hukum syariat.

Hukum Syariat

Takflifiyyah Wadh’iyyah

Nah, hari ini, kita masuk pada pembahasan hukum wad’iyyah.


Seperti apakah hukum ini?

Let’s start!
Apa sih hukum wad’iyyah ini?
Pengertian:

“ Ketetapan Allah (hukum)


yang dikabarkan kepada kita
melalui ciri-ciri tertentu, sehingga
suatu perkara bisa ditetapkan atau
ditolak, terlaksana atau batal.
Ada dua hal yang Syaikh Utsaimin rahimahullah
masukkan ke dalam hukum wad’iyyah ini yaitu: SAH dan
FASID (rusak, batal, tidak sah).
Apakah emang hanya ada dua?
No, sahabat muslim. Ada beberapa yang lainnya. Mengapa
beliau hanya bahas dua saja?
Seperti yang kita bahas sebelumnya, kitab Al Ushul min ‘Ilmi
Al Ushul ini dirancang buat anak-anak di Sekolah Menengah.
Bisa dibilang ini cocok banget dipelajari buat kita-kita yang
masih pemula nih. Kitab-kitab yang lebih berat banyak kok,
tenang aja!* Hehe.
*Ya Allah, buku yang ini aja udah bikin kenyang banget. (curhatan saya
sang pemula >_<)
***
====================================================

1. SAH
Denger kata “sah” terkadang membuat jombo fi sabilillah baper
ya. Di sini kita bahas dalam lingkup ibadah dan akad (dalam
urusan muamalah).

Sah/Shahih

IBADAH AKAD

Sesuatu bisa menjadi sah kalo dipenuhi semua


persyaratannya dan bebas dari berbagai penghalangnya.
Contoh (ibadah):
Shalat
 Syarat wajib (terpenuhi): Islam, berakal, baligh.
 Syarat sah (terpenuhi): suci dari hadats, menghadap
kiblat, shalat pada waktunya, menutup aurat, dst.
 Rukun (terpenuhi): niat sampai salam.

Karena semuanya terpenuhi maka shalatnya SAH.

Satu saja ada yang tidak terpenuhi, itu bisa jadi gak sah loh.
Makanya dalam urusan ibadah, kita musti tahu betul-betul apa
syarat dan rukunnya. Dan kita bisa tahu dengan cara belajar.
Sayangnya, masih banyak orang yang enggan belajar agama ya.
Padahal, ilmu agama adalah ibarat manual guide book kita ibadah
di dunia ini. Bahkan mencakup semua aspek kehidupan kita, baik
di dunia maupun akhirat.

Terlebih sekarang ini, para orangtua umumnya lebih


mengedepankan ilmu-ilmu dunia yang harus dikuasai oleh anak-
anak mereka. Matematika, bahasa Inggris, Fisika, Kimia, les
renang, les musik, dan seabreg pelajaran dunia lainnya begitu
diperhatikan, sementara untuk urusan agama, benar-benar
dikesampingkan. Seolah gak peduli, anak mereka wudhunya udah
bener belum ya? Shalatnya udah tertib belum ya? Udah ngerti
zakat belum ya? Udah nyiapin buat haji belum ya? (tuh kan, curhat
lagi).
Kita bahas misalkan ada satu yang tidak terpenuhi ya. Seseorang
syarat wajib shalat terpenuhi, semua rukunnya terpenuhi hanya
salah satu syarat sahnya tidak terpenuhi (memiliki hadats kecil),
apakah shalatnya sah?

Shalatnya tidak sah. Karena tidak sah shalat tanpa menghilangkan


hadats kecil. Maka sebelumnya kita perlu melakukan bersuci
(thaharah) dengan cara berwudhu.
***
Contoh (akad):
Jual Beli
 Rukun jual beli (terpenuhi): ada penjual, pembeli, barang,
harga, akad.
 Syarat sah (terpenuhi): berakal, sukarela (tanpa paksaan),
suci barangnya dan memiliki nilai manfaat, barang sudah
dimiliki oleh penjual, dst.

Jika semuanya terpenuhi, maka jual beli dinilai SAH.

***
Selain terpenuhinya syarat dan rukun, suatu ibadah dan akad
bisa SAH jika terbebas dari penghalangnya.
Contoh penghalang dalam shalat sunnah mutlak adalah waktu
terlarang shalat, yaitu:
1. Dari waktu shalat subuh hingga matahari terbit.
2. Dari matahari terbit hingga matahari meninggi (15 menit
setelah terbit)
3. Ketika matahari di atas kepala hingga tergelincir ke barat.
4. Dari shalat Ashar hingga mulai tenggelam.
5. Dari matahari tenggelam hingga sempurna tenggelam.

Catatan:
Nah, di kelima waktu ini, kita dilarang untuk mendirikan shalat
sunnah mutlak. Apaan tuh shalat sunnah mutlak?

Shalat sunnah yang tidak terikat waktu,


jumlah rakaat, dan sebab. Jadi
sekiranya kita pengen shalat sunnah,
kemudian kita shalat, nah itulah shalat
sunnah mutlak. Bisa dikerjakan kapan
saja, kecuali di waktu-waktu terlarang
shalat.

Kesimpulannya, shalat sunnah mutlak itu baru bisa sah kalo


dikerjakan di luar waktu-waktu terlarang shalat. Dan sebaliknya,
jika dikerjakan di waktu terlarang yang lima di atas, maka shalat
sunnah mutlak ini jadinya tidak sah.
==============================================
2. FASID
Sekarang kita bahas masalah fasid atau nama lainnya tidak sah
atau batal alias rusak (wadaw, banyak banget ya).

Kita udah panjang lebar kan ya bahas masalah SAH tadi. Nah,
inti dari fasid ini adalah kondisi ketika tidak terpenuhinya syarat
menjadi SAH. Karena emang fasid ini adalah kebalikan dari
SAH.

Contohnya:
1. Seseorang shalat dzuhur, tapi masih jam 9 pagi WIB (Waktu
Indonesia Barat). Nah itu kan artinya di luar shalat dzuhur.
Belum masuk waktunya. Maka, shalat dzuhurnya itu tidak sah.
Karena waktu shalat dzuhur di Indonesia bagian barat itu sekitar
pukul 12 siang.

2. Seseorang mau jual buah rambutan dari pohon miliknya


namun berbuah sama sekali. Harga sudah ditentukan dan sudah
dibayar. Karena barangnya yang dijual tidak ada, maka jual beli
seperti ini tidak sah.
! Caution
Syaikh Al Utsaimin rahimahullah menyatakan yang namanya
fasid dan batil maknanya sama, namun dibedakan dalam dua
perkara:
1. Dalam ihram (ketika haji atau umrah)
Dikatakan fasid jika: seseorang yang tengah menggunakan
pakaian ihram melakukan hubungan suami istri dengan
pasangannya. Maka haji dan umrahnya dinyatakan fasid.

Dikatakan batil jika: seseorang yang tengah menggunakan


pakaian ihram, kemudian dia keluar dari Islam secara tiba-tiba
sehingga statusnya menjadi seorang murtad.

2. Dalam pernikahan
Dikatakan fasid jika: dua pasangan calon pengantin menikah
tanpa adanya wali.

Dikatakan batil jika: seseorang menikahi wanita yang masih


dalam masa ‘iddah (belum selesai masa ‘iddahnya).

Wallahu a’lam bishawab.

Anda mungkin juga menyukai