Anda di halaman 1dari 5

MANAJEMEN RISIKO

Potensi bahaya yang disebut hazard terdapat hampir di setiap tempat dimana dilakukan

suatu aktivitas, baik di rumah, di jalan, maupun di tempat kerja. Hazard adalah setiap keadaan

dalam lingkungan kerja yang berpotensi untuk terjadinya kecelakaan dan atau penyakit akibat

kerja. Hazard terdiri dari :

1. Bahaya fisik.    Bahaya fisik mencakup kebisingan, vibrasi, suhu lingkungan kerja yang
ekstrem (terlalu panas/dingin), radiasi, dan tekanan udara.
2. Bahaya kimia.  Bahaya kimia meliputi konsentrasi uap, gas, atau aerosol dalam bentuk
debu atau fume di lingkungan kerja.
3. Bahaya biologis. Bahaya biologis meliputi bakteri, virus, dan jamur yang terdapat di
lingkungan kerja.
4. Bahaya ergonomi. Bahaya ergonomi berupa penerapan ergonomi yang tidak sesuai
dengan norma-norma ergonomi yang berlaku seperti sikap dan cara kerja yang tidak
sesuai, pengaturan kerja yang tidak tepat, beban kerja yang tidak sesuai dengan
kemampuan pekerja, atau ketidakserasian antara mesin dan manusia.
5.  Bahaya psikososial. Bahaya psikososial meliputi komunikasi yang tidak adekuat, konflik
antar personal, terhambatnya pengembangan pribadi, beban tugas yang terlalu padat atau
sangat kurang, kerja lembur atau shift malam, dan lingkungan kerja yang kurang
memadai.

Mengingat hazard terdapat hampir di seluruh tempat kerja maka upaya untuk mencegah

dan mengurangi risiko yang mungkin timbul akibat proses pekerjaan perlu segera dilakukan.

Melalui manajemen risiko, risiko yang mungkin timbul dapat diidentifikasi, dinilai, dan

dikendalikan sedini mungkin melalui tindakan preventif, inovatif, dan partisipatif. Manajemen

risiko merupakan suatu tahapan proses yang meliputi identifikasi bahaya, penilaian risiko,

pengendalian risiko, dan evaluasi sarana pengendalian yang telah diimplementasikan.

1.         Identifikasi Bahaya


Identifikasi bahaya merupakan suatu proses yang dapat dilakukan untuk mengenali seluruh

situasi yang berpotensi sebagai penyebab terjadinya kecelakaan dan penyakit akibat kerja.

Tahap identifikasi bahaya dapat dimulai dengan mengadakan pendekatan dan diskusi dengan

para pekerja yang berhubungan langsung dengan mesin, peralatan, komponen fisik, dan tata

laksana pekerjaan di tempat kerja.

2.         Penilaian Risiko

Risiko adalah suatu kemungkinan terjadinya kecelakaan atau kerugian. Sedangkan, tingkat

risiko adalah perkalian antara tingkat kekerapan (probability) dan tingkat keparahan (severity)

dari suatu kejadian yang dapat menyebabkan kerugian, kecelakaan, cedera, dan sakit yang

mungkin timbul dari pemaparan suatu hazard di tempat kerja.

 a.       Estimasi Tingkat Kekerapan

Estimasi tingkat kekerapan atau keseringan terjadinya kecelakaan atau sakit akibat kerja harus

mempertimbangkan tentang berapa sering dan berapa lama seorang pekerja terpapar potensi

bahaya. Tingkat kekerapan atau keseringan kecelakaan dikategorikan menjadi empat yaitu :

1)        Sering ; kemungkinan terjadinya sangat sering dan berulang (nilai : 4)

2)        Agak sering ; kemungkinan terjadi beberapa kali (nilai : 3)

3)        Jarang ; kemungkinannya jarang terjadi atau terjadinya sekali waktu (nilai : 2)

4)        Jarang sekali ; kemungkinan terjadinya kecil tetapi tetap ada kemungkinan (nilai : 1)

b.         Estimasi Tingkat Keparahan


Penentuan tingkat keparahan dari suatu kecelakaan juga memerlukan suatu pertimbangan tentang

berapa banyak orang yang terkena dampak akibat kecelakaan dan bagian-bagian tubuh mana saja

yang dapat terpapar potensi bahaya. Tingkat keparahan kecelakaan dikategorikan menjadi lima

yaitu :

1)        Bencana ; kecelakaan yang menyebabkan banyak kematian (nilai : 5)

2)        Fatal ; kecelakaan yang menyebabkan kematian tunggal (nilai : 4)

3)       Cedera berat ; kecelakaan yang menyebabkan cedera atau sakit yang parah untuk waktu yang

lama tidak mampu bekerja atau menyebabkan cacat tetap (nilai : 3)

4)   Cedera ringan ; kecelakaan yang menyebabkan cedera atau sakit ringan dan segera dapat bekerja

kembali atau tidak menyebabkan cacat tetap (nilai : 2)

5)  Hampir cedera ; kejadian hampir celaka yang tidak mengakibatkan cedera atau tidak memerlukan

perawatan kesehatan (nilai : 1)

c.         Penentuan Tingkat Risiko

Setelah dilakukan estimasi terhadap tingkat kekerapan dan keparahan terjadinya kecelakaan atau

penyakit yang mungkin timbul, selanjutnya dapat ditentukan tingkat risiko dari masing-masing

hazard yang telah diidentifikasi dan dinilai. Cara penentuan tingkat risiko dapat menggunakan

matriks seperti berikut :

Tingkat Kekerapan
Tingkat Keparahan
Sering (4) Agak Sering (3) Jarang (2) Jarang S

20 15 10
Bencana (5)
Urgent Urgent High Med
16 12 8
Fatal (4)
Urgent High Medium Lo
12 9 6
Cedera Berat (3)
High Medium Medium Lo
8 6 4
Cedera Ringan (2)
Medium Medium Low Lo
4 3 2
Hampir Cedera (1)
Low Low Low No
 

  d.        Prioritas Risiko

Setelah dilakukan penentuan tingkat risiko, selanjutnya harus dibuat skala prioritas risiko untuk

setiap potensi bahaya yang diidentifikasi dalam upaya menyusun rencana pengendalian risiko.

Potensi bahaya (hazard) dengan tingkat URGENT harus menjadi prioritas utama, diikuti tingkat

HIGH, MEDIUM, dan LOW. Sedangkan, tingkat NONE untuk sementara dapat diabaikan dari

rencana pengendalian risiko, namun tidak menutup kemungkinan untuk tetap menjadi prioritas

terakhir.

3.         Pengendalian Risiko

Apabila suatu risiko terhadap kecelakaan dan penyakit akibat kerja telah diidentifikasi dan dinilai

maka pengendalian risiko harus diimplementasikan untuk mengurangi risiko sampai batas-batas

yang dapat diterima berdasarkan ketentuan, peraturan, dan standar yang berlaku. Pengendalian

risiko dapat mengikuti Hierarki Pengendalian yaitu :

a.         Peraturan/perundangan

Penerapan peraturan perundangan bidang K3 di tempat kerja bertujuan agar setiap tempat kerja

memenuhi syarat-syarat keselamatan dan kesehatan kerja sehingga pekerja terhindar dari segala

gangguan, kecelakaan dan penyakit akibat kerja dan dapat bekerja secara optimal.

b.         Rekayasa Teknik


Pengendalian rekayasa teknik termasuk merubah struktur objek kerja untuk mencegah seseorang

terpapar kepada potensi bahaya.

c.         Administratif

Pengendalian administrasi dilakukan dengan menyediakan suatu sistem kerja yang dapat

mengurangi kemungkinan seseorang terpapar potensi bahaya.

d.        Medis

Pengendalian medis berupa pemeriksaan terhadap seorang tenaga kerja secara medis untuk

menilai kondisi pekerja meliputi pemeriksaan kesehatan awal (sebelum kerja/prakerja),

pemeriksaan kesehatan berkala (periodik), dan pemeriksaan kesehatan khusus.

Sumber :

Anda mungkin juga menyukai