Laporan Praktikum Mikrobiologi Farmasi 2
Laporan Praktikum Mikrobiologi Farmasi 2
Tersusunnya laporan ini tentu bukan karena buah kerja keras saya semata, melainkan juga
atas bantuan dari berbagai pihak. Untuk itu, kami ucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada
Ibu Inherni Marti Abna M.Si selaku dosen pengampu mata kuliah Praktikum Mikrobiologi
Farmasi dan kepada teman-teman anggota kelompok 5 serta teman-teman sesi 6.
Saya sangat menyadari bahwa laporan ini masihlah jauh dari kata sempurna. Oleh karena
itu, saya selaku penulis lapran ini menerima dengan terbuka semua kritik dan saran yang
membangun agar laporan ini bisa tersusun lebih baik lagi. Saya berharap semoga laporan ini
bermanfaat untuk kita semua.
Penulis
A. Tujuan Praktikum
B. Landasan Teori
a. Goresan Sinabung
b. Goresan T
5. Teknik Micromanipulator
Mengambil satu bakteri dengan mikropipet yang ditempatkan dalam mikro
manupulator, kemudian ditempatkan dalam mikromanupulator. Kemudian
ditempatkan dalam medium encer untuk dibiakkan
Menurut Jutono (1980), ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam
mengisolasi bakteri, yaitu :
7. Cara memelihara agar mikrobia yang telah diisolasi tetap merupakan biakan
murni
Cara fiksasi yang paling banyak digunakan dalam pengecatan bakteri adalah
dengan membuat lapisan suspensi/pulasan bakteri di atas gelas benda, kemudian
dikeringanginkan dan dilalukan beberapa kali di atas nyala lampu spiritus (Jutono dkk.,
1972)
C. Cara Kerja
Prosedur Kerja :
1. Buatlah pengenceran 10-1 – 10-6 dari kultur murni bakteri dengan larutan
pengencer.
2. Ambil tabung reaksi yang mengandung kultur murni bakteri, buka dan
bakar leher tabung.
Prosedur Kerja :
2. Buka tutup tabung yang mengandung kultur murni bakteri, dan bakar leher
botol.
4. Bakar leher tabung di atas bunsen, dan tuangkan media NA yang telah
mengandung kultur murni bakteri ke dalam cawan petri.
3. Jarum ose
4. Lampu spirtus
Prosedur Kerja :
2. Ambil 1 ose kultur murni bakteri dan goreskan pada permukaan media agar
dimulai pada satu ujung. Perhatikan teknik penggoresan! (lihat Gambar 3,
4, 5, 6). Ose disentuhkan pada permukaan media agar dalam cawan petri,
sewaktu menggores ose dibiarkan meluncur di atas permukaan agar.
4. Jarum ose
5. Jarum inokulasi
7. Lampu spirtus
8. Vortex mixer
ProsedurKerja :
3. Pegang tabung reaksi yang mengandung kultur murni bakteri di tangan kiri.
4. Pegang jarum ose pada tangan kanan dan bakar di atas nyala lampu bunsen
hingga kawat memijar.Perhatian : pemanasan jarum ose dilakukan dari
pangkal ke ujung sampai memijar, sebelum digunakan kawat didinginkan
beberapa saat!
5. Pegang ose menggunakan ibu jari dan jari telunjuk, gunakan jari kelingking
untuk membuka tutup tabung reaksi (tutup tabung reaksi tetap dipegang
seperti posisi semula).
6. Bakar mulut tabung reaksi, masukkan jarum ose dan ambil 1 ose biakan
bakteri.
7. Bakar kembali mulut tabung reaksi dan tutup tabung reaksi kembali.
8. Ambillah tabung reaksi yang akan diinokulasi dengan tangan kiri, dengan cara
yang sama buka tutup tabung reaksi, dan bakar mulut tabung reaksi.
9. Inokulasikan biakan bakteri pada tabung reaksi inokulasi dengan cara goresan
zigzag pada permukaan NA miring.
10. Bakar mulut tabung reaksi dan tutup tabung reaksi kembali, kemudian bakar
ose.
11. Beri label : tanggal percobaan, nama bakteri, teknik pemindahan dan nama
kelompok.
12. Lakukan dengan cara yang sama untuk media nutrien cair/NB menggunakan
jarum ose dan media agar tegak secara tusukan tegak lurus menggunakan
jarum inokulasi.
13. Inkubasikan selama 24 jam pada suhu kamar dan amati pertumbuhannya.
1. Gelas benda
2. Jarum ose
3. Lampu Bunsen
4. Label preparat
5. Aquades steril
Prosedur Kerja :
1. Labellah gelas benda yang kering dan bersih. Sterilkan jarum ose
dengan memijarkannya pada nyala bunsen dan dinginkan.
2. Jika kultur dalam bentuk cair (suspensi), ambillah 1 ose penuh dan letakkan di
tengah-tengah gelas benda dan ratakan seluas ± 1 cm2
3. Jika kultur dalam medium padat, ambillah dengan jarum ose satu bagian kecil
kultur dan letakkan di tengah gelas benda yang sebelumnya telah diberi
aquadest steril dan ratakan
1. Jelaskan prinsip dasar dan tujuan teknik isolasi mikroba secara streak plate, pour plate
dan spread plate!
3. Bagaimana teknik penggoresan yang benar pada teknik isolasi secara streak plate agar
supaya didapatkan koloni bakteri terpisah ?
1. Hasil Data Pengamatan untuk Pour plate, Spread plate dan Streak plate.
No Gambar Keterangan
1. Pemipetan sampel air got dengan
menggunakan pipet volume sebanyak 1
mL.
Sebelum sampel di isolasi dan ditanam, sampel harus diencerkan terlebih dahulu
dengan aquadest sebanyak 6x, tetapi dalam percobaan ini hanya dilakukan sebanyak 3x,
hal ini dilakukan karena waktu praktikum yang tidak memncukupi. Pengenceran ini
dilakukan dengan cara mengambil 1mL dari masing-masing sampel yaitu sampel air got
dan jagung bonyok, untuk sampel air got, karena berbentuk cairan maka langsung
diambil, sedangkan untuk sampel jagung bonyok, karena sampel berbentuk padatan, maka
sampel dihaluskan/digerus terlebih dahulu didalam mortir dengan stamper yang sudah
disterilkan dengan cara menuangkan alkohol kedalam mortir lalu masukan korek api kayu
kedalamnya kemudian korek api kayu langsung diangkat dengan menggunakan pinset
agar korek api kayu tersebut tidak mengotori mortir, kemudian setelah sampel jagung
bonyok dalam mortir, sampel jagung bonyok dimasukan kedalam tabung reaksi berisi
aquadest, kemudian baru di pipet 1mL, setelah masing-masing 1mL sampel diambil
dengan cara di pipet, selanjutnya 1mL sampel dilarutkan kedalam tabung reaksi 1 yang
aquadest 9mL, lalu dihomogenkan dengan vortex mixer, pengenceran ini disebut
pengenceran 10-1, kemudian untuk membuat pengenceran 10-2 , dilakukan cara yang sama
tetapi diambil 1mL sampel dari pengenceran pertama (10 -1), begitu pula untuk membuat
pengenceran 10-3 , yang 1 mL sampel tersebut diambil dari pengenceran kedua (10 -2).
Pengenceran ini dilakukan dengan tujuan untuk memperoleh sampel yang tidak pekat
akan mikroba sehingga pada saat isolasi dan penanaman didapatkan jumlah mikroba
terbaik agar dapat dihitung, sebab jika tidak diencerkan dahulu, akan mengakibatkan
koloni miktoba yang bertumpuk dan sulit dihitung. Hasil pengenceran ini disebut
susepensi mikroba.
1. Teknik-teknik isolasi dan penanaman mikroba
Pada metode ini, baik sampel air got dan sampel jagung bonyok,
dilakukan dengan cara menuangkan media NA dan PDA yang yang
telah dicairkan dan telah didinginkan dengan suhu +/- 450C-500C
kedalam cawan petri sampai setengah cawan petri lalu dibiarkan
memadat, selanjutnya ambil (dengan pipet) 1mL sampel dalam
pengenceran 10-3, kemudian teteskan ke atas permukaan media NA
yang sudah padat, lalu panaskan spreader yang telah dicelupkan alkohol
dan biarkan dingin, kemudian sebarkan 1mL sampel dalam cawan petri
dengan spreader sampai merata, dibiarkan mengering, setelah
mengering, celah yang terdapat antara tutup dan badan cawan petri di
tutup dengan kertas parafin, agar tidak terkontaminasi oleh udara
sekitar tempat penyimpanan. Untuk sampel air got di inkubasikan
dalam inkubator dengan suhu +/- 370C selama 24 jam, setelah itu
diamati dan dihitung jumlah koloninya, pada saat penghitungan kami
medapat hasil sebanyak 216 koloni, sedangkan sampel jagung bonyok
di simpan dalam ruangan laboratorium dengan suhu ruang +/- 25 0C
selama 48 jam. Pada sampel jagung bonyok yang disimpan selama 48
jam dan diamati lalu dihitung jumlah koloninya kami mendapat >300
koloni. Sampel jagung bonyok diamati dan dihitung selam 48 jam
karena pada saat 24 jam belum terdapat koloni yang dapat diamati..
Tujuan sampel disimpan dalam kurun waktu tersebut adalah agar
mikroba mendapatkan lingkungan yang optimal untuk berkembang
biak/bertumbuh. Semua sampel dalam cawan petri tersebut di simpan
dalam keadaan cawan petrinya terbalik Tujuan metode ini adalah
mendapatkan koloni tunggal dengan teknik penanaman dan penyebaran
suspensi mikroba pada permukaan medium. Semua langkah dilakukan
secara aseptis yaitu dengan melakukan semua langkah didekat lampu
spirtus dengan jarak maksimal yaitu 20cm dari lampu spirtus, dan
untuk penuangan, semua leher wadah dan tutup wadah harus
dipanaskan terlebih dahulu, untuk tutup wadah tidak boleh diletakan di
meja dan harus tetap di pegang, cara aseptis ini bertujuan agar kultur
yang didapatkan tidak terkontaminasi oleh mikroba dib sekitar tempat
pengerjaan.
Pada metode ini, baik sampel air got maupun sampel jagung
bonyok dilakukan dengan cara meneteskan 1mL sampel dalam
pengenceran 10-3 dengan pipet kedalam cawan petri, kemudian media
NA dan PDA yang telah dicairkan dan telah didinginkan dengan suhu
+/- 450C-500C dituang kedalam cawan petri sampai setengah cawan
petri lalu di homogenkan, selanjutnya dibiarkan memadat dan dibiarkan
mengering, setelah mengering, celah yang terdapat antara tutup dan
badan cawan petri di tutup dengan kertas parafin, untuk sampel air got
di inkubasikan dalam inkubator dengan suhu +/- 370C selama 24 jam,
setelah itu diamati dan dihitung jumlah koloninya, pada saat
penghitungan kami medapat hasil sebanyak 250 koloni, sedangkan
sampel jagung bonyok di simpan dalam ruangan laboratorium dengan
suhu ruang +/- 250C selama 48 jam. Pada sampel jagung bonyok yang
disimpan selama 48 jam dan diamati lalu dihitung jumlah koloninya
kami mendapat >300 koloni. Sampel jagung bonyok diamati dan
dihitung selam 48 jam karena pada saat 24 jam belum terdapat koloni
yang dapat diamati. Semua langkah dilakukan secara aseptis. Media
yang dituangkan kedalam cawan petri harus selalu dalam keadaan cair
dan tidak boleh ada yan memadat dan menggumpal. Hal ini bertujuan
agar suspensi bakteri tumbuh merata dalam media. Semua sampel
dalam cawan petri tersebut di simpan dalam keadaan cawan petrinya
terbalik yang bertujuan agar menghindari terjadinya penguapan air
yang terkandung didalam media sehingga tidak ada embun terbentuk
karena jika ada embun dan jatuh mengenai media akan menyebabkan
media mencair, kemudian untuk membantu pertumbuhan
mikroorganisme, meratakan panas secara menyeluruh membantu dalam
penghitungan koloni serta memudahkan kita untuk melakukan
identifikasi. Sebelum disimpan suspensi mikroba dalam cawan petri
harus dibiarkan mengering agar pada saat cawan petri di balik untuk
disimpan, tidak ada suspensi mikroba yang jatuh ke tutup cawan petri
sehingga menjadi tidak tumbuh. Tujuan metode ini adalah agar
suspensi mikroba dapat tercampur merata dengan medium.
Pada percobaan teknik ini, baik sampel air got maupun sampel jagung
bonyok, kami melakukannya dengan metode gores atau streak plate method,
hal ini dikarenakan tujuan dari metode tersebut yaitu untuk mendapatkan
mikroba yang tepisah dari koloni yang lain. Teknik ini dilakukan dengan
menggunakan media NA dan PDAmiring dengan cara, koloni yang terpisah
dari koloni yang lain didalam cawan petri diambil dengan menggunakan jarum
ose yang sudah dicelupkan kedalam alkohol lalu di bakar diatas lampu spirtus
hingga membara dari dalam (dekat gagang) samapi ujung jarum ose sebanyak
2x, sebelum mengambil koloni mikroba, jarum ose yang masih panas tersebut
di tempelkan pada medium (bukan di koloni yang ingin diambil) sampai
terdengar suara “cess”, koloni diambil sebanyak 2 ose lalu di goreskan
kedalam media NA dan PDAmiring secara zig-zag, kedua sampel yang telah
digoreskan kemudian dibiarkan mengering dan disimpan dalam ruang
laboratorium dengan suhu ruangan +/- 250C selama 24 jam, lalu diamati
pertumbuhannya dan di buat pulasan untuk diamati dan diidentifikasi di
mikroskop. Agar didapatkan koloni yang terpisah maka penggoresan harus
sempurna, yaitu dengan cara dioleskan berulang kali pada garis dan bentuk
yang sama pada saat pertama kali menggores, penggoresan akan sempurna jika
dilakukan oleh orang yang sudah terbiasa dan profesional, pada saat
penggoresan pun tidak boleh sampai merusak media dan dilakukan dengan
pelan. Semua langkah dilakukan secara aseptis mengingat percobaan ini
dilakukan untuk mendapat kultur murni. Kultur murni adalah kultur yang sel-
sel mikrobanya berasal dari suatu sel tunggal, berarti mikroba yang tumbuh
dari mikroba yang telah diisolasi.
Setelah teknik pulasan dilakukan, maka semua pulasan diamati dan diidentifikasi
dengan menggunakan mikroskop, ketika pulasan diamati, yang kami temui adalah jamur
dari golongan khamir/ragi/yeast, hal ini dikarenakan kelompok kami menggunakan
jagung yang bonyok dan bukan jagung yang berjamur pada bonggolnya.
Pada pulasan yang tidak dipanaskan/difiksasi sel-sel nya bergerak tetapi pada
pulasan yang tidak dipanaskan/difiksasi sel-sel dari ragi tersebut diam dan lebih mudah
diamati, yang menandakan bahwa sel nya telah mati.
Sel dari ragi yang kami lihat dalam mikroskop berbentu silinder, ragi biasanya
tumbuh pada bahan yang konsentrasi gula nya tinggi, karena jagung mempunyai
konsentrasi gula yang cukup tinggi maka ini hal ini lah yang menyebabkan ragi tumbuh
pada jagung.
Ragi memiliki sifat fakultatif dimana ragi dapat tumbuh dan berkembang baik
dengan oksigen atau tanpa oksigen. Ragi/yeast merupakan mikroorganisme bersel tunggal
dan termasuk dalam jamur kelas Ascomycetes.
Jamur yang harusnya kami temui adalah jamur yang ada pada bonggol jagung
yang berwana kehijauan, jamur tersebut adalah jamus sparofit, yaitu Aspergillus Flavus
yang tidak memiliki hifa dan tidak bersekat.
G. Kesimpulan
a. Dalam mengisolasi dan menanam mikroba harus diperhatikan faktor nutrisi media
yang digunakan dan memperhatikan cara penanaman yang tepat dan benar.
b. Dalam teknik penanaman mikroba harus dilakukan dengan cara yang benar dan
sempurna agar tidak terjadi kesalahan fatal
d. Dalam pembuatan pulasan perlu dilakukan fiksasi agar pulasan mudah diamati.
H. Jawaban Pertanyaan
Tujuan : untuk memisahkan mikroba secara individual dan agar mikroba benar-
benar terpisah dari koloni lain sehingga di dapat diidentifikasi lebih mudah.
2. Kultur murni/biakan mikroba adalah kultur yang sel-sel mikrobanya berasal dari suatu
sel tunggal, berarti mikroba yang tumbuh dari mikroba yang telah diisolasi.
3. Teknik yang benar pada teknik isolasi secara streak plate method (cara gores) agar
didapatkan koloni bakteri yang terpisah adalah dengan cara dioleskan berulang kali
pada garis dan bentuk yang sama pada saat pertama kali menggores, penggoresan
akan sempurna jika dilakukan oleh orang yang sudah terbiasa dan profesional, pada
saat penggoresan, tidak boleh sampai merusak media dan dilakukan dengan pelan.
4. Saat di inkubasi dalam cawan petri harus diletakan terbalik agar menghindari
terjadinya penguapan air yang terkandung didalam media sehingga tidak ada embun
terbentuk karena jika ada embun dan jatuh mengenai media akan menyebabkan media
mencair, kemudian untuk membantu pertumbuhan mikroorganisme, meratakan panas
secara menyeluruh membantu dalam penghitungan koloni serta memudahkan kita
untuk melakukan identifikasi.
Daftar Pustaka