Anda di halaman 1dari 27

HASIL LAPORAN PENGKAJIAN FOKUS

MANAJEMEN KEPERAWATAN
TIDAK TERLAKSANANYA PRE CONFERENCE
DI RUANG SAMBA RSJD Dr. ARIF ZAINUDIN SURAKARTA

Oleh :
Rikha Amalia Malik
(070118A057)

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS NGUDI WALUYO UNGARAN
2019
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Rumah sakit merupakan bagian integral dari suatu organisasi sosial dan

kesehatan dengan fungsi menyediakan pelayanan paripurna (komprehensif),

penyembuhan penyakit (kuratif), dan pencegahan penyakit (preventif) pada

masyarakat. Berdasarkan Undang-Undang No. 44 Tahun 2009 tentang Rumah

sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan

kesehatan bagi perorangan secara menyeluruh dan paripurna dengan menyediakan

pelayanan rawat inap, rawat jalan, dan gawat darurat (World Health Organization

(WHO)) dalam Laksito, 2014).

Pelayanan keperawatan merupakan pelayanan profesional sebagai bagian

integral dari pelayanan kesehatan yang didasarkan pada ilmu dan kiat keperawatan

dituju kepada individu, keluarga, kelompok atau masyarakat baik sehat maupun

sakit (UU Keperawatan no 38 tahun 2014).Pelayanan keperawatan profesional

dapat terwujud apabila dilaksanakan oleh tenaga keperawatan yang profesional

sehingga dapat berkontribusi dalam peningkatan kualitas pelayanan rumah sakit

khususnya pelayanan keperawatan (sumijatun, 2010).Menurut Kusnanto (2004)

pelayanan keperawatan profesional adalah rangkaian upaya melaksanakan sistem

pemberian asuhan keperawatan kepada masyarakat sesuai dengan kaidah-kaidah

keperawatan sebagai profesi.


Mutu pelayanan kesehatan di rumah sakit juga ditentukan oleh mutu

pelayanan keperawatan.Pelayanan keperawatan terutama diperuntukkan bagi

pemenuhan kebutuhan dasar manusia (Kuntoro, 2010).Pelayanan keperawatan

sebagai bentuk kegiatan utama dari pelayanan kesehatan yang diberikan kepada

masyarakat belum dapat diwujudkan sebagai pelayanan kesehatan yang

berkualitas.Keadaan aktual pelayanan keperawatan menunjukan bahwa banyak

tenaga keperawatan lebih berkonsentrasi dan terlibat dengan tindakanpengobatan

dan penggunaan teknologi yang berorientasi medik untuk mengatasi kompleksitas

penyakit (Sitorus & Panjaitan, 2011).

Pelaksanaan layanan keperawatan tidak terlepas dari fungsi-fungsi

manajemen keperawatan yang dilaksanakan secara efisien dan efektif. Ada lima

fungsi manajemen keperawatan yaitu perencanaan (planning), pengorganisasian

(organizing), ketenagaan (staffing), pengarahan (actuating), pengawasan

(controling) (Marquis dan Huston , 2013). Masing-masing fungsi manajemen

tersebut saling keterkaitan satu sama lain dan dapat diterapkan baikoleh mamajer

tingkat atas, menengeh maupun bawah. Dalam jajaran keperawatan dapat

diterapkan mulai dari Kepala bagian keperawatan sampai kepala ruangan

(Swansburg, 2000).

Kepala ruangan menjalakan fungsi manajemen keperawatan yaitu meliputi

manajemen pelayanan keperawatan dan manajemen asuhan

keperawatan.Manajemen pelayanan keperawatan didukung oleh pengorganisasian

asuhan keperawatan melalui metode pemberian asuhan keperawatan sebagai bagian

dari fungsi pengorganisasian. Adapun komponen fungsi pengorganisasian meliputi


struktur organisasi, metode pemberian asuhan keperawatan, pengelompokan

aktivitas untuk mencapai tujuan, bekerja dalam organisasi dengan memahami

kekuatan dan otoritas (Marquis dan Huston, 2013).

Pelayanan keperawatan dilaksanakan dalam 24 jam yang dibagi dalam 3

(tiga) shift yang terdiri atas pagi, siang dan malam(Ilyas, 2007).Operan merupakan

system kompleks yang didasarkan pada perkembangan sosio-teknologi dan nilai-

nilai yang dimiliki perawat dalam berkomunikasi. Tujuan komunikasi selama

operan adalah untuk membangun komunikasi yang akurat, reliable (Keliatdkk.,

2013).

Pre conference merupakan tahap sebelum melakukan conference yang akan

dilakukan oleh para ketua Tim dimana akan dijelaskan apa yang akan dilakukan

oleh setiap perawat pelaksana sebelum melakukan tindakan keperawatan.

Sedangkan dalam pre conference para Ketua Tim harus sudah menyiapkan apa yang

akan dibahas dalam conference sehingga tidak banyak waktu yang terbuang,

sedangkan Post conference yaitu komunikasi Katim dan perawat pelaksana tentang

hasil kegiatan sepanjang shift dan sebelum operan kepada shift berikut. Isi post

conference adalah hasil askep tiap perawat dan hasil penting untuk operan (tindak

lanjut).Post conference dipimpin oleh katim atau pj tim (Tim MPKP, 2005).

Sedang kegiatan pre dan post Conference dilaksanakan oleh ketua TIM dan

perawat pelaksana dalam MPKP. Setiap perawat harus menyadari peran mereka

sebagai partisipan aktif, seperti mempertahankan pilihan intervensi keperawatan,

mengklarifikasi pendapat, menggali alternative pemecahan masalah, dan


mempraktikkan kemampuan pengambilan keputusan klinik (Carpenito&Duesphol

1985 dalam Keliat dkk., 2013).

Menurut penelitian Seniwati, dkk. Menunjukan hasil terdapat hubungan

evaluasi operan, pre post conference dan supervise dengan kinerja perawat di Ruang

Perawatan RSU Haji Makassar, terdapat beberapa responden yang dinyatakan

penerapan operan kurang dan kinerja perawat pelaksana baik, dan terdapat pula

kinerja perawat kurang Sebagaimana yang dikatakan oleh Ilyas (2007), bahwa

beban kerja yang berlebihan dapat juga mengganggu penampilan kerja yang

akhirnya berdapmpak negative pada kinerja perawat tersebut secara otomatis juga

mempengaruhi kualitas kerjanya.

B. Tujuan

1. Tujuan Umum

Pada fase pre conference adalah mempersiapkan perawat dalam

memberikan asuhan keperawatan.

2. Tujuan Khusus

a. Melakukan pengkajian manajemen keperawatan terkait dengan

pelaksanaan pre conference di Ruang Samba RSJD Dr. Arif Zaenudi

Surakarta.

b. Mengidentifikasi masalah yang ada terkait dengan pelaksanaan pre

conference dengan pendekatan penyelesaian masalah (problemsolving

cycle)diRuang Samba RSJD Dr. Arif Zainudin Surakarta.


c. Bersama perawat menentukan prioritas masalah yang terkait dengan

masalah-masalah yang dijumpai mengenai pelaksanaan pre conference

di Ruang Samba RSJD Dr. Arif Zainudin Surakarta.

d. Bersama perawat menyusun perencanaan untuk menyelesaikan masalah

yang ditemukan di Ruang Samba RSJD Dr. Arif Zainudin Surakarta.

e. Bersama perawat melakukan implementasi sesuai dengan perencanaan

yang telah dibuat di Ruang Samba RSJD Dr. Arif Zainudin Surakarta.

f. Melakukan evaluasi proses dan hasil terhadap implementasi yang sudah

dilakukan menggunakan format yang telah dibuat di Ruang Samba RSJD

Dr. Arif Zainudin Surakarta.

g. Menyusun rencana tindak lanjut berdasarkan hasil evalusinasi proses

maupun hasil di Ruang Samba RSJD Dr. Arif Zainudin Surakarta.

C. Manfaat

1. Institusi pendidikan

Membantu dalam proses belajar mengajar terutama penerapan

manajemen keperawatan di ruang perawatan dan memberikan informasi bagi

mahasiswa maupun guru terutama mengenai pelaksanaan manajemen asuhan

dan manajemen pelayanan dalam melakukan pengelolaan ruangan.

2. Mahasiswa

Mahasiswa dapat memperoleh pengalaman dengan menerapkan teori

manajemen keperawatan secara langsung khususnya dengan rencana harian


dan rencana bulanan perawat dan dapat mencari alternatif pemecahan masalah

ketika menghadapi hambatan dan kesulitan selama penerapan manajemen

asuhan dan pelayanan di ruang perawatan.

3. Rumah sakit

Sebagai bahan masukan untuk perencanaan pengembangan Sistem

Pemberian Pelayanan Keperawatan Profesional (SP2KP) dan sebagai bahan

informasi untuk melakukan evaluasi terhadap pelaksanaan pre dan post

conferencesehingga dapat melakukan perbaikan kualitas mutu pelayanan

keperawatan secara bertahap.

4. Ruang Samba RSJD Dr. Arif Zainudin Surakarta

Sebagai informasi mengenai pelaksanaan pre conference sesuai

standardi Ruang Samba RSJD Dr. Arif Zainudin Surakarta sehingga dapat

mengadakan perbaikan secara bertahap dan terencana.


BAB II

TINJAUAN TEORI

A. PRE CONFERENCE

1. Pengertian

Conference adalah diskusi kelompok tentang beberapa aspek klinik

dan kegiatan diskusi.Conference dilakukan sebelum dan sesudah

melaksanakan keperawatan pada pasien.Pre conference adalah komunikasi

Katim dan perawat pelaksana setelah selesai operan untuk rencana kegiatan

pada shift tersebut yang didampingi oleh Katim. Jika dinas pada tim tersebut

hanya satu orang, maka pre conference ditiadakan. Isi pre conference adalah

rencana tiap perawat (rencana harian), dan ada tambahan rencana dari Katim

atau PJ Tim (Ariani, N. 2006).

Pre conference merupakan tahap sebelum melakukan conference

yang akan dilakukan oleh para ketua Tim dimana akan dijelaskan apa yang

akan dilakukan oleh setiap perawat pelaksana sebelum melakukan tindakan

keperawatan. Sedangkan dalam pre conference para Ketua Tim harus sudah

menyiapkan apa yang akan dibahas dalam conference sehingga tidak banyak

waktu yang terbuang. Fase pre-conference, efisennya qadalah aktivitas

kelompok kecil, yang didalamnya terkandung unsur fasilitas dari Ketua Tim.

Kelompok kecil perawat tersebut akan melaksanakan program asuhan

keperawatan harus benar-benar memperhatikan hal yang akan dibahas pada

fase pre conference. Pada saat Ketua Tim merencanakan fase pre
conferencedengan kelompok kecil perawat tentang suatu topic, ada hal-hal

yang harus diperhatikan Ketua Tim yaitu :

1. Bagaimana Ketua Tim memperkenalkan topic pembahasan kepada

perawat.

2. Bagaimana Ketua Tim menciptakan situasi yang mendukung

terjadinya partisipasi aktif dari anggota kelompok.

3. Bagaimana Ketua Tim membuat diskusi

4. Diskusi kelompok yang dilakukan ditujukan untuk memberikan

kesempatan kepada perawat pelaksana dalam meningkatkan

pengetahuan, sikap dan keterampilan.

Sedang kegiatan pre Conference dilaksanakan oleh ketua TIM dan

perawat pelaksana dalam MPKP. Setiap perawat harus menyadari peran

mereka sebagai partisipan aktif, seperti mempertahankan pilihan intervensi

keperawatan, mengklarifikasi pendapat, menggali alternative pemecahan

masalah, dan mempraktikkan kemampuan pengambilan keputusan klinik

(Carpenito&Duesphol 1985 dalam Keliat dkk., 2013).

Menurut Peneliti Seniwati, dkk. Mengatakan terdapat hubungan

evaluasi operan, pre post conference dan supervise dengan kinerja perawat

di Ruang Perawatan RSU Haji Makassar, terdapat beberapa responden yang

dinyatakan penerapan operan kurang dan kinerja perawat pelaksana baik,

dan terdapat pula kinerja perawat kurang Sebagaimana yang dikatakan oleh

Ilyas (2007), bahwa beban kerja yang berlebihan dapat juga mengganggu
penampilan kerja yang akhirnya berdapmpak negative pada kinerja perawat

tersebut secara otomatis juga mempengaruhi kualitas kerjanya.

Penelitian ini menunjukkan bahwa ada beberapa responden yang

dinayatakan pelaksanaan pre conference baik dan kinerjanya baik dan ada

pula yang dinyatakan pelaksanaan pre conference baik namun kinerja

kurang.Hal ini menunjukkan bahwa dalam kinerja perawat pelaksana yang

masih kurang menerapkan pre conference dalam pemenuhan asuhan

keperawatan pasien yang berdampak pada kinerja perawat pelaksana yang

kurang.Sebagai mana dikemukakan oleh Keliat(2013), kinerja adalah

pencapaian/ prestasi seseorang berkenaan dengan seluruh tugas yang

dibebankan kepadanya. Begitu pula dalam pelaksanaan pre conference yang

dilaksanakan sebelum berinteraksi dengan pasien yang berguna dalam

proses pemberian asuhan keperawatan untuk pasien apakah sesuai dengan

direncanakan atau tidak (Subekti, 2008).

2. Tujuan Pre Conference

Tujuan pre conference adalah :

a) Membantu untuk mengidentifikasi masalah – masalah pada pasien,

merencanakan asuhan dan merencanakan evaluasi hasil

b) Mempersiapkan hal – hal yang akan ditemui dilapangan .

c) Memberikan kesempatan untuk berdiskusi tentang keadaan pasien


3. Syarat Pelaksanaan

1. Pre conference dilaksanakan sebelum pemberian asuhan keperawatan.

2. Waktu efektif yang diperlukan 10 – 15 menit.

3. Topic yang dibicarakan harus dibatasi, umumnya tentang keadaan

pasien, perencanaan tindakan rencana dan data – data yang perlu

ditambahkan.

4. Yang terlibat dalam conference adalah kepala ruangan, ketua tim dan

anggota tim

4. Pedoman Pelaksanaan Conference

1. Sebelum dimulai, tujuan conference harus dijelaskan

2. Diskusi harus mencerminkan proses dan dinamika kelompok

3. Pemimpin mempunyai peran untuk menjaga focus diskusi tanpa

mendominasi dan memberi umpan balik

4. Pemimpin harus merencanakan topic yang penting secara periodic

5. Ciptakan suasana diskusi yang mendukung peran serta, keinginan

mengambil tanggungjawab dan menerima pendekatan serta pendapat

yang berbeda

6. Ruang diskusi diatur sehingga dapat tatap muka pada saat diskusi

Pada saat menyimpulkan conference, ringkasan diberikan oleh pemimpin

dan kesesuaian dengan stimulasi lapangan


5. Prosedure Pre Conference

Pre Conference

Pre conference adalah komunikasi katim dan perawat pelaksana

setelah selesai operan untuk rencana kegiatan pada shift tersebut yang

dipimpin oleh ketua tim atau penanggung jawab tim. Jika yang dinas

pada tim tersebut hanya satu orang, maka pre conference ditiadakan. Isi

pre conference adalah rencana tiap perawat (rencana harian), dan

tambahan rencana dari katim dan PJ tim (Modul MPKP, 2006)

PROSEDUR PRE CONFERENCE


Waktu : Setelah operan
kegitan : Meja masing-masing Tim
Tempat : Ketua Tim
:
Penang
a. Katim / pj tim membuka acara
gung jawab
b. Katim/pj tim menanyakan rencana harian
kegiatan
masing – masing perawat pelaksana
c. Katim / pj tim memberikan masukan dan
tindak lanjut terkait dengan asuhan yang
diberikan saat itu
d. Katim / pj tim memberikan reinforcement
e. Katim / pj tim menutup acara
6. PELAKSANAAN

1. Dipimpin oleh ketua tim atau penanggung jawab

2. Waktu, dilakukan setelah operan atau sebelum memulai kegiatan

3. Tempat, dilakukan di meja masing – masing tim

4. Penanggung jawab, ketua tim atau penanggung jawab kegiatan

 Ketua tim atau penanggung jawab membuka acara

 Ketua tim atau penanggung jawab menanyakan rencana harian

masing – masing perawat pelaksana

 Ketua tim atau penanggung jawab memberikan masukan dan

tindakan lanjut terkait dengan asuhan yang diberikan saat itu.

7. PANDUAN PERAWAT DALAM MELAKSANAKAN KONFERENSI

Adapun panduan bagi PP dalam melakukan konferensi adalah sebagai

berikut: (Ratna Sitorus, 2006).

1. Konferensi dilakukan setiap hari segera setelah dilakukan pergantian

dinas pagi atau sore sesuai dengan jadwal perawatan pelaksana.

2. Konferensi dihadiri oleh perawat pelaksana dan PA dalam timnya

masing – masing.

3. Penyampaian perkembangan dan masalah klien berdasarkan hasil

evaluasi kemarin dan kondisi klien yang dilaporkan oleh dinas malam.

Hal hal yang disampaikan oleh perawat pelaksana meliputi :

a. Utama klien

b. Keluhan klien
c. TTV dan kesadaran

d. Hasil pemeriksaan laboraturium atau diagnostic terbaru.

e. Masalah keperawatan

f. Rencana keperawatan hari ini.

g. Perubahan keadaan terapi medis.

h. Rencana medis.

4. Perawat pelaksana mendikusikan dan mengarahkan perawat asosiet

tentang masalah yang terkait dengan perawatan klien yang meliputi :

a. Klien yang terkait dengan pelayanan seperti : keterlambatan,

kesalahan pemberian makan, kebisikan pengunjung lain, kehadiran

dokter yang dikonsulkan.

b. Ketepatan pemberian infuse.

c. Ketepatan pemantauan asupan dan pengeluaran cairan.

d. Ketepatan pemberian obat / injeksi.

e. Ketepatan pelaksanaan tindakan lain,

f. Ketepatan dokumentasi.

5. Mengiatkan kembali standar prosedur yang ditetapkan.

6. Mengiatkan kembali tentang kedisiplinan, ketelitian, kejujuran dan

kemajuan masing masing perawatan asosiet.

7. Membantu perawatan asosiet menyelesaikan masalaah yang tidak dapat

diselesaikan. Tahap – tahap inilah yang akan dilakukan oleh perawat –

perawat ruangan ketika melakukanpre conference.


8. TAHAP-TAHAP PROSES PRE CONFERENCE

a. Pre conference/Briefing

1) Menentukan kasus yang akan dihadapi, tujuan spesifik yang ingin

dicapai oleh perawat pelaksana dan criteria evaluasi.

2) Persiapan perawat pelaksana sebelum bertemu dengan klien, yang

meliputi : menanyakan pengetahuan dan pengalaman perawat

pelaksana sebelumnya, menanyakan permasalahan perawat yang

memerlukan bantuan ketua Tim.

3) Berikan perawat pelaksana penjelasan tentang pedoman

pelaksanaan.

4) Persiapan klien dan jelaskan tujuan pertemuan.

b. Implementasi/Demonstration and inclusion of Microskill

1) Memberikan kesempatan perawat pelaksana untuk melihat

bagaimana Ketua Tim berinteraksi dengan klien.

2) Memberi kesempatan perawat pelaksana melakukan

keterampilan teknik procedural dalam rangka memberikan

asuhan keperawatan dengan supervise.

3) Memfasilitasi perawat pelaksana dengan memberikan pertanyaan

berkaitan dengan apa yang dilakukan perawat pelaksana dan

mengapa itu dilakukan.

4) Mengobservasi kemampuan klinik perawat pelaksana dan

mengobservasi interaksi perawat pelaksana dengan klien.


c. Post-conference/Debriefing

1) Membahas hal-hal yang sudah dilakukan pada saat implementasi

2) Memberikan kesempatan kepada perawat pelaksana untuk

memberikan masukan atau menyampaikan pertanyaan.

3) Berikan umpan balik kepada perawat pelaksana baik yang positif

maupun yang negative. Mualilah umpan balik yang positif

dengan memberikan penguatan baik pujian dan dorongan untuk

lebih baik lagi.

4) Koreksi kesalahan perawat pelaksana dengan menunjukan atau

menjelaskan bagaimana melakukan keterampilan klinik tersebut

dan bagaimana mengingatkannya.

5) Menemukan kendala yang dihadapi dan mencari cara untuk

mengatasinya.

6) Mengukur tingkat pencapaian tujuan asuhan keperawatan saai

itu.

d. Evaluasi

1) Menilai kemampuan intelektual, teknikal dan interpersonal

perawat pelaksana.

2) Memberikan kesempatan kepada perawat pelaksana untuk

menilai cara dan metode yang dilaksanakan.

3) Mencari cara yang lebih efektif yang digunakan untuk

meningkatkan kualitas asuhan keperawatan.


BAB III

ANALISA MASALAH

A. PENGKAJIAN FUNGSI PENGORGANISASIAN

1. URAIAN TUGAS RUANGAN ( PRE CONFERENCE)

Kajian Data :

1) Strategi komunikasi

a. Wawancara

Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan terhadap

kepala ruang di Ruangan Samba di dapatkan hasil bahwa strategi

komunikasi di ruang samba dilakukan secara langsung yang terdiri

dari operan, pre-conference, dan post conference .Operan, pre-

conference, dan post-conference sudah dilakukan tetapi diruang

samba belum memiliki panduan SOP operan, pre-conference, dan

post conference. Dikatakan juga di ruangan samba Pre conference

belum dilakukan.

b. Observasi

Berdasarkan hasil observasi di dapatkan hasil bahwa

strategi komunikasi di ruang Samba sudah dilakukan tetapi untuk

pre conference belum di lakukan dan belum mengikuti SOP.

2) Model komunikasi

a. Wawancara

Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan terhadap kepala

ruang di Ruang Samba di dapatkan hasil bahwa untuk model


komunikasi di Ruang Samba di lakukan secara lansung bisa disaat

pertemuan operan, bisa juga melalui media sosial, bahkan Kepala

ruang mengatakan tidak bertemu secara fisik tidak masalah

asalkan komunikasi atau pesan bisa tersampaikan.

3) Pre Conference

a. Wawancara

Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan terhadap kepala

ruang dan Ketua Tim di Ruangan Samba di dapatkan hasil bahwa

untuk pelaksanaan pre conference di lakukan setiap pagi setelah

dilkaukannya operan.tetapi diruang samba belum memiliki

panduan SOP pre-conference.

b. Observasi

Berdasarkan hasil observasi di dapatkan hasil bahwa untuk

pelaksanaan pre conference di ruang Samba jarang di lakukan.


ANALISIS SWOT

STRENGTH WEAKNESS OPPORTUNITY THREAT


Aspek yang dikaji
(Kekuatan) (Kelemahan) (Kesempatan) (Ancaman)

1. Motivasi : 1. Dilaksanakannya Pre 1. Tidak tersediaannya  Mengusulkan pengadaan SOP 1. Tidak berjalannya pre
a. Strategi conference di ruang panduan SOP pre ruangan tentang pre conference serta operan
memotivasi Samba. conference serta operan I conference serta operan. tanpa adanya panduan
individu dan Ruang Samba.  Sosialisasi pentingnya SOP.
kelompok 2. Tidak dilaksanakannya dilakukan pre conference. 2. Ketidakefetifan tugas-tugas
b. System atau ketidakeektifan pre  Sosialisasi keikutsertaan yang dijalankan oleh
reward/punnish conference, KARU dan KATIM saat perawat.
ment Ketidakpatuhan KARU dilaksanakannya pre 3. Informasi yang diberikan
2. Komunikas : dan KATIM terhadap saat operan tidak maksimal
conference serta operan.
SOP yang telah ada.
a. Strategi  Melakukan/Action dan tidak lengkap akibat
komunikasi pelaksanaan pre Conference pre conference yang tidak
b. Model dilakukan.
komunikasi 4. Ketidakmaksimalnya
3. Sistem supervise rencana harian Katim,
4. Pendelegasian penanggung jawab Tim,
a. Jenis Perawat Pelaksana
b. Mekanisme terhadap rencana
c. Priinsip keperawatan manajemen.
d. Penetapan 5. Ketidakefektifan
tugas pengidentifikasian,
e. Tugas terurai masalah pasien,
5. Manajement perencanaan asuhan dan
konflik perencanaan evaluasi hasil.
a. Konflik yg
sering terjadi
b. Cara
penyelesaian
6. Kolaborasi dan
koordinasi
a. Alur
b. Jadwal
IDENTIFIKASI MASALAH DAN ANALISA DATA

No Data Fokus Masalah

1.  Data subyektif Ketidakefektifan pelaksanaan pre


conference di Ruang Samba, dan tidak
1) Pre conference
tersedianya SOP pre conference.
 Wawancara
Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan terhadap kepala ruang dan Ketua
Tim di Ruangan Samba di dapatkan hasil bahwa untuk pelaksanaan pre conference
di lakukan setiap pagi setelah dilkaukannya operan. tetapi diruang Samba belum
memiliki panduan SOP pre-conference.
 Observasi
Berdasarkan hasil observasi di dapatkan hasil bahwa untuk pelaksanaan pre
conference di ruang Sanba jarang di lakukan.
 Data Objektif :
 Berdasarkan hasil observasi di dapatkan hasil bahwa strategi komunikasi di ruang
samba sudah dilakukan tetapi tidak mengikuti SOP.
 Diruang Samba Tidak ada SOP Pre conference.
 Ketidakefektifan pelaksanaan pre conference di Ruang Samba
ALTERNATIF CARA PENYELESAIAN MASALAH

Penyebab Masalah Rencana Penyelesaian Masalah

1. Ketidakefektifan pelaksanaan pre conference di Ruang a) Mengusulkan pengadaan SOP ruangan tentang pre conference
Samba, dan tidak tersedianya SOP pre conference. serta operan.
b) Sosialisasi pentingnya dilakukan pre conference.
c) Sosialisasi keikutsertaan KARU dan KATIM saat
dilaksanakannya pre conference serta operan.
d) Melakukan/Action pelaksanaan pre Conference
B. PRIORITAS MASALAH

Prioritas Masalah Jumlah


T R Prioritas
No Masalah Importancy IxTxR
P S RI PC DU Pc
1. Belum optimalnya pelaksanaan
Pre Conference di ruang Samba

Keterangan :
1. Importancy (I) atau pentingnya masalah
Prevalency (P) : Masalah lebih banyak serius
Secerity (S) : Akibat yang ditimbulkan apabila tidak ditangani.
Rate of Increase (RI) : Angaka kenaikan
Public concern (PC) : Perhatian masyarakat
Degree of Unmeetneeds(DU) : Tingkat keinginan yang tidak terpenuhi
Politic Climate (PC) : Politic Climate
2. Technology (T) : Tehnologi yang tersedia
3. Resource (R) : Sumber daya yang tersedia (manusia,dana,alat,dll
4. Skala Nilai : 1-5
A. DIAGRAM FISHBONE

1. Kurang optimalnya pelaksanaan pre conference di Ruang Samba, dan tidak tersedianya SOP pre conference.

MAN
Kurangnya motivasi pelaksanaan pre conerence di Ruang Samba

aksanaan pre conference di Ruang Samba, dan tidak tersedianya SOP pre conference

METODE
MATERIAL
Pre conference belum dilakukan, pre conference sudah dilakukan tetapi kadang-kadang.
Sudah dilakukan pre conference, tapi belum maksimal karena di Ruang Samba tidak memiliki SOP pre conference sebagai panduan.
BAB IV

PLAN OF ACTION (POA)

NO BAHAN DAN
RENCANA TINDAKAN METODE SASARAN WAKTU TEMPAT PELAKSANA
. ALAT
1.  Mengusulkan pengadaan SOP Diskusi KARU, SOP (Pre dan Maret 2019 Ruang Rikha
KATIM, PA post Samba
ruangan tentang pre conference),
conference serta operan. Laptop
KARU, Ruang
 Sosialisasi pentingnya Diskusi dan Materi Pre Maret 2019 Rikha
KATIM, PA Conference Samba
dilakukan pre conference. sosialisasi

 Sosialisasi keikutsertaan Maret 2019 Rikha


KARU, Materi Uraian Ruang
KARU dan KATIM saat Diskusi dan KATIM, PA Samba
sosialisasi Tugas
dilaksanakannya pre
conference serta operan.
 Melakukan/Action KARU, Ruang
Action Action Maret 2019 Rikha
pelaksanaan pre Conference. KATIM, PA Samba
DAFTAR PUSTAKA

Ariani, N. 2006.Manajemen bangsal keperawatan. Jakarta: EGC

Nursalam. 2014. Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu

Keperawatan . Jakarta: Salemba Medika Sitorus

Ratna. 2006. Model Praktik Keperawatan Profesional di Rumah Sakit. EGC,

Jakarta Sitorus

Ratna, Yulia, 2005, Model Praktek Keperawatan Profesional di Rumah

Sakit Panduan Implementasi,. EGC, Jakarta

Sitorus, Ratna.(2006). Model Praktik Keperawatan Profesional di Rumah Sakit.

Cetakan 1, Jakarta: EGC kedokteran

Pohan,IS. (2007). Jaminan Mutu Layanan Kesehatan; Dasar-Dasar Pengertian

danPenerapan.Jakarta: EGC

Departemen Kesehatan RI. (2006). Keputusan Menteri Kesehatan Republik

Indonesia, Jakarta.

Sumijatun.(2010). Konsep Dasar Menuju Keperawatan Profesional., Jakarta:

Penerbit CV. Trans Info Media cetakan pertama

Ilyas, Y. (2007). Kinerja; Teori,Penilaian dan Penelitian, Jakata, Universitas

Indonesia

Permatasari Dwi dkk, (2014) “efektifitas post conference terhadapoperan sif di

ruang rawat inap rsud ungaran”.

Seniwati, dkk.“ Evaluasi Operan, Pre Post Conference Supervisi Dan Kinerja

Perawat Di Rsu Haji Makassar.

Anda mungkin juga menyukai