BBLR
BBLR
1 Konsep Penyakit
2.1.1 Definisi
Badan lahir rendah (BBLR) merupakan bayi yang dilahirkan
dengan berat badan kurang dari 2500 gram (Ridha, 2014: 245).
Menurut Sarwono dikutip dalam Manggiasih dan Jaya(2016: 349)
berat badan lahir rendah (BBLR) yaitu keadaan yang disebabkan oleh
masa kehamilan kurang dari 37 minggu dengan berat badan yang sesuai
atau bayi beratnya kurang dari berat semestinya menurut masa
kehamilannya.
Berat badan lahir rendah (BBLR) adaah bayi baru lahir yang berat
badan lahirnya pada saat kelahiran kurang dari 2500 gram (Maryanti,
2011: 167).
Berdasarkan pernyataan diatas peneliti menyimpulkan bahwa berat
badan lahir rendah (BBLR) merupakan bayi yang baru dilahirkan dengan
berat badan kurang dari 2500 gram atau bayi beratnya kurang dari berat
semestinya menurut masa kehamilannya.
2.1.2 Etiologi
Faktor yang mempengaruhi terjadinya berat badan lahir rendah
(BBLR) adalah:
1. Faktor ibu
a. Penyakit yang berhubungan langsung dengan kehamilan meliputi,
perdarahan antepartum, trauma fisik dan psikologis, diabetes
militus, toksemia gravidarum dan nefritis akut.
b. Usia ibu kurang dari 20 tahun atau lebih dari 35 tahun
c. Multigravida yang jarak kelahiran terlalu dekat
d. Keadaan sosial ekonomi yang rendah
e. Sebab lain antara lain, ibu perokok, ibu peminum alkohol dan
pecandu narkotik (Maryanti dkk, 2011: 169).
2. Faktor plasenta
a. Penyakit vaskuler
b. Kehamilan ganda
c. Malforasi
d. Tumor
e. Plasenta privea
(Manggiasih & Jaya, 2016: 350).
3. Faktor janin
a. Hidramion
b. Kehamilan ganda
c. Kelainan kromosom
(Maryanti dkk, 2011: 169).
4. Faktor lingkungan
a. Tempat tinggal di dataran tinggi
7
b. Terpapar radiasi
c. Terpapar zat beracun
(Maryanti dkk, 2011: 169).
2.1.3 Manifestasi Klinis
Manggiasih dan Jaya (2016: 352-354) menguraikan BBLR secara
khusus antara lain :
1. Prematur
a. Berat badan kurang dari 2500 gram
b. Panjang badan kurang dari 45 cm
c. Lingkar kepala kurang dari 33 cm
d. Lingkar dada kurang dari 30 cm.
e. Umur kehamilan kurang dari 37 minggu.
f. Kepala relatif lebih besar dari pada badannya.
g. Rambut tipis dan halus
h. Ubun-ubun dan sutura lebar.
i. Kepala mengarah ke satu sisi.
j. Kulit tipis dan transparan
k. Lanugo banyakterutama pada dahi, pelipis, telinga dan lengan.
l. lemak subkutan tipis
m. sering tampak peristaltik usus.
n. Tulang rawan dan daun telinga imatur.
o. Puting susu belum terbentuk dengan baik.
p. Pergerakan kurang dan lemah.
q. Reflek menghisap dan menelan belum sempurna.
r. Tangisnya lemah dan jarang, pernafasan masih belum teratur.
s. Otot-otot masih hipotonis sehingga sikap selalu dalam keadaan
kedua paha abduksi, sendi lutut dan pergelangan kaki fleksi atau
lurus.
t. Genetalia belum sempurna, labia minora belum tertutup oleh labia
mayora (pada wanita) dan testis belum turun (pada laki-laki).
2. Dismatur
a. Kulit pucat atau bernoda, keriput tipis.
b. Vernix caseosa sedikit, kurang atau tidak ada.
c. Jaringan lemak dibawah kulit sedikit
d. Pergerakan gesit, aktif dan kiat.
e. Tali pusat berwarna kuning kehijauan
f. Mekonium kering
g. Luas permukaan tubuh relatif lebih besar dibandingkan BB.
2.1.4 Klasifikasi
8
1. Adapun klasifikasi dari BBLR menurut Maryanti (2011: 167-168)
adalah:
a. Prematuritas murni
Bayi lahir dengan umur kehamilan kurang dari 37 minggu
dan mempunyai berat badan sesuai dengan berat badan untuk masa
kehamilan atau disebut Neonatus Kurang Bulan-Sesuai Masa
Kehamilan (NKB-SMK).
b. Dismaturitas
Adalah bayi dengan berat badan kurang dari berat badan
seharusnya untuk masa kehamilan, dismatur dapat terjadi dalam
preterm, term, dan post term.Dismatur ini dapat juga disebut
dengan:
1) Neonatus Kurang Bulan - Kecil untuk Masa Kehamilan (NKB-
KMK).
2) Neonatus Cukup Bulan - Kecil Masa Kehamilan (NCB-KMK).
3) Neonatus Lebih Bulan - Kecil Masa Kehamilan (NLB-KMK).
2. Berdasarkan kasifikasi berat badan lahir Manggiasih dan Jaya (2016:
350-351) menguraikan BBLR terbagi menjadi:
a. BBLR : Berat badan kurang dari 2500 gram
b. BBLSR : Berat badan 1000-1500 gram
c. BBLASR : Berat badan kurang dari 1000 gram
2.1.5 Patofisiologi
Berat badan lahir rendah disebabkan oleh beberapa faktor yaitu,
faktor ibu, faktor plasenta, faktor janin dan faktor lingkungan.Faktor ibu
meliputi penyakit yang berhubungan langsung dengan kehamilan meliputi,
perdarahan antepartum, trauma fisik dan psikologis, diabetes militus,
toksemia gravidarum dan nefritis akut, usia ibu kurang dari 20 tahun atau
lebih dari 35 tahun, multigravida yang jarak kelahiran terlalu dekat,
keadaan sosial ekonomi yang rendah, sebab lain antara lain ibu perokok,
ibu peminum alkohol dan pecandu narkotik (Maryanti dkk, 2011:
169).Menurut Manggiasih dan Jaya (2016: 350) faktor plasenta meliputi
penyakit vaskuler, kehamilan ganda, malforasi, tumor, plasenta
privea.Faktor janin meliputi hidramion, kehamilan ganda, kelainan
kromosom dan faktor lingkungan meliputi tinggal di daerah dataran tinggi,
radiasi dan zat – zat beracun (Maryanti dkk, 2011: 169).
Faktor-faktor tersebut merupakan penyebab terjadinya berat badan
lahir rendah karena pertumbuhan dan perkembangan janin dalam rahim
mengalami gangguan dan masalah(Pantiawati, 2010: 4). Pada bayi berat
badan lahir rendah (BBLR) kemampuan untuk mempertahankan panas dan
kesanggupan menambah produksi panas sangat terbatas karena otot-otot
yang belum cukup memadai, lemak subkutan yang sedikit,
ketidakmaturan pusat termoregulasi dan permukaan tubuh relatif lebih
9
besar dibandingkan dengan berat badan sehingga mudah kehilangan panas
(Pantiawati, 2010: 24). Selain itu perubahan suhu antara intra uterin dan
ekstra uterin mengakibatkan keadaan bayi sangat stres, stres derajat tinggi
dapat mempengaruhi peningkatan kadar sekresikatekolamin dan kortison
yang beresiko pertambahan berat badan sangat rendah dan menimbulkan
komplikasi hipotermia, dan hipoglikemia(Arifah & Wahyuni, 2010: 35-
36).
10
Pathway
Faktor Ibu Faktor Janin Faktor Plasenta Faktor Lingkungan
Penyakitmeliputi: perdarahan Hidraminion, kehamilan ganda, kelainan Penyakit vaskuler, kehamilan ganda, malforasi, Tempat tinggal di dataran
kromosom tumor, plasenta privea tinggi, radiasi, zat – zat
antepartum, trauma fisik dan beracun
psikologis, diabetes militus, BBLR
toksemia gravidarum dan nefritis
Imatur fungsi Imatur fungsi Imatur lapisan Imatur pusat Imatur daya Imatur fungsi Imaturitas
pernafasan otak kulit thermoregulasi tahan tubuh pencernaan hepar
Vaskuler paru Reflek Peningkatan Fungsi organ Daya tahan Dinding Konjugasi
imatur menghisap & kehilangan pengaturan tubuh belum lambung lunak 11
bilirubin belum
menelan belum panas melalui suhu tubuh sempurna bsik
Paru tidak sempurna kulit belum smpurna
berkembang Pengosongan
sempurna Dinkontinuitas lambung belum
pemberian ASI
MK: D.0143 baik Hiper
MK: D.0131 Resiko Infeksi bilirubinemia
Nafas tidak Hipotermia
teratur
Peristaltik usus
MK: D.0019 belum MK: D.0024
MK: D.0006 Defisit Nutrisi MK: D.0029 MK: D0034 sempurna Ikterik
Pola Nafas Menyusui Risiko Disfungsi Neonatus
Tidak Efektif Tidak Efektif motilitasGastrointestinal
Gambar 2.1 Pathway Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) Berdasarkan Maryanti dkk (2011: 170); Nurarif dan Kusuma (2015: 89-
90).
2.1.6 Komplikasi
Manggiasih dan Jaya (2016: 352-354) menguraikan masalah yang
dapat terjadi pada berat badan lahir rendah (BBLR), terutama berhubungan
dengan 4 proses adaptasi pada bayi baru lahir diantaranya :
1. Sistem pernafasan :Sindrom aspirasi meconium, asfiksia neonatorum,
sindrom distress respirasi, penyakit membrane hialin.
2. Sistem kardiovaskuler :Patentductus arteriosus.
3. Termoregulasi :Hipotermi.
4. Hipoglikemia sistomatik.
Berdasarkan prematur dan dismaturmenurut Manggiasih dan Jaya
(2016: 352-354) diantaranya :
1. Pada bayi prematur yaitu :
a. Pneumonia aspirasi
b. Perdarahan intra ventrikuler
c. Hyperbilirubinemia
d. Masalah suhu tubuh
2. Pada bayi dismatur yaitu :
a. Suhu tubuh yang tidak stabil
b. Gangguan pernafasan yang sering menimbulkan penyakit berat
pada berat badan lahir rendah (BBLR)
c. Gangguan alat pencernaan dan problema nutrisi
d. Ginjal yang imatur baik secara otomatis maupun fungsinya
e. Perdarahan mudah terjadi karena pembuluh darah yang rapuh
f. Gangguan immunologi
2.2 Konsep Dasar Hipotermia
2.2.1 Definisi
Bayi hipotermia adalah bayi dengan suhu badan dibawah normal,
adapun suhu normal bayi adalah 36,5-37,5 oC (suhu ketiak). Gejala awal
hipotermia apabila suhu <36oC atau kedua kaki dan tangan teraba dingin,
bila seluruh tubuh bayi terasa dingin maka bayi sudah mengalami
hipotermia sedang (suhu 32-36oC) (Rukiyah & Yulianti, 2012: 283).
Tabel 2.1 klasifikasi hipotermia
Klasifikasi
Hipotermia
o o
C F
Ringan 34-35 93,2-96,8
Sedang 30-34 86,0-93,2
Berat < 30 < 86
Sumber: (Potter & Perry, 2010: 170)
2.2.2 Penyebab Terjadinya Hipotermia
Menurut Rukiyah & Yulianti(2012: 283-284) penyebab terjadinya
hipotermiaadalah :
1. Jaringan lemak subkutan tipis
2. Perbandingan luas permukaan tubuh dengan berat badan besar
3. Cadangan glikogen dan browt fat sedikit, BBL (Bayi Baru Lahir) tidak
mempunyai respon shivering (menggigil) pada reaksi kedinginan
4. Kurangnya pengetahuan perawat dalam pengolaan bayi yang beresiko
tinggi mengalami hipotermi
2.2.3 Mekanisme Kehilangan Panas
Menurut Maryunani (2014: 9) mekanisme kehilangan panas adalah:
1. Evaporasi
Kehilangan panas karena menguapkan cairan ketuban pada
permukaan tubuh setelah bayi lahir karena tubuh tidak segera
dikeringkan
2. Konduksi
Kehilangan panas melalui kontak langsung antara tubuh bayi
dengan permukaan yang dingin.
3. Konveksi
Kehilangan panas yang terjadi pada saat bayi terpapar dengan
udara sekitar yang lebih dingin.
4. Radiasi
Kehilangan panas yang terjadi pada saat bayi ditempatkan
dekat benda yang mempunyai temperature tubuh lebih rendah dari
temperature tubuh bayi .
2.2.4 Faktor Predisposisi Kehilangan Panas
Menurut Maryunani (2014: 10-11) faktor predisposisi pada bayi
yang dapat menyebabkan kehilangan panas secara berlebihan yaitu:
1. Permukaan kulit bayi baru lahir yang akan memfasilitasi hilangnya
panas ke lingkungan
2. Lambatnya perlindungan panas tubuh karena tipisnya lapisan lemak
subkutan
3. Mekanisme untuk menghasilkan panas tidak seperti pada anak remaja
yang dapat memproduksi panas dengan cara menggigi.
a. Pada bayi, memproduksi panas melalui non shivering
thermogenesis (memproduksi panas tanpa menggigil).
b. Non-shivering thermogenesis dihasilkan dengan rangsang sel
pernafasan karena meningkatnya konsumsi oksigen.
2.2.5 Pencegahan dan Penanganan Hipotermia
Pemberian panas yang mendadak berbahaya karena dapat terjadi
apnea sehingga direkomendasikan penghangatan 0,-1oC tiap jam (pada
bayi <1000 gram pengahangatan maksimal 0,6oC). Alat inkubator untuk
bayi < 1000 gram, sebaiknya diletakkan dalam inkubator. Bayi-bayi
tersebut dapat dikeluarkan dari inkubator apabila tubuhnya dapat tahan
terhadap suhu lingkungan 30oC. Radiant Warmer adaah alat yang
digunakan untuk bayi yang belum stabil atau untuk tindakan-tindakan.
Dapat menggunakan servo controle (dengan menggunakan probe untuk
kulit) atau non servo controle (dengan mengatur suhu yang dibutuhkan
secara manual) (Rukiyah & Yulianti, 2012: 284-285).
Tabel 2.2 Suhu inkubator yang direkomendasi menurut berat dan umur bayi
Berat bayi Suhu inkubator (oC) menurut umur
o
35 C 34oC 33oC 32oC
< 1500 g 1-10 hari 11 hari-3 minggu 3-5minggu >5 minggu
1500-2000g 1-10 hari 11 hari-4 >4 minggu
minggu
2100-2500g 1-2 hari 3 hari-3 minggu >3 minggu
>2500g 1-2 hari > 2 hari
Sumber: (Anggari dkk, 2016: 88).
2.3 Konsep Asuhan Keperawatan pada Bayi Berat Badan Lahir Rendah
2.3.1 Pengkajian
1. Identitas Klien
Bayi dengan berat badan lahir rendah sering terjadi pada
kelahiran prematur atau bayi yang lahir dengan usia kehamilan kurang
dari 37 minggu (Pantiawati, 2010: 4). Faktor yang mempengaruhi bisa
terjadi pada usia ibu <20 tahun dan > 35 tahun, masalah komplikasi
selama kehamilan, ibu dengan sosial ekonomi rendah dan gaya hidup
yang tidak sehat(Maryanti dkk, 2011: 169).
2. Identitas Orang Tua
Riwayat ibu bayi dengan BBLR berusia<20 tahun atau >35
tahun, keadaan sosial ekonomi yang rendah dan tempat tinggal terletak
di daerah dataran tinggi (Maryanti dkk, 2011: 169).
3. Identitas Saudara Kandung
Pada bayi berat badan lahir rendah (BBLR) mengalami
kehamilan ganda (Manggiasih & Jaya, 2016: 350).
4. Riwayat Kesehatan
a. Keluhan Utama:
Bayi dengan berat badan lahir rendah (BBLR) dapat terjadi
kehilangan panas dengan cepat dan menjadi hipotermia (Maryanti
dkk, 2011: 171).
b. Riwayat MRS:
Bayi dengan berat badan lahir rendah (BBLR) berat badan
<2500 gram, panjang badan kurang dari 45 cm, lingkar kepala
kurang dari 33 cm, lingkar dada kurang dari 30 cm, kepala relatif
lebih besar dari pada badannya, reflek menghisap dan menelan
belum sempurna, masa gestasi cukup bulan atau kurang bulan,
jaringan lemak subkutan tipis, rambut lanugo banyak, tumit
mengkilap, genetalia belum sempurna, tonus otot lemah dan
tangisan lemah, pernafasan masih belum teratur (Manggiasih &
Jaya, 2016: 352-354).
c. Keluhan Saat Pengkajian:
Bayi dengan BBLR mengalami hipotermia karena pusat
pengaturan panas tubuh belum berfungsi dengan baik, sehingga bayi
mudah kehilangan panas (Maryanti dkk, 2011: 171).
d. Riwayat Kesehatan Lalu:
1) Prenatal Care
Riwayat prenatal masalah yang berkaitan diantaranya
penyakit hipertensi, toksemia, plasenta previa, abrupsio
plasenta, inkompeten servikal, kehamilan kembar, malnutrisi,
diabetes militus.Sosial ekonomi yang rendah dan tiadanya
perawatan sebelum kelahiran (Pantiawati, 2010: 28)
2) Natal
Bayi dengan berat badan lahir rendah sering terjadi
padaumur kehamilan antara 27 sampai 37 minggu tanpa
memandang kelahiran normal maupun sectio
caesarea(Pantiawati, 2010: 29)
3) Post Natal
Bayi dengan berat badan lahir rendah (BBLR) berat
badan <2500 gram, panjang badan kurang dari 45 cm, lingkar
kepala kurang dari 33 cm, lingkar dada kurang dari 30 cm,
kepala relatif lebih besar dari pada badannya, reflek menghisap
dan menelan belum sempurna, masa gestasi cukup bulan atau
kurang bulan, jaringan lemak subkutan tipis, rambut lanugo
banyak, tumit mengkilap, genetalia belum sempurna, tonus otot
lemah dan tangisan lemah, pernafasan masih belum teratur
(Manggiasih & Jaya, 2016: 352-354).
Tabel 2.3 Nilai Apgar
Tanda 0 1 2
Pulse Tidak ada < 100 kali per > 100 kali per
(frekuensi menit menit
jantung)
h. Riwayat Nutrisi
Pada bayi BBLR mempunyai masalah menyusui karena
reflek menghisap dan menelan masih lemah (Pantiawati, 2010: 56).
i. Riwayat Eliminasi
Pada bayi BBLR yang tidak terjadi kelainan kongenital
seperti atresia ani pengeluaran meconium biasanya terjadi dalam 12
jam (Pantiawati, 2010: 30).
j. Pengkajian Fisik
1) Keadaan Umum:
Bayi BBLR pada saat kelahiran umur kehamilan biasanya
antara 24-37 minggu, berat badan < 2500 gram, panjang badan <
45 cm, suhu tubuh tidak stabil dan hipotermia, denyut jantung
120-160 per menit dan pernafasan rata-rata antara 40-60 per
menit (Pantiawati, 2010: 29-30).
2) Pemeriksaan Fisik
a) Kepala:
Pada bayi BBLR kepala relatiflebih besar dari badan,
ubun-ubun dan sutura lebar, rambut tipis dan halus, kepala
mengarah ke satu sisi, lingkar kepala <33 cm (Manggiasih &
Jaya, 2016: 351-352).
(1) Mata:
Pada bayi BBLR pada area sekitar mata terdapat
banyak lanugo (Manggiasih & Jaya, 2016: 352).
(2) Hidung:
Pada bayi BBLR ditemukan pernafasan cuping
hidung akibat kelainan pernafasan (Maryanti dkk, 2011:
174).
(3) Mulut:
Pada bayi BBLR reflek menelan dan menghisap
belum sempurna (Maryanti dkk, 2011: 175).
b) Tubuh
Pada bayi BBLR kulit berwarna merah muda, atau
merah, kekuning-kuningan, sianosis, atau campuran
bermacam warna (Pantiawati, 2010: 30).
(1) Dada:
Pada bayi BBLR jika mengalami periode apnea
terlihat retraksi interkosta, suprasternal, substernal
(Pantiawati, 2010: 31).
(2) Area paru:
Pada bayi BBLR jika mengalami periode apnea
pernafasan tidak teratur, terdengar suara dengkuran
ataupun suara gemerisik (Pantiawati, 2010: 31).
l. Penatalaksanaan
Menurut Manggiasih dan Jaya (2016: 354-355)
penatalaksanaan pada bayi berat badan rendah (BBLR) diantaranya:
1) Penanganan bayi
Semakin kecil bayi dan semakin premature bayi, maka
semakin besar perawatan yang diperlukan, karena kemungkinan
terjadi serangan sianosis lebih besar, semua perawatan bayi harus
dilakukan didalam inkubator (Manggiasih & Jaya, 2016: 354)
2) Pelestarian suhu tubuh
Pemberian panas yang mendadak berbahaya karena dapat
terjadi apnea sehingga direkomendasikan penghangatan 0,-1oC
tiap jam (pada bayi <1000 gram pengahangatan maksimal
0,6oC).Alat inkubator untuk bayi < 1000 gram, sebaiknya
diletakkan dalam inkubator.Bayi-bayi tersebut dapat dikeluarkan
dari inkubator apabila tubuhnya dapat tahan terhadap suhu
lingkungan 30oC. Radiant Warmer adaah alat yang digunakan
untuk bayi yang belum stabil atau untuk tindakan-tindakan.
Dapat menggunakan servo controle (dengan menggunakan probe
untuk kulit) atau non servo controle (dengan mengatur suhu yang
dibutuhkan secara manual) (Rukiyah & Yulianti, 2012: 284-285).
3) Inkubator
Bayi dengan berat badan lahir rendah, dirawat di dalam
inkubator.Prosedur perawatan dapat dilakukan melalui “jendela”
atau “lengan baju”. Sebelum memasukkan bayi ke dalam
inkubator, inkubator terlebih dahulu dihangatkan, sampai sekitar
29,4oC, untuk bayi dengan berat 1,7 kg dan 32,2 oC untuk bayi
yang lebih kecil. Bayi dirawat dalam keadaan telanjang, hal ini
memungkinkan pernafasan yang adekuat, bayi dapat bergerak
tanpa dibatasi pakaian, observasi terhadap pernafasan lebih
mudah (Manggiasih & Jaya, 2016: 355).
4) Pemberian oksigen
Ekspansi paru yang buruk merupakan masalah serius bagi
bayi preterm berat badan lahir rendah, akibat tidak adanya
alveolo dan surfaktan. Konsentrasi O2 yang tinggi dalam masa
yang panjang akan menyebabkan kerusakan pada jaringan retina
bayi yang dapat menimbulkan kebutaan (Manggiasih & Jaya,
2016: 355).
5) Pencegahan infeksi
Bayi baru lahir kemungkinan terjadi infeksi amatlah
besar, ini disebabkan karena bayi belum memiliki kemampuan
yang sempurna. Maka perlindungan dari orang lain disekitarnya
sangat diperlukan. Usaha yang dapat dilakukan meliputi
peningkatkan upaya hiegenis yang maksimal agar terhindar dari
kemungkinan terkena infeksi (Rukiyah & Yulianti, 2012: 41).
6) Pemberian makanan
Menurut Maryanti dkk (2011: 173)bayi premature atau
berat badan lahir rendah mempunyai masalah menyusui karena
refleks menghisapnya masih lemah. Untuk bayi sebaiknya ASI
dikeluarkan dengan pompa diperas dan diberikan pada bayi
dengan menggunakan Naso gastric Tube (NGT) dengan
memegang kepala dan menahan bawah dagu, bayi dapat dilatih
untuk menghisap (Pantiawati, 2010: 56), ASI merupakan pilihan
utama:
a) Apabila bayi mendapat ASI, pastikan bayi menerima jumlah
yang cukup dengan cara apapun, perhatikan cara pemberian
ASI dan niai kemampuan bayi menghisap paling kurang
sehari sekali.
b) Apabila bayi sudah tidak mendapatkan cairan IV dan
beratnya naik 20 g/hari selama 3 hari berturut-turut, timbang
bayi 2 kali seminggu.
4 150
5 160
6 175
7 200
14 225
21 175
28 150
Hartati, S., Nurhaeni, N., Gayatri, D. (2012). Faktor Risiko Terjadinya Pneumonia
pada Anak Balita. Jurnal Keperawatan. 15 (1): 18.
Dinkes Kesehatan Jatim. (2012). Profil Kesehatan Provinsi Jawa Timur Tahun
2012: 43.
Maryanti, D., Sujianti, & Budiarti, T. (2011). Buku Ajar Neonatus, Bayi dan
Balita. Jakarta: CV. Trans Info Media.
Pantiawati, I. (2010). Bayi dengan BBLR (1rd ed.). Yogyakarta: Nuha Medika.
Setiawati & Rini. (2016, Januari). Pengaruh Konseling Terhadap Motivasi Ibu
Melakukan Perawatan Metode Kanguru pada Bayi Berat Badan Lahir
Rendah. Jurnal Kesehatan Masyarakat, 2 (3), 87-90. Januari 2016.
http://journal.unnes.ac.id/nju/index.php/kemas.
Septira, S., Anggraini, D, I. (2016). Nutrisi Bagi Bayi Berat Badan Lahir Rendah
(BBLR) untuk Mengoptimalkan Tumbuh Kembang. Majority, 5 (3): 152.
Sudarti, & Fauziah, A. (2013). Asuhan Neonatus Resiko Tinggi dan Kegawatan.
Yogyakarta: Nuha Medika.