Anda di halaman 1dari 23

2.

1 Konsep Penyakit
2.1.1 Definisi
Badan lahir rendah (BBLR) merupakan bayi yang dilahirkan
dengan berat badan kurang dari 2500 gram (Ridha, 2014: 245).
Menurut Sarwono dikutip dalam Manggiasih dan Jaya(2016: 349)
berat badan lahir rendah (BBLR) yaitu keadaan yang disebabkan oleh
masa kehamilan kurang dari 37 minggu dengan berat badan yang sesuai
atau bayi beratnya kurang dari berat semestinya menurut masa
kehamilannya.
Berat badan lahir rendah (BBLR) adaah bayi baru lahir yang berat
badan lahirnya pada saat kelahiran kurang dari 2500 gram (Maryanti,
2011: 167).
Berdasarkan pernyataan diatas peneliti menyimpulkan bahwa berat
badan lahir rendah (BBLR) merupakan bayi yang baru dilahirkan dengan
berat badan kurang dari 2500 gram atau bayi beratnya kurang dari berat
semestinya menurut masa kehamilannya.
2.1.2 Etiologi
Faktor yang mempengaruhi terjadinya berat badan lahir rendah
(BBLR) adalah:
1. Faktor ibu
a. Penyakit yang berhubungan langsung dengan kehamilan meliputi,
perdarahan antepartum, trauma fisik dan psikologis, diabetes
militus, toksemia gravidarum dan nefritis akut.
b. Usia ibu kurang dari 20 tahun atau lebih dari 35 tahun
c. Multigravida yang jarak kelahiran terlalu dekat
d. Keadaan sosial ekonomi yang rendah
e. Sebab lain antara lain, ibu perokok, ibu peminum alkohol dan
pecandu narkotik (Maryanti dkk, 2011: 169).
2. Faktor plasenta
a. Penyakit vaskuler
b. Kehamilan ganda
c. Malforasi
d. Tumor
e. Plasenta privea
(Manggiasih & Jaya, 2016: 350).
3. Faktor janin
a. Hidramion
b. Kehamilan ganda
c. Kelainan kromosom
(Maryanti dkk, 2011: 169).
4. Faktor lingkungan
a. Tempat tinggal di dataran tinggi

7
b. Terpapar radiasi
c. Terpapar zat beracun
(Maryanti dkk, 2011: 169).
2.1.3 Manifestasi Klinis
Manggiasih dan Jaya (2016: 352-354) menguraikan BBLR secara
khusus antara lain :
1. Prematur
a. Berat badan kurang dari 2500 gram
b. Panjang badan kurang dari 45 cm
c. Lingkar kepala kurang dari 33 cm
d. Lingkar dada kurang dari 30 cm.
e. Umur kehamilan kurang dari 37 minggu.
f. Kepala relatif lebih besar dari pada badannya.
g. Rambut tipis dan halus
h. Ubun-ubun dan sutura lebar.
i. Kepala mengarah ke satu sisi.
j. Kulit tipis dan transparan
k. Lanugo banyakterutama pada dahi, pelipis, telinga dan lengan.
l. lemak subkutan tipis
m. sering tampak peristaltik usus.
n. Tulang rawan dan daun telinga imatur.
o. Puting susu belum terbentuk dengan baik.
p. Pergerakan kurang dan lemah.
q. Reflek menghisap dan menelan belum sempurna.
r. Tangisnya lemah dan jarang, pernafasan masih belum teratur.
s. Otot-otot masih hipotonis sehingga sikap selalu dalam keadaan
kedua paha abduksi, sendi lutut dan pergelangan kaki fleksi atau
lurus.
t. Genetalia belum sempurna, labia minora belum tertutup oleh labia
mayora (pada wanita) dan testis belum turun (pada laki-laki).
2. Dismatur
a. Kulit pucat atau bernoda, keriput tipis.
b. Vernix caseosa sedikit, kurang atau tidak ada.
c. Jaringan lemak dibawah kulit sedikit
d. Pergerakan gesit, aktif dan kiat.
e. Tali pusat berwarna kuning kehijauan
f. Mekonium kering
g. Luas permukaan tubuh relatif lebih besar dibandingkan BB.

2.1.4 Klasifikasi

8
1. Adapun klasifikasi dari BBLR menurut Maryanti (2011: 167-168)
adalah:
a. Prematuritas murni
Bayi lahir dengan umur kehamilan kurang dari 37 minggu
dan mempunyai berat badan sesuai dengan berat badan untuk masa
kehamilan atau disebut Neonatus Kurang Bulan-Sesuai Masa
Kehamilan (NKB-SMK).
b. Dismaturitas
Adalah bayi dengan berat badan kurang dari berat badan
seharusnya untuk masa kehamilan, dismatur dapat terjadi dalam
preterm, term, dan post term.Dismatur ini dapat juga disebut
dengan:
1) Neonatus Kurang Bulan - Kecil untuk Masa Kehamilan (NKB-
KMK).
2) Neonatus Cukup Bulan - Kecil Masa Kehamilan (NCB-KMK).
3) Neonatus Lebih Bulan - Kecil Masa Kehamilan (NLB-KMK).
2. Berdasarkan kasifikasi berat badan lahir Manggiasih dan Jaya (2016:
350-351) menguraikan BBLR terbagi menjadi:
a. BBLR : Berat badan kurang dari 2500 gram
b. BBLSR : Berat badan 1000-1500 gram
c. BBLASR : Berat badan kurang dari 1000 gram
2.1.5 Patofisiologi
Berat badan lahir rendah disebabkan oleh beberapa faktor yaitu,
faktor ibu, faktor plasenta, faktor janin dan faktor lingkungan.Faktor ibu
meliputi penyakit yang berhubungan langsung dengan kehamilan meliputi,
perdarahan antepartum, trauma fisik dan psikologis, diabetes militus,
toksemia gravidarum dan nefritis akut, usia ibu kurang dari 20 tahun atau
lebih dari 35 tahun, multigravida yang jarak kelahiran terlalu dekat,
keadaan sosial ekonomi yang rendah, sebab lain antara lain ibu perokok,
ibu peminum alkohol dan pecandu narkotik (Maryanti dkk, 2011:
169).Menurut Manggiasih dan Jaya (2016: 350) faktor plasenta meliputi
penyakit vaskuler, kehamilan ganda, malforasi, tumor, plasenta
privea.Faktor janin meliputi hidramion, kehamilan ganda, kelainan
kromosom dan faktor lingkungan meliputi tinggal di daerah dataran tinggi,
radiasi dan zat – zat beracun (Maryanti dkk, 2011: 169).
Faktor-faktor tersebut merupakan penyebab terjadinya berat badan
lahir rendah karena pertumbuhan dan perkembangan janin dalam rahim
mengalami gangguan dan masalah(Pantiawati, 2010: 4). Pada bayi berat
badan lahir rendah (BBLR) kemampuan untuk mempertahankan panas dan
kesanggupan menambah produksi panas sangat terbatas karena otot-otot
yang belum cukup memadai, lemak subkutan yang sedikit,
ketidakmaturan pusat termoregulasi dan permukaan tubuh relatif lebih

9
besar dibandingkan dengan berat badan sehingga mudah kehilangan panas
(Pantiawati, 2010: 24). Selain itu perubahan suhu antara intra uterin dan
ekstra uterin mengakibatkan keadaan bayi sangat stres, stres derajat tinggi
dapat mempengaruhi peningkatan kadar sekresikatekolamin dan kortison
yang beresiko pertambahan berat badan sangat rendah dan menimbulkan
komplikasi hipotermia, dan hipoglikemia(Arifah & Wahyuni, 2010: 35-
36).

10
Pathway
Faktor Ibu Faktor Janin Faktor Plasenta Faktor Lingkungan
Penyakitmeliputi: perdarahan Hidraminion, kehamilan ganda, kelainan Penyakit vaskuler, kehamilan ganda, malforasi, Tempat tinggal di dataran
kromosom tumor, plasenta privea tinggi, radiasi, zat – zat
antepartum, trauma fisik dan beracun
psikologis, diabetes militus, BBLR
toksemia gravidarum dan nefritis

akut., Usia < 20 tahun atau > 35


Dismatur
tahun, Multigravida, keadaan sosial

ekonomi rendah, Keadaan lain,


Prematur
perokok, alkohol, narkotik

Imatur fungsi Imatur fungsi Imatur lapisan Imatur pusat Imatur daya Imatur fungsi Imaturitas
pernafasan otak kulit thermoregulasi tahan tubuh pencernaan hepar

Vaskuler paru Reflek Peningkatan Fungsi organ Daya tahan Dinding Konjugasi
imatur menghisap & kehilangan pengaturan tubuh belum lambung lunak 11
bilirubin belum
menelan belum panas melalui suhu tubuh sempurna bsik
Paru tidak sempurna kulit belum smpurna
berkembang Pengosongan
sempurna Dinkontinuitas lambung belum
pemberian ASI
MK: D.0143 baik Hiper
MK: D.0131 Resiko Infeksi bilirubinemia
Nafas tidak Hipotermia
teratur
Peristaltik usus
MK: D.0019 belum MK: D.0024
MK: D.0006 Defisit Nutrisi MK: D.0029 MK: D0034 sempurna Ikterik
Pola Nafas Menyusui Risiko Disfungsi Neonatus
Tidak Efektif Tidak Efektif motilitasGastrointestinal

Gambar 2.1 Pathway Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) Berdasarkan Maryanti dkk (2011: 170); Nurarif dan Kusuma (2015: 89-
90).
2.1.6 Komplikasi
Manggiasih dan Jaya (2016: 352-354) menguraikan masalah yang
dapat terjadi pada berat badan lahir rendah (BBLR), terutama berhubungan
dengan 4 proses adaptasi pada bayi baru lahir diantaranya :
1. Sistem pernafasan :Sindrom aspirasi meconium, asfiksia neonatorum,
sindrom distress respirasi, penyakit membrane hialin.
2. Sistem kardiovaskuler :Patentductus arteriosus.
3. Termoregulasi :Hipotermi.
4. Hipoglikemia sistomatik.
Berdasarkan prematur dan dismaturmenurut Manggiasih dan Jaya
(2016: 352-354) diantaranya :
1. Pada bayi prematur yaitu :
a. Pneumonia aspirasi
b. Perdarahan intra ventrikuler
c. Hyperbilirubinemia
d. Masalah suhu tubuh
2. Pada bayi dismatur yaitu :
a. Suhu tubuh yang tidak stabil
b. Gangguan pernafasan yang sering menimbulkan penyakit berat
pada berat badan lahir rendah (BBLR)
c. Gangguan alat pencernaan dan problema nutrisi
d. Ginjal yang imatur baik secara otomatis maupun fungsinya
e. Perdarahan mudah terjadi karena pembuluh darah yang rapuh
f. Gangguan immunologi
2.2 Konsep Dasar Hipotermia
2.2.1 Definisi
Bayi hipotermia adalah bayi dengan suhu badan dibawah normal,
adapun suhu normal bayi adalah 36,5-37,5 oC (suhu ketiak). Gejala awal
hipotermia apabila suhu <36oC atau kedua kaki dan tangan teraba dingin,
bila seluruh tubuh bayi terasa dingin maka bayi sudah mengalami
hipotermia sedang (suhu 32-36oC) (Rukiyah & Yulianti, 2012: 283).
Tabel 2.1 klasifikasi hipotermia
Klasifikasi
Hipotermia
o o
C F
Ringan 34-35 93,2-96,8
Sedang 30-34 86,0-93,2
Berat < 30 < 86
Sumber: (Potter & Perry, 2010: 170)
2.2.2 Penyebab Terjadinya Hipotermia
Menurut Rukiyah & Yulianti(2012: 283-284) penyebab terjadinya
hipotermiaadalah :
1. Jaringan lemak subkutan tipis
2. Perbandingan luas permukaan tubuh dengan berat badan besar
3. Cadangan glikogen dan browt fat sedikit, BBL (Bayi Baru Lahir) tidak
mempunyai respon shivering (menggigil) pada reaksi kedinginan
4. Kurangnya pengetahuan perawat dalam pengolaan bayi yang beresiko
tinggi mengalami hipotermi
2.2.3 Mekanisme Kehilangan Panas
Menurut Maryunani (2014: 9) mekanisme kehilangan panas adalah:
1. Evaporasi
Kehilangan panas karena menguapkan cairan ketuban pada
permukaan tubuh setelah bayi lahir karena tubuh tidak segera
dikeringkan
2. Konduksi
Kehilangan panas melalui kontak langsung antara tubuh bayi
dengan permukaan yang dingin.
3. Konveksi
Kehilangan panas yang terjadi pada saat bayi terpapar dengan
udara sekitar yang lebih dingin.
4. Radiasi
Kehilangan panas yang terjadi pada saat bayi ditempatkan
dekat benda yang mempunyai temperature tubuh lebih rendah dari
temperature tubuh bayi .
2.2.4 Faktor Predisposisi Kehilangan Panas
Menurut Maryunani (2014: 10-11) faktor predisposisi pada bayi
yang dapat menyebabkan kehilangan panas secara berlebihan yaitu:
1. Permukaan kulit bayi baru lahir yang akan memfasilitasi hilangnya
panas ke lingkungan
2. Lambatnya perlindungan panas tubuh karena tipisnya lapisan lemak
subkutan
3. Mekanisme untuk menghasilkan panas tidak seperti pada anak remaja
yang dapat memproduksi panas dengan cara menggigi.
a. Pada bayi, memproduksi panas melalui non shivering
thermogenesis (memproduksi panas tanpa menggigil).
b. Non-shivering thermogenesis dihasilkan dengan rangsang sel
pernafasan karena meningkatnya konsumsi oksigen.
2.2.5 Pencegahan dan Penanganan Hipotermia
Pemberian panas yang mendadak berbahaya karena dapat terjadi
apnea sehingga direkomendasikan penghangatan 0,-1oC tiap jam (pada
bayi <1000 gram pengahangatan maksimal 0,6oC). Alat inkubator untuk
bayi < 1000 gram, sebaiknya diletakkan dalam inkubator. Bayi-bayi
tersebut dapat dikeluarkan dari inkubator apabila tubuhnya dapat tahan
terhadap suhu lingkungan 30oC. Radiant Warmer adaah alat yang
digunakan untuk bayi yang belum stabil atau untuk tindakan-tindakan.
Dapat menggunakan servo controle (dengan menggunakan probe untuk
kulit) atau non servo controle (dengan mengatur suhu yang dibutuhkan
secara manual) (Rukiyah & Yulianti, 2012: 284-285).
Tabel 2.2 Suhu inkubator yang direkomendasi menurut berat dan umur bayi
Berat bayi Suhu inkubator (oC) menurut umur
o
35 C 34oC 33oC 32oC
< 1500 g 1-10 hari 11 hari-3 minggu 3-5minggu >5 minggu
1500-2000g 1-10 hari 11 hari-4 >4 minggu
minggu
2100-2500g 1-2 hari 3 hari-3 minggu >3 minggu
>2500g 1-2 hari > 2 hari
Sumber: (Anggari dkk, 2016: 88).

2.3 Konsep Asuhan Keperawatan pada Bayi Berat Badan Lahir Rendah
2.3.1 Pengkajian
1. Identitas Klien
Bayi dengan berat badan lahir rendah sering terjadi pada
kelahiran prematur atau bayi yang lahir dengan usia kehamilan kurang
dari 37 minggu (Pantiawati, 2010: 4). Faktor yang mempengaruhi bisa
terjadi pada usia ibu <20 tahun dan > 35 tahun, masalah komplikasi
selama kehamilan, ibu dengan sosial ekonomi rendah dan gaya hidup
yang tidak sehat(Maryanti dkk, 2011: 169).
2. Identitas Orang Tua
Riwayat ibu bayi dengan BBLR berusia<20 tahun atau >35
tahun, keadaan sosial ekonomi yang rendah dan tempat tinggal terletak
di daerah dataran tinggi (Maryanti dkk, 2011: 169).
3. Identitas Saudara Kandung
Pada bayi berat badan lahir rendah (BBLR) mengalami
kehamilan ganda (Manggiasih & Jaya, 2016: 350).
4. Riwayat Kesehatan
a. Keluhan Utama:
Bayi dengan berat badan lahir rendah (BBLR) dapat terjadi
kehilangan panas dengan cepat dan menjadi hipotermia (Maryanti
dkk, 2011: 171).
b. Riwayat MRS:
Bayi dengan berat badan lahir rendah (BBLR) berat badan
<2500 gram, panjang badan kurang dari 45 cm, lingkar kepala
kurang dari 33 cm, lingkar dada kurang dari 30 cm, kepala relatif
lebih besar dari pada badannya, reflek menghisap dan menelan
belum sempurna, masa gestasi cukup bulan atau kurang bulan,
jaringan lemak subkutan tipis, rambut lanugo banyak, tumit
mengkilap, genetalia belum sempurna, tonus otot lemah dan
tangisan lemah, pernafasan masih belum teratur (Manggiasih &
Jaya, 2016: 352-354).
c. Keluhan Saat Pengkajian:
Bayi dengan BBLR mengalami hipotermia karena pusat
pengaturan panas tubuh belum berfungsi dengan baik, sehingga bayi
mudah kehilangan panas (Maryanti dkk, 2011: 171).
d. Riwayat Kesehatan Lalu:
1) Prenatal Care
Riwayat prenatal masalah yang berkaitan diantaranya
penyakit hipertensi, toksemia, plasenta previa, abrupsio
plasenta, inkompeten servikal, kehamilan kembar, malnutrisi,
diabetes militus.Sosial ekonomi yang rendah dan tiadanya
perawatan sebelum kelahiran (Pantiawati, 2010: 28)
2) Natal
Bayi dengan berat badan lahir rendah sering terjadi
padaumur kehamilan antara 27 sampai 37 minggu tanpa
memandang kelahiran normal maupun sectio
caesarea(Pantiawati, 2010: 29)

3) Post Natal
Bayi dengan berat badan lahir rendah (BBLR) berat
badan <2500 gram, panjang badan kurang dari 45 cm, lingkar
kepala kurang dari 33 cm, lingkar dada kurang dari 30 cm,
kepala relatif lebih besar dari pada badannya, reflek menghisap
dan menelan belum sempurna, masa gestasi cukup bulan atau
kurang bulan, jaringan lemak subkutan tipis, rambut lanugo
banyak, tumit mengkilap, genetalia belum sempurna, tonus otot
lemah dan tangisan lemah, pernafasan masih belum teratur
(Manggiasih & Jaya, 2016: 352-354).
Tabel 2.3 Nilai Apgar
Tanda 0 1 2

Appearence Pucat Badan merah, Seluruh tubuh


(warna kulit) ekstremitas biru kemerahan

Pulse Tidak ada < 100 kali per > 100 kali per
(frekuensi menit menit
jantung)

Grimace Tidak ada Sedikit gerakan Menangis,


(reflek) mimic batuk atau
bersin

Activity (tonus Lumpuh Ekstremitas Gerakan aktif


otot) dalam fleksi
sedikit
Respiratory Tidak ada Lambat, tidak Menangis
(pernafasan) teratur kuat/ keras
Sumber: (Rukiyah dan Yuliatin, 2013: 7)

Keterangan nilai APGAR:

Adaptasi baik : skor 7 – 10


Asfiksia ringan – sedang : skor 4 – 6
Asfiksia berat : skor 0 – 3

e. Riwayat Kesehatan Keluarga


Riwayat keluarga golongan sosial ekonomi rendah dan
tempat tinggal terletak di daerah dataran tinggi (Maryanti dkk, 2011:
169).
f. Riwayat Imunisasi
Imunisasi polio diberikan pada bayi BBL jika berat badan
>2000 gram yang bertujuan untuk meningkatkan kekebalan terhadap
virus polio karena virus polio hidup dan dapat dikeluarkan melalui
tinja (Rukiyah & Yulianti, 2010: 320).
g. Riwayat Tumbuh Kembang
1) Pertumbuhan Fisik
Bayi berat badan lahir rendah (BBLR) lahir dengan
berat badan <2500 gram, panjang badan kurang dari 45 cm,
lingkar kepala kurang dari 33 cm, lingkar dada kurang dari 30
cm (Manggiasih & Jaya, 2016: 351).
2) Perkembangan
Pada bayi BBLR reflek primitife yang terdiri dari (1)
reflek
morrow, (2) reflek kaget saat distimulasi dengan suara keras
atau gerakan tiba tiba, (3) reflek tonick neek, (4) reflek suching:
reflek menghisap, dan (5) reflek rooting lemah diakibatkan dari
sistem syaraf yang masih belum sempurna (Maryanti dkk, 2011:
173).

h. Riwayat Nutrisi
Pada bayi BBLR mempunyai masalah menyusui karena
reflek menghisap dan menelan masih lemah (Pantiawati, 2010: 56).

i. Riwayat Eliminasi
Pada bayi BBLR yang tidak terjadi kelainan kongenital
seperti atresia ani pengeluaran meconium biasanya terjadi dalam 12
jam (Pantiawati, 2010: 30).
j. Pengkajian Fisik
1) Keadaan Umum:
Bayi BBLR pada saat kelahiran umur kehamilan biasanya
antara 24-37 minggu, berat badan < 2500 gram, panjang badan <
45 cm, suhu tubuh tidak stabil dan hipotermia, denyut jantung
120-160 per menit dan pernafasan rata-rata antara 40-60 per
menit (Pantiawati, 2010: 29-30).
2) Pemeriksaan Fisik
a) Kepala:
Pada bayi BBLR kepala relatiflebih besar dari badan,
ubun-ubun dan sutura lebar, rambut tipis dan halus, kepala
mengarah ke satu sisi, lingkar kepala <33 cm (Manggiasih &
Jaya, 2016: 351-352).
(1) Mata:
Pada bayi BBLR pada area sekitar mata terdapat
banyak lanugo (Manggiasih & Jaya, 2016: 352).

(2) Hidung:
Pada bayi BBLR ditemukan pernafasan cuping
hidung akibat kelainan pernafasan (Maryanti dkk, 2011:
174).
(3) Mulut:
Pada bayi BBLR reflek menelan dan menghisap
belum sempurna (Maryanti dkk, 2011: 175).
b) Tubuh
Pada bayi BBLR kulit berwarna merah muda, atau
merah, kekuning-kuningan, sianosis, atau campuran
bermacam warna (Pantiawati, 2010: 30).
(1) Dada:
Pada bayi BBLR jika mengalami periode apnea
terlihat retraksi interkosta, suprasternal, substernal
(Pantiawati, 2010: 31).
(2) Area paru:
Pada bayi BBLR jika mengalami periode apnea
pernafasan tidak teratur, terdengar suara dengkuran
ataupun suara gemerisik (Pantiawati, 2010: 31).

(3) Area jantung:


Pada bayi BBLR S1 S2 tunggal, denyut jantung
rata-rata120-160 per menit (Pantiawati, 2010: 31).
(4) Abdomen:
pada bayi BBLR terlihat penonjolan abdomen
akibat lamanya pengosongan lambung (Pantiawati, 2010:
30). Bayi BBLR mengalami kembung akibat dari proses
pengosongan lambung yang lama (Proverawati &
Ismawati, 2010).
c) Genetalia
Labia minora belum tertutup oleh labia mayora pada
wanita, pada laki – laki testis belum turun (Manggiasih &
Jaya: 352).
d) Ekstremitas
Otot-otot masih hipotonis sehingga sikap selalu
dalam keadaan ke dua pahaa abduksi, sendi lutut dan
pergelangan kaki fleksi atau lurus (Manggiasih & Jaya,
2016: 352).
k. Pemeriksaan Penunjang
Menurut Maryanti dkk (2011: 172-173) Pemeriksaan
penunjang pada bayi dengan BBLR sebagai berikut:
1) Jumlah sel darah putih : 18.000/mm3, netrofil meningkat sampai
23.000-24.000/mm3, hari pertama setelah lahir (menurun bila ada
sepsis).
2) Hematocrit (HT) : 43%-61% (peningkatan sampai 65% atau
lebih menandakan polisitemia, penurunan kadar menunjukkan
anemia atau hemoragik prenatal atau perinatal).
3) Hemoglobin (Hb) : 15-20gr/dl (kadar lebih rendah berhubungan
dengan anemia atau hemolysis berlebihan).
4) Bilirubin total : 6mg/dl pada hari pertama kehidupan , 8 mg/dl 1-
2 hari, dan 12 mg/dl pada3-5 hari
5) Destrosix : tetes glukosa pertama selama 4-6 jam pertama setelah
kelahiran rata-rata 40-50 mg/dl meningkat 60-70 mg/dl pada hari
ketiga.
6) Pemantauan elektrolit( Na, K, Cl ) : biasanya dalam batas normal
pada awalnya.
7) Pemeriksaan analisa gas darah.

l. Penatalaksanaan
Menurut Manggiasih dan Jaya (2016: 354-355)
penatalaksanaan pada bayi berat badan rendah (BBLR) diantaranya:
1) Penanganan bayi
Semakin kecil bayi dan semakin premature bayi, maka
semakin besar perawatan yang diperlukan, karena kemungkinan
terjadi serangan sianosis lebih besar, semua perawatan bayi harus
dilakukan didalam inkubator (Manggiasih & Jaya, 2016: 354)
2) Pelestarian suhu tubuh
Pemberian panas yang mendadak berbahaya karena dapat
terjadi apnea sehingga direkomendasikan penghangatan 0,-1oC
tiap jam (pada bayi <1000 gram pengahangatan maksimal
0,6oC).Alat inkubator untuk bayi < 1000 gram, sebaiknya
diletakkan dalam inkubator.Bayi-bayi tersebut dapat dikeluarkan
dari inkubator apabila tubuhnya dapat tahan terhadap suhu
lingkungan 30oC. Radiant Warmer adaah alat yang digunakan
untuk bayi yang belum stabil atau untuk tindakan-tindakan.
Dapat menggunakan servo controle (dengan menggunakan probe
untuk kulit) atau non servo controle (dengan mengatur suhu yang
dibutuhkan secara manual) (Rukiyah & Yulianti, 2012: 284-285).
3) Inkubator
Bayi dengan berat badan lahir rendah, dirawat di dalam
inkubator.Prosedur perawatan dapat dilakukan melalui “jendela”
atau “lengan baju”. Sebelum memasukkan bayi ke dalam
inkubator, inkubator terlebih dahulu dihangatkan, sampai sekitar
29,4oC, untuk bayi dengan berat 1,7 kg dan 32,2 oC untuk bayi
yang lebih kecil. Bayi dirawat dalam keadaan telanjang, hal ini
memungkinkan pernafasan yang adekuat, bayi dapat bergerak
tanpa dibatasi pakaian, observasi terhadap pernafasan lebih
mudah (Manggiasih & Jaya, 2016: 355).
4) Pemberian oksigen
Ekspansi paru yang buruk merupakan masalah serius bagi
bayi preterm berat badan lahir rendah, akibat tidak adanya
alveolo dan surfaktan. Konsentrasi O2 yang tinggi dalam masa
yang panjang akan menyebabkan kerusakan pada jaringan retina
bayi yang dapat menimbulkan kebutaan (Manggiasih & Jaya,
2016: 355).
5) Pencegahan infeksi
Bayi baru lahir kemungkinan terjadi infeksi amatlah
besar, ini disebabkan karena bayi belum memiliki kemampuan
yang sempurna. Maka perlindungan dari orang lain disekitarnya
sangat diperlukan. Usaha yang dapat dilakukan meliputi
peningkatkan upaya hiegenis yang maksimal agar terhindar dari
kemungkinan terkena infeksi (Rukiyah & Yulianti, 2012: 41).
6) Pemberian makanan
Menurut Maryanti dkk (2011: 173)bayi premature atau
berat badan lahir rendah mempunyai masalah menyusui karena
refleks menghisapnya masih lemah. Untuk bayi sebaiknya ASI
dikeluarkan dengan pompa diperas dan diberikan pada bayi
dengan menggunakan Naso gastric Tube (NGT) dengan
memegang kepala dan menahan bawah dagu, bayi dapat dilatih
untuk menghisap (Pantiawati, 2010: 56), ASI merupakan pilihan
utama:
a) Apabila bayi mendapat ASI, pastikan bayi menerima jumlah
yang cukup dengan cara apapun, perhatikan cara pemberian
ASI dan niai kemampuan bayi menghisap paling kurang
sehari sekali.
b) Apabila bayi sudah tidak mendapatkan cairan IV dan
beratnya naik 20 g/hari selama 3 hari berturut-turut, timbang
bayi 2 kali seminggu.

Tabel 2.4Petunjuk untuk volume susu yang diperlukan


Umur / Hari Jumlah ml / kg
BB
1 50-65
2 100
3 125

4 150
5 160
6 175
7 200
14 225
21 175
28 150

Sumber: (Manggiasih & Jaya, 2016: 355-356).

7) KangorooMother Care (KMC)


Kangoroo Mother Care ( KMC) yang dapat menurunkan
distress tingkah laku melalui termoregulasi skin to skin antara ibu
dan bayi, kehangatan tubuh ibu merupakan sumber panas yang
paling efektif (Setiawati & Rini, 2016: 97). Kangoroo Mother
Care (KMC) sebaiknya dilakukan segera setelah lahir, dengan 2
tipe yaitu secara intermitten atau kontinue, waktu dan durasi
KangorooMother care (KMC) tergantung dari respon tingkah
laku bayi dan kondisi fisiologis ibu dengan durasi minimal
selama 1 jam (Niqvist, 2010 dikutip dalam Arifah & Wahyuni,
2010: 36). Metode Kangoroo Mother Care (KMC) dilakukan 4
jam sehari dapat meningkatan berat badan lebih banyak, rata-rata
peningkatan berat badan bayi setelah dilakukan perawatan
Kangoroo Mother Care (KMC) selama 4 jam sehari adalah
167,86 gram (Arifah & Wahyuni, 2010: 40).
2.3.2 Diagnosa Keperawatan
Menurut Tim Pokja SDKI DPP PPNI (2017) dan Wilkinson (2016)
diagnosa bayi berat badan lahir rendah (BBLR) adalah:
1. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan imaturitas organ
pernafasan.
a. Definisi: inspirasi dan atau ekspirasi yang tidak memberikan
ventilasi adekuat (PPNI, 2016: 26).
b. Batasan karateristik:
1) Gejala dan tandamayor
a) Subjektif : Dispnea
b) Objektif : penggunaan otot bantu pernafasan, fase
ekspirasi memanjang, pola nafas abnormal (misalnya:
takipnea, bradipnea, hiperventilasi, kusmaul, cheyne-
stokes).
2) Gejala dan tanda minor
a) Subjektif : Ortopnea
b) Objektif : Pernafasan pursed-lip, pernafasan cuping
hidung, diameter thoraks anterior-posterior meningkat,
ventilasi semenit menurun, kapasitas vital menurun,
kapasitas vital menurun, tekanan ekspirasi
menurun,tekanan isnspirasi menurun, ekskursi dada
berubah.
c. Mendemonstrasikan batuk efektif dan suara nafas yang bersih, tidak ada
sianosis dan dyspneu (mampu mengeluarkan sputum, mampu bernafas
dengan mudah, tidak ada pursed lips
1) Menunjukkan jalan nafas yang paten (klien tidak merasa
tercekik, irama nafas, frekuensi pernafasan dalam rentang
normal, tidak ada suara nafas abnormal)
2) Tanda Tanda vital dalam rentang normal (tekanan darah, nadi,
pernafasan)
a. Kondisi klinis terkait
Ansietas, posisi tubuh, deformitas dinding dada,
kelelahan, hiperventilasi, sindrom hipoventilasi, gangguan
musculoskeletal, kerusakan neurologis, imaturitasneurologis,
disfungsi neuromuscular, obesitas, nyeri, kelelahan otot-otot
pernafasan, cedera medulla spinalis (Wilkinson, 2016: 61).
2. Hipotermia berhubungan dengan imatur lapisan kulit dan pusat
thermoregulasi.
a. Definisi: Suhu tubuh berada dibawah rentang normal tubuh
(PPNI, 2017: 286).
b. Batasan karateristik:
1) Gejala dan tanda mayor
a) Subjektif : (tidak tersedia)
b) Objektif : kulit teraba dingin, menggigil, duhu tubuh
di bawah nilai normal
2) Gejala dan tanda minor
a) Subjektif : (tidak tersedia)
b) Objektif : Akrosianosis, bradikardia, dasar kuku
sianotik, hipoglikemia, hipoksia, pengisian kapiler >3
detik, konsumsi oksigen meningkat, ventilasi menurun,
piloereksi,takikardia, vasokontriksi perifer, kutis
memorata (pada neonatus).
c. Kriteria hasil :
a) Suhu tubuh dalam rentang normal
b) Nadi dan RR dalam rentang normal
d. Kondisi klinis terkait
Hipotiroidisme, anoreksia nervosa, cedera batang otak,
prematuritas, berat badan lahir rendah (BBLR), tenggelam.
3. Defisit nutrisi berhubungan dengan reflek menghisap danmenelan
lemah.
a. Definisi: Asupan nutrisi tidak cukup untuk memnuhi kebutuhan
metabolisme (PPNI, 2016: 56).
b. Batasan karateristik:
1) Gejala dan tandamayor
a) Subjektif :(tidak tersedia)
b) Objektif : berat badan menurun minimal 10 dibawah
rentang ideal
2) Gejala dan tanda minor
c) Subjektif : Cepat kenyang setelah makan, kramatau
nyeri abdomen, nafsu makan menurun.
d) Objektif : Bising usushiperaktif,otot pengunyah
lemah, otot menelan lemah, membrane mukosa pucat,
sariawan, serumalbumin turun, rambut rontok berlebihan,
diare.
c. Kriteria hasil :
a) Adanya peningkatan berat badan sesuai dengan tujuan\
b)  Berat badan ideal sesuai dengan tinggi badan
c) Mampu mengidentifikasi kebutuhan nutrisi
d) Tidak ada tanda tanda malnutrisi
e) Tidak terjadi penurunan berat badan yang berarti
d. Kondisi klinis terkait
Ketidakmampuan untuk menlan atau mencerna makanan
atau menyerap nutrient akibat faktor biologis, psikologis, atau
ekonomi, termasuk beberapa contoh non NANDA berikut ini:
ketergantungan zat kimia, penyakit kronis, kesulitan mengunyah
atau menelan, factor ekonomi, intoleransi makanan, kebutuhan
metabolik tinggi, reflek menghisap pada bayi tidak adekuat,
kurang pengetahuan dasar tentang nutrisi, akses terhadap
makanan terbatas, hilang nafsu makan, mual dan muntah,
pengabaian oleh orang tua, gangguan psikologis (Wilkinson,
2016: 283).
4. Risiko infeksi berhubungan dengan imatur daya tahan tubuh
a. Definisi: Berisiko mengaami peningkatan terserang organisme
patogenik (PPNI, 2017: ).
b. Batasan karateristik
1) Faktor resiko
a) Penyakit kronis (mis. Diabetes militus)
b) Efek prosedur invasif
c) Malnutrisi
d) Peningkatan paparan organisme pathogen lingkungan
e) Ketidakadekuatan pertahanan tubuh primer:
(1) Gangguan peristaltic (2) gangguan integritas kulit
(3) perubahan sekresi pH (4) penurunan kerja siliaris (5)
ketuban pecah lama (6) ketuban pecah sebelum
waktunya (7) merokok (8) statis cairan tubuh
f) Ketidakadekuatan pertahanan tubuh sekunder:
(1) Penurunan hemoglobin (2) imunosupresi (3)
leukopenia (4) supresi respon inflamasi (5) vaksinasi
tidak adekuat.
c. Kriteria hasil :
a) Klien bebas dari tanda dan gejala infeksi
b) Mendeskripsikan proses penularan penyakit, factor yang
mempengaruhi penularan serta penatalaksanaannya,
c) Menunjukkan kemampuan untuk mencegah timbulnya
infeksi
d) Jumlah leukosit dalam batas normal
e) Menunjukkan perilaku hidup sehat

d. Kondisi klinis terkait


AIDS, luka bakar, penyakit paru obstruksi kronis,
diabetes militus, tindakan invasif, kondisi penggunaan steroid,
penyalahgunaan obat, ketuban pecah sebelum waktunya
(KPSW), kanker, gagal ginjal, imunosupresi, lymphedema,
leukositopenia, gangguan fungsi hati.
2.3.3 Intervensi Keperawatan
Menurut Pantiawati (2010: 31-41) intervensi keperawatan pada
bayi baru lahir rendah (BBLR) sebagai berikut:
1. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan imaturitas organ
pernafasan.
a. Tujuan: Menjaga dan memaksimalkan fungsi paru
b. Intervensi:
1) Kumpulkan data penilaian yang berkaitan dengan kegawatan
pernafasan
Termasuk data-data yang berkaitan dengan:
a) Riwayat ibu atas penggunaan obat atau kondisi tidak
normal selama kehamilan dan proses kelahiran
b) Kondisi bayi saat kelahiran, nilai Apgar, resusitasi
(dilakukan atau tidak)
c) Pernafasan: frekuensi, kedalaman, kemudahan, takipnea
dengan angka lebih ari 60 menit
d) Dengkuran ekspirasi, pernafasan cuping hidung retraksi
dengan penggunaan otot-otot aksesoris (interkosta,
suprasternal, atau substernal).
e) Sianosis ketika menghirup udara kamar, penurunan suara
nafas
2) Waspada episode apnea yang berlangsung lebih dari 20 detik,
catat hal-hal berikut in:
a) Bradikardia
b) Latergi
c) Distensi abdomen
d) Suhu dan sianosis
e) Pembalikan nafas yang spontan
f) Penyebab dan lamanya episode apnea
3) Memberi dan memantau bantuan pernafasan sebagai berikut:
a) Berikan oksigen yang hangat dan sudah mengatur
kelembabannya
b) Dengan hati-hati hisap lendir dari mulut selama < 5 menit
c) Jaga suhu lingkungan yang netral
d) Posisikan bayi tengkurap atau terlentang dengan bantalan
kecildibawah bahu atau posisi terbaring miring dengan
kepala sedikit diangkat
e) Rangsang bayi dengan cara tepukan lembut pada kaki,
tangan dan punggung, kemudian tubuh wajah, lengan, dan
tungkai.
4) Pantau kajian analisis gas darah untuk mengetahuiasidosis
pernafasan dan metabolis
5) Persiapkan dan lakukan terapi farmakologis, seperti teofilin IV,
awasi tingkat darah setiap1 sampai 2 hari untuk deteksi adanya
keracunan (lebih besar 10 mcg/mL), sama atau kurang
(2mcg/mL).
2. Hipotermia berhubungan dengan imatur lapisan kulit dan pusat
thermoregulasi.
a. Tujuan: Menjaga suhu lingkungan netral
b. Intervensi:
1. Jaga temperature ruang perawatan 25oC
2. Lakukan posedur penghangatan setelah bayi lahir
3. Tempatkan bayi dibawah penghangatan radian atau inkubator
jika terjadi hipotermia
4. Hangatkan inkubator terlebih dahulu sebelum bayi di masukan
dengan mengatur suhu sesuai berat badan dan umur bayi
(Manggiasih & Jaya, 2016: 355).
5. Tempatkan kontroltemperature (servo control) diatas abdomen.
Atur suhu pada 37-37,5oC, juga jaga suhu kulit pada 36-36,5oC.
6. Ukur suhu aksila bil <35,5oC atau >37oC atur kembali suhu
inkubator secepatnya
7. Hindari menempatkan bayi kontak dengan sumber panas atau
sumber dingin
8. Awasi bayi terhadap perubahan yang mengindikasikan adanya
stress dingin.
9. Edukasi kepada keluarga tentang metode rawat
gabungKangoroo Mother Care (KMC) selama 4 jam (Arifah &
Wahyuni, 2010: 40).
3. Defisit nutrisi berhubungan dengan reflek menghisap dan menelan
lemah.
a. Tujuan: Meningkatkan dan menjaga asupan kalori dan status gizi
bayi
b. Intervensi:
1) Awasi reflek menghisap dan kemampuan menelan bayi.
2) Awasi dan hitung kebutuhan kalori bayi
3) Mulai pemberian ASI atau susu setelah kelahiran, mulai dengan
3-5 mL setiap pemberian dengan interval tiga jam
4) Timbang bayi setiap hari, bandingkan berat badan dengan
asupan kalori yang diberikan
5) Sediakan dektrose 10%
4. Risiko infeksi berhubungan dengan imatur daya tahan tubuh
a. Tujuan: tidak tejadi infeksi
b. Intervensi:
1) Kaji adanya fluktuasi suhu tubuh,latergi, apnea, malas minum,
gelisah dan ikterus
2) Kaji riwayat ibu, kondisi bayi selama kehamilan dan
epidemikinfeksi di ruang perawatan
3) Ambil sample darah
4) Pantau ulang hasil penelitian eristrosit, leukosit diferensiasi,
immunoglobulin
5) Upayakan pencegahan infeksi dari lingkungan: mencuci tangan
sebelum dan sesudah memegang bayi, lakukan prosedur
tindakan secara steril, cegah kontak dengan orang tua yang
menderita penyakit infeksi, ajarkan orang tua untuk melakukan
tindakan pencegahan infeksi silang atau perpindahan
mikroorganisme

3.3.4 Implementasi Keperawatan


Asuhan keperawatan pada bayi berat badan lahir rendah (BBLR)
perawat harus dapat mempertahankansuhu tubuh dengan ketat, mencegah
infeksi dengan ketat, pengawasan nutrisi ASI, penimbangan ketat, kain
yang basah secepatnya diganti dengan kain yang kering dan bersih,
pertahankan suhu tetap hangat, kepala bayi ditutup topi, beri oksigen bila
perlu, tali pusat usahakan dalam keadaan bersih, beri minum dengan sonde
atau tetes dengan pemberian ASI, bila tidak memungkinkan infus
parenteral dengan berkolaborasi dengan dokter terapi yang diberikan
(Rukiyah & Yulianti, 2013: 245-246).

3.3.5 Evaluasi Keperawatan


Evaluasi perkembangan kesehatan klien dapat dilihat dari hasilnya,
Tujuannya adalah untuk mengetahui sejauh mana tujuan keperawatan
dapat dicapai dan memberikan umpan balik terhadap asuhan keperawatan
yang diberikan. Langkah-langkah evaluasi adalah sebagai berikut: Daftar
tujuan klien, lakukan pengkajian apakah klien dapat melakukan sesuatu,
bandingkan antara tujuan dengan kemampuan klien, diskusikan dengan
klien, apakah tujuan dapat tercapai atau tidak. Jika tujuan tidak tercapai,
maka perlu dikaji ulang letak kesalahannya (Tarwoto, 2012; 161)
DAFTAR PUSTAKA

Dinas Kesehatan Banyuwangi. (2014). Profil Kesehatan Kabupaten Banyuwangi


Tahun 2014, hlm. 43.

Dinas Kesehatan Banyuwangi. (2015). Profil Kesehatan Kabupaten Banyuwangi


Tahun 2015. http://banyuwangikab.go.id/profil/profil-kesehatan.html.

Djaelani, A, R. (2013).Teknik Pengumpulan Data dalam Penelitian


Kualitatif.Majalah Ilmiah Pawiyatan. 4 (3): hlm. 82-92.
XGreen, C. J., & Wilkinson, J. M. (2012). Rencana Asuhan Keperawatan
Maternal dan Bayi Baru Lahir. Jakarta: Buku Kedokteran EGC.

Hartati, S., Nurhaeni, N., Gayatri, D. (2012). Faktor Risiko Terjadinya Pneumonia
pada Anak Balita. Jurnal Keperawatan. 15 (1): 18.

Dinkes Kesehatan Jatim. (2012). Profil Kesehatan Provinsi Jawa Timur Tahun
2012: 43.

Maryanti, D., Sujianti, & Budiarti, T. (2011). Buku Ajar Neonatus, Bayi dan
Balita. Jakarta: CV. Trans Info Media.

Maryunani,A. (2014). Asuhan Neonatus, Bayi, Balita & Anak Pra-Sekolah.


Jakarta Timur: In Media.

Nurarif, A. H., & Kusuma, H. (2015). Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan


Diagnosa Medis & NANDA NIC-NOC. Yogyakarta: Media Action.

Pantiawati, I. (2010). Bayi dengan BBLR (1rd ed.). Yogyakarta: Nuha Medika.

Potter,A,P.,& Perry,A,G. (2009). Fundamental Keperawatan. Terjemahan


Adrina Ferderika dan Marina Albar. 2010. Jakarta: Salemba Medika.

PPMRS. (2015, 4 Februari). Aktualisasi Manajemen Keselamatan Bayi (BBLR)


dalam Pengembangan Citra Rumah Sakit: 1-2

Riadinata,E. (2016). Upaya Pencegahan Hipotermi pada Bayi Ny. S dengan


BBLR di RSUD Pandan Arang Boyolali. Publikasi ilmiah. Surakarta:
Program Studi Keperawatan Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas
Muhammadiyah Surakarta.

Setiawati & Rini. (2016, Januari). Pengaruh Konseling Terhadap Motivasi Ibu
Melakukan Perawatan Metode Kanguru pada Bayi Berat Badan Lahir
Rendah. Jurnal Kesehatan Masyarakat, 2 (3), 87-90. Januari 2016.
http://journal.unnes.ac.id/nju/index.php/kemas.
Septira, S., Anggraini, D, I. (2016). Nutrisi Bagi Bayi Berat Badan Lahir Rendah
(BBLR) untuk Mengoptimalkan Tumbuh Kembang. Majority, 5 (3): 152.

Silvia,M.,Syahadtina,M.,Astika,E. (2013). Pertumbuhan Fisik Bayi Berat Badan


Lahir Rendah (BBLR) Sebelum dan Sesudah dilakukan Metode Kangoroo
Mother Care (KMC). Jurnal Kesehatan Masyarakat. 4 (2): 7.

Sudarti, & Fauziah, A. (2013). Asuhan Neonatus Resiko Tinggi dan Kegawatan.
Yogyakarta: Nuha Medika.

Susilo, W, H. (2010).Penelitian KualitatifAplikasi pada Penelitian Ilmu


Kesehatan, Jurnal Kesehatan: 9-10.

Susilowati,E.,Wilar,R.,Salendu,P. (2016). Faktor Risiko yang Berhubungan


Dengan Kejadian Berat Badan Lahir Rendah pada Neonatus yang dirawat
di RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou Periode Januari 2015-Juli 2016. Jurnal e-
Clinic (eCl), 4 (2): 2

Tarwoto, & Watonah. (2010). Kebutuhan Dasar Manusia dan Proses


Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika.

Wulandari, F. (2016). Asuhan Keperawatan Klien yang MengalamiBerat Badan


Lahir Rendah (BBLR) DenganHipotermi di Ruang Perinatologi RSD dr.
Soebandi Jember. Karya Tulis Ilmiah tidak dipublikasikan. Banyuwangi:
Progam Diploma III Keperawatan.

Anda mungkin juga menyukai