Pendidikan Kewarganegaraan 1
KATA PENGANTAR
Pendidikan Kewarganegaraan 2
DAFTAR ISI
NAMA ANGGOTA KELOMPOK.......................................1
BAB I PENDAHULUAN................................................... 4
DAFTAR PUSTAKA...................................................12
Pendidikan Kewarganegaraan 3
BAB I
PENDAHULUAN
Pendidikan Kewarganegaraan 4
3. Tujuan Makalah
1. Agar kita mengetahui pengaruh globalisasi dalam agama.
2. Agar kita mengetahui pemaknaan agama dalam masyarakat di era globalisasi.
BAB II
PEMBAHASAN
Definisi agama yang sangat multitafsir ini di era globalisasi, karena informasi
sangat mudah didapat tidak sedikit masyarakat yang kemudian sudah terbiasa dari
ajaran yang tatap muka baik melalui pendidikan agama secara formal, informal,
maupun nonformal akhirnya mempunyai definisi sendiri dan menjalani hidupnya
dengan apa yang diyakini. Pada pengertian ini kemudian banyak sekali bentuk
implembtasi agama yang condong ke arah modernisasi diri mengikuti informasi apa
yang telah individu itu dapatkan dan yakini.
Globalisasi juga erat kaitannya dengan modernitas. Hal-hal yang baru dan
bersifat kebaratan dan diangap rasional karena dibuktikan dengan metode yang telah
disepakati bersama merupakan alat pergeseran makna utama agama dalam arus
globalisasi terkait modernitas. Bagi bangsa Indonesia mengedealisasikan peranan
agama dalam pembentukan budaya dan kepribadian bangsa adalah wajar, karena
agama memang memiliki akar ynag kokoh dalam, hampir segala untuk tidak
menyebut seluruh subkultur yang ada di Indonesia, konon sejak zaman dahulu kala.
Dengan kata lain, bagi bangsa Indonesia agama telah menjadi salah satu unsur yang
paling dominan dalam sejarah peradaban kita, termasuk di dalamnya era modern ini,
dan bahkan diduga keras akan tetap berpengaruh di masa depan.
Pendidikan Kewarganegaraan 7
B. Pemaknaan Agama dalam Masyarakat di era Globalisasi
1. Agama Islam
Salah satu contohnya adalah pergeseran makna dan pelaksanaan pesantren
dalam kehidupan modern. Pesantren bukan lagi merupakan lembaga yang
mengajarkan khusus nilai-nilai agama namun juga mata pelajaran umum sama dengan
lembaga pendidikan yang lain. Sejalan dengan globalisasi dengan kemajuan teknologi,
pesantren juga berkembang agar bisa diterima oleh masyarakat luas. Tidak hanya
pelajaran salafi namun juga pelajaran global sehingga para santri dipersiapkan untuk
menjalani kehidupan global dengan cara-cara lokal. Think globaly act localy sering
digembor-gemborkan untuk membentuk identitas baru masyarakat pesantren di era
globalisasi.
Dampak hal ini bersifat positif dan negatif. Pada pesantren yang telah
menerima ilmu-ilmu baru maka santrinya akan mempunyai wawasan luas sehingga
muncul sikap kritis dan motivasi yang tinggi untuk hidupnya. Kegagalannya apabila
nilai agamanya tidak berkembang cepat dengan ilmu sains nya maka pembentukan
moral yang sesuai dengan ajaran agama tentunya akan terdominansi oleh ajaran sains
yang terkadang tidak sesuai dengan ajaran agama yang dianut khusunya nilai-nilai
dalam agama Islam.
2. Agama Kristen (Protestan dan Katolik)
Pergeseran nilai-nilai yang didoktrin oleh agama perlahan muncul
dipermukaan salah satunya disebabkan oleh globalisasi. Contohnya di lingkup
keluarga seorang Peran Agama Dalam Era Globalisas dan Modernisas serta Kaitannya
dengan Ketahanan dan Peranan Keluarqa : Sudut Pamdanq Agama Kristen yang
diteliti oleh Dr. Alex Peat menjelaskan bahwa adanya beberapa hal yang terjadi yaitu
goncangnya lembaga perkawinan: poligami, perceraian, kumpul kebo, kawin paksa,
perkosaan, homophili; meluruhnya cinta suami istri : egoisme, hedonisme, cara-cara
machiavelis (tujuan menghalalkan cara : abortus, sterilisasi paksa); faktor penghambat
luar keluarga: keadaan ekonomis, hukum, ledakan penduduk, keadaan sosio-
psikologis (struktur patriarki ke nuclear family, pandangan perceraian yang permisif,
komersialisasi seks).
UU No. 1 Tahun 1974 tentang perkawinan menegaskan bahwa perkawinan
adalah ikatan lahir batin antara seorang pria dan seorang wanita sebagai suami-istri
dengan tujuan membentuk keluarga (rumahtangga) yang bahagia dan kekal
berdasarkan Ke Tuhan Yang Maha Esa. Pada pernyataan tersebut tersirat bahwa
perkawinan bukan kebahagiaan tetapi kesatuan dengan ikatan lahir batin antara suami-
Pendidikan Kewarganegaraan 8
istri dalam membentuk keluarga, untuk itu suami-istri perlu saling membantu dan
melengkapi agar masing-masing dapat mengembangakan kepribadiannya mencapai
kesatuan sejati dalam perkawinan. Nilai-nilai agama yang dipertahankan seperti
kesatuan suami-istri, buah-buah perkawinan, lembaga yang didirikan Tuhan.
a. Kesatuan suami-istri
Injil menegaskan “mereka bukan lagi dua melainkan satu” (Mrk 10,8; cfr. Kej
2,24). Kesatuan suami-istri ini mempunyai akarnya dalam kodrat pria-wanita yang
saling melengkapi, dan dikembangkan lewat kesanggupan pribadi masing-masing
untuk saling membagi seluruh kehidupan mereka. Kesatuan suami-istri itu oleh
Konsili Vatikan II disebut Communitas Amoris, persekutuan hidup. ini berarti
kesatuan suami-istri tidak direduksi ke dalam hubungan persetubuhan belaka.
b. Buah-buah perkawinan
Pada dasarnya hubungan cinta suami istri yang diwujudkan dalam hubungan
seksual mengarah pada buah-buah perkawinan yakni lahirnya anak-anak. Jadi, tugas
utama suami istri dan keluarga adalah melayani kehidupan.
c. Lembaga yang didirikan Tuhan
“Perkawinan itu ikatan seorang pria dan seorang wanita sebagai suami-istri...”(UU
No. 1 Thn 1974 Tentang Perkawinan). Perkawinan itu harus monogami.
3. Agama Hindu
Salah satu masyarakat yang mayoritas beragama Hindu adalah di pulau Bali,
dahulu masyarakat sangat kental dengan sistem kasta. Akan tetapi dengan adanya
pengaruh globalisasi dan modernisasi maka perlahan sistem kasta mulai tidak
diberlakukan lagi, dan ada kelonggarn-kelonggaran. Contoh lain yaitu ketika ada
upaca peringatan hari Imlek di Candi Borobudur, dimana seharusnya upacara itu
berjalan hikmat, akan tetapi seiring berkembangnya jaman ada nilai-nilai yang
bergeser dalam prosesi upacara tersebut, misalnya banyak pengunjung yang
mendokumentasikan upacara tersebut untuk kepentingan ekonomi sehingga upacara
tersebut menjadikan berkurangnya nilai kesakralan dari prosesi upacara tersebut.
Contoh lain yaitu adanya konflik Homo-Aiqualis dan Homo-hierarchicus. Kelompok
Homo-Aiqualis dengan ideologi egalitarianisme ingin melihat masyarakat Bali yang
demokratis, tanpa adanya diskriminasi atas dasar keturunan. Di lain pihak kelompok
Homo-hierarchicus dengan segala upaya mempertahankan status quo hierarki
tradisionalnya. Dari sini kita melihat bahwa kelompok Homo-Aqualis telah
terpengaruh oleh prinsip-prinsip demokrasi karena adanya.
Pendidikan Kewarganegaraan 9
4. Agama Budha
Agama ini mengajrkan bahwa seseorang harus menemukan pengertian tentang
kehidupan meski tak dapat diungkapkan dengan kata-kata.Seorang rahib dapat
menghabiskan seluruh waktu hidupnya dengan melakukan meditasi yang
menggunakan sebuah kalimat atau kata yang disebut koan.Koan adalah suatu teka-teki
yang tidak mempunyai jawaban yang populer adalah “suara apakah yang timbul dari
bertepuk sebelah tangan? Orang-orang Buddha Zen sering membuat taman-taman
yang indah sebagai alat bantu untuk melakukan meditasi. Pergeseran yang ada di
dalam agama Buddaha karena adanya pengaruh globalisasi yaitu adanya pergeseran
nilai kebenaran. Dimana norma dan nilai-nilai mulai dilanggar, contohnya saja
pergaulan yang ada di masyarakat khususnya muda-mudi yang melanggar norma
asusila dan tidak lagi mengindahkan aturan-aturan yang berlaku.
5. Agama Konghucu
Konghucu mengajarkan bahwa surga dan bumi menjadi harmonis jika semua
orang mematuhi mereka yang berada di atas dan membagi dengan pantas kepada
mereka yang berada di bawah. Berkenaan dengan masyarakat hierarkis yang benar
maka anak laki-laki harus patuh kepada ayah, istri, harus patuh kepada suami, rakyat
harus patuh kepada kaisar, dan kaisar harus mematuhi surga.
Globalisasi mempengaruhi sebuah proses asmilasi, dan asimilasi memberikan
dampak pada pergeseran nilai-nilai pada kehidupan beragama ajaran konghucu, dapat
dilihat pada perayaan Cap Go Meh yang merupakan festival lampion dan pesta onde-
onde. Perlahan-lahan, ciri ini mendapat bentukanya dalam konteks budaya Indonesia.
Pesta onde-onde mulai bergeser dan digantikan dengan makan lontong atau ketupat.
Sebuah proses budaya sekaligus menunjukkan bahwa etnis Tionghoa telah mengakar
dapat budaya Indonesia. Pesta lampion masih terjadi di beberapa daerah, tetapi itu
sebatas pada tempat-tempat tertentu. Pesta lampion ini cenderung bergeser menjadi
sebuah perayaan atau lebih tepat disebut sebagai gelar budaya. Dari sebuah perayaan
yang berpusat di tempat ibadat bergeser ke ruang publik. Sadar atau tidak sadar,
pergeseran tempat ini pun membawa sebuah pergeseran nilai. Ketika sebuah perayaan
diadakan di sebuah tempat ibadat maka nilai religiusnya menjadi semakin kuat. Ketika
perayaan mulai bergeser ke area pubik, maka nilai religiusnya menjadi semakin
berkurang. Sebuah perayaan yang dilangsungkan di tempat publik maka menjadi milik
publik. Siapa pun bisa ikut menikmatinya tanpa takut terjebak pada nilai religius yang
dihayatinya.
Pendidikan Kewarganegaraan 10
BAB III
Kesimpulan
Dalam era globalisasi dan informasi, agama, menurut para saintis dan sosiolog
akan mengalami perubahan dan benturan nilai. Para saintis yang sekuler melihat
agama pada era globalisasi akan hilang atau tidak berfungsi lagi, sebaliknya sains dan
teknologi akan menggantikan agama. Adapun sosiolog dan futurolog, seperti B.R
Wilson dan John Naisbitt berpendapat bahwa agama akan bergeser dari agama utama
menjadi agama pinggiran dan sekterian. Dalam era globalisasi dan informasi yang
begitu terbuka, perubahan jelas terjadi dalam berbagai aspek kehidupan umat manusia.
Bukan aspek agama saja yang berubah, tetapi aspek ekonomi, politik, seni, dll.
Dengan demikian, agama sebaiknya merumuskan suatu fungsi global bagi seluruh
umat manusia. Fungsi global yang dapat diperankan oleh agama adalah meningkatkan
kesadaran spiritualitas dan moralitas umat manusia.
Pada hakikatnya, sebagai landasan spiritual, agama berfungsi untuk membangun
kesadaran dan memberi pengetahuan bahwa seluruh hasil sains dan teknologi
diarahkan untuk membesarkan dan memuliakan nama Tuhan. Saains dan teknologi
bukan malah mengungkung dan dan merendahkan derajat manusia, tetapi sains dan
teknologi harus selalu tunduk kepada manusia sebagai khalifah Allah di muka bumi.
Selanjutnya sains dan teknologi semestinya menyesuaikan diri juga dengan pesan-esan
moral agama. Karena itu, setiap usaha untuk menemukan atau mencari kebenaran
ilmiah seharusnya didasari atas iman dan moral agama bukan pada filsafat
pengetahuan saja. Dengan demikian sains dan teknologi tidk bebas nilai. Teknologi
adalh alat yang denganya sains dapat diterapkan untuk menghasilkan barang dan jasa.
Di samping itu sains dan teknologi digunakan untuk memenuhi keinginan manusia,
sehingga sains dan teknologi tidak bebas nilai sebab keinginan manusia bersifat
subjektif.
Pendidikan Kewarganegaraan 11
DAFTAR PUSTAKA
Budi Winarno. 2008. Globalisasi Peluang atau Ancaman bagi Indonesia. Jakarta :
Penerbit Erlangga.
Drs. Ishomuddin, M.Si. 2002. Sosiologi Agama. Jakarta: Ghalia Indonesia
Prof. Dr. Amsal Bakhtiar, M.A.2012. Filsafat Agama. Jakarta : Rajawali Pers
Prof. Dr. H.Jalaludin. 2010. Psikologi Agama. Jakarta: Rajawali Pers
http://www.fe.unpad.ac.id/id/arsip-fakultas-ekonomi-unpad/opini/2272-agama-dan-
globalisasi
http://repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/24546/prosiding_keluarga_me
nyongsong_abad_21-5.pdf
http://lppbi-fiba.blogspot.com/2011/03/agama-dan-globalisasi-perspektif.html
http://agamabuddhaindo.wordpress.com/2010/10/13/tergesernya-nilai-
kebenaran/
http://sosbud.kompasiana.com/2012/02/07/perayaan-cap-go-meh-tarik-ulur-agama-
dan- budaya-437021.html
Pendidikan Kewarganegaraan 12