Anda di halaman 1dari 39

Laporan Tutorial

Modul 5
BLOK 3.5

NEOPLASMA DAN PENYAKIT DEGENERATIF


SISTEM UROGENITAL

Kelompok 20 C

- Shaviera Lazwardi
- Yudhi Putra W
- Nudiya Dina
- Siti Hidayatul Fitri
- Aisy Hibayatullah
- Fetri Svetri Linasari
- Arizki Nuzulardi F
- Syafira Anandayu
- Dewi Liputadika

Fakultas Kedokteran Universitas Andalas

2015/2016
I. TERMINOLOGI

1) PSA : Prostate Specific Antigen; Enzim proteolitik yang dikelaurkan oleh epitel
prostat bersama semen; bersifat spesifik organ, bukan kanker; digunakan sebagai
screening
2) Prostat : organ penghasil cairan sememn pada laki-laki; terletak di inferior dari
kandung kemih

II. IDENTIFIKASI MASALAH


1) Mengapa Tn. Ali tidak bisa kencing sejak dua hari yang lalu?
2) Bagaimana hubungan usia dan jenis kelamin dengan keluhan yang dialami Tn. Ali?
3) Apa interpretasi dari hasil anamnesis Tn. Ali?
4) Bagaimana hubungan gejala sejak 3 bulan yang lalu (rasa tidak puas setelah kencing,
pancaran kencing yang lemah, kencing sering menetes) dengan keluhan yang dialami
Tn. Ali sekarang?
5) Apa interpretasi dari hasil pemeriksaan fisik?
6) Apa interpretasi dari hasil pemeriksaan abdomen (teraba massa di simfisis sebesar
kepalan tangan, lunak)?
7) Apa interpretasi dari hasil pemeriksaan RT(prostat membesar, kenyal, permukaan
rata)?
8) Apa tujuan dipasang kateter pada Tn. Ali?
9) Apa pemeriksaan lanjutan yang diberikan pada Tn. Ali?
10) Apa indikasi operasi yang mungkin dilakukan pada Tn. Ali?

III.BRAINSTORMING

1) Kemungkinan tidak bisa kencing dapat disebabkan oleh berbagai faktor:


 Pembesaran prostat
 Bila terjadi pada pria dengan usia >50 tahun
 Kemungkinan BPH atau Benign Prostate Hyperplasia (yang paling sering)
akibat ketidak seimbangan hormonal atau Ca prostat. Pembesaran prostat ini
dapat menekan urethra atau fundus buli-buli sehingga urin tidak bisa keluar.
Untuk memastikannya, maka perlu dilakukan pemeriksaan fisik yang spesifik,
yakni Rectal Toucher (RT).
 Infeksi Saluran Kemih
Biasanya terjadi pada wanita, yang kurang menjaga kebersihan organ genitalia
atau akibat memakai pembersih pada daerah genitalia, sehingga menyebabkan
flora normal hilang dan kuman pathogen lebih leluasa untuk menginvasi daerah
tersebut.
Perlu ditanyakan riwayat keputihan yang abnormal.
 Batu saluran kemih
Bila batu tersebut ada pada buli-buli, maka perlu ditanyakan, apakah dengan
mengganti posisi berkemih, urin dapat mengalir, karena apabila terdapat batu di
buli-buli dengan ukuran yang tidak besar, perubahan posisi mampu membuat
saluran terbuka lagi, sehingga urin dapat keluar.
 Gangguan Sistem Saraf
Gangguan sistem saraf dapat terjadi pada:
 Pasien stroke
Akibat stroke dapat menyebabkan kerusakan pada sistem saraf pusat.
 Trauma
Trauma pada saluran kemih (contoh: rupture urethra) ataupun pada tulang
belakang dan persarafan saluran kemih dapat mengganggu aliran kencing.
Kalau terjadi rupture urethra, maka akan ada perdarahan pada meatus
urethra eksterna.
 Diabetes Mellitus
Disebabkan oleh karena atoni vesika urinaria (buli-buli), sehingga otot-otot
detrusor tidak dapat memompa urin keluar dari buli-buli.
 Kelainan tulang belakang
Gangguan pada tulang belakang, yakni tulang sacrum (persarafan pada
dinding buli-buli) dapat menyebabkan tidak ada rangsangan berkemih pada
buli-buli, maka urin pun akan tertahan.
 Efek samping obat
Penggunaan obat (dekongestan, antikolinergik, dll) secara berlebihan
menyebabkan urin tertahan.
 Post operasi
Apabila operasi berada di dekat ginjal dan saluran kemih lain, mungkin dapat
menyebabkan gangguan pada proses pengeluaran urin. Selain itu, obat bius juga
dapat menyebabkan gangguan persarafan.
 Usia
Usia tua cenderung akana menyebabkan penurunan fungsi organ, diantaranya
otot detrusor.
 Psikologi
Apabila terdapat gangguan kecemasan, depresi atau rasa tidak nyaman dengan
lingkungan tempat berkemih dapat menyebabkan urin tidak dapat keluar.
Contoh: di dekat orang banyak.
2) Usia 78 tahun (lansia) dan laki-laki, kemungkinan adalah karena melemahnya otot-
otot detrusor atau adanya pembesaran prostat.
Namun, sesuai dengan hasil pemeriksaan fisik, maka kecurigaan lebih mengaraj pada
pembesaran prostat yang dapat disebabkan oleh BPH atau Ca prostat.

3) Gejala yang dialami oleh Tn. Ali adalah gejala obstruksi dan iritasi yang dikategorikan
sebagai Lower Urinary Tract Syndrome (LUTS). Gejala obstruksi disebabkan karena
lelahnya otot detrusor setelah fase kontraksi yang kuat akibat adanya obstruksi.
Sedangkan gejala iritasi disebabkan oleh karena hipersensitivitas saluran kemih.
LUTS dapat dinilai dengan International Prostate Syndrome Score (IPSS).Skor IPSS
berisi 7 pertanyaan yang berkaitan dengan gejala saat berkemih yang dinilai sejak
sebulan terakhir.Setiap pertanyaan berisi 0 hingga 5 poin, tergantung
frekuensi.Derajat keparahan LUTS dibagi menjadi 3 kategori, yakni ringan (0-7),
sedang (8-19), dan berat (20-35).
Penyebab terjadinya LUTS dapat disesbabkan oleh faktor berikut:
 BPH
 Ca prostat
 Striktur urethra akibat trauma
 Stress inkontinensia (biasanya pada wanita)
 Neurogenic bladder

4) Obstruksi yang terjadi pada Tn. Ali bersifat progresif, sehingga kemungkinan
penyebab semakin mengarah pada pembesaran prostat yang progresif.

5) Interpretasi PF
 KU lemah: metabolism di ginjal yang terganggu menyebabkan zat-zat yang
seharusnya diekskresikan melalui urin tertahan di ginjal
 Gizi sedang: akibat rasa tidak nyaman karena tidak dapat berkemih selama 2 hari
dapat mengganggu nafsu makan Tn. Ali
 Tampak kesakitan: akibat retensi urin pada buli-buli menyebabkan distensi buli-
buli sehingga menekan saraf yang menimbulkan rasa nyeri (biasanya pada
daerah suprapubik)

6) Teraba massa disebabkan karena retensi urin berlebihan yang menyebabkan


overdistensi pada buli-buli. Sering salah didiagnosis sebagai tumor intraabdominal.

7) Hasil pemeriksaan merujuk pada pembesaran prostat akibat BPH.


Bila Ca prostat, maka akan teraba massa keras, bernodul, dan asimetris.
Yang dinilai pada pemeriksaan prostat adalah konsistensi, simetris, nodul, dan batas
atas prostat teraba atau tidak.
(*Bila ada batu maka akan teraba krepitasi)
Ada beberapa teori penyebab BPH, yakni:
 Ketidakseimbangan hormone endokrin
Dapat terjadi pada 2 kejadian, yakni:
 Perbadingan kadar estrogen yang tinggi dibanding testosterone menyebabkan
proliferasi sel kelenjar prostat dengan cara meningkatkan sensitifitas sel
terhadap stimulasi androgen
 Peningkatan jumlah androgen dalam bentuk aktif (dihidrotestosteron).
Pengubahan dari testosterone menjadi dihidrostestosterone memerlukan
enzim 5 alfa-reduktase
 Ketidakseimbangan antara sel apoptosis dan proliferasi
Menurunnya jumlah sel apoptosis dan meningkatnya sel yang berproliferasi
dapat menyebabkan pembesaran pada prostat.

8) Untuk mengeluarkan urin yang retensi di kandung kemih

9) Urinalisa (untuk menilai fungsi ginjal>> akibat komplikasi retensi urin atau untuk
menyingkirkan kemungkinan penyebab lain), Tes darah (PSA), Uroflometry, CT
Urogram , dan lain-lain
 Untuk melihat sisa urin (USG sistogram)
 Menilai pancaran urin (normal: 10-12 ml/dtk; maksimal 20 ml/dtk). Bila 6-8
ml/dtk dikategorikan sebagai gangguan ringan.

Jika sudah didiagnosis BPH, dapat dilanjutkan dengan pemeriksaan foto polos
abdomen (IVP), pielografi intravena, dan transrektal urethra

10) Indikasi terbagi 2, yakni:


Indikasi absolut
 Konservatif gagal
 Retensi berulang
 ISK berulang
 Kelainan ginjal (hidronefrosis, ureum dan kreatinin meningkat)
 Perdarahan pada BPH
 Divertikel buli-buli
 Batu buli (komplikasi dari retensi urin jangka panjang)
Indikasi relatif
 Uroflowmetry <10 ml/dtk
 Penyakit lain (hernia atau hemorrhoid akibat sering mengedan saat berkemih)
 IPSS sedang-berat (≥8)

IV. SISTEMATIKA

V. LEARNING OBJECTIVE
1) Neoplasma pada sistem urogenital pria
2) Neoplasma pada sistem urogenital wanita
3) Penyakit degeneratif pada sistem urogenital

VI. PEMBAHASAN

1) NEOPLASMA UROGENITAL PRIA


a) Tumor Prostat

b) Tumor Buli-buli

c) Tumor Ginjal

i. Adenocarcinoma Renal
Adenocarcinoma renal atau dikenal denganGrawitz tumor adalah tumor ganas pada
sel epitel yang berasal dari proliferasi sel-sel tubulus.Sel tumor ini berbentuk seperti
tali, papilla, tubulus, atau sarang.Sel ini atipikal, polygonal, dan besar karena sel ini
terakumulasi glikogen dan lipid sehingga sitoplasma sel terlihat jelas dengan inti
tetap berada di tengah sel dan membran sel yang jelas.Beberapa sel tumor mungkin
terlihat lebih kecil dengan eosinophilic sitoplasma, sel menyerupai tubular
normal.Stroma berkurang tetapi terdapat vaskularisasi. Tumor tumbuh besar
sehingga menekan parenkim di sekitarnya menghasilkan sebuah pseudocapsule

EPIDEMIOLOGI
Di Amerika Serikat, kanker ginjal menjadi urutan ke tujuh penyakit terganas pada
pria dan urutan ke 12 penyakit terganas pada wanita, mengingat jumlahnya 2,6 %
dari total kasus kanker.2 Dengan perbandingan 1,6 : 1 antara pria dan wanita dan
sering terjadi pada pasien yang berumur 55-84 tahun. Insidennya meningkat pada
usia 40 tahun dan tertinggi pada usia lebih dari 65 tahun. Sekitar 2% dari kasus
kanker ginjal yang berhubungan dengan sindrom keturunan. Di Amerika Serikat,
36.160 kasus baru kanker ginjal diperkirakan terjadi pada tahun 2005, banyak yang
sedang ditemukan sebelumnya karena ketersediaan luas radiographictesting. Namun
demikian, 12.660 kematian dari penyakit ini terjadi pada tahun 2005.Karsinoma sel
ginjal ini muncul dari epitel ginjal dan jumlahnya 85% dari kanker ginjal.Seperempat
pasien datang dengan penyakit lanjutan, termasuk karsinoma sel ginjal invasif lokal
atau metastasis. Selain itu, sepertiga dari pasien yang menjalani reseksi penyakit
lokal akan memiliki kekambuhan. Karsinoma sel ginjal lebih sering terjadi pada
orang-orang keturunan Eropa Utara (Skandinavia) dan Amerika Utara dibandingkan
dengan orang-orang keturunan Asia atau Afrika.3 Di Amerika Serikat, kejadian
tersebut telah setara antara kulit putih dan Afrika-Amerika, tapi insiden antara Afrika
Amerika meningkat dengan cepat

ETIOLOGI
Beberapa faktor lingkungan dan genetik telah diteliti sebagai penyebab yang
mungkin untuk grawitz tumor, yaitu
• Karsinoma sel ginjal dapat terjadi seiring pertambahan usia dan lebih sering terjadi
pada laki-laki
• Merokok dua kali resikonya untuk mengidap grawitz tumor dan memberikan
konstribusi sepertiga dari total kasus yang ada. Perokok yang terpajan kadmium
mengalami insiden karsinoma ginjal yang cukup tinggi.
• Obesitas sebagai faktor resiko terutama pada wanita, dimana berat badan yang
meningkat memiliki hubungan yang linear dengan peningkatan resiko.
• Hipertensi juga berhubungan dengan meningkatnya insiden karsinoma sel ginjal.
• Phenacetin mengandung analgesia dalam jumlah besar mungkin berhubungan
dengan meningkatnya insiden karsinoma sel ginjal.
• Ada peningkatan kejadian penyakit cystic didapat di ginjal pada pasien yang
menjalani dialisis ginjal jangka panjang, hal ini menjadi faktor predisposisi kanker
sel ginjal.
• Tuberous sclerosis.
• Transplantasi ginjal : pada penyakit renal cystic yang didapat dengan ginjal asli
juga mempengaruhi kanker sel ginjal pada penerima transplantasi ginjal.
• VHL diseases : penyakit keturunan ini juga berhubungan dengan kanker sel ginjal

PATOLOGI
Tumor ini berasal dari tubulus proksimalis ginjal yang mula-mula berada di dalam
korteks, dan kemudian menembus kapsul ginjal. Beberapa jenis tumor bisa berasal
dari tubulus distal maupun duktus kolegentes.Biasanya tumor ini disertai dengan
pseudokapsul yang terdiri atas parenkim ginjal yang tertekan oleh jaringan tumor dan
jaringan fibrosa.Tidak jarang ditemukan kista-kista yang berasal dari tumor yang
mengalami nekrosis dan diresorbsi.Fasia Gerota merupakan barier yang menahan
penyebaran tumor ke organ sekitarnya.

Pada irisan tampak berwarna kuning sampai oranye disertai daerah nekrosis dan
perdarahan, sedangkan pada gambaran histopatologik terdapat berbagai jenis sel,
yakni: clear cell (30 – 40%), granular (9 – 12%), sarkomatoid, papiler, dan bentuk
campuran. Yang paling sering adalah campuran sel jernih, sel bergranula dan sel
sarkomatoid (De Jong, 2000).Inti yang kecil menunjukkan sifat ganas
tumor.Sitoplasma yang jernih diakibatkan adanya glikogen dan lemak.Disamping itu
di beberapa kasus menunjukkan adanya eosinofilia atau reaksi leukemoid dalam
darah dan pada sebagian kecil penderita timbul amiloidosis. Secara makroskopis
ginjal terlihat distorsi akibat adanya massa tumor besar yang berbenjol-benjol yang
biasanya terdapat pada kutub atas. 
Hipernefroma kadang-kadang berbentuk kistik.Hal ini dapat memberikan masalah
diagnostik.Tumor biasanya berbatas tegas, tetapi beberapa menembus kapsula ginjal
dan menginfiltrasi jaringan lemak perinefrik. Perluasan ke dalam vena renalis
kadang-kadang dapat dilihat secara makroskopis sekali-sekali terlihat suatu massa
tumor padat meluas ke dalam vena kava inferior dan jarang ke dalam atrium kanan.

MANIFESTASI KLINIS
Pada stadium dini, kanker ginjal jarang menimbulkan gejala. Sedangkan pada
stadium lanjut, akan didapatkan tiga tanda trias klasik berupa: nyeri pinggang,
hematuria dan massa pada pinggang merupakan tanda tumor dalam stadium lanjut.
Nyeri terjadi akibat invasi tumor ke dalam organ lain, sumbatan aliran urin atau
massa tumor yang menyebabkan peregangan kapsula fibrosa ginjal. Adapun gejala
yang paling banyak ditemukan adalah hematuria (adanya darah di dalam air
kemih).Hematuria bisa diketahui dari air kemih yang tampak kemerahan atau
diketahui melalui analisa air kemih.Selain itu, juga terjadi tekanan darah tinggi
terjadi akibat tidak adekuatnya aliran darah ke beberapa bagian atau seluruh ginjal,
sehingga memicu dilepaskannya zat kimia pembawa pesan untuk meningkatkan
tekanan darah. Polisitemia sekunder terjadi akibat tingginya kadar hormon
eritropoietin, yang merangsang sumsum tulang untuk meningkatkan pembentukan sel
darah merah. 
Gejala lainnya yang mungkin terjadi: 
1. nyeri pada sisi ginjal yang terkena 
2. penurunan berat badan 
3. kelelahan 
4. demam yang hilang-timbul. 

Gejala-gejala lainnya adalah anemi karena terjadinya perdarahan intra


tumoral.Varikokel akut yang tidak mengecil dengan posisi tidur.Varikokel ini terjadi
akibat obstruksi vena spermatika interna karena terdesak oleh tumor ginjal atau
tersumbat oleh trombus sel-sel tumor. Untuk mengetahui tanda-tanda metastasis ke
paru atau hepar, kita harus menemukan tanda-tanda dari sindroma paraneoplastik,
yang terdiri atas sindroma Staufer (penurunan fungsi liver yang tidak ada
hubungannya dengan metastasis pada hepar dengan disertai nekrosis pada berbagai
area pada liver), hiperkalsemia (terdapat pada 10% kasus kanker ginjal), polisitemia
akibat peningkatan produksi eritropoietin oleh tumor, dan hipertensi akibat
meningkatnya kadar renin.

DIAGNOSIS
Pada pemeriksaan fisik, kadang bisa diraba/dirasakan benjolan di perut. Jika
dicurigai kanker ginjal, maka dilakukan beberapa pemeriksaan seperti urografi
intravena, USG, CT scan. Dengan meluasnya pemakaian ultrasonografi dan CT scan,
kanker ginjal dapat ditemukan dalam keadaan stadium yang lebih awal.Selain itu
MRI juga bisa memberikan keterangan tambahan mengenai penyebaran tumor.Jika
tumornya berupa kista, bisa diambil contoh cairan untuk dilakukan analisa. 
Aortografi dan angiografi arteri renalis bisa dilakukan sebagai persiapan pembedahan
untuk memberikan keterangan tambahan mengenai tumor dan arteri renalis.
Pemeriksaan lain untuk penegakan diagnosis adalah pemeriksaan PIV biasanya
dikerjakan atas indikasi adanya hematuria tetapi jika diduga ada massa pada ginjal,
pemeriksaan dilanjutkan dengan CT scan atau MRI. Dalam hal ini USG hanya dapat
menerangkan bahwa ada massa solid atau kistik

Apabila diagnosis telah ditegakkan, ada yang perlu diperhatikan adalah pembagian
stadium. Pembagian stadium dari tumor Grawitz (menurut Robson) ini dibagi
menjadi beberapa stadium yaitu:
1. Stadium 1 : tumor masih terbatas di dalam parenkim ginjal dengan fasia gerota
masih utuh
2. Stadium II : tumor invasi ke jaringan lemak perirenal dengan fasia gerota masih
utuh
3. Stadium III : tumor invasi ke vena renalis/ vena kava atau limfonodi regional.
Stadium tiga ini dibagi lagi menjadi menjadi beberapa kelas :
a. IIIA : tumor menembus fasia gerota dan masuk ke v.renalis
b. IIIB : kelenjar limfe regional
c. IIIC : pembuluh darah local
4. Stadium IV : tumor ekstensi ke organ sekitarnya/ metastasis jauh (usus). Stadium
empat ini juga dibagi lagi menjadi :
a. IVA : dalam organ sekitarnya, selain adrenal
b. IVB : metastasis jauh (Basuki, 2003).
Sedangkan pembagian yang mengacu kepada TNM pada Tumor Grawitz adalah:
1. Tumor primer ( T )
a. T1 Terbatas pada ginjal <2,5>2,5 cm
b. T3 Keluar ginjal, tidak menembus fasia gerota
c. T3a Masuk adren atau jaringan perinefrik
d. T3b Masuk v.renalis/ v.kava
e. T4 Menembus fasia Gerota
2. Node Kelenjar regional/ hilus, para aorta, para kava ( N )
a. N0 Tidak ada penyebaran
b. N1 Kelenjar tunggal >5 cm 

TATALAKSANA
Pasien dengan kanker ginjal dapat diterapi dengan cara operasi, arterial embolisasi,
terapi radiasi, terapi biologi, atau kemoterapi. Beberapa juga dengan terapi
kombinasi.
1). Operasi
Tindakan operasi merupakan perawatan yang paling umum untuk kanker ginjal
disebut juga terapi lokal. Suatu operasi untuk mengangkat ginjal disebut suatu
nephrectomy.Ada beberapa tipe dari nephrectomy. Tipe tersebut tergantung pada
stadium tumor.:
• Radical nephrectomy: Merupakan terapi pilihan apabila tumor belum melewati
garis tengah dan belum menginfiltrasi jaringan lain. Ahli bedah mengangkat seluruh
ginjal bersama dengan kelenjar adrenal dan beberapa jaringan sekitar ginjal.Beberapa
simpul-simpul getah bening di area itu juga diangkat. 
• Simple nephrectomy: suatu tindakan operasi yang hanya mengangkat bagian ginjal
saja. Beberapa pasien dengan kanker ginjal stadium I merupakan indikasi simple
nephrectomy.
• Partial nephrectomy: Suatu tindakan operasi yang hanya mengangkat bagian dari
ginjal yang mengandung tumor. Jenis tipe operasi ini digunakan pada pasien yang
hanya mempunyai satu ginjal, atau ketika kanker mempengaruhi kedua ginjal. 
2). Arterial embolization
Arterial embolization adalah suatu tipe terapi lokal yang menyusutkan tumor. Terapi
ini biasanya dilakukan sebelum operasi untuk memudahkan operasi.Ketika operasi
tidak mungkin dilakukan, embolization digunakan untuk membantu menghilangkan
gejala-gejala dari kanker ginjal.
Dokter memasukan suatu tabung yang sempit (kateter) kedalam suatu pembuluh
darah di kaki.Tabung dilewatkan keatas sampai pada pembuluh besar utama (arteri
ginjal) yang menyediakan darah pada ginjal.Dokter menyuntikan suatu senyawa
kedalam pembuluh darah untuk menghalangi aliran darah kedalam ginjal untuk
mencegah tumor bermetastasis. 

3). Terapi Radiasi


Terapi radiasi (radioterapi) adalah tipe yang lain dari terapi lokal. Terapi ini
menggunakan sinar bertenaga tinggi untuk membunuh dan mempengaruhi sel-sel
kanker hanya di area yang dirawat. 
4). Terapi Biologi
Terapi biologi adalah tipe dari terapi sistemik. Terapi ini menggunakan senyawa-
senyawa yang berjalan melalui aliran darah, mencapai dan mempengaruhi sel-sel di
seluruh tubuh.Terapi biologi menggunakan kemampuan alamiah tubuh (sistim imun)
untuk melawan kanker.
Pada pasien-pasien dengan kanker ginjal yang metastatis, dokter menyarankan
interferon alpha atau interleukin-2 (IL-2 atau aldesleukin).
5). Kemoterapi
Kemoterapi juga adalah suatu tipe dari terapi sistemik. Obat-obat antikanker pada
kemoterapi memasuki aliran darah dan beredar ke seluruh tubuh. Meskipun obat-obat
anti kanker ini mempunyai banyak manfaat untuk mengobati kanker-kanker yang
lain, obat ini kurang efektif pada kanker ginjal. Saat ini, para dokter masih
mempelajari obat-obat dengan kombinasi baru yang terbukti lebih bermanfaat

PROGNOSIS
Jika kanker belum bermetastasis, maka pengangkatan ginjal dan kelenjar getah
bening yang terkena dapat memberikan peluang sembuh yang besar.
Namun, apabila kanker telah menyusup ke dalam vena renalis dan bahkan telah
mencapai vena kava, tetapi belum menyebar sisi yang lebih dalam, maka tindakan
pembedahan masih bisa memberikan harapan untuk sembuh.Tetapi kanker ginjal
cenderung menyebar dengan cepat, terutama ke paru-paru.Sedangkan, apabila kanker
telah menyebar ke tempat yang jauh lebih dalam maka prognosisnya buruk karena
tidak dapat diobati dengan penyinaran, kemoterapi maupun hormon.3
Pada penderita tanpa disertai metastasis kemungkinan hidup 5 tahun dapat mencapai
70%.Keadaan ini bisa memburuk 15 – 20% apabila vena renalis ikut terkena atau
ditemukan perluasan ke dalam jaringan lemak perinefrik.Stadium perkembangan,
derajat penyebaran dan derajat keganasan menentukan prognosis.

ii. Wilms Tumor

EPIDEMIOLOGI

Tumor Wilms merupakan keganasan ginjal tersering pada anak-anak Insidens tumor
Wilms per tahun adalah sekitar 7,8 kasus per 1.000.000 anak berusia dibawah 15
tahun. Tumor Wilms paling sering terjadi pada usia antara 2 – 5 tahun (insidens
tertinggi pada usia 3 tahun), jarang pada usia diatas 8 tahun. Usia median pada saat
diagnosis dibuat tergantung pada jenis kelamin pasien dan sifat tumor, dimana tumor
yang bilateral lebih sering ditemukan pada anak yang berusia lebih muda dan kasus
pada anak laki-laki rata-rata terdiagnosis lebih dini

Tumor Wilms tampaknya lebih sering terjadi pada beberapa kelompok rasial
populasi kulit hitam dan lebih jarang diantara kelompok lainnya, khususnya populasi
Asia Timur. Menurut NWTSG, ratio laki-laki:perempuan pada penyakit unilateral
adalah 0,92:1,00, sedangkan untuk penyakit bilateral ratio laki-laki:perempuan
adalah 0,60:1,00 .

Tumor Wilms merupakan penyakit keganasan yang sering terjadi bersamaan dengan
kelainan lain, seperti anomali saluran kemih-kelamin (pada 4,4% kasus),
hemihipertrofi (pada 2,9% kasus), dan aniridia sporadis (pada 1,1% kasus). Tumor
Wilms merupakan penyakit keganasan yang dapat disembuhkan, dengan 90% pasien
bertahan hidup hingga 4 tahun setelah diagnosis.

ETIOLOGI

Penyebab pasti tumor Wilms tidak diketahui, tetapi tampaknya penyakit ini
merupakan akibat dari perubahan-perubahan pada satu atau beberapa gen. Pada sel-
sel dari sekitar 30% kasus tumor Wilms didapatkan delesi yang melibatkan
setidaknya dua loci pada kromosom 11. Delesi-delesi konstitusional hemizigous pada
satu dari loci ini, yaitu 11P13, juga berhubungan dengan dua sindroma yang jarang
terjadi yang mencakup tumor Wilms, yaitu sindroma WAGR (tumor Wilms, aniridia,
malformasi genitourinarius, dan retardasi mental) dan sindroma Denys-Drash (tumor
Wilms, nefropati, dan abnormalitas genital). Keberadaan lokus kedua, 11p15
mungkin menjelaskan hubungan antara tumor Wilms dengan sindroma Beckwith-
Wiedemann, suatu sindroma kongenital yang ditandai dengan beberapa tipe
neoplasma-neoplasma embrional, hemihipertrofi, makroglosia, dan
visceromegali.Mungkin terdapat keterlibatan lokus ketiga pada tumor Wilms
familial. Lebih dari 85% tumor Wilms dengan anaplasia mempunyai mutasi pada gen
supresor p53, yang merupakan kejadian langka pada tumor Wilms tanpa anaplasia
(dengan gambaran histologi yang lebih baik

PATOFISIOLOGI

Sebagian besar kasus tumor Wilms bersifat sporadik, meskipun 1 – 2% pasien


mempunyai riwayat keluarga dengan tumor Wilms.Predisposisi familial terhadap
tumor Wilms diwarisi secara autosomal dominan. Kasus-kasus familial berhubungan
dengan usia yang makin muda saat diagnosis dan penyakit yang bersifat bilateral,
meskipun tidak semua tumor Wilms familial mempunyai gambaran tersebut. Pada
kasus-kasus yang bersifat familial, tidak ditemukan kelainan-kelainan kongenital
lainnya. Telah berhasil diisolasi satu gen tumor Wilms, yaitu WT1, yang berlokasi di
kromosom 11 lokus 11p13. WT1 meng-kodekan faktor transkripsi jari zinc (zinc
finger transcription factor) yang sangat penting dalam perkembangan ginjal
normal.Secara kasar 20% dari seluruh tumor Wilms membawa mutasi-mutasi WT1,
dan sebagian besar dari mutasi-mutasi ini bersifat spesifik tumor.Pasien-pasien tumor
Wilms dengan kelainan-kelainan kongenital yang menyertainya seringkali membawa
mutasi-mutasi WT1 dalam tingkat perkembangan awal. Predisposisi familial
terhadap tumor Wilms biasanya tidak berhubungan dengan perubahan-perubahan
pada gen WT1, tetapi berlokasi di kromosom 19q13 dan 17q .Secara histologis,
terdapat dua kelompok tumor Wilms, yaitu histologi baik dan histologi tidak baik
(anaplastik). Jenis tumor Wilms histologi baik berhubungan dengan bentuk
“konvensional” dan biasanya mempunyai prognosis yang baik.Tumor Wilms
histologi baik ditandai dengan adanya elemen-elemen blastema, epitelial, dan stromal
tanpa adanya ektopia atau anaplasia.Adanya sejumlah kecil elemen-elemen sarkoma
di dalam stroma pada tipe histologi baik tidak mempengaruhi prognosis.Jenis tumor
Wilms histologi tidak baik (anaplastik) ditandai dengan pembesaran nukleus yang
tampak nyata, nuklei yang hiperkromatis dan membesar, dan gambaran-gambaran
mitosis yang multipolar.Daerah-daerah anaplasia dapat fokal maupun difus dan
mempunyai kemungkinan besar terjadinya kekambuhan atau kematian.

DIAGNOSIS

ANAMNESIS ¯

Gejala yang paling sering pada tumor Wilms adalah massa abdominal yang sering
asimtomatik, yang ditemukan oleh orang tua pasien atau oleh dokter saat
pemeriksaan fisik untuk penyakit lain. Massa biasanya lunak dan tidak mobil, dan
jarang melewati garis tengah. Ukuran massa bervariasi, dengan diameter rata-rata 11
cm. ¯ Sekitar 50% pasien mengeluh nyeri abdomen dan muntah. Pada 5 – 30%
pasien, bisa didapatkan adanya hipertensi, gross hematuria, dan febris.Sejumlah kecil
pasien yang mengalami perdarahan dapat ditemukan gejala-gejala hipotensi, anemia,
dan febris. ¯ Pasien-pasien dengan penyakit stadium lanjut dapat datang dengan
gejala-gejala saluran napas, yang berhubungan dengan adanya metastasis ke paru-
paru 
PEMERIKSAAN FISIK

Pada pemeriksaan fisik didapatkan massa di dalam abdomen yang dapat dipalpasi.
Pemeriksaan terhadap massa abdominal harus dilakukan secara hati-hati, karena
palpasi yang terlalu berlebihan dapat berakibat rupturnya tumor yang besar ke cavum
abdomen. Pada saat pemeriksaan fisik, harus dicatat bila ada kelainan-kelainan yang
terdapat pada sindroma WAGR dan sindroma Denys-Drash yang terjadi bersamaan
dengan tumor Wilms, seperti aniridia, malformasi-malformasi genitourinarius, dan
tanda-tanda pertumbuhan yang berlebihan

PEMERIKSAAN PENUNJANG

Laboratorium-

 Hitung darah lengkap


 Profil kimia, mencakup pemeriksaan fungsi ginjal dan elektrolisis rutin
 Urinalisis
 Pemeriksaan fungsi koagulasi
 Pemeriksaan sitogenik, yang mencakup: Adanya delesi pada kromosom 11p13
seperti pada sindroma WAGR. Duplikasi alel 11p15 seperti pada sindroma
Beckwith-Wiedemann Analisis mutasional gen WT1 dalam kasus dicurigai adanya
sindroma Denys-Drash

Pemeriksaan Pencitraan

 Ultrasonografi (USG) : USG merupakan pemeriksaan pencitraan terpilih dalam


mendiagnosis massa pada ginjal atau abdominal, mendeteksi kemungkinan adanya
trombus pada vena renalis atau vena cava inferior, dan dapat memberikan informasi
mengenai keadaan hepar dan ginjal kontralateral. Pada tumor Wilms USG ginjal
menunjukkan adanya massa besar yang tidak homogen dan area-area multipel
dengan echogenisitas yang menurun yang menunjukkan adanya nekrosis.
 CT Scan. CT Scan abdomen dapat membantu menentukan .Asal mula tumor
Keterlibatan kelenjar getah bening Keterlibatan ginjal bilateral Keadan ginjal
kontralateral Adanya invasi ke pembuluh-pembuluh darah besar (misalnya vena cava
inferior) Adanya metastasis ke organ-organ lain (misalnya hepar) Diagnosis banding
tumor ginjal lainnya (misalnya tumor adrenal). CT Scan thorax dapat menentukan
adanya metastasis ke paru-paru
 MRI. Pada umumnya hasil pencitraan menggunakan gadolinium-enhanced MRI
tumor Wilms tampak tidak homogen. MRI juga bermanfaat untuk magnetic
resonance venography untuk membantu diagnosis trombus pada vena renalis. 

TATALAKSANA

1. TERAPI OPERATIF

Menurut protokol NWTSG, langkah pertama dalam terapi tumor Wilms adalah
menentukan stadium penyakitnya, diikuti dengan nefrektomi radikal, jika
memungkinkan

A. Preoperasi
Dalam penatalaksanaan tumor Wilms, kunci kesuksesannya terletak pada terapi
secara multimodal, yang terdiri dari operasi, radiasi, dan kemoterapi. NWTSG
merekomendasikan kemoterapi preoperatif dalam situasi-situasi berikut ini
1. Perluasan tumor ke dalam vena cava.

Hal ini didapatkan pada 5% kasus tumor Wilms, dan berhubungan dengan
komplikasi-komplikasi bedah (40% kasus), meskipun di tangan ahli bedah yang
berpengalaman.Dimulainya kemoterapi setelah menentukan stadium penyakit dan
biopsi dapat menurunkan ukuran tumor dan trombus, dan menurunkan pula insidens
komplikasi bedah hingga 25%.

2. Tumor-tumor yang inoperable


Tumor-tumor yang besar yang melibatkan struktur-struktur vital membuat reseksi
menjadi sulit, insidens komplikasinya tinggi dan insidens pecahnya tumor juga
tinggi.Dengan kemoterapi ukuran tumor dapat diperkecil sehingga insidens pecahnya
tumor dapat diturunkan hingga 50%.
3. Tumor Wilms bilateral

B. Intraoperasi

Dibuat insisi abdominal transversa dan dilakukan eksplorasi abdominal.Eksplorasi


harus mencakup ginjal kontralateral dengan memobilisasi colon ipsilateral dan
membuka fascia Gerota.Jika terdapat tumor bilateral, nefrektomi tidak dilakukan
tetapi diambil spesimen-spesimen biopsi.Jika terdapat tumor unilateral, dilakukan
nefrektomi dan diseksi atau pengambilan sampel nodul getah bening regional.Jika
tumor tidak dapat direseksi, dilakukan biopsi-biopsi dan nefrektomi ditunda hingga
kemoterapi, yang pada sebagian besar kasus dapat mengecilkan ukuran tumor.Pada
tumor Wilms bilateral (5% kasus), dilakukan eksplorasi bedah, biopsi-biopsi dari
kedua sisi, dan penentuan stadium penyakit yang akurat.Tindakan ini diikuti dengan
kemoterapi selama 6 minggu yang sesuai dengan stadium penyakit dan histologi
tumor. Kemudian, dilakukan pemeriksaan ulang menggunakan pemeriksaan
pencitraan, diikuti dengan operasi definitif berupa

 Nefrektomi radikal unilateral dan nefrektomi parsial pada sisi kontralateral


 Nefrektomi parsial bilateral
 Hanya nefrektomi unilateral saja, jika terdapat respons yang sempurna pada sisi
kontralateraL.

C. Pasca operasi Protokol-protokol kemoterapi dan radioterapi pasca operasi didasarkan


pada penentuan stadium saat operasi dan mengikuti pedoman yang dikeluarkan oleh
NWTSG,

d) Tumor Testis

Berasal dari sel germinal atau jaringan stroma testis.Tumor ini mempunyai derajat
keganasan yang tinggi, tapi dapat semubh jika diberi penanganan yang adekuat.
Kebanyakan ditemukan pada usia antara 20-36 tahun

Etiologi
Tidak jelas.Tapi pada penderita kriptokismus atau bekas kriptokismus mempunyai
resiko lebih tinggi untuk tumor ganas testis. Dan penggunaan hormon
dietilstilbestrol oleh ibu pada kehamilan dini akan meningkatkan resiko maligna
pada alat kelamin bayi pada usia dewasa muda.

Gambaran klinis

Benjolan dalam skrotum yang tidak nyeri.Biasanya tumor terbatas dalam testis,
sehingga mudah dibedakan dari epididimidis pada palpasi. Gejala lain yaitu nyeri
pinggang, kembung, sesak nafas, batuk dan ginekomastia akibat gonadotropin yang
disekresi oleh sel tumor.

Diagnosis

Pemeriksaan penanda tumor yang sangat berguna: beta human chorionic


gonadotropin, alfa fetoprotein dan laktat dehidrogenase. Diagnosis pasti ditentukan
dari pemeriksaan histologi dan biopsi.

Tatalaksana

Seminoma cukup sensitif terhadap penyinaran dan kemoterapi.Jika penderita


stadium I, IIA, IIB setelah orkidektomi diradiasi pada regio paraaorta dan regio
panggul ipsilateral.Jika penganan bedah sempurna serta kemoterapi dan
penyinaran dilakukan lengkap maka prognosisnya baik.Pada tumor non seminoma
stadium I tidak dibutuhkan terapi tambahan setelah pembedahan.IIA
diobservasi saja dan diberikan kemoterapi 2 kali. Pada stadium IIC dan III 
diberikan kemoterapi, jika masih terdapat sisa jaringan di regio retroperitoneal
dilakukan laparotomi eksplorasi

2) NEOPLASMA UROGENITAL WANITA


a) Kanker Serviks

b) Kanker Endometrium

Kanker endometrium merupakan salah satu kanker ginekologi dengan angka kejadian tertinggi,
terutama di negara-negara maju.Selama tahun 2005, diperkirakan di Amerika terdapat sekitar
40.880 kasus baru dengan sekitar 7.100 kematian terjadi karena kanker endometrium. Kanker
endometrium paling sering terdiagnosis pada usia pasca menopause, dimana 75% kasus terjadi
pada wanita usia pasca menopause. Meskipun demikian sekitar 20% kasus terdiagnosis pada saat
premenopause.Kanker endometrium uterus telah mengalami peningkatan angka kejadian di
Indonesia, sebagian Karena penderita hidup lebih lama dan pelaporan lebih akurat. Sekitar
32.000 kasus di perkirakan akan terjadi setiap tahunnya dengan 5900 kematian. Sepertiga wanita
dengan perdarahan pascamenopause mempunyai kanker uterus.Usia rata-rata adalah 61, dan
kebanyakan pasien setidaknya berusia 55 tahun.

Secara epidemiologi terdapat beberapa faktor risiko yang berkaitan dengan kanker endometrium
yaitu hormon replacement theraphy, terapi Tamoxifen, obesitas, wanita pasca menopause,
nulipara atau dengan paritas rendah, dan keadaan anovulasi.Hal-hal tersebut berkaitan dengan
keadaan upopposed estrogen yang meningkatkan risiko terjadinya kanker endometrium. Faktor-
faktor yang mempengaruhi pemaparan terhadap estrogen atau meningkatkan kadar progesteron,
seperti penggunaann kontrasepsi oral dan merokok, merupakan faktor yang bersifat protektif.
Kanker endometrium stadium awal memiliki prognosis yang cukup baik. Kanker endometrium
terdiagnosis saat masih terlokalisir memiliki survival rate lima tahunnya mencapai 96%, dan
menurun sampai ke 44% pada stadium lanjut. Dengan pengetahuan yang baik tentang perdarahan
pervaginam pasca menopause di dunia Barat, sebagian besar kasus ini, sekitar 77% terdiagnosis
pada stadium dini. Teknik skrining yang dapat digunakan adalah skrining non-invasif, seperti
USG dan teknik invasif seperti pemeriksaan D&C dan biopsi endometrium yang merupakan
tehnik yang digunakan untuk mengevaluasi jaringan endometrium dan menjadi bakuan dalam
menilai status endometrium. Biopsi endometrium mempunyai sensitifitas yang baik dengan
negatif palsu yang rendah dan sebagian besar disebabkan karena kesalahan dalam
pengambilan.Namun demikian penentuan stadium karsinoma endometrium yang akurat adalah
melalui prosedur pembedahan.Oleh karena itu, penanganan Ca endometrium sangat memerlukan
tindakan khusus dari perawat untuk mencegah memburuknya kondisi kesehatan.

Tanda dan gejala kanker endometrium

Gejala yang biasa dirasakan seperti nyeri, sedangkan tanda bisa dideteksi oleh orang lain serta,
misalnya ruam kulit.
Kanker endometrium, juga dikenal sebagai kanker rahim atau kanker serviks, adalah jenis kanker
yang dimulai di uterus (rahim), khususnya di lapisan sel yang membentuk lapisan rahim, yang
disebut endometrium.Kanker endometrium juga bisa disebut kanker rahim atau kanker serviks.

Hampir semua kanker rahim adalah kanker endometrium. Namun, ada jenis lain lebih jarang
disebut sarkoma uterus, di mana keganasan dimulai pada otot sekitar rahim. Kanker
endometrium dan sarkoma uterus biasanya diperlakukan berbeda.Kebanyakan pasien yang baru
didiagnosis lebih dari 55 tahun.

Berikut merupakan tanda-tanda dan gejala kanker endometrium:

1. Pendarahan vagina antara periode menstruasi

2. Periode menstruasi lebih berat dari biasanya normal

3. Pendarahan vagina pada wanita pasca-menopause

4. Nyeri di daerah panggul (kurang umum)

5. Nyeri selama hubungan seksual (kurang umum)

6. Keputihan abnormal, biasanya berair atau diwarnai dengan darah.

Gejala-gejala berikut yang mungkin pada tahap yang lebih parah:

1. Mual

2. Nyeri di daerah panggul

3. Kelelahan (kelelahan)

4. Nyeri pada kaki dan punggung

Beberapa wanita juga mengalami rasa sakit saat buang air kecil, sementara yang lain mengalami
kesulitan dalam mengosongkan kandung kemih mereka.
Tanda-tanda dan gejala bisa disebabkan oleh kanker endometrium, atau beberapa masalah
kesehatan lainnya.Perdarahan vagina pasca-menopause tidak berarti itu adalah
kanker.Perdarahan yang tidak teratur bisa disebabkan oleh fibroid, endometriosis, hiperplasia
endometrium atau polip pada lapisan rahim.

Hanya 1 dari 10 kasus perdarahan vagina yang tidak biasa setelah menopause disebabkan oleh
kanker rahim, jadi tidak mungkin setiap gejala yang bisa muncul akan disebabkan oleh kondisi
ini.

Faktor risiko yang terkait dengan kanker endometrium

Faktor risiko adalah sesuatu yang meningkatkan kemungkinan bahwa sesuatu akan terjadi,
seperti penyakit. Misalnya, merokok meningkatkan risiko mengembangkan kanker paru-
paru.Oleh karena merokok merupakan faktor risiko untuk kanker paru-paru.

Faktor risiko untuk kanker endometrium:

– Endometrium hyperplasia

Pertumbuhan berlebih normal endometrium.Lapisan rahim menjadi tidak normal tebal.

– Polikistik Sindrom ovarium (PCOS)

Wanita dengan PCOS memiliki tingkat estrogen yang lebih tinggi, yang meningkatkan risiko
kanker endometrium.

– Kanker lain

Wanita yang memiliki atau telah memiliki kanker ovarium atau payudara berada pada risiko
lebih tinggi terkena kanker endometrium.

– Obesitas
Peneliti menemukan bahwa wanita yang mengalami kenaikan berat badan saat dewasa memiliki
risiko lebih tinggi terkena kanker endometrium dibandingkan dengan mereka yang
mempertahankan berat badan yang stabil.

– Awal menstruasi

Seorang wanita yang memiliki periode menstruasi pertama sebelum dua belas tahun.

– Menopause terlambat

Wanita yang mengalami menopause setelah usia 55 tahun.

– Umur

Wanita di atas usia 55 memiliki risiko lebih tinggi terkena penyakit daripada wanita yang lebih
muda.

– Terapi radiasi

Wanita yang telah menerima terapi radiasi ke panggul.

– Terapi penggantian hormon (HRT)

Estrogen HRT hanya boleh diberikan kepada wanita yang telah menjalani histerektomi (memiliki
rahim mereka pembedahan). Kombinasi HRT, di mana estrogen dan progesteron yang
digunakan, tidak terkait dengan risiko yang lebih tinggi terkena kanker endometrium.

– Tamoxifen

Obat yang diberikan kepada perempuan untuk mencegah atau mengobati kanker
payudara.Wanita yang mengambil Tamoxifen berada pada risiko yang lebih tinggi terkena
kanker rahim.Namun, dokter mengatakan manfaat yang diberikan oleh Tamoxifen dalam
melindungi dari kanker payudara lebih besar daripada risiko kanker endometrium.

– Pernah hamil
Ketika seorang wanita memiliki bayi terakhirnya bisa berdampak pada risiko kanker
endometrium. Para peneliti menemukan bahwa wanita yang terakhir melahirkan pada usia 40 +
adalah 44% lebih kecil kemungkinannya untuk mengembangkan penyakit ini dibandingkan
dengan wanita yang terakhir melahirkan di bawah usia 25.

– Paparan sinar matahari yang rendah

Sebuah penelitian menemukan hubungan yang jelas antara kekurangan paparan sinar matahari
dan risiko kanker endometrium.Secara khusus, paparan rendah ultraviolet B.

– Diabetes

Diabetes menyebabkan peningkatan kadar insulin tubuh, yang pada akhirnya meningkatkan
kadar estrogen. Tingkat jangka panjang estrogen tinggi meningkatkan kemungkinan terkena
kanker rahim.

– Acrylamide

Para ilmuwan menemukan bahwa akrilamida terkait dengan risiko yang lebih tinggi terkena
kanker endometrium dan ovarium pada wanita pasca-menopause.Acrylamide adalah senyawa
karsinogenik yang ditemukan di dimasak, terutama dibakar, makanan kaya karbohidrat.

– Riwayat keluarga kanker rahim

Seorang wanita yang ibunya, saudara perempuan atau anak memiliki / memiliki rahim kanker
berada pada risiko yang lebih tinggi dirinya terserang penyakit itu.Wanita yang memiliki
sindrom Lynch, bentuk warisan kanker kolorektal juga beresiko tinggi.

Diagnosa kanker endometrium

Dokter akan bertanya tentang gejala, riwayat kesehatan pasien, dan apakah ada sejarah kanker
endometrium dalam keluarga.

– Pemeriksaan panggul
Setelah hati-hati memeriksa vulva (bagian luar alat kelamin wanita), dokter akan memasukkan
dua jari dari satu tangan ke dalam vagina sambil menekan ke perut dengan tangan yang lain
untuk merasakan uterus dan ovarium. Sebuah spekulum – sebuah perangkat yang membuka
vagina – dimasukkan sehingga dokter bisa melihat dengan seksama pada vagina dan leher rahim.
Dokter akan melihat keluar untuk setiap benjolan atau perubahan bentuk atau ukuran.

– Transvaginal USG (TVU) scan

Bisa menentukan tekstur dan ketebalan endometrium.Hal ini memungkinkan dokter untuk
menyingkirkan kondisi lainnya.Sebuah transduser, perangkat tongkat-seperti, yang dimasukkan
ke dalam vagina. Gelombang suara membuat gambar video dari rahim pada monitor.

– Tes darah

Beberapa penanda tumor bisa dideteksi dalam tes darah, yang bisa membantu dokter dalam
diagnosis mereka.Namun, tes ini tidak terlalu diandalkan, kata National Health Service.Hal ini
dimungkinkan untuk memiliki kanker rahim dan tidak memiliki penanda tumor muncul dalam
tes darah.

– Biopsi

Biopsi adalah pengangkatan contoh jaringan atau sel-sel sehingga ahli patologi bisa memeriksa
mereka, biasanya di bawah mikroskop untuk kehadiran sel-sel kanker.Biopsi biasanya dianjurkan
jika TVU terdeteksi perubahan ketebalan endometrium. Ada beberapa cara biopsi bisa dilakukan:

* Histeroskopi: dokter menggunakan hysteroscope, jenis tipis teleskop yang dimasukkan melalui
vagina dan ke dalam rahim. Dengan histeroskopi dokter bisa melihat lapisan rahim dan
mengambil sampel jaringan.

* Biopsi aspirasi: tabung fleksibel kecil (kanula) dimasukkan ke dalam rahim dan melekat
melalui pipa untuk pompa. Pompa menciptakan vakum, sehingga menyedot sampel sel dari
lapisan rahim.
Menurut National Cancer Institute, dalam sebagian besar kasus rahim akan dihilangkan. Ahli
patologi memeriksa untuk melihat seberapa dalam tumor telah tumbuh dan apakah sampel
jaringan lainnya dari rahim memiliki sel kanker.

Kanker endometrium memiliki lima tahap:

– Tahap 0

Disebut oleh dokter sebagai karsinoma in situ, yaitu sel-sel kanker tetap berada di tempat di
mana mereka pertama kali terbentuk, pada permukaan lapisan dalam rahim.

– Tahap I

Kanker sudah menyebar melalui lapisan dalam rahim endometrium.Ada kemungkinan


miometrium mungkin telah menyerang juga.

– Tahap II

Tumor sudah menyebar ke leher rahim.

– Tahap III

Tumor sudah menyebar melalui rahim jaringan di dekatnya, termasuk vagina atau kelenjar getah
bening.

– Tahap IV

Kanker sudah menyebar ke kandung kemih atau usus, dan mungkin ke bagian lain dari tubuh,
seperti tulang, hati, atau paru-paru.

Pengobatan untuk kanker endometrium

Pilihan pengobatan tergantung pada beberapa faktor, termasuk usia pasien dan kesehatan umum,
kelas tumor, apakah itu telah menyerang lapisan otot rahim, menyebar ke jaringan di luar rahim,
atau mencapai bagian lain dari tubuh.
Untuk pasien dengan kanker rahim pilihan pengobatan saat ini termasuk operasi, terapi radiasi,
kemoterapi, dan terapi hormon.

– Operasi

Kebanyakan dokter akan merekomendasikan bahwa wanita dengan kanker endometrium untuk
melakukan pembedahan (histerektomi). Saluran tuba dan ovarium biasanya akan dihilangkan
juga (salpingo-ooforektomi).

Menurut pendapat seorang ahli, bahwa wanita berusia 45 tahun atau lebih muda dengan kanker
endometrium dengan aman bisa menjaga indung telur mereka dan menghindari menopause dini.

Selama prosedur bedah, ahli bedah akan melihat hati-hati di sekitar rahim untuk tanda-tanda
kanker. Kelenjar getah bening juga bisa dihapus dan dikirim ke laboratorium untuk
pengujian.Menghapus kelenjar getah bening membantu dalam pementasan kanker.

– Terapi radiasi

Terapi radiasi (UK: radioterapi) bekerja dengan cara merusak DNA sel kanker, sehingga
menghancurkan kemampuan mereka untuk berkembang biak. Terapi radiasi juga membunuh sel-
sel kanker.Jenis terapi menggunakan sinar energi yang kuat, seperti sinar-x.

Dua jenis terapi radiasi yang digunakan dalam pengobatan kanker endometrium:

* Terapi radiasi eksternal

Pasien berbaring di atas meja dan mesin besar akan mengarahkan radiasi pada pelvis dan daerah
lainnya dengan kanker. Pengobatan bisa terjadi selama beberapa minggu, sampai dengan 5 sesi
setiap minggu.Sesi berlangsung beberapa menit.

* Brachytherapy (terapi radiasi internal)

Perangkat kecil yang penuh dengan radiasi, seperti kabel, silinder atau biji kecil ditempatkan di
dalam vagina selama beberapa menit, setelah itu pasien pulang.Terapi diulang dua kali atau lebih
selama beberapa minggu.Radiasi hilang dari tubuh pasien segera setelah perangkat dihapus.
Neo-ajuvan radioterapi (sebelum operasi) – dokter mungkin merekomendasikan radiasi untuk
mengecilkan tumor, sehingga lebih mudah untuk menghapus.

Radioterapi adjuvant (setelah operasi) – tujuannya adalah untuk menghilangkan sel-sel kanker
yang mungkin tetap.

Untuk beberapa pasien yang mungkin tidak cukup sehat untuk operasi, terapi radiasi hanya
merupakan pilihan.

Pada kanker endometrium lebih maju, terapi radiasi bisa digunakan untuk meringankan gejala
nyeri.

Efek samping: kulit di daerah yang dirawat bisa menjadi sakit dan merah, mungkin ada rambut
rontok. Usus mungkin akan terpengaruh, menyebabkan penyakit dan diare. Selama terapi radiasi
pasien mungkin merasa semakin lelah. Ketika pengobatan selesai efek samping biasanya akan
hilang. Sekitar 5% dari pasien melanjutkan dengan efek pengobatan jangka panjang, termasuk
perdarahan rektum dan diare.

– Kemoterapi

Kemoterapi melibatkan penggunaan obat untuk menghancurkan sel-sel kanker.

Dalam pengobatan kanker secara keseluruhan, kemoterapi bisa digunakan untuk tujuan berikut:

* Total remisi

Untuk menyembuhkan pasien.Dalam beberapa kasus kemoterapi bisa mencapai hal ini.

* Terapi kombinasi

Bersama terapi radiasi atau operasi.Sebagai contoh, jika tumor tidak bisa sepenuhnya dihapus
selama operasi.Dalam lebih kemoterapi kanker stadium lanjut bisa digunakan dalam kombinasi
dengan terapi radiasi.

* Mencegah/delay kekambuhan
Bila digunakan untuk mencegah kekambuhan kanker digunakan setelah operasi untuk
mengangkat tumor.

* Memperlambat perkembangan kanker

Untuk pasien dengan kanker stadium lanjut.

* Gejala bantuan

Untuk kanker lebih berat.

Kemoterapi digunakan untuk kanker endometrium biasanya diberikan secara intravena dan
dalam siklus.Setiap siklus pengobatan diikuti dengan periode istirahat.

Efek samping kemoterapi, sementara membunuh sel kanker yang berkembang pesat, juga
merugikan beberapa sel sehat yang membelah dengan cepat. Efek samping yang berikut ini
mungkin bisa terjadi:

* Tingkat lebih rendah dari sel-sel darah yang sehat – yang mengakibatkan memar lebih mudah
dan pendarahan, serta kelelahan. Pasien yang memiliki gejala-gejala ini harus segera
memberitahu tim medis. Dosis mungkin harus diubah, atau pengobatan dihentikan untuk
sementara waktu.Ada obat yang membantu tubuh membuat sel-sel darah baru.

* Rambut rontok – sel di akar rambut yang terkena, sehingga kemungkinan rambut rontok.
Setelah pengobatan selesai rambut tumbuh kembali, tapi teksturnya mungkin permanen berbeda.

* Masalah pencernaan – termasuk mual, muntah, diare dan nafsu makan berkurang. Beberapa
pasien juga melaporkan bibir dan mulut luka.Masalah-masalah ini biasanya hilang setelah
pengobatan selesai.

Beberapa pasien mungkin mengalami kaki bengkak dan kaki, nyeri sendi, masalah
keseimbangan, pendengaran kesulitan, mati rasa dan kesemutan di tangan dan kaki, dan ruam
kulit.

– Terapi Hormon
Terapi hormon adalah penggunaan hormon dalam perawatan medis.Terapi hormon bisa
direkomendasikan untuk pasien dengan kanker endometrium parah yang telah menyebar.

Beberapa wanita pada tahap awal kanker yang ingin hamil bisa memilih untuk terapi hormon
daripada operasi.

Ada dua jenis utama terapi hormon bagi penderita kanker endometrium:

* Tablet progesterone

Progestin bisa membantu mengecilkan tumor symtpoms dan kontrol.

* Terapi hormon untuk mengurangi kadar estrogen

Sel kanker endometrium perlu estrogen untuk berkembang. Obat terapi hormon untuk membantu
mengurangi kadar estrogen dalam tubuh atau membuat lebih sulit bagi estrogen yang akan
digunakan membuat lebih sulit bagi sel-sel kanker untuk bertahan hidup.

Efek samping: termasuk berat badan, kram otot ringan, dan mual ringan.

Komplikasi kanker endometrium

Jika kanker endometrium tidak terdeteksi awal atau tidak diobati bisa bermetastasis – menyebar
ke bagian lain dari tubuh, paling sering ke paru-paru.

Pencegahan kanker endometrium

– Diet, olahraga dan kopi

Sebuah penelitian yang dilakukan oleh American Cancer Society menemukan bahwa risiko
kanker endometrium bisa dikurangi dengan latihan fisik, mengikuti diet sehat dan seimbang, dan
minum kopi.

Para peneliti mengatakan bahwa melakukan 30 menit latihan setiap hari dan menjaga berat badan
yang sehat bisa mengurangi risiko terkena kanker endometrium hampir 60%. Menurut co-
peneliti, minum kopi secara teratur terkait dengan diperkirakan penurunan 7% dalam risiko
untuk setiap cangkir kopi yang dikonsumsi, berdasarkan delapan studi. Ini berlaku untuk kedua
kopi berkafein dan tanpa kafein. Dalam studi lain, tim juga menemukan bahwa kopi melindungi
dari kanker endometrium.

– Olahraga

Wanita yang berolahraga setidaknya 150 menit seminggu memiliki penurunan risiko kanker
endometrium.

– Kontrasepsi

Penggunaan jangka panjang dari pil kontrasepsi kombinasi telah dikaitkan dengan risiko lebih
rendah terkena kanker endometrium, karena memiliki implan kontrasepsi IUD dan (alat
kontrasepsi).

c) Kanker Ovarium

d) Kanker Vagina dan Vulva

Merupakan kanker yang jarang ditemui, 1-3% dari kanker ginekologik.Insidensi kanker ini
1 kasus di antara 100.000 perempuan.Bila ditemukan kanker ini, biasanya pada sepertiga
proksimal vagina, dan jenisnya karsinoma epitel. Kejadian kanker vagina pada usia 35 tahun dan
lebih 50% terjadi pada usia antara 70 dan 90 tahun.

Faktor Risiko

Infeksi virus papilloma humanis (hPV), radiasi, usia lanjut, dan juga adenokarsinoma
vagina terjadi akibat pemberian dietilstibestrol pada saat kehidupan inutero.
Gejala, Tanda, dan Diagnosis

Pada stadium awal, biasanya tanpa keluhan. Pada stadium lanjut akan timbul keluhan
perdarahan, massa tumor, keputihan yang berbau, dan nyeri daerah panggul. Dilakukan
anamnesis terhadap keluhan yang dideritanya kemudian dilanjutkan pemeriksaan fisik lengkap,
pemeriksaan foto paru untuk menyingkirkan metastasis jauh, sistoskopi dan proktoskopi untuk
menyingkirkan metastasis kandung kemih atau rektum.

Pemeriksaan pielografi intravena dan CT Scan diperlukan untuk mengetahui perluasan


penyakit ke organ retroperitoneum dan intraabdominal.

Diagnosis dipastikan dengan biopsi atau biopsi dengan bantuan kolposkopi atau reseksi
mukosa vagina.

Stadium Klinis

Stadium klinis berdasarkan FIGO (Federation of Gynecology and Obstetrics) sebagai


berikut.

Stadium 0 : Karsinoma insitu, karsinoma intraepitel.

Stadium I : Karsinoma terbatas pada dinding vagina

Stadium II : Karsinoma telah menyebar ke jaringan submukosa tapi belum meluas ke


dinding panggul.

Stadium IIA : Tumor menginfiltrasi ke submukosa tetapi tidak ke parametrium.

Stadium IIB : Tumor telah menginfiltrasi ke parametrium, tetapi belum sampai ke dinding
panggul.

Stadium III : Karsinoma telah meluas ke dinding panggul.

Stadium IV : Karsinoma telah keluar dari panggul kecil atau telah menginfiltrasi ke mukosa
kandung kemih atau rektum.
Stadium IVA : Tumor telah menginfiltrasi ke mukosa kandung kemih dan/atau rektum
dan/atau ke luar panggul kecil.

Stadium IVB : Menyebar dan bermetastasis jauh.

Histopatologi

Kira-kira 85% berjenis karsinoma sel skuamosa, adenokarsinoma 6%, melanoma 3%.

Tatalaksana

1. Karsinoma Insitu (Stasium 0)


Diberikan radiasi intrakaviter bagi pasien yang tidak mampu melalukan pembedahan.
Pembedahan vaginektomi partialis atau total merupakan pilihan pengobatan bila
dicurigai berinvasi dan usia lebih dari 45 tahun. Pasien dengan risiko rendah terhadap
invasi (di bawah 45 tahun), dapat dilakukan terapi ablasi.
2. Stadium I sampai Stadium IV
Bila tumor berada di sepertiga proksimal vagina, tindakan pembedahan yaitu
histerektomi radikal dan limfadenektomi dan vaginektomi partialis/komplit.Pada pasien
stadium IV dapat dilakukan pembedahan eksenterasi.

Prognosis

Faktor utama dalam prognosis adalah stadium penyakit.Faktor lainnya yaitu histopatologi.

Stadium Kesintasan hidup 5 tahun (%)


I 77
II 45
III 31
IV 18

Tatalaksana Lanjutan
Pemeriksaan setelah pengobatan dilakukan setiap 3 bulan untuk 2 tahun pertama, dan
selanjutnya tiap 6 bulan pada 3 tahun berikutnya, dan setelah 5 tahun dilakukan 1 tahun sekali.
Pemeriksaan ditujukan pada KGB, vagina, vulva, dan keluhan lain. Tidak ada pemeriksaan
penanda tumor yang spesifik, dan pemeriksaan radiologic dilakukan kalau ada keluhan khusus.

Kanker Vulva

Kanker vulva jarang ditemui dan merupakan 4% dari kanker ginekologik.Insidensi kanker
vulva menetap.

Faktor Risiko

Rata-rata didapatkan pada usia antara 65 sampai 75 tahun. Etiologi kanker vulva adalah
virus hPV.Lebih banyak dijumpai pada perokok, kanker serviks, penyakit supresi imun, atau
iritasi kronik.
Gejala, Tanda, dan Diagnosis

Keluhan umum yaitu pruritus, timbul benjolan di vulva, rasa nyeri, perdarahan, disuria,
keputihan, ada ulkus.Pertumbuhan kanker vulva lambat dan metastasisnya juga lambat.

Diagnosis dipastikan dengan biopsi pada lesi yang mencurigakan. Pemeriksaan fisik
dengan perhatian pada daerah vagina, uretra, anus, dan melakukan pengukuran yang teliti
pada massa tumor di vulva dan lesi di KGB inguinal.

Pemeriksaan foto paru dan CT Scan pelvis untuk penyakit stadium lanjut diperlukan untuk
melihat metastasis jauh dan ke KGB regional.

Stadium Klinis

Stadium berdasarkan FIGO.

Stadium 0 : Karsinoma insitu.

Stadium I : Tumor terbatas pada vulva atau vulva dan perineum dengan diameter tidak
lebih dari 2 cm.

Stadium IA : Tumor terbatas pada vulva atau vulva dan perineum dengan diameter 2 cm
atau kurang dan dengan invasi stroma tidak lebih dari 1 mm.

Stadium IB : Tumor terbatas pada vulva atau vulva dan perineum, dengan diameter 2 cm
atau kurang dan dengan invasi stroma lebih dari 1 mm.

Stadium II : Tumor terbatas pada vulva atau vulva dan perineum dengan diameter tumor
terbesar lebih dari 2 cm.

Stadium III : Tumor menginfiltrasi salah satu dari, uretra bagian bawah, vagina, anus,
dan/atau metastasis KGB regional unilateral.

Stadium IVA : Tumor menginfiltrasi salah satu dari mukosa kandung kemih, mukosa rektum,
mukosa uretra bagian atas, atau telah sampai ke tulang pinggul dan/atau metastasis ke KGB
regional bilateral.
Stadium IVB : Metastasis di organ tubuh jauh termasuk KGB pelvis.

Histopatologi

Yang tersering gambaran histopatologinya adalah karsinoma sel skuamosa (86%).


Melanoma malignum nomor dua terbanyak (4,8%), dan lainnya adenokarsinoma yang
bersamaan dengan penyakit Paget dari vulva, karsinoma verukosa, karsinoma kelejar Bartholin,
karsinoma sel basal dan sarkoma. Sebagian tumor berasal dari tumor metastasis kanker serviks,
endometrium, ovarium, kandung kemih, uretra, vagina.

Tatalaksana

Sebelum terapi diberikan, perlu dilakukan kolposkopi vulva, serviks, vagina untuk
menyingkirkan keberadaan yang bersamaan lesi prakanker dan lesi invasif.Pengobatan kanker
vulva adalah pembedahan dan radioterapi pascabedah bila termasuk prognosis buruk. Bila
massa tumor besar untuk pembedahan dan batas sayatan bebas tumor, maka perlu diberikan
kemoradiasi prabedah dan dilanjutkan dengan pembedahan untuk mengangkat residu tumor.

Prognosis

Ditentukan dengan ukuran tumor, jumlah KGB yang positif, histopatologi, stadium klinik, invasi
ke KGB dan vaskuler.

Stadium Kesintasan hidup 5 tahun (%)


I 71
II 61
III 44
IV 8

3) BENIGN PROSTATE HYPERPLASIA (BPH)


BPH adalah pembesaran yang terjadi pada kelenjar prostat yang dapat menyebabkan prostat membesar,
jika dilihat secara patologi anatomi, pembesaran ini menganggu baik kalenjar itu sendiri dan boleh
berpoliferasi dan membesar ke bagian bersebelahan.

Etiologi dan Patogenesis


Menurut Alam tahun 2004 penyebab pembesaran kelenjar prostat belum diketahui secara pasti,
tetapi hingga saat ini dianggap berhubungan dengan proses penuaan yang mengakibatkan penurunan
kadar hormon pria, terutama testosteron. Para ahli berpendapat bahwa dihidrotestosteron yang
mamacu pertumbuhan prostat seperti yang terjadi pada masa pubertas adalah penyebab terjadinya
pembesaran kelenjar prostat. Hal lain yang dikaitkan dengan gangguan ini adalah stres kronis, pola
makan tinggi lemak, tidak aktif olahraga dan seksual.
Selain itu testis menghasilkan beberapa hormon seks pria, yang secara keseluruhan dinamakan
androgen.Hormon tersebut mencakup testosteron, dihidrotestosteron, dan
androstenesdion.Testosteron sebagian besar dikonversikan oleh enzim 5-alfa- reduktase menjadi
dihidrotestosteron yang lebih aktif secara fisiologis di jaringan sasaran sebagai pengatur fungsi ereksi.
Tugas lain dari testosteron adalah pemicu libido, pertumbuhan otot dan mengatur doposit kalsium di
tulang. Penurunan kadar testosteron telah diketahui sebagai penyebab dari 11 penurunan libida, massa
otot, melemahnya otot pada organ seksual dan kesulitan ereksi. Selain itu kadar testosteron yang
rendah juga dapat menyebabkan masalah lain yang tidak segera terlihat, yaitu pembesaran kelenjar
prostat.
Dalam keadaan stres, tubuh memproduksi lebih banyak steroid stres (karsitol) yang dapat
menggeser produksi DHEA (dehidroepianandrosteron). DHEA berfungsi mempertahankan kadar hormon
seks yang normal, termasuk testosteron. Stres kronis menyebabkan penuaan dini dan penurunan fungsi
testis pria.Kolesterol tinggi juga dapat mengganggu keseimbangan hormonal dan menyebabkan
terjadinya pembesaran prostat.
Faktor lain adalah nikotin dan konitin ( produk pemecahan nikotin) yang meningkatkan aktifitas
enzim perusak androgen, sehingga menyebabkan penurunan kadar testosteron. Begitu pula toksin
lingkungan (zat kimia yang banyak digunakan sebagai pestisida, deterjen atau limbah pabrik) dapat
merusak fungsi reproduksi pria.

Patofisiologi
pembesaran prostat menyebabkan penyempitan lumen uretra prostatika dan menghambat
aliran urine. Keadaan ini menyebabkan peningkatan tekanan intravesikal.Untuk mengeluarkan urine,
buli-buli harus berkontraksi lebih kuat guna melawan tahanan itu.Kontraksi yang terus menerus ini
menyebabkan perubahan 12 anatomik buli-buli berupa hipertrofi otot detrusor, trabekulasi,
terbentuknya selula, sakula, dan divertikel buli-buli.
Perubahan struktur pada bulu-buli tersebut, oleh pasien disarankan sebagai keluhkan pada
saluran kemih sebelah bawah atau lower urinary tract symptom (LUTS) yang dahulu dikenal dengan
gejala prostatismus.Tekanan intravesikal yang tinggi diteruskan ke seluruh bagian bulibuli tidak
terkecuali pada kedua muara ureter.Tekanan pada kedua muara ureter ini dapat menimbulkan aliran
balik urine dari buli-buli ke ureter atau terjadi refluks vesiko ureter. Keadaan keadaan ini jIka
berlangsung terus akan mengakibatkan hidroureter, hidronefrosis, bahkan akhirnya dapat jatuh ke
dalam gagal ginjal.
Obstruksi yang diakibatkan oleh hiperplasia prostat benigna tidak hanya disebabkan oleh
adanya massa prostat yang menyumbat uretra posterior, tetapi juga disebabkan oleh tonus otot polos
yang pada stroma prostat, kapsul prostat, dan otot polos pada leher buli-buli. Otot polos itu dipersarafi
oleh serabut simpatis yang berasal dari nervus pudendus.
Menurut Mansjoer tahun 2000 pembesaran prostat terjadi secara perlahan-lahan sehingga
perubahan pada saluran kemih juga terjadi secara perlahan-lahan.Pada tahap awal setelah terjadi
pembesaran prostat, resistensi pada leher buli-buli dan daerah prostat meningkat, serta otot detrusor
menebal dan merenggang sehingga timbul sakulasi atau divertikel.Fase penebalan detrusor ini disebut
fase kompensasi.Apabila keadaan berlanjut, maka detrusor menjadi lelah dan akhirnya mengalami 13
dekompensasi dan tidak mampu lagi untuk berkontraksi sehingga terjadi retensio urin yang selanjutnya
dapat menyebabkan hidronefrosis dan disfungsi saluran kemih atas.

Manifestasi Klinis
1. Keluhan pada saluran kemih bagian bawah :
a) Obstruksi :
1) Hesistensi (harus menggunakan waktu lama bila mau miksi)
2) Pancaran waktu miksi lemah
3) Intermitten (miksi terputus)
4) Miksi tidak puas
5) Distensi abdomen
6) Volume urine menurun dan harus mengejan saat berkemih.
b) Iritasi : frekuensi sering, nokturia, disuria.
2. Gejala pada saluran kemih bagian atas Nyeri pinggang, demam (infeksi), hidronefrosis
3. Gejala di luar saluran kemih : Keluhan pada penyakit hernia/hemoroid sering mengikuti
penyakit hipertropi prostat. Timbulnya kedua penyakit ini karena sering mengejan pada saat
miksi sehingga mengakibatkan peningkatan tekanan intra abdominal.
Adapun gejala dan tanda yang tampak pada pasien dengan Benigna Prostat Hipertroplasi:
a. Sering buang air kecil dan tidak sanggup menahan buang iar kecil, sulit mengeluarkan atau
menghentikan urin. Mungkin juga urin yang keluar hanya merupakan tetesan belaka.
b. Sering terbangun waktu tidur di malam hari, karena keinginan buang air kecil yang
berulang-ulang.
c. Pancaran atau lajunya urin lemah
d. Kandung kemih terasa penuh dan ingin buang iar kecil lagi
e. Pada beberapa kasus, timbul rasa nyeri berat pada perut akibat tertahannya urin atau
menahan buang air kecil

Penatalaksanaan
1. Modalitas terapi BPH adalah :
a. Observasi yaitu pengawasan berkala pada klien setiap 3-6 bulan kemudian setiap tahun
tergantung keadaan klien.
b. Medikamentosa : terapi ini diindikasikan pada BPH dengan Keluhan ringan, sedang,
sedang dan berat tanpa disertai penyulit. Obat yang digunakan berasal dari phitoterapi
(misalnya : Hipoxis rosperi, serenoa repens, dll), gelombang alfa blocker dan golongan
supresor androgen.
Indikasi pembedahan pada BPH adalah :
a. Klien yang mengalami retensi urin akut atau pernah retensi urin akut (100 ml).
b. Klien dengan residual urin yaitu urine masih tersisa di kandung kemih setelah klien buang air
kecil > 100 Ml.
c. Klien dengan penyulit yaitu klien dengan gangguan sistem perkemihan seperti retensi urine
atau oliguria.
d. Terapi medikamentosa tidak berhasil.
e. Flowcytometri menunjukkan pola obstruktif.

Pembedahan dapat dilakukan dengan :


1) TURP (Trans Uretral Reseksi Prostat).
a. Jaringan abnormal diangkat melalui rektroskop yang dimasukan melalui uretra.
b. Tidak dibutuhkan balutan setelah operasi.
c. Dibutuhkan kateter foley setelah operasi.
2) Prostatektomi Suprapubis
a. Penyayatan perut bagian bawah dibuat melalui leher kandung kemih.
b. Diperlukan perban luka, drainase, kateter foley, dan kateter suprapubis setelah operasi.
3) Prostatektomi Neuropubis
a. Penyayatan dibuat pada perut bagian bawah.
b. Tidak ada penyayatan pada kandung kemih.
c. Diperlukan balutan luka, kateter foley, dan drainase.
4) Prostatektomi Perineal
a. Penyayatan dilakukan diantara skrotum dan anus.
b. Digunakan jika diperlukan prostatektomi radikal.
c. Vasektomi biasanya dikakukan sebagai pencegahan epididimistis.
d. Persiapan buang hajat diperlukan sebelum operasi (pembersihan perut, enema, diet rendah
sisa dan antibiotik).
e. Setelah operasi balutan perineal dan pengeringan luka (drainase) diletakan pada tempatnya
kemudian dibutuhkan rendam duduk.

Anda mungkin juga menyukai