Oleh:
MUHAMMAD SYAIFULLOH MAHDZUR
NIM. 190070300011049
1. DEFINISI
CVA merupakan suatu penyakit yang mengacu pada setiap gangguan neurologi
mendadak yang diakibatkan oleh tersumbatnya aliran darah ke otak atau pecahnya
pembuluh darah di otak, sehingga suplai darah ke otak berkurang dan mengakibatkan
seseorang menderita kelumpuhan atau kematian (Bahrudin, 2012).
CVA Intracerebral Haemorrhage (ICH) adalah perdarahan yang terjadi di dalam jaringan otak
yang diakibatkan oleh pecahnya pembuluh darah (intraparenkimal) di otak (Nishijima et al., 2012).
Perdarahan intraserebral menyebabkan 10-15% kasus serangan stroke pertama kalinya, dengan angka
kematian selama 30 hari dari 35% menjadi 52% dimana setengahdari angka kematian tersebut terjadi
dalam 2 hari pertama. Dalam suatu penelitian pada1041 kasus ICH didapatkan 50% pada lokasi yang
dalam, 35% lobar, 10% cerebelar,dan 6% pada otak (Broederick et al., 2007).
a. Stroke(CVA) Iskemik
Stroke iskemik adalah tersumbatnya pembuluh darah yang menyebabkan aliran darah
ke otak sebagian atau keseluruhan menjadi terhenti. 85% stroke iskemik disebabkan
oleh sumbatan akibat bekuan darah, penyempitan pembuluh darah arteri otak, dan
embolus (kotoran) yang terlepas dari jantung atau pembuluh darah arteri ekstrakranii
yang menyebabkan sumbatan di satu atau beberapa pembuluh darah arteri intrakranii
(Muttaqin, 2008).
1) Subarachnoid Hemorrhage
Perdarahan ini berasal dari pecahnya aneurisma berry atau AVM(Arteriovenous
Malformations) (Morgenstern et al., 2010).Pecahnya arteri tersebut menyebabkan
keluarnya darah ke ruang subarachnoiddan menyebabkan TIK (Tekanan Intra
Kranial) meningkat secara mendadak dan vasospasme pembuluh darah serebral
yang berakibat disfungsi otak global (nyeri kepala, penurunan kesadaran) maupun
fokal (hemiparese, gangguan hemi sensorik, dan afasia).
2) Intracerebral Hemorrhage
Pecahnya pembuluh darah (mikroaneurisma) disebabkan oleh hipertensi yang
mengakibatkan darah masuk ke dalam jaringan otak, membentuk massa yang
menekan jaringan otak dan menimbulkan edema otak (Morgenstern et al., 2010).
Hal ini menimbulkan peningkatan TIK secara cepat dan dapat mengakibatkan
kematian mendadak karena herniasi otak. Perdarahan intraserebral yang
disebabkan karena hypertensi sering dijumpai di daerah putamen, talamus, pons
dan serebelum (Mardjono, 2009).
ETIOLOGI
Penyebab terjadinya ICH (Morgenstern et al., 2010), yaitu:
PRIMARY
a. Chronic Hypertension
Akibat tekanan darah sitolik >140 mmHg dan diastolic >90 mmHg atau terjadinya krisis
hipertensi dengan peningkatan tekanan darah sistolik >180 mmHg dan diastolic >120 mmHg
secara mendadak, dapat menyebabkan tekanan pada dinding arteri otak yang memicu
terjadinya perdarahan di otak
b. Cerebral amyloid angiopathy (CAA)
Protein (amyloid) menumpuk di dalam pembuluh darah di otak. Hal ini menyebabkan
kerusakan yang menyebabkan rupturnya arteri didalam otak.
c. Penggunaan Anticoagulant/fibrinolytic
Peningkatan resiko perdarahan pada individu yang baru saja menjalani operasi dan aneurisma
otak
d. Penggunaan Antiplatelet (Aspirin)
Menghambat secara irreversible siklooksigenase sehingga mencegah konversi asam
arakhidonat menjadi tromboxan A2 yang merupakan vasokonstriktor kuat dan stimulator
agregasi platelet. Aspirin juga menghambat aktifitas prostasiklin (PGI2) pada otot polos
dinding vascular. Namun, memiliki efek samping pada gastrointestinal, perdarahan, dan alergi.
e. Penggunaan Obat
(Methamphetamine, norepinefrin, LSD, heroin, dan kokain). Amfetamin menyebabkan sebuah
vaskulitis nekrosis yang mengakibatkan pendarahan petechial menyebar atau iskemia dan
infark.
f. Bleeding Disorders
- Hemophilia (lamanya darah untuk membeku); akibat perdarahan yang berlebih dan sulit
untuk diatasi pada bagian otak
- Sickle cell anemia; akibat kondisi tubuh menyebabkan Pembuluh darah mengalami
vasokontriksi >> dan darah yang berasal dari jantung tidak bisa mengirimkan O 2 ke otak.
SECONDARY
a. Vascular Malformations; adanya malformasi pda arteri, vena, dan limfe dapat menyebabkan
pembengkakan pada area tertentu di bagian pembuluh darah yang dapat memicu perdarahan.
b. Aneurysms
Menggelembungnya bagian dari dinding pembuluh darah akibat titik lemah di dinding terakhir.
Seiring dengan tumbuhnya aneurisma, dinding pembuluh darah menjadi menipis dan melemah.
c. Tumors; akibat perdarahan dari tumor atau massa otak dapat menyebabkan stroke hemoragik.
d. Hemorrhagic transformation; komplikasi dari acute ischemic stoke setelah menjalani terapai
thrombolyticyang mengacu pada spectrum perdarahan otaj dan berhubungan dengan kondisi
iskemia.
e. Venous infraction with hemorrhage secondary to cerebral venous thrombosis; disebabkan oleh
penyumbatan lumen pembuluh darah otak akibat penebalan dari trombus dan terjadi pada titik
percabangan arteri serebral khususnya distribusi arteri carotis interna
f. Moya Moya disease; bagian dinding arteri mengalami vasokontriksi>>, sehingga sirkulasi
darah ke bagian otak menurun
3. FAKTOR RISIKO
Terdapat beberapa faktor resiko terjadinya stroke dikelompokan menjadi dua menurut
Bahrudin (2012) dan Nishijima et al.(2012)., yaitu:
Tidak dapat di modifikasi
Umur Sekitar 30%stroke terjadi sebelum usia 65 tahun dan 70% terjadi pada usia >65
tahun
Seks Risiko stroke pria 1,25 lebih tinggi dari pada wanita, tetapi serangan stroke pada
pria terjadi di usia lebih muda sehingga tingkat kelangsungan hidup lebih tinggi.
Keturunan Jenis stroke bawaan adalah cerebral autosomal-dominant arteriopathy dengan
infark subkortikal dan leukoensepalopati (cadasil)pada kromosom 19Q12.
Dapat di modifikasi
Hipertensi Tekanan darah sitolik >140 mmHg dan diastolic >90 mmHg menyebabkan
tekanan pada dinding arteri otak dan mendorong terbentuknya bekuan darah,
serta aneurisma yang memicu terjadinya perdarahan di otak
Infark Miokard Terhentinya aliran darah dari arteri koroner pada area yang terkena yang dapat
menyebabkan jantung kekurangan O2 (iskemia) dan sel-sel jantung mengalami
nekrosis
Fibrilasi Atrial Aktivitas atrium yang cepat dan tidak efektif serta kontraksi ventrikular yang
tidak teratur menyebabkan atrium gagal mengalirkan darah ke ventrikel yang
ditandai dengan HR ±100-175 x/menit, sehingga dapat meningkatkan resiko
terjadinya penggumpalan darah di otak dan gagal jantung
Diabetus Melitus Terbentuknya plak aterosklerotik pada dinding pembuluh darah yang disebabkan
oleh gangguan metabolisme glukosa sistemik.Hiperglikemia dapat menurunkan
sintesis protasiklin, meningkatkan pembentukan trombosis dan menyebabkan
lisis protein pada dinding arteri.
4. PATOFISIOLOGI
(terlampir)
5. MANIFESTASI KLINIS
Terdapat beberapa manifestasi CVA-ICH menurut Nishijimaet al. (2012) yaitu:
Pupils Eye Motor and Other
Movement sensory deficit
Terkadang Mengarah ke Contralateral Sakit kepala dan
mengecil sisi yang lesi hemiparesis pusing
+ + (kelemahan
pada sebagian
ekstermitas)
Normal Mengarah ke Contralateral Aphasia
+ + sisi yang lesi Hemiparesis jika lesi di
dan bagian kiri
hemisensory
C. Pemeriksaan Radiologi
1) Angiografi serebral
Membantu menentukan penyebab dari stroke secara apesifik seperti perdarahan
arteriovena atau adanya ruptur.
2) CT Scan
Memperlihatkan secara spesifik letak oedema, posisi hematoma, adanya jaringan otak yang
infark atau iskemia serta posisinya secara pasti. CT scan merupakan pemeriksaan paling
sensitif untuk PIS dalam beberapa jam pertama setelah perdarahan. CT-scan dapat diulang
dalam 24 jam untuk menilai stabilitas.
3) Pungsi lumbal
Tekanan yang meningkat dan di sertai dengan bercak darah pada cairan lumbal
menunjukkan adanya haemoragia pada sub arachnoid atau perdarahan pada
intrakranial. Peningkatan jumlah protein menunjukan adanya proses inflamasi.
4) MRI (Magnetic Imaging Resonance)
Dengan menggunakan gelombang magnetic untuk menentukan posisi serta besar/ luas
terjadinya perdarahan otak.
5) USG Dopler
Untuk mengidentifikasi
adanya penyakit arteriovena
(masalah sistem karotis).
6) EEG
Melihat masalah yang timbul
dampak dari jaringan yang infark
sehingga menurunnya impuls listrik
dalam jaringan otak.
D. Pemeriksaan Laboratorium
1. Pemeriksaan darah lengkap
Mengetahui adanya anemia, trombositopenia dan leukositosis yang dapat menjadi
faktor risiko stroke hemoragik
2. Pemeriksaan glukosa darah
Mengetahui kadar glukosa darah sebagai sumber nutrisi untuk metabolism sel
otak. Apabila kadar glukosa darah yang terlalu rendah maka akan dapat terjadi
kerusakan pada jaringan otak
3. Pemeriksaan serum elektrolit
4. Pemeriksaan LED (Laju Endap Darah)
Mengetahui adanya hiperviskositas yang dapat menjadi faktor risiko stroke
hemoragik
5. Pemeriksaan faal hemostatis
Mengetahui adanya risiko perdarahan sebagai komplikasi dan pencetus stroke
hemoragik
7. PENATALAKSANAAN CVA-ICH
Menurut American Hearth Association (AHA), algorithm CVA untuk mengobati keadaan
akut perlu diperhatikan faktor-faktor kritis sebagai berikut:
A. Cairan
- Berikan cairan isotonis seperti 0,9% salin dengan tujuan menjaga euvolemi.
Tekanan vena sentral dipertahankan antara 5-12 mmHg.
- Pada umumnya, kebutuhan cairan 30 ml/kgBB/hari (parenteral maupun enteral).
- Balans cairan diperhitungkan dengan mengukur produksi urin sehari ditambah
dengan pengeluaran cairan yang tidak dirasakan (produksi urin sehari ditambah
500ml untuk kehilangan cairan yang tidak tampak dan ditambah lagi 300 ml /0C
pada penderita panas).
- Elektrolit (natrium, kalium, kalsium dan magnesium) harus selalu diperiksa dan
diganti bila terjadi kekurangan sampai tercapai nilai normal.
- Asidosis dan alkalosis harus dikoreksi sesuai dengan hasil analisa gas darah.
- Cairan yang hipotonik atau mengandung glukosa hendaklah dihindari kecuali pada
keadaan hipoglikemia.
B. Nutrisi
- Nutrisi enteral paling lambat sudah harus diberikan dalam 48 jam, nutrisi oralhanya
boleh diberikan setelah hasil tes fungsi menelan baik.
- Bila terdapat gangguan menelan atau kesadaran menurun makanan,
nutrisidiberikan melalui pipa nasogastrik.
- Pada keadaan akut, kebutuhan kalori 25-30 kkal/kg/hari dengan komposisi:
Karbohidrat 30-40 % dari total kalori;
Lemak 20-35 % (pada gangguan nafas dapat lebih tinggi 35-55 %);
Protein 20-30% (pada keadaan stress kebutuhan protein 1.4-2.0g/kgBB/hari
(pada gangguan fungsi ginjal <0.8 g/kgBB/hari).
- Apabila kemungkinan pemakaian pipa nasogastrik diperkirakan >6
minggu,pertimbangkan untuk gastrostomi.
- Pada keadaan tertentu yaitu pemberian nutrisi enteral tidak
memungkinkan,dukungan nutrisi boleh diberikan secara parenteral.
- Perhatikan diit pasien yang tidak bertentangan dengan obat-obatan yang
diberikan.Contohnya, hindarkan makanan yang banyak mengandung vitamin K
pada pasien yang mendapat warfarin (obat antikoagulan)
C. Terapi Umum
1) Stabilisasi Jalan Napas dan Pernapasan
- Pemantauan secara terus menerus terhadap status neutologis, nadi, tekanan darah,
suhutubuh, dan Saturasi oksigen dianjurkan dalam 72 jam, pada pasien dengan
defisit neurologis yang nyata.
- Pembetian oksigen dianjurkan pada keadaan dengan saturasi oksigen < 95%
- Perbaiki jalan nafas termasuk pemasangan pipa orofaring pada pasien yang tidak
sadar.
- Berikan bantuan ventilasi pada pasien yang mengalami penurunan kesadaran
ataudisfungsi bulbar dengan gangguan jalan napas
- Terapi oksigen diberikan pada pasien hipoksia
- Intubasi ETT (Endo Tracheal Tube) atau LMA (Laryngeal Mask Airway)
diperlukan pada pasien dengan hipoksia (p02 <60 mmHg atau pCO2 >50
mmHg), syok, dan pada pasien yang berisiko untuk terjadi aspirasi.
- Pipa endotrakeal diusahakan terpasang <2 minggu. Jika pipa terpasang >2
rninggu, maka dianjurkan dilakukan trakeostomi.
2) Stabilisasi Hemodinamik
- Berikan cairan kristaloid atau koloid intravena (hindari pernberian cairan
hipotonik seperti glukosa).
- Dianjurkan pemasangan CVC (Central Venous Catheter), dengan tujuan untuk
memantau kecukupan cairan dan sebagai sarana untuk rnemasukkan cairan dan
nutrisi.Usahakan CVC 5 -12 mmHg.
- Optimalisasi tekanan darah
- Bila tekanan darah sistolik <120 mmHg dan cairan sudah mencukupi, maka obat-
obat vasopressor dapat diberikan secara titrasi seperti dopamin dosis
sedang/tinggi, norepinefrin atau epinefrin dengan target tekanan darah sistolik
berkisar 140 mmHg.
- Pemantauan jantung (cardiac monitoring) harus dilakukan selama 24 jam pertama
setelah serangan stroke iskernik
- Bila terdapat adanya penyakit jantung kongestif, segera atasi (konsultasi
Kardiologi).
- Hipotensi arterial harus dihindari dan dicari penyebabnya. Hipovolemia harus
dikoreksidengan larutan satin normal dan aritmia jantung yang mengakibatkan
penurunan curah jantung sekuncup harus dikoreksi
Pengobatan Konservatif
1) Vasodilator meningkatkan aliran darah serebral (ADS) secara percobaan, tetapi
maknanya:pada tubuh manusia belum dapat dibuktikan.
2) Dapat diberikan histamin, aminophilin, asetazolamid, papaverin intra arterial.
3) Anti agregasi thrombosis seperti aspirin digunakan untuk menghambat reaksi pelepasan
agregasi thrombosis yang terjadi sesudah ulserasi alteroma.
D. Pengobatan Pembedahan (Setyopranoto, 2011)
Tujuan utama adalah memperbaiki aliran darah serebral:
1) Endosterektomi karotis membentuk kembali arteri karotis, yaitu dengan membuka
arteri karotis di leher
2) Revaskularisasi terutama merupakan tindakan pembedahan dan manfaatnya paling
dirasakan oleh pasien
3) Evaluasi bekuan darah dilakukan pada stroke akut
4) Ugasi arteri karotis komunis di leher khususnya pada aneurisma.
8. KOMPLIKASI
Menurut Wijaya (2013) komplikasi stroke di bagi menjadi 2 (dua) sebagai berikut:
Komplikasi neurology
a. Kerusakan pada mata dan telinga
b. Kelumpuhan
c. Penurunan kesadaran (koma)
d. Tekanan darah sistemik meninggi
e. Reaksi hiperglikemi (kadar gula dalam darah tinggi)
f. Oedema paru
g. Kelainan jantung dan EKG (elektro kardio gram)
h. Sindroma inappropriate ante diuretic hormone (SIADH)
A. Pengkajian
1) Data demografi
Meliputi nama, umur (kebanyakan terjadi pada usia tua), jenis kelamin, pendidikan, alamat,
pekerjaan, agama, suku bangsa, tanggal dan jam MRS, nomor register, diagnose medis.
2) Keluhan utama
Didapatkan keluhan kelemahan anggota gerak sebelah badan, bicara pelo, dan tidak dapat
berkomunikasi.
3) Riwayat penyakit sekarang
Serangan stroke hemoragik seringkali berlangsung sangat mendadak, pada saat klien sedang
melakukan aktivitas. Biasanya terjadi nyeri kepala, mual, muntah bahkan kejang sampai tidak
sadar, disamping gejala kelumpuhan separoh badan atau gangguan fungsi otak yang lain.
Sedangkan stroke infark tidak terlalu mendadak, saat istirahat atau bangun pagi, kadang nyeri
copula, tidak kejang dan tidak muntah, kesadaran masih baik.
4) Riwayat penyakit dahulu
Adanya riwayat hipertensi, diabetes militus, penyakit jantung, anemia, riwayat trauma kepala,
kontrasepsi oral yang lama, penggunaan obat-obat anti koagulan, aspirin, vasodilator, obat-obat
adiktif, kegemukan
5) Riwayat penyakit keluarga
Biasanya ada riwayat keluarga yang menderita hipertensi ataupun diabetes militus
6) Riwayat psikososial
Stroke memang suatu penyakit yang sangat mahal. Biaya untuk pemeriksaan, pengobatan dan
perawatan dapat mengacaukan keuangan keluarga sehingga faktor biaya ini dapat mempengaruhi
stabilitas emosi dan pikiran klien dan keluarga
7) Pola-pola fungsi kesehatan
a. Pola persepsi dan tata laksana hidup sehat
Biasanya ada riwayat perokok, penggunaan alkohol, penggunaan obat kontrasepsi
oral.
8) Pemeriksaan fisik
Keadaan umum
Kesadaran: umumnya mengelami penurunan kesadaran
Suara bicara: kadang mengalami gangguan yaitu sukar dimengerti, kadang tidak bisa
bicara
Tanda-tanda vital: tekanan darah meningkat, denyut nadi bervariasi
Pemeriksaan integumen
Kulit: jika klien kekurangan O2 kulit akan tampak pucat dan jika kekurangan cairan
maka turgor kulit kan jelek. Di samping itu perlu juga dikaji tanda-tanda dekubitus
terutama pada daerah yang menonjol karena klien stroke hemoragik harus bed rest
2-3 minggu
Kuku : perlu dilihat adanya clubbing finger, cyanosis
Rambut : umumnya tidak ada kelainan
Pemeriksaan kepala dan leher
Kepala : bentuk normocephalik
Muka : umumnya tidak simetris yaitu mencong ke salah satu sisi
Leher : kaku kuduk jarang terjadi
Pemeriksaan dada
Pada pernafasan kadang didapatkan suara nafas terdengar ronchi, wheezing ataupun suara
nafas tambahan, pernafasan tidak teratur akibat penurunan refleks batuk dan menelan,
adanya hambatan jalan nafas. Merokok merupakan faktor resiko.
Pemeriksaan abdomen
Didapatkan penurunan peristaltik usus akibat bed rest yang lama, dan kadang terdapat
kembung.
Pemeriksaan inguinal, genetalia, anus
Kadang terdapat incontinensia atau retensio urine
Pemeriksaan ekstremitas
Sering didapatkan kelumpuhan pada salah satu sisi tubuh.
Pemeriksaan neurologi
Pemeriksaan nervus cranialis: Umumnya terdapat gangguan nervus cranialis VII dan
XII central. Penglihatan menurun, diplopia, gangguan rasa pengecapan dan
penciuman, paralisis atau parese wajah.
Pemeriksaan motorik: Hampir selalu terjadi kelumpuhan/ kelemahan pada salah satu
sisi tubuh, kelemahan, kesemutan, kebas, genggaman tidak sama, refleks tendon
melemah secara kontralateral, apraksia
Pemeriksaan sensorik: Dapat terjadi hemihipestesi, hilangnya rangsang sensorik
kontralteral.
Pemeriksaan refleks
Pada fase akut reflek fisiologis sisi yang lumpuh akan menghilang. Setelah beberapa
hari refleks fisiologis akan muncul kembali didahuli dengan refleks patologis.
Sinkop/pusing, sakitkepala, gangguan status mental/tingkat kesadaran, gangguan
fungsi kognitif seperti penurunan memori, pemecahan masalah, afasia, kekakuan
nukhal, kejang,
Diagnosa dan Intervensi Keperawatan
1. Penurunan kapasitas adaptif intracranial b/d penurunan perfusi cerebral, hipertensi sistemik
2. Ketidakefektifan bersihan jalan napas b/d akumulasi sputum akibat penurunantingkat kesadaran,
penurunan kemampuan batuk, ketidakmampuanmengeluarkan sekret
3. Ketidakefektifan Pola Napas b/d adanya sumbatan pada jalan napas yang d.d RR >20x/menit atau
<16 x/menit
4. Defisit perawatan diri b/d kerusakan neuromuskuler, penurunan kekuatan dan ketahanan, kehilangan
kontrol, nyeri, depresi
5. Resiko Jatuh
6. Resiko kerusakan integritas kulit
A. Identitas Klien
Nama : Tn. S No. RM : 114567xx
Usia : 72 tahun Tgl. Masuk : 29 September 2019
Jenis kelamin : Laki-laki Tgl. Pengkajian : 30 September 2019
Alamat : Lawang Sumber informasi: Keluarga Klien (anak dan istri)
No. telepon : Tidak ada Nama klg. yg bisa dihubungi: Tn. P
Status pernikahan : Kawin
Agama : Islam Status : Anak
Suku : Jawa Alamat : Klojen, Malang
Pendidikan : SMU No. telepon : 082142971xxx
Pekerjaan : Tidak bekerja Pendidikan : Magister (S2)
Lama berkerja : 25 tahun dulunya Pekerjaan : Dosen
sebagai wiraswasta
An. N
(37th) An. P An. S An. S
(33th) (19th) (19th)
B. Riwayat Lingkungan
Jenis Rumah Pekerjaan
C. Pola Aktifitas-Latihan
Rumah Rumah Sakit
Makan/minum 2 (dibantu istri) 1 (via NGT)
Mandi 2 (dibantu istri) 2 (dibantu oleh perawat)
Berpakaian/berdandan 2 (dibantu istri) 2 (dibantu oleh perawat)
Toileting 2 (dibantu istri) 1(BAK via kateter, BAB spontan)
Mobilitas di tempat tidur 0 2 (dibantu perawat mikamiki)
Berpindah 2 (dibantu istri) 2 (dibantu oleh perawat)
Berjalan 2 (dibantu istri) 4 (Pasien bedrest)
Naik tangga 4 4 (Pasien bedrest)
Total 16 (partial care) 18 (intermediate care)
Pemberian Skor: 0 = mandiri, 1 = alat bantu, 2 = dibantu orang lain, 3 = dibantu orang lain, 4 =
tidak mampu
Total skor : 0-8: Mandiri, 9-16: Partial care, 17-24: Intermediate care, 25-32: Total care, >32: Intensive care
D. Pola Nutrisi Metabolik
Rumah Rumah Sakit
Jenis diit/makanan tidak ada Diet cair
Frekuensi/pola 3x/hari 3x1
Porsi yg dihabiskan 1 piring 1 gelas
Komposisi menu Nasi,ikan,telur,daging, ayam Susu DM
Pantangan Tidak ada Tidak ada
Napsu makan Baik Tidak terkaji (penurunan kesadaran)
Fluktuasi BB 6 bln. terakhir Tidak ada Tidak terkaji
Jenis minuman air putih susu, air putih
Frekuensi/pola minum 2 x 400 cc 3 x 300 cc
Gelas yg dihabiskan 2 gelas (800cc) 900 cc
Sukar menelan (padat/cair) Tidak ada Menggunakan NGT
Pemakaian gigi palsu (area) Tidak ada tidak ada
Riw. masalah penyembuhan luka Tidak ada tidak ada
E. Pola Eliminasi
Rumah Rumah Sakit
BAB:
F. Pola Tidur-Istirahat
Rumah Rumah Sakit
Tidur siang:Lamanya 1 jam Tidak terkaji
- Jam …s/d… 12.00 - 13.00 Tidak terkaji
- Kenyamanan stlh. tidur Nyaman Tidak terkaji
Tidur malam: Lamanya 7 jam Tidak terkaji
- Jam …s/d… 21.00-04.00 Tidak terkaji
- Kenyamanan stlh. tidur Nyaman Tidak terkaji
- Kebiasaan sblm. tidur Tidak ada Tidak terkaji
- Kesulitan
Tidak ada Tidak terkaji
- Upaya mengatasi
Tidak ada Tidak terkaji
I. Konsep Diri
1. Gambaran diri: tidak terkaji
2. Ideal diri: tidak terkaji
3. Harga diri: tidak terkaji
4. Peran: tidak terkaji
5. Identitas diri : tidak terkaji
3. Kesulitan dalam keluarga: ( ) Hub. dengan orang tua ( ) Hub.dengan pasangan ( ) Hub.
dengan sanak saudara ( ) Hub.dengan anak
(v) Lain-lain sebutkan,tidak ada
4. Masalah tentang peran/hubungan dengan keluarga selama perawatan di RS: tidak ada
5. Upaya yg dilakukan untuk mengatasi: Tidak ada
K. Pola Komunikasi
1. Bicara: ( ) Normal ( )Bahasa utama: Indonesia
( )Tidak jelas ( ) Bahasa daerah: Jawa
( ) Bicara berputar-putar ( ) Rentang perhatian: Tidak
terkaji
( ) Mampu mengerti pembicaraan orang lain( ) Afek:
(v) Lain-lain: Pasien tidak sadar
2. Tempat tinggal: ( ) Sendiri
( ) Kos/asrama
(V) Bersama orang lain, yaitu: Istri
3. Kehidupan keluarga
a. Adat istiadat yg dianut: Jawa
b. Pantangan & agama yg dianut: tidak ada
c. Penghasilan keluarga: ( ) < Rp. 250.000 ( ) Rp. 1 juta – 1.5 juta
( ) Rp. 250.000 – 500.000 ( ) Rp. 1.5 juta – 2 juta
( ) Rp. 500.000 – 1 juta (V) > 2 juta
L. Pola Seksualitas
1. Masalah dalam hubungan seksual selama sakit: (V) tidak ada ( ) ada
2. Upaya yang dilakukan pasangan:
(V) perhatian (V) sentuhan ( ) lain-lain, seperti,
N. Pemeriksaan Fisik
1. Keadaan Umum: Pasien bedrest (+) dengan terpasang infus pada tangan kiri memakai
masker NRBM 10lpm, Terpasang NGT (+) dan dower cateter (+)
Kesadaran: Coma, GCS: E1 VX M1
Tanda-tanda vital: - TD : 140/61 mmHg - Suhu : 37 0C
- Nadi : 82 x/menit - RR : 24 x/menit
- SaO2 : 100%
Tinggi badan: tidak terkaji Berat Badan: tidak terkaji LLA: 26,5 cm (normal)
2. Kepala & Leher
a. Kepala:
Rambut tersebar tidak merata, berwarna putih, tampak bersih
b. Mata:
Reflek pupil 4mm/4mm, respon cahaya +/+, konjungtiva tidak anemis, sklera tidak
ikterik.
c. Hidung:
Bentuk hidung simetris, lubang hidung tidak kotor, tidak ada perdarahan dan luka,
mukosa hidung lembab, hidung tidak terdapat lesi, terpasang O2 masker NRBM 10 lpm.
d. Mulut & tenggorokan:
Mukosa bibir lembab. Tidak ada pembesaran tonsil, adanya gurgling, snoring
dan pemasangan mayo pada mulut.
e. Telinga:
Telinga tampak bersih, tidak ada sumbatan darah atau benda asing.
f. Leher:
Tidak ada deviasi trakea, tidak ditemukan pembesaran kalenjar tiroid, tidak
ditemukan.distensi vena jugularis.
3. Thorak & Dada:
Jantung
- Inspeksi: bentuk simetris, tidak ada lesi
- Palpasi: Ictus kordis teraba di ICS 5 Midclavikula Sinistra
- Perkusi: Dullness
- Auskultasi: S1 S2 tunggal, irama regular, murmur (-), gallop (-).
Paru
- Inspeksi: Pengembangan dada simetris, tidak terdapat retraksi intercostal, tidak
ada jejas maupun lesi.
- Palpasi: Taktil fremitus normal
- Perkusi: Sonor
- Auskultasi: Wheezing (-), ronkhi (-)
4. Payudara & Ketiak
Normal dan tidak ada massa
5. Punggung & Tulang Belakang
Normal dan tidak ada massa
6. Abdomen
Inspeksi: simetris, rounded
Palpasi: supel, tidak teraba adanya massa, hepar tidak teraba, tidak ada nyeri tekan
Perkusi: Timpani
Auskultasi: Bising usus 10 x/menit
7. Genetalia & Anus
Inspeksi: Tidak ada kelainan, terpasang dower kateter.
Palpasi: Tidak terkaji
8. Ekstermitas
Atas: tidak ada oedem, ekstremitas teraba hangat, terdapat hematoma pada lengan kiri
bagian atas (bekas pengambilan sample darah BGA), tangan kiri terpasang IVFD NS
0,9% 20 tpm dan drip nicardipin 5-15 cc/jam (melalui syringe pump jika TD > 150-220,
saat ini dihentikan).
Bawah: tidak ada oedem, ekstremitas teraba
hangat. Kekuatan otot : tidak terkaji
9. Sistem Neorologi
GCS: E1 VX M1
Reflek fisiologis
N I (olfaktorius/penciuman) Tidak dapat dikaji
N II (Optikus/penglihatan) + I + pupil 4mm I 4mm,
klien dapat bereaksi
terhadap cahaya senter
N III, IV, VI (Okulamotoris/ angkat kelopak mata, Gaze Conjugate (-)
toklearis, abdusen)
N V (Trigeminus) Tidak dapat dikaji
- Reflek Babinski : - / -
- Reflek Hoffman : - / -
- Reflek Chadock : - / -
- Reflek Oppenheim : - / -
- Reflek Gordon : - / -
- Reflek bisep : - / -
- Reflek trisep : - / -
- Reflek patella : - / -
- Reflek ankle : - / -
ELEKTROLIT
Na 139 mmol/L 136-145 Normal
K 4,14 mmol/L 3,5-5,0 Normal
Cl 109 mmol/L 98-106 Tinggi
P. Terapi
S. Perencanaan Pulang
Tujuan pulang: Rumah (Lawang) dengan pasien sudah sadarkan diri
Transportasi pulang:ambulans
Dukungan keluarga:anak, istri
Antisipasi bantuan biaya setelah pulang: menggunakan umum (dana pribadi)
Antisipasi masalah perawatan diri setalah pulang: Edukasi cara perawatan pasien dengan
tepat seperti latihan ROM pasif, motivasi keluarga pasien untuk selalu memberikan
dukungan untuk kesembuhan pasien
Pengobatan: Sesuai saran dan resep dokter
Rawat jalan ke: Puskesmas
Hal-hal yang perlu diperhatikan di rumah: Menjaga pola makan pasien yaitu rendah gula
dan garam agar mengontrol penyakit DM dan HT pasien, pasien juga dapat melakukan
aktivitas sesuai kemampuan pasien jangan dipaksakan yang berlebihan.
Keterangan lain: Pasien belum dapat pulang dikarenakan masih mengalami penurunan
kesadaran dan kondisi bedrest total
ANALISA DATA
Masalah Keperawatan Aktual
No Masalah
Data Etiologi
. keperawatan
S: Hipertensi Penurunan
1. O: ↓ kapasitas adaptif
GCS: 1-x-1 intrakranial
Pembuluh darah pecah
Kesadaran : coma
↓
Tanda-tanda vital
X TD : 140/61 mmHg Ekstravasasi darah dari
X Nadi : 82 x/menit pembuluh darah arteri di
X RR : 24 x/menit ↓
Peningkatan TIK
↓
Kekuatan otot:
1 1
1 1
TANGGA
No. TANGGAL L TANDA
DIAGNOSA KEPERAWATAN
Dx MUNCUL TERATAS TANGAN
I
1. 30 September Penurunan kapasitas adaptif intrakranial
2019 berhubungan denganadanya edema cerebri
3. 30 September Defisit perawatan diri: mandi, berpakaian, makan, dan
2019
eliminasi berhubungan dengan kelemahan dan
gangguan neuromuskular ditandai dengan
ketidakmampuan untuk mandi, mengganti pakaian,
makan, dan eliminasi secara mandiri
4. 30 September Risiko luka tekan ditandai dengan hambatan mobilitas
2019
dan klien bedrest
Intervensi Keperawatan:
2 Defisit perawatan Setelah dilakukan perawatan selama 3 x 24 jamperawatan diri meningkat Dukungan perawatan diri
diri b.d kelemahan dengan kriteria hasil: Observasi :
dan gangguan 1 2 3 4 5 1. Identifikasi kebiasaan aktivitas
neuromuskular d.d Verbalisasi keinginan untuk Tidak Dibantu Dibantu Dibantu Mandiri
perawatan diri sesuai usia
ketidakmampuan melakukan perawatan diri mampu >1 keluarga keluarga
untuk mandi meningkat mandiri orang >1 orang (1 orang) 2. Monitor tingkat kemandirian
secara mandiri dan 3. Identifikasi kebutuhan alat bantu
perawat kebersihan diri, berpakaian
3 Risiko luka tekan Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 3x 24jam integritas kulit Intervensi utama pencegahan luka
meningkat dengan kriteria hasil: tekan
1. Observasi
menurun Cukup sedang Cukup meningk • Periksa luka tekan dengan
Perfusi
menuru meningka at menggnakan skala braden
jaringan
t • Monitor suhu kulit yang tertekan
meningka Cukup sedang Cukup menuru • Monitor status kulit harian
kemerahan • Monitor kulit diatas area tonjolan
t menigkat menurun n
tulang atau titik tekan saat mengubah
posisin
• Monitor sumber tekanan dan
gesekan
• Montor aktifitas dan mobilitas
individu
2. Terapeutik
• Keringkan daerah kulit yang
lembab akibat keringat, cairan luka, dan
inkontinensia fekal dan urin
• Gunakan barrier seperti otion
dan bantalan penyerap air
• Ubah posisi dengan hati – hati
setiap 1 - 2 jam
• Berikan bantalan pada titik
tonjolan dan titik tekan
• Jaga sprei tetaap kering, kering
dan tidak ada kerutan
• Pastikan asupan makanan yang
cukup seperti protein dll
3. Edukasi
• Jelaskan tanda tanda kerusakan
kulit
1. • Ajarkan cara merawat
kulit Fasilitasi aktivitas
mobilisasi dengan alat bantu
handrall
2. Fasilitasi melakukan pergerakan
ANALISIS INTERVENSI DENGAN JURNAL
volume & No
Vol , no. 2
tahun 2018
halaman jurnal 233