Anda di halaman 1dari 17

CRITICAL JOURNAL REVIEW

KESULITAN GURU SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN DALAM


MENERAPKAN PENILAIAN DALAM KURIKULUM 2013 DI PROVINSI
YOGYAKARTA, INDONESIA

DISUSUN OLEH:

SENARI CHRISTIN BR GINTING 4183331001


SHELLA JULIA RANI HULU 4183131028
TRISNA YULINA 4183131039
WINDA FOURTHELINA SIANTURI 4183131024
YASMIN NURUL FATHONAH 4183131036

KELAS : PENDIDIKAN KIMIA E 2019


DOSEN PENGAMPU : Dra.GULMAH SUGIHARTI, M.Pd.
MATA KULIAH : TELAAH KURIKULUM

PROGRAM STUDI S1 PENDIDIKAN KIMIA


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
2020
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur ke khadirat Allah swt. Karena dengan bimbingan dan
petunjuk- Nya dapat diselesaikan tugas ini yang berjudul “Vocational High
School Teachers’ Difficulties in Implementing the Assessment in Curriculum
2013 in Yogyakarta Province of Indonesia”. Yang bertujuan sebagai salah satu
tugas perkuliahan Telaah Kurikulum.
Penulis menyadari betul bahwa apa yang disajikan dalam tugas ini masih
banyak terdapat kekurangannya baik menyangkut isi maupun penulisan,
kekurangan- kekurangan tersebut terutama disebabkan kelemahan dan
keterbatasan pengetahuan maupun kemampuan penulis sendiri. Hanya dengan
kearifan dan bantuan dari berbagai pihak untuk memberikan teguran, saran dan
kritik yang konstruktif kekurangan-kekurangan tersebut dapat diminimalisir
sedemikian mungkin sehingga tugas ini dapat memberikan manfaat yang
maksimal bagi pembaca.
Dengan kesempatan ini penulis ingin menghaturkan ucapan terimakasih
kepada dosen pembimbing Telaah Kurikulum. Demikianlah, mudah-mudahan
tugas ini memberikan manfaat kepada kita dan diridhai- Nya. Aamiin.

Medan, 09 Maret 2020

Penulis

i
DAFTAR ISI

Kata Pengantar i
Daftar Isi ii
I Pendahuluan 1
II Ringkasan Artikel/Hasil Penelitian 3
Design 4
Peserta 4
Pengumpulan data 5
Analisis data 5
III Keunggulan Penelitian 6
Originalitas temuan 6
Kemutakhiran masalah 6
IV Kelemahan Artikel/ Hasil Penelitian 9
V Implikasi Terhadap 11
Teori 11
Program pembangunan indonesia 11
Pembahasan dan analisi 11
VI Kesimpulan Dan Saran 13
Kesimpulan 13
Saran 13
VII Daftar Pustaka 14

ii
I. PENGANTAR
Untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia dan daya saing bangsa,
bersamaan dengan perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi dan seni, orang
indonesia pemerintah mengimplementasikan kurikulum baru untuk proses
pendidikan di sekolah dasar sekolah, sekolah menengah pertama, dan sekolah
menengah atas dan kurikulum baru disebut Kurikulum 2013. Kurikulum ini telah
diterapkan di Indonesia sejak itu Juli 2013.
Kurikulum ini diharapkan menghasilkan produktif, kreatif, inovatif dan
sumberdaya manusia yang efektif melalui penguatan kompetensi di bidang sikap
(spiritual dan sosial), pengetahuan, dan keterampilan (Puskurbuk, 2012). Dalam
kurikulum ini, pendidikan tidak hanya menekankan pengetahuan dan
keterampilan, tetapi juga mengubah pendekatan pengajaran dan sistem penilaian.
Tujuan kurikulum baru akan dicapai dengan membayar memperhatikan konten
pendidikan, mengalihkan paradigma pembelajaran dari guru yang terpusat
pendekatan menjadi pendekatan yang berpusat pada siswa dan menggunakan
berbasis kompetensi penilaian, menggantikan penilaian berbasis tes dengan
penilaian berbasis otentik itu mengukur sikap, pengetahuan, dan keterampilan
berdasarkan proses pembelajaran dan pembelajaran hasil.
Sebelum Juli 2013, sistem pendidikan di Indonesia menggunakan kurikulum
yang disiapkan di Sekolah Menengah Atas tingkat sekolah (Kurikulum Tingkat
Satuan Pendidikan, KTSP). KTSP diimplementasikan sejak Juli 2006. KTSP
dikembangkan oleh masing-masing sekolah, sesuai dengan kondisi dari sekolah,
karakteristik daerah, karakteristik sosial budaya, dan siswa (Hukum No. 20 tahun
2003 tentang sistem pendidikan nasional).
Kata kunci dalam Kurikulum 2013 yang telah diterapkan adalah penilaian
otentik. Penilaian autentik adalah proses menilai kesadaran global dan proses itu
membutuhkan bahwa siswa harus menunjukkan pemahaman yang lebih dalam
tentang pemikiran, itu motivasi, dan tindakan berbagai budaya agar berhasil
menanggapi komunitas dan tempat kerja yang melampaui tingkat kenyamanan
mereka saat ini. Penilaian otentik adalah penilaian yang mengharuskan siswa
untuk menggunakan kompetensi yang sama, atau kombinasi pengetahuan,
keterampilan, dan sikap, yang perlu mereka terapkan dalam situasi kriteria dalam

1
kehidupan profesional (Ariev, 2005; Gulikers, Bastiaens, & Kirschner, 2004;
Lombardi, 2008). Ada empat kriteria yang akan digunakan dalam penilaian
otentik. Keempat kriteria dari Herrington dan Herrington (2006) adalah sebagai
berikut: “(1) Konteks; (2) masalah memecahkan keterampilan, pemikiran tingkat
tinggi dan produksi pengetahuan; (3) Faktor tugas yang mana merangsang
berbagai respons aktif; dan (4) indikator yang menyediakan banyak indikator
pembelajaran, mencapai validitas dan reliabilitas ”(p. 147).
Lumadi (2013) menyelidiki tantangan yang mempengaruhi penilaian kelas
guru praktek dan mengeksplorasi bagaimana tantangan ini mempengaruhi
pengajaran yang efektif dan praktik belajar. Studinya menemukan tantangan besar
dalam domain berikut: kebijakan interpretasi, perencanaan penilaian,
implementasi penilaian, penggunaan berganda metode dalam praktik penilaian,
dan waktu penilaian. Rekomendasi adalah dirumuskan untuk memperkuat praktik
penilaian kelas. Begitu pula dengan Kurebwa dan Nyaruwata (2013) menyelidiki
masalah guru dalam melaksanakan penilaian proses. Masalahnya termasuk
kurangnya guru kompetensi dalam melaksanakan penilaian, penggunaan sumatif
guru yang banyak penilaian dibandingkan dengan penilaian formatif dan
kurangnya sumber daya.
Untuk mengatasi kesulitan-kesulitan ini dalam mengimplementasikan
kurikulum baru, harus ada menjadi perlakuan khusus sehingga masalahnya bisa
diselesaikan. Para ahli kurikulum menunjukkan bahwa harus ada kegiatan
pemantauan dan evaluasi. Kendala dalam mengimplementasikan otentik penilaian
dapat diatasi dengan menyiapkan fasilitas pendukung baik dalam bentuk alat dan
aplikasi komputer. Untuk mendukung pembelajaran tentang penilaian untuk
semua pendidik, Mueller (2005) menciptakan dan menerbitkan Penilaian Otentik
online Kotak Alat, sumber untuk teks cara membuat tugas, rubrik, dan standar asli
untuk mengukur dan meningkatkan pembelajaran siswa.

2
II. RINGKASAN ARTIKEL/HASIL PENELITIAN
Penelitian ini bertujuan untuk menggambarkan kesulitan guru sekolah
menengah kejuruan di Indonesia menerapkan penilaian dalam Kurikulum 2013.
Lumadi (2013) menyelidiki tantangan yang mempengaruhi penilaian kelas guru
praktek dan mengeksplorasi bagaimana tantangan ini mempengaruhi pengajaran
yang efektif dan praktik belajar. Studinya menemukan tantangan besar dalam
domain berikut: kebijakan interpretasi, perencanaan penilaian, implementasi
penilaian, penggunaan berganda metode dalam praktik penilaian, dan waktu
penilaian. Rekomendasi adalah dirumuskan untuk memperkuat praktik penilaian
kelas. Begitu pula dengan Kurebwa dan Nyaruwata (2013) menyelidiki masalah
guru dalam melaksanakan penilaian proses. Masalahnya termasuk kurangnya guru
kompetensi dalam melaksanakan penilaian, penggunaan sumatif guru yang
banyak penilaian dibandingkan dengan penilaian formatif dan kurangnya sumber
daya.
Untuk mengatasi kesulitan-kesulitan ini dalam mengimplementasikan
kurikulum baru, harus ada menjadi perlakuan khusus sehingga masalahnya bisa
diselesaikan. Para ahli kurikulum menunjukkan bahwa harus ada kegiatan
pemantauan dan evaluasi. Kendala dalam mengimplementasikan otentik penilaian
dapat diatasi dengan menyiapkan fasilitas pendukung baik dalam bentuk alat dan
aplikasi komputer. Untuk mendukung pembelajaran tentang penilaian untuk
semua pendidik, Mueller (2005) menciptakan dan menerbitkan Penilaian Otentik
online Kotak Alat, sumber untuk teks cara membuat tugas, rubrik, dan standar asli
untuk mengukur dan meningkatkan pembelajaran siswa.
Alshammari (2013) mengeksplorasi pendapat para guru sains tentang
kurikulum sains kelas enam dan tujuh Kuwait yang baru, yang dilaksanakan pada
tahun 2008.Temuan menunjukkan bahwa konten kurikulum tidak membantu
siswa bekerja bersama dan tidak terkait dengan budaya dan masyarakat siswa.
Temuan ini juga menunjukkan bahwa guru sains menghadapi banyak tantangan
dalam mengajar kurikulum baru, seperti kurangnya alat pengajaran di sekolah dan
fakta bahwa pemerintah tidak memberikan pelatihan terkait dengan kurikulum
baru.

3
Lumadi (2013) menyelidiki tantangan yang mempengaruhi penilaian kelas
guru mempraktikkan dan mengeksplorasi bagaimana tantangan ini memengaruhi
praktik belajar mengajar yang efektif. Studinya menemukan tantangan utama
dalam domain berikut: interpretasi kebijakan, perencanaan penilaian, pelaksanaan
penilaian, penggunaan berbagai metode dalam praktik penilaian, dan waktu
penilaian.
Untuk mengatasi kesulitan-kesulitan ini dalam mengimplementasikan
kurikulum baru, harus ada perlakuan khusus sehingga masalahnya dapat
diselesaikan. Para ahli kurikulum menunjukkan bahwa harus ada kegiatan
pemantauan dan evaluasi. Di antara semua persyaratan lain untuk implementasi
kurikulum, guru harus terus dipantau dan didukung untuk meningkatkan kualitas
pengajaran dan pembelajaran (Makeleni & Sethusa, 2014).
Kendala dalam menerapkan penilaian otentik mungkin dapat diatasi dengan
menyiapkan fasilitas pendukung baik dalam bentuk alat dan aplikasi komputer.
Untuk mendukung pembelajaran tentang penilaian untuk semua pendidik, Mueller
(2005) membuat dan menerbitkan Kotak Penilaian Otentik online, sumber untuk
teks cara membuat tugas-tugas otentik, rubrik dan standar untuk mengukur dan
meningkatkan pembelajaran siswa. Dari banyaknya kendala yang timbul itulah
seorang penulis artikel menuliskan artikel ini dengan tujuan untuk
menggambarkan kesulitan guru sekolah menengah kejuruan dalam melaksanakan
penilaian dalam Kurikulum 2013 di Provinsi Yogyakarta Indonesia selama dua
tahun. (Retnawati & Nugraha, 2016)
Adapun metode yang digunakan yaitu:
 Desain
Penelitian ini adalah penelitian deskriptif eksploratif dengan pendekatan
kualitatif. Penelitian ini menggunakan tradisi fenomenologi (Creswell & Clark,
n.d.). Studi ini mencoba memahami kesulitan guru untuk mengimplementasikan
penilaian dalam Kurikulum 2013 berdasarkan pengalaman guru.
 Peserta
Pesertanya adalah 22 guru mata pelajaran dan wakil kepala sekolah untuk
kurikulum dari sekolah menengah kejuruan di Provinsi Daerah Istimewa
Yogyakarta di Indonesia. Sekolah menengah kejuruan dari para guru ini telah

4
menerapkan kurikulum pada tahun 2013, dimulai pada bulan Juli 2013. Para guru
dan wakil kepala sekolah ini berasal dari 11 sekolah kejuruan dari empat
kabupaten dan satu kota di provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta di Indonesia.
Ada 11 guru (T1, T2, T3, ..., T11) yang mengajar banyak mata pelajaran di
sekolah menengah kejuruan dan wakilnya kepala kurikulum (V1, V2, V3, ...,
V11)
 Pengumpulan data
Pengumpulan data dilakukan dengan melakukan diskusi kelompok
terfokus (FGD) dan wawancara mendalam. FGD digunakan untuk
menggambarkan masalah umum pelaksanaan penilaian dalam Kurikulum 2013
yang dialami oleh guru dan terutama kesulitan guru dalam pandangan wakil
kepala sekolah kurikulum. FGD diikuti oleh wawancara mendalam untuk melihat
kredibilitas data. Setelah masalah umum diidentifikasi, kesulitan guru diketahui
secara rinci menggunakan wawancara mendalam dengan guru. Hasilnya diperiksa
ulang menggunakan wawancara mendalam dengan wakil kepala sekolah
kurikulum. Pada pengumpulan data melalui FGD dan wawancara mendalam, para
peneliti sendiri adalah instrumen utama. Untuk memandu pelaksanaan
pengumpulan data, panduan wawancara digunakan. Panduan ini berisi komponen
implementasi kurikulum, termasuk sosialisasi dan diseminasi kurikulum,
penilaian sikap, kompetensi kognitif, dan keterampilan, dan pelaporan hasil
penilaian. Di setiap komponen kesulitan diidentifikasi berdasarkan pengalaman
guru.
 Analisis data
Hasil FGD dan wawancara direkam. Analisis data catatan dilakukan
dengan mencari tema dan menentukan hubungan antar-tema untuk menemukan
pemahaman menggunakan model Bogdan dan Biklen (1982). Dari catatan ini,
data dipecah menjadi komponen-komponen sesuai dengan tujuan pengumpulan
data. Dari setiap komponen, data dikelompokkan dalam tema. Kemudian tema-
tema ini dicari hubungan antara tema-antar, untuk mendapatkan pemahaman
tentang kesulitan guru untuk menerapkan penilaian dalam Kurikulum 2013.

5
III. KEUNGGULAN PENELITIAN
a) ORIGINALITAS TEMUAN
Dengan mengacu pada data dari wawancara dan diskusi kelompok fokus,
fenomena implementasi Kurikulum 2013 diklasifikasikan menjadi lima tema:
pelatihan dan sosialisasi kurikulum, implementasi penilaian sikap, implementasi
penilaian kognitif, implementasi penilaian keterampilan, dan pelaporan prestasi
siswa.
b) KEMUTAKHIRAN MASALAH
Pelatihan dan sosialisasi kurikulum: Sesi sosialisasi dan pelatihan di
tingkat nasional jelas membutuhkan banyak instruktur yang dituntut untuk
menyampaikan materi serupa. Namun, dalam praktiknya permintaan belum
terpenuhi. Banyak peserta pelatihan mengeluh tentang perbedaan interpretasi di
antara para instruktur. Akibatnya, peserta pelatihan menjadi bingung. Masalahnya
menjadi lebih buruk ketika peserta pelatihan dituntut untuk menjadi instruktur
bagi kolega mereka di sekolah masing-masing. Banyak guru telah dimasukkan ke
dalam kondisi yang mendesak mereka untuk menghadiri sesi sosialisasi dan
pelatihan secara bergantian. Akibatnya, alokasi waktu untuk sesi menjadi terbatas.
Jatah waktu yang terbatas, bersamaan dengan polemik tentang perbedaan
interpretasi yang diberikan oleh masing-masing instruktur menyebabkan sesi
sosialisasi dan pelatihan menjadi tidak efektif dan tidak efisien. Oleh karena itu,
tidak mengherankan bahwa sebagian besar guru kembali ke sekolah mereka
dengan pemahaman yang dangkal tentang Kurikulum 2013.
Setelah sesi sosialisasi dan pelatihan berakhir, beberapa guru memahami
penilaian dalam Kurikulum 2013. Semua guru yang diwawancarai menyatakan
bahwa sistem penilaian Kurikulum 2013 rumit. Pernyataan mereka didasarkan
pada jumlah instrumen yang harus mereka persiapkan sebelum mereka memulai
proses pengajaran. Instrumen ini terdiri dari berbagai jenis teknik untuk menilai
sikap spiritual, sikap sosial, kognitif, dan kompetensi keterampilan.
Penilaian Sikap Sosial dan Spiritual: Proses penilaian sikap dominan
dilakukan selama pengajaran proses. Manajemen waktu menjadi kata kunci dalam
penerapan proses dalam penilaian sikap. Sebagian besar guru menyatakan bahwa
mereka masih memiliki masalah dengan manajemen waktu mereka. Selama

6
proses pengajaran, para guru fokus kebanyakan pada kegiatan mengajar dan,
sebagai akibatnya, mereka mengabaikan sikap penilaian. Dengan demikian, para
guru sering kehilangan momentum penting dan kehilangan momentum
momentum menyebabkan ketidakadilan dalam penilaian (terjadinya
keobyektifan).
Masalah lain terjadi ketika para guru harus mengajar yang baru kelompok
belajar atau siswa baru. Para guru tidak dapat mengingat semua itu nama siswa
dan ketidakmampuan mereka menyebabkan kesulitan dalam mengamati sikap
siswa. Para guru juga bingung dalam menentukan tujuan, efektif, dan teknik
penilaian yang efisien.
Penilaian Pengetahuan Siswa: Dibandingkan dengan kurikulum
sebelumnya, adalah perubahan tentang skala penilaian. Masalah utama dalam
mengimplementasikan pengetahuan penilaian adalah penggunaan 4 skala yang
harus dikonversi menjadi penilaian verbal. Itu guru tidak terbiasa dengan sistem
penilaian seperti itu. Salah satu guru berpendapat itu sistem penilaian baru
menyebabkan orang tua mengalami kesulitan dalam menafsirkan hasil belajar,
terutama bagi orang tua yang tidak memiliki pendidikan yang memadai Latar
Belakang. Selain itu, kesenjangan antara siswa berkinerja tinggi dan yang
rendahsiswa berprestasi sempit, sedangkan jika kesenjangan diukur dengan
menggunakan 10 peringkat skala kesenjangan akan menonjol. Akibatnya,
penilaian akan menjadi tidak adil untuk siswa berkinerja tinggi.
Masalah lain ditemukan dalam kriteria tingkat kelulusan minimum.
Masalah telah ditemukan sejak implementasi Kurikulum 2006. Apakah mereka
suka atau tidak, para guru harus membiarkan seluruh siswa lulus dan harus
bekerja keras memanipulasi skor agar semua siswa memenuhi nilai minimum
passing grade. Secara teori, siswa yang tidak lulus nilai kelulusan minimum akan
masuk ke sesi perbaikan. Namun, dalam praktiknya konsep tersebut tidak
dilaksanakan karena waktu yang terbatas. Sebagai alternatif terakhir, seorang guru
biasanya memberikan tugas dan memberikan skor tinggi sehingga tugas dapat
meningkatkan nilai siswa.
Penilaian Keterampilan: Penilaian keterampilan menggunakan berbagai
teknik seperti penugasan, proyek, dan portofolio. Di sekolah menengah kejuruan,

7
para guru memiliki peluang besar untuk melakukan keterampilan penilaian karena
siswa melakukan berbagai praktik.
Selain itu, para guru juga mengalami kesulitan dalam merancang rubrik
penilaian keterampilan siswa. Karena pemberian beberapa teknik telah
direkomendasikan oleh pemerintah, seperti penilaian kinerja, penilaian proyek,
penilaian produk dan portofolio, para guru menjadi bingung dalam memutuskan
teknik mana yang akan diterapkan dalam menilai kompetensi keterampilan yang
telah dicapai siswa. Dan masih banyak lagi permasalahan dihasil belajar.

IV. KELEMAHAN ARTIKEL/HASIL PENELITIAN


1. Kalau dilihat dari kekurangan sepertinya tidak banyak kekurangan pada jurnal
melainkan kelebihan yang dimiliki oleh jurnal tersebut. Namun ada beberapa
kendala dalam memahami isi materi dikarenakan peggunaan bahasa
interasional. Mungkin sedikit keliru juga dalam pengartian isi jurnal.

8
2. Kemudian pada isi materi yang terkandung dalam jurnal itu sangat lah
memuaskan atau sangat memberikan gambaran karna begitu banyaknya
masalah yang ditampilkan dalam jurnal tersebut. Begitupula masalah yang
dihadapi guru sekarang dalam penerapan kurikulum 2013. Dan menurut saya
disini banyak menekankan semuanya pada pemerintah dimana penerintah
membuat rekomendasi namun rekomendasi pemerintah lebih rumit sehingga
sulitnya guru dalam penyelesaian masalah.
3. Ada isi dalam jurnal yang membuat saya bingung pada bagian fenomena
implementasi Kurikulum 2013 diklasifikasikan menjadi lima tema: pelatihan
dan sosialisasi kurikulum, implementasi penilaian sikap, implementasi
penilaian kognitif, implementasi penilaian keterampilan, dan pelaporan
prestasi siswa. Disini dapat kita lihat ada 5 tema yang akan diakngkat pada
artikel ini namun berdasarkan kelanjutan dari ini penulis hanya menyajikan 4
diiantaranya saja yaitu, pelatihan dan sosialisasi kurikulum, penilaian sikap
social dan spiritual, penilaian keterampilan dan penilaian pengetahuan siswa.
4. Dilihat dari aspek tampilan Jurnal, jurnal ini memiliki tampilan yang sangat
menarik untuk dibaca, baik dari segi penulisan judul jurnal, dan materi
pembawaanya.
5. Dari aspek layout dan tata letak pada jurnal sudah bagus sehingga pembaca
dapat membaca secara jelas. Dan dari segi tata tulis dan penggunaan font
pada jurnal sudah cukup baik.
6. Pada jurnal “Vocational High School Teachers’ Difficulties in Implementing
the Assessment in Curriculum 2013 in Yogyakarta Province of Indonesia”
merupakan jurnal yang cocok digunakan sebagai jurnal pembimbing atau
jurnal pegangan mahasiswa matakuliah “Telaah Kurikulum”. Hal ini
dikarenakan isi atau materi yang terkandung didalamnya tersusun secara
sistematis yang memudahkan mahasiswa untuk memahami secara berkala
materi yang dibahas. Serta meningkatkan pengetahuan kita tentang masalah-
masalah yang terjadi dalam penerapan kurikulum 2013 kepada siswa.

9
V. IMPLIKASI TERHADAP
a) TEORI
Untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia dan daya saing
bangsa, bersamaan dengan perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi dan seni,
orang indonesia pemerintah mengimplementasikan kurikulum baru untuk proses

10
pendidikan di sekolah dasar sekolah, sekolah menengah pertama, dan sekolah
menengah atas dan kurikulum baru disebut Kurikulum 2013. Kurikulum ini telah
diterapkan di Indonesia sejak itu Juli 2013.
Kurikulum ini diharapkan menghasilkan produktif, kreatif, inovatif dan
sumberdaya manusia yang efektif melalui penguatan kompetensi di bidang sikap
(spiritual dan sosial), pengetahuan, dan keterampilan (Puskurbuk, 2012). Dalam
kurikulum ini, pendidikan tidak hanya menekankan pengetahuan dan
keterampilan, tetapi juga mengubah pendekatan pengajaran dan sistem penilaian.
b) PROGRAM PEMBANGUNAN DIINDONESIA

Pembentukan K13 didasarkan pada faktor internal dan eksternal. Faktor


internal terkait dengan perkembangan penduduk Indonesia dilihat dari
pertumbuhan penduduk usia produktif. Jumlah penduduk Indonesia usia produktif
(15–64 tahun) lebih banyak dari usia tidak produktif (anak-anak berusia 0–14
tahun dan orang tua berusia 65 tahun ke atas). Jumlah penduduk usia produktif ini
akan mencapai puncaknya pada tahun 2020–2035 pada saat angkanya mencapai
70%. Dengan kondisi seperti itu maka tantangannya adalah bagaimana
memaksimalkannya.
Sedangkan faktor eksternal adalah adanya fenomena globalisasi dan
dinamika isu tentang lingkungan hidup, kemajuan teknologi informasi,
kebangkitkan industri kreatif, budaya, dan perkembangan pendidikan di tingkat
internasional. Arus globalisasi menggeser kehidupan masyarakat yang tadinya
tradisional-agraris menjadi modern-industrial.

c) PEMBAHASAN DAN ANALISIS


Pada saat ini k13 dianggap berjalan dengan kesiapan yang belum matang.
Sesi sosialisasi dan pelatihan di tingkat nasional jelas membutuhkan banyak
instruktur yang dituntut untuk menyampaikan materi serupa. Namun, dalam
praktiknya permintaan belum terpenuhi. Banyak peserta pelatihan mengeluh
tentang perbedaan interpretasi di antara para instruktur.
Semua guru yang diwawancarai menyatakan bahwa sistem penilaian
Kurikulum 2013 rumit. Pernyataan mereka didasarkan pada jumlah instrumen
yang harus mereka persiapkan sebelum mereka memulai proses pengajaran.

11
Instrumen ini terdiri dari berbagai jenis teknik untuk menilai sikap spiritual, sikap
sosial, kognitif, dan kompetensi keterampilan.Para guru juga mengalami kesulitan
dalam merancang rubrik penilaian keterampilan siswa. Karena pemberian
beberapa teknik telah direkomendasikan oleh pemerintah, seperti penilaian
kinerja, penilaian proyek, penilaian produk dan portofolio, para guru menjadi
bingung dalam memutuskan teknik mana yang akan diterapkan dalam menilai
kompetensi keterampilan yang telah dicapai siswa.

VI. KESIMPULAN DAN SARAN


A. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian ini dan hasil penelitian para peneliti lain, the
kata kunci dari kesulitan guru adalah kurangnya guru yang komprehensif
pemahaman tentang Kurikulum 2013, termasuk implementasi penilaian, seperti

12
merencanakan, melaksanakan dan melaporkan hasil pencapaian siswa. Untuk
mengatasi kesulitan, program pelatihan yang efektif harus diadakan dan yang
efektif program pelatihan harus mencakup isi Kurikulum 2013, pembelajaran, dan
penilaian dan pembuatan laporan sekolah. Program pelatihan semacam itu harus
melibatkan semua dari para guru. Selama implementasi kurikulum, pemantauan
dan pembinaan program juga dituntut agar para guru dapat memiliki solusi
dengan cepat kapan saja mereka menghadapi kesulitan. Sesuai dengan kesulitan
yang dihadapi guru dalam kejuruan sekolah menengah untuk melaporkan hasil
penilaian, sangat mendesak untuk mengembangkan penggunaan perangkat lunak
membantu mereka dalam melaporkan hasil pendidikan menggunakan Kurikulum
2013.
B. SARAN
Makalah yang kami buat ini masih terdapat banyak kekurangan. Kami
berharap kepada pembaca untuk dapat mengambil informasi yang bermanfaat
sebagai pemanfaatan dalam dunia pendidikan dan supaya makalah ini lebih
sempurna lagi, dapat dilakukan revisi dalam makalah ini.

VII. DAFTAR PUSTAKA


Retnawati, H., & Nugraha, A. C. (2016). Vocational High School Teachers ’
Difficulties in Implementing the Assessment in Curriculum 2013 in
Yogyakarta Province of Indonesia, 9(1).
https://doi.org/10.12973/iji.2016.914a

13
14

Anda mungkin juga menyukai