Anda di halaman 1dari 5

TEGUH OSTENRIK SENIMAN INTERNASIONAL DARI

INDONESIA
Tulisan ini dibuat untuk memenuhi tugas mata kuliah ‘Menajemen Seni’
Dosen Pengampu:
Nur Iksan, S.Sn., M.Sn.

OLEH:
AMALIA INTAN HERFANI
175110900111015

PROGRAM STUDI SENI RUPA MURNI


JURUSAN SENI DAN ANTROPOLOGI BUDAYA
FAKULTAS ILMU BUDAYA
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
Teguh )sentrik merupakan seorang seniman yang mengemban ilmu di jerman
yang mengambil jurusan Seni Rupa Murni. Sebelum berangkat ke Jerman, ia selama
dua tahun mengambil jurusan kedokteran di Trisakti. Namun ia tidak betah dan
memutuskan untuk menjadi supir taksi di Gamya. Kemudian Teguh ingin
melanjutkan studi di Jerman. Sehingga dari hasil kerjanya menjadi supir taksi, ia
menabung untuk membeli tiket pesawat ke Jerman lalu dengan tekad bulat dan niat ia
pun berhasil melanjutkan studinya di Jerman. Sesampainya di Jerman, Teguh butuh
waktu untuk menemukan stasiun kereta api yang ia tuju. Karena mayoritas penduduk
Jerman kurang fasih berbahasa Inggris.
Akhirnya ia pun mempelajari bahasa Jerman selama sebulan untuk
menyambung hidup di Jerman. Ia juga menafkahi dirinya dengan cara menjadi tukang
cuci piring di sebuah restoran sampai profesi yang ia geluti sebelomnya yaitu menjadi
supir taksi. Alasan utama ia berangkat ke Jerman yaitu karena sebuah buku yang
menampilkan karya pelukis era Reinasans Matthias Grunewalld yang ia temukan di
Goethe institute Mantraman, Jakarta Pusat. Saat ia melihat buku itu ia menjadi
termotivasi untuk melanjutkan studi di Jerman. Walaupun awalnya ketika sampai di
Jerman dan telah mengikuti tes sebanyak 4 kali gagal, akhirnya ia pun berhasil masuk
ke dalam jurusan Seni Rupa Murni.
Pendidikan di Jerman membentuk pola pikirnya dimana seorang seniman yang
tidak menguasai teknik tidak bisa bertahan lama. Teguh tidak mengenal istilah wahyu
atau angan-angan kosong. Seniman harus belajar mengobservasi benda. Di awal
karier Teguh berkutat pada seni lukis. Kemudian pada sekitar tahun 2000-an Teguh
mulai tertarik untuk mendalami seni patung. Penyebabnya cukup sepele, yaitu karena
sebuah telepon dari temannya yang sesama seniman, mengajaknya untuk bergabung
menjadi anggota asosiasi pematung Indonesia. Setelah dua bulan menunggu ia pun
ditolak untuk masuk ke dalam asosiasi tersebut. Sejak saat itu Teguh pun menjadi
lebih kerja keras dalam menghasilkan karya patungnya.
Salah satu karyanya yang kemarin ada di Gallery Raos berjudul ‘The
Offering’ menarik perhatian saya. Dibuat dari tumpukan besi-besi yang membentuk
seekor hewan tropis dengan alas arang. Sebuah karya instalasi ini menceritakan
mengenai hutan kelapa sawit yang sekarang sudah gundul dimana-mana oleh
kepentingan manusia itu sendiri. Arang yang menandakan hutan- hutan yang terbakar.
Seekor gajah diambil karena gajah merupakan hewan yang nomaden. Mereka hidup
berpindah-pindah namun hutan tetap saja gundul akibat perbuatan manusia.
LAMPIRAN FOTO

Anda mungkin juga menyukai