Tugas Kelompok Biologi
Tugas Kelompok Biologi
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Genetika merupakan suatu hal yang sudah diperhatikan oleh manusia berabad lamanya. Genetika
menjadi dasar penting dalam studi rumpun ilmu hayati seperti biologi, peternakan, pertanian dan
kedokteran. Defenisi dari genetika itu sendiri ialah ilmu yang mempelajari tentang sifat, karakter,
penyakit atau cacat yang di turunkan dari orang-tua (parental / induk) kepada turunan nya, serta
cara- cara penurunannya. Informasi genetik suatu species tersimpan dalam DNA. DNA terkemas
dalam kromosom sehingga setiap species memiliki kromosom yang spesifik terutama dalam hal
jumlah dan letak gen dan DNA di dalamnya. Konsep genetika pada perkembangan zaman telah
berbeda dengan dengan yang dipahami oleh kebanyakan orang. Secara luas genetika membahas 7
konsep utamayaitu :
1. arti dan ruang lingkup genetika
2. struktur materi genetika
3. reproduksi materi genetik
4. kerja materi genetik
5. perubahan materi genetik
6. genetika dalam populasi
7. perekayasaan materi genetika.
Sifat-sifat suatu species diwariskan kepada anakan melalui proses fertilisasi yaitu peleburan sel
kelamin jantan dan sel kelamin betina yang masing-masing bersifat haploid (memiliki setengah set
kromosom). Oleh karena itu beberapa manfaat genetika dalam bidang kedokteran ialah :
1. Mengetahui sifat – sifat keturunan kita sendiri, serta setiap mahkluk yang hidupdi lingkungan kita.
2. Mengetahui kelainan atau penyakit keturunan serta usaha untuk menanggulanginya.
3. Mengetahui sifat keturunan seseorang, misalnya golongan darah, yang kemungkinan diperlukan
dalam penelitian warisan harta dan kriminalitas.
Terkhusus pada genetika manusia, prinsip genetika perlu dikuasai untuk mempelajari sifat kejiwaan
atau persarafan seseorang yang ditentukan oleh sifat keturunan, misalnya kelebihan satu jenis
kromosom yang ada hubungannya dengan kelainan jiwa, bersifat asosial dan kriminil.Salah satu
tokoh yang mempelajari genetika ini adalah Gregor Johann Mendel yang terkenal sebagai pendiri
baru ilmu dari genetika.Mendel menunjukkan bahwa warisan biologis gen tertentu darisifat dalam
tanaman kacang ercis mengikuti pola-pola tertentu, sekarang disebut sebagai Hukum Mendel.
Hukum Mendel sendiri terbagi atas dua yaitu hukum mendel I dan hukum mendel II. Sifat-sifat
herediter yang diturunkan menuruti Hukum Mendel disebut juga Mendelian Genetics yang
mencangkup monohybrid, dihybrid, trihybrid, dan multihybrid.Namun, selain Mendelian Genetics,
ada pula sifat-sifat herediter yang diturunkun tidak menuruti Hukum Mendel.Hal ini disebut Non-
Mendelian Genetics.
1.3 TUJUAN
Adapun tujuan dan manfaat dari penulisan makal ini, adalah :
1. Memberikan pengetahuan kepada pembaca tentang konsep dasar hukum mendel.
2. Memberikan pengetahuan kepada pembaca tentang kelainan genetik mendeling dan non
mendeling secara mendalam.
3. Memenuhi tugas yang diberikan untuk mendapatkan penilaian.
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 PENGERTIAN HUKUM MENDEL
Ide akan mekanisme pewarisan gen mulanya dikemukakan oleh seseorang Pendeta yang dikenal
sebagai "Bapak Genetika Modern" bernama Gregor Johann Mendel. Mendel terinspirasi oleh kedua
Profesornya di Universitas Olomouc (yaitu Friedrich Franz & Johann Karl Nestler) dan rekan-
rekannya di biara (misalnya, Franz Diebl) untuk mempelajari variasi tanaman, dan ia melakukan
penelitian di biara kebun percobaan yang awalnya ditanam oleh NAPP pada tahun 1830. Antara
1856 dan 1863, Mendel membudidayakan dan menguji beberapa 29.000 tanaman pea (Pisum
sativum). Studi ini menunjukkan bahwa satu dari empat tanaman kacang memiliki ras resesif alel,
dua dari empat orang hibrida dan satu dari empat ras yang dominan. Percobaan-nya memimpin Dia
untuk membuat dua generalisasi, yang Hukum Segregasi dan Hukum Assortment Independen, yang
kemudian lebih dikenal sebagai Hukum Mendel Warisan atau Hukum Pewarisan Mendel.
Hereditas atau pewarisan sifat ialah genotif yang diwariskan dari induk pada keturunannya dan akan
membuat keturunan memiliki karakter seperti induknya. Warna kulit tinggi badan warna rambut,
bentuk hidung bahkan “penyakit warisan” merupakan dampakk dari penurunan sifat. Hereditas
dibawa oleh oleh gen yang ada dalam DNA masing-masing sel makhluk hidup dan pada makluk hidup
multiseluler, tubuhnya tersusun atas puluhan sampai trilyunan sel dengan massa DNA yang saling
mengkait Definisi hereditas sebagai transmisi genetik dari orang tua pada keturunannya merupakan
penyederhanaan yang berlebih karena sesungguhnya yang diwariskan oleh anak dari orangtuanya
adalah satu set alel dari masing-masing orang tua serta mitokondria yang terletak di luar nukleus
(inti sel), kode genetik inilah yang memproduksi protein kemudian berinteraksi dengan lingkungan
untuk membentuk karakter fenotif (Mehler, 1996). Istilah hereditas akan mengenalkan terminologi
Gen dan Alel sebagai ekspresi alternatif yang terkait sifat. Setiap individu memiliki sepasang alel yang
khas dan terkait dengan tetuanya. Pasangan alel ini dinamakan genotif apabila individu memiliki
pasangan alel yang samamakan maka individu tersebut bergenotipehomozigotdan jika berbeda
maka disebut heterozigot (Campbell, 1999). Jadi karakter atau sifat merupakan fenotif dan manusia
merupakan karakter yang komplek dari interaksi genotif yang unik dan lingkungan yang khas.
Hukum Mendel terdiri dari dua bagian, yakni Hukum Pertama Mendel mengenai proses pemisahan
atau segregation dan Hukum Kedua Mendel mengenai hukum berpasangan secara bebas atau
independent assortment.
Hukum Mendel I
Hukum Mendel I merupakan Hukum segregasi bebas menyatakan bahwa pada pembentukan gamet
(sel kelamin), kedua gen induk (Parent) yang merupakan pasangan alel akan memisah sehingga tiap-
tiap gamet menerima satu gen dari induknya. Monohibrid berasal dari kata mono dan hibrid, mono
artinya satu atau tunggal sedangkan hibrid yaitu hasil perkawinan antara dua individu yang memiliki
sifat beda, maka monohibrid dapat diartikan sebagai hasil perkawinan antara dua individu yang
memiliki satu sifat beda atau persilangan dengan satu sifat beda. Sifat beda yang dimaksud adalah
sepasang sifat dalam satu alel. Misalnya warna biji pada biji ercis, memiliki sepasang sifat yaitu hijau
dan kuning.
Hukum Mendel II
Hukum Mendel kedua disebut juga Hukum berpasangan bebas atau Hukum Asortasi bebas atau
Hukum Independent Assortment. Jika hukum mendel 1 didasarkan pada pemisahan gen (Segregasi)
maka hukum mendel II ini berdasarkan pada berpasangan bebas. Yang maksudnya adalah: “bila dua
individu mempunyai dua pasang atau lebih sifat, maka diturunkannya sepasang sifat secara bebas,
tidak bergantung pada pasangan sifat yang lain”. Dengan kata lain, alel dengan gen sifat yang
berbeda tidak saling memengaruhi. Hal ini menjelaskan bahwa gen yang menentukan tinggi tanaman
dengan warna bunga suatu tanaman, tidak saling memengaruhi. Hukum mendel II atau hukum bebas
berpasangan (berpasangan bebas ) atau Hukum Segregation memberi kesempatan pada kita untuk
mendapatkan tanaman yang bersifat unggul. Hukum Mendel II atau Hukum Berpasangan bebas
mempunyai tiga konsep dasar, yaitu:
1. Konsep Backcross Backcross (silang balik) adalah langkah silang antara F1 dengan salah satu
induknya. F1 x salah satu induk (P)
2. Konsep Testcross Testcross (uji silang) adalah persilangan antara suatu individu yang genotifnya
belum diketahui dengan individu yang telah diketahui bergenotif homozigot resesif. Gunanya untuk
mengetahui apakah genotif suatu individu tersebut homozigot ataukah heterozigot. ? x homozigot
resesif
3. Persilangan Resiprok Persilangan resiprok adalah suatu persilangan dimana sifat induk jantan dan
betina bila dibolak-balik/dipertukarkan tetapi tetap menghasilkan keturunan yang sama. Contoh
percobaan pada tanaman ercis. H = gen untuk buah polong berwarna hijau h = gen untuk buah
polong berwarna kuning, Mula-mula dikawinkan tanaman ercis berbuah polong hijau dengan yang
berbuah polong kuning. Semua tanaman F1 berbuah polong hijau. Keturunan F2 memisah dengan
perbandingan fenotip 3 hijau : 1 kuning. Pada perkawinan resiproknya digunakan serbuk sari yang
berasal dari tanaman yang berbuah polong kuning dan diberikan kepada bunga dari tanaman
berbuah polong hijau.
Secara garis besar, hukum ini mencakup tiga pokok:
1. Gen memiliki bentuk-bentuk alternatif yang mengatur variasi pada karakter turunannya. Ini adalah
konsep mengenai dua macam alel; alel resisif (tidak selalu nampak dari luar, dinyatakan dengan
huruf kecil, misalnya m), dan alel dominan (nampak dari luar, dinyatakan dengan huruf besar,
misalnya M).
2. Setiap individu membawa sepasang gen, satu dari induk jantan (misalnya mm) dan satu dari induk
betina (misalnya MM).
3. Jika sepasang gen ini merupakan dua alel yang berbeda (Sb dan sB), alel dominan (S atau B) akan
selalu terekspresikan (nampak secara visual dari luar). Alel resesif (s atau b) yang tidak selalu
terekspresikan, tetap akan diwariskan pada gamet yang dibentuk pada turunannya.
b. Klinefelter sindrom
Penyakit ini terciri dengan perkembangan testis yang kecil (microorchidism) dan menyebabkan
fertilitasnya rendah (mandul). Beberapa kelainan fisik dan permasalahan lainnya mungkin ditemukan
dan banyak kejadian anak laki maupun pria dewasa gejalanya sulit dideteksi. Kelainan ini terjadi satu
diantara 500 pria, karena adanya ekstra kromosom, dimana terjadi pada jumlah kromosom 47
dengan adanya XXY kromosom.
Adanya ekstra kromosom X disebabkan karena tidak terjadinya perlekatan kromosom X pada proses
pembelahan sel germinal (meiosis). Kromosom XXY adalah salah satu variasi genetik yang sering
ditemukan pada karyotipe XY. Pada mamalia termasuk manusia yang mempunyai lebih dari satu
kromosom X, kromosom tersebut tidak diekspresikan, atau kromosom X tersebut tidak aktif. Hal ini
juga terjadi pada pria dengan kromosom XXY atau pada wanita normal (kromosom XX). Beberapa
gen berlokasi pada daerah pseudoautosomal, tetapi gen pada kromosom Y mampu untuk
diekspresikan. Dari hal tersbut mungkin gen triploid XXY pada pria yang menyebabkan gejala
penyakit Klinefelter sindrom.
c. Hipofosfatemia
Penyakit kondisi metabolik genetik ini disebut juga X-link hipopfosfatemia, yaitu penyakit genetik
yang menyebabkan gangguan metabolisme fosfat. Penyakit ini ada beberapa bentuk yaitu:
- X-link hipofosfatemia rickets(XLH)
- Familial hipofosfatemia
- Vitamin D-resisten rickets (VDRR)
- Genetik rickets
Penyakit XLH pertama ditandai dengan pengaruhnya terhadap perkembangan tulang dan gigi,
dengan gejala gangguan mineralisasi tulang dan gigi. Hal tersebut mengakibatkan tulang dan gigi
kekurangan mineral esensial terutama kalsium dan fosfor, yang menyebabkan malformasi,
osteomalacea dan osteoporosis. Etiologi Penyebab penyakit X-link hipofosfatemia ini masih dalam
polemik ada sebagian penelti melaporkan sebagai penyakit X-link dominan, dan ada yang
melaporkan sebagai penyakit X-link resesif.
Etiologi
CF disebabkan oleh terjadinya mutasi pada gen yang disebuat “cystic fibrosis transmembrane
conductance regulator” (CFTR). Produk dari gen tersebut membantu pembentukan sekresi keringat,
cairan digesti lambung dan cairan mukus. Walaupun orang normal tanpa CF mempunyai dua kopi
gen CFTR, tetapi hanya satu yang diperlukan untuk mencegah CF. CF akan berkembang apabila
kedua gen tersebut tidak bekerja secara normal. Tetapi kejadian CF adalah penyakit resesif
autosoma (autosomal recessive disease), dimana nama cystic fibrosis dari kata fibrosis (jaringan
parut) dan siste/cyste (formasi dalam pankreas), dan penyakit ini ditemukan pada tahun 1930an.
Gen CFTR ditemukan pada lokus q31.2 dari kromosom 7, yang mempunyai panjang pasangan basa
180.000 dan membentuk protein yang mengandung 1480 asam amino. Paling sering terjadi mutasi
adalah hilangnya (deletion) dari ΔF508 (Δ) dari tiga nukleotida, yang mengakibatkan hilangnya asam
amino phenylalanine (F) pada posisi ke 508 dari protein. Mutasi tersebut diperkirakan terjadi pada
75% penderita CF didunia dan 90% kasus terdapat di Amerika Serikat. Ada sekitar lebih dari 1400
kasus mutasi berkembang menjadi CF, tetapi frekuensi terjadinya mutasi pada ras kaukasia seperti
terlihat pada Tabel 3.2. Ada beberapa mekanisme dimana kejadian mutasi tersebut menyebabkan
permasalahan pada protein CFTR, misalnya ΔF508 menyebabkan protein tidak berlipat secara
normal, sehingga mudah terdegradasi oleh sel. Beberapa mutasi yang terjadi pada sekelompok
populasi yahudi (Ashkenazi Jewish population) mengakibatkan rantai protein terlalu pendek karena
diproduksi terlalu dini sehingga tidak bekerja dengan sempurna.
Gejala
Gejala yang timbul pada penyakit CF ini sangat bergantung pada umur dan kondisi individu.
Keparahan penyakit berefek pada organ yang spesifik, sehingga pengobatan perlu diketahui tipe
infeksi yang terjadi sebelumnya. Cystic fibrosis berefek pada seluruh bagian tubuh sehingga akan
mempengaruhi pertumbuhan, sistem pernafasan, sistem pencernaan dan reproduksi. Pada
perkembangan bayi yang baru dilahirkan pertambahan bobot badanya sangat lambat dan sulit
buang air besar karena terjadi penyumbatan feses yang mengeras. Pada anak balita dan anak usia
muda, terlihat lambat berkembang, sering mengalami gangguan paru, dan kesulitan menyerap
nutrisi makanan seperti vitamin, mineral dan nutrisi lainnya oleh usus penderita CF. Pada fase
lanjut, CF menyebabkan perubahan struktur dari paru-paru, yang berkembang untuk menyebabkan
kesulitan bernafas. Gejala lainnya adalah batuk yang mengeluarkan darah, terjadi perubahan pada
aliran udara dari paru-paru disebabkan oleh “bronchiectasis”, bronchioli menyempit, terjadi
peningkatan tekanan darah pada paru (hipertensi pulmonum), kegagalan jantung, sehingga terjadi
kesulitan untuk memperoleh oksigen pada jaringan tubuh. Sehingga pada kondisi tersebut
diperlukan bantuan pernafasan seperti mesin tekanan udara positif (bilevel positive airway pressure)
atau ventilator. Kebanyakan penderita CF peka terhadap infeksi bakteri dan jamur, seperti infeksi
Mycobacterium tuberculose dan fungi Aspergillus fumigatus. Pada bayi yang baru dilahirkan, CF
terdeteksi setelah bayi tersebut tidak dapat mengeluarkan feses yang pertama kali (meconium). Hal
tersebut terjadi karena meconium menyumbat ,saluran cerna (usus) dan menyebabkan penyakit
yang serius. Kondisi tersebut dinamakan “meconium ileus, terjadi pada 10% bayi yang baru lahir
penderita CF. Dilain pihak dapat terjadi juga “protrusion” bagian dalam dari rektum (prolapsus
rektal), hal ini sering terjadi pada penderita CF karena terjadi peningkatan volume feses, juga
malnutrisi, dan peningkatan tekanan dalam abdomen karena batuk yang berat.
Pankreas adalah organ yang memproduksi cairan kental yang membantu memecah makanan
menjadi unsur nutrisi yang penting. Pada penderita CF sekresi cairan kental tersebut memblok enzim
digesti yang menuju saluran digesti sehingga menyebabkan kerusakan ireversibel pada pankreas. Hal
tersebut menyebabkan rasa sakit karena terjadi peradangan pada pankreas (pankreatitis).
Kekurangan enzim digesti menyebabkan terganggunya absorpsi unsur nutrisi, berakibat pada sistem
ekskresi feses. Gangguan tersebut dinamakan malabsorpsi, yang mengakibatkan malnutrisi, sehingga
penderita CF mengalami gangguan pertumbuhan karena hilangnya kalori yang dibutuhkan untuk
tubuh. Penderita CF juga mempunyai masalah dalam penyerapan vitamin yang larut dalam lemak
yaitu vitamin A, D, E dan K. Disamping itu penderita CF sering mengalami penyumbatan intestinal
karena intususepsi, yaitu sebagian usus masuk keusus bagian lainnya, sehingga terjadi constipasi.
Pada individu yang lebih tua, sering terjadi sindrom obstruksi usus, bilamana terjadi pengerasan
feses memblok saluran usus bagian bawah. Sekresi yang mengental tersebut dapat menyebabkan
permasalahan pada penderita CF, sekresi cairan empedu dari hati untuk proses pencernaan akan
menyumbat saluran empedu dan menyebabkan kerusakan hati. Bila gengguan tersebut terjadi
dalam waktu lama akan menyebabkan sirosis hepatis, sehingga hati mengalami kegagalan dalam
proses detoksikasi. Penanganan CF Yang paling penting dalam penanganan CF adalah difokuskan
pada gangguan paru, yaitu dengan mengeluarkan mukus dari saluran pernafasan dan mengobatai
penyakit infeksi pada paru. Pemberian antibiotik ditujukan untuk infek kronis maupun akut pada
paru baik melalui inhalasi, intravena maupun peroral. Perlakuan dengan pengeluaran mukus dari
saluran nafas dengan alat maupun dengan cara inhalasi dapat digunakan untuk mengeluarkan
mukus yang kental dari saluran pernafasan sehingga melegakan pernafasan. Aspek lain dari
penanganan CF ini adalah pengobatan diabetis dengan pemberian insulin, penyakit pankreas
perlakuan sulih enzim, dan bila yang terkena sistem reproduksi perlu dilakukan pengobatan yang
ditujukan pada sistem reproduksi tersebut. Therapi lain yang lebih canggih adalah dengan
melakukan transplantasi dan terpai gen untuk memperbaiki organ yang menderita tersebut.
Penanganan SCA
Penderita SCA harus dirawat dan diobati terus menerus walaupun dia tidak mengalami atau belum
mengalami masa krisis rasa sakit. Pemberian suplemen asam folat yang merupakan obat esensial
untuk memproduksi sel sangat diperlukan, karena dapat mempercepat pembentukan sel darah
merah kembali. Tujuan utama dari pengobatan SCA adalah mengontrol gejala dan mengurangi
terjadinya krisis rasa sakit. Pada saat periode krisis pengobatan yang tepat harus segera dilakukan,
yaitu dengan pemberian analgesik dan pemberian cairan tambahan. Telah ditemukan obat
Hydroxyurea (Hydrea) untuk pengobatan pasien penderita SCA, hasilnya cukup menggembirakan
karena dapat menurukan terjadinya krisis rasa sakit dan sakit pada tulang pinggul yang akut, juga
dapat menurunkan kebutuhan untuk transfusi darah. Beberapa ahli menyatakan bahwa pemberian
obat ini dapat menyebabkan kecenderungan terjadinya penyakit leukemia, tetapi tidak ada data
bahwa pemberian Hydrea pada pasien SCA dapat menyebabkan leukemia. Pengobatan dengan
pencangkokan susum tulang (transplantasi sumsum tulang) hanya dilakukan oleh sedikit pasien, hal
tersebut terjadi karena prosedur tersebut mempunyai resiko yang tinggi dan harus sesuai antara
donor dan pasien, sehingga tidak terjadi reaksi penolakan dari penderita. Disamping itu pengobatan
dengan cara tersebut memerlukan biaya yang tinggi dibanding dengan pengobatan dengan cara lain.
Pemberian antibiotik dan vaksin dapat mencegah terjadinya infeksi sekunder oleh bakteri patogen,
pengobatan ini sering diberikan pada anak yang menderita penyakit sickel sel. Pengobatan
tambahan yang dilakukan adalah: - Pemberian transfusi darah pada gejala rasa sakit akut pada
bagian pinggul - Transfusi atau dilakukan operasi untuk kasus terjadinya gejala neurologi seperti
terjadinya stroke - Dialysis atau transplantasi ginjal bila terjadi kerusakan ginjal - Operasi pada mata
bila terjadi kerusakan mata - Dan beberapa tindakan lain yang berupa operasi pada organ-organ
yang menderita.
3. Thalassemia
Thalassemia adalah penyakit yang diturunkan yang menyebabkan gangguan pada system
pembentukan sel darah merah. Gangguan genetic tersebut terjadi akibat dari penurunan laju sintesis
rantai globin yang normal yang menyebabkan tidak stabilnya transport oksigen kedalam jaringan. Sel
darah merahnya sendiri cenderung rapuh dan mudah pecah sehingga menyebabkan anemia. Secara
geografis penyakit ini banyak menyerang pada orang yang hidup di daerah laut Mediterranian,
dimana thalassemia dari asal kata “Thalassa” dalam bahasa Yunani, yang artinya adalah laut dan
“Haimia” yang artinya darah. Thalassemia dapat terjadi pada semua populasi penduduk dan
kelompok etnis, walaupun prevalensinya sangat bervariasi diantara populasi tersbut. Diperkirakan
prevalensi penyakit sekitar 16% terjadi pada penduduk Cyprus, 3-14% di Thailand, dan sekitar 3-8%
terjadi pada populasi penduduk India, Pakistan, Bangladesh dan China. Prevalensi juga banyak
terjadi pada orang keturunan Amerika Latin, Negara-negara Caribia dan Mediterrania (mis: Spanyol).
Prevalensi terkecil terjadi pada penduduk Afrika (0,9%) dan Eropa Utara (0,1%).
Menentukan penetrasi alel C282Y dapat dipengaruhi ketika komunitas medis mengevaluasi
homozigot. Banyak dari mereka yang menderita tidak mencari pengobatan sampai gejalanya
meningkat, dan dengan kondisi yang berkaitan dengan usia, beberapa orang meninggal terlebih
dahulu karena sebab lain. Dilema ini dikenal sebagai bias kepastian. Mungkin ada bias yang
mendukung hanya kepastian dari yang paling parah terkena dampak, atau mungkin ada bias di arah
lain, menganggap bahwa homozigot dipengaruhi dengan penyakit jika mereka hanya meningkatkan
kadar zat besi dalam darah, tetapi tidak ada bukti fisiologis organ. penyakit seperti sirosis.
Risiko yang dapat diatribusikan Untuk alel dengan penetrasi yang tidak lengkap, penetrasi alel tidak
sama dengan risiko yang dapat diatribusikan. Sebagai contoh, banyak alel telah ditunjukkan, melalui
studi asosiasi, menyebabkan beberapa bentuk kanker, seringkali dengan penetrasi rendah. Tetapi
kasus kanker akan muncul bahkan tanpa kehadiran alel. Risiko yang dapat diatribusikan adalah
proporsi dari total risiko yang dapat dikaitkan dengan keberadaan alel. Sifat poligenik Sebagian besar
sifat biologis (seperti tinggi atau kecerdasan pada manusia) adalah multifaktorial, dipengaruhi oleh
banyak gen serta kondisi lingkungan dan ekspresi epigenetik. Hanya ukuran statistik dari hubungan
yang dimungkinkan dengan sifat-sifat poligenik tersebut.
Sifat genetik yang mengikuti prinsip hukum Mendel dikenal sebagai warisan Mendelian sementara
sifat genetik yang tidak mengikuti hukum Mendel dikenal sebagai pewarisan non Mendel . Inilah
perbedaan utama antara pewarisan Mendelian dan non Mendel.
Setelah delapan tahun melakukan percobaan dengan tanaman kacang, Gregor Mendel
memperkenalkan tiga prinsip utama yang terkait dengan warisan sifat. Mereka dirangkum sebagai
berikut.
Hukum segregasi - Selama pembentukan sel kelamin (gamet), dua alel bertanggung jawab atas sifat
yang terpisah satu sama lain.
Hukum assortment independen - Alel untuk berbagai sifat didistribusikan ke sel kelamin secara
independen satu sama lain.
Hukum dominasi - Bila sifatnya heterozigot, sifat dominan akan ditunjukkan pada keturunan karena
alel dominan.
Karakteristik yang mengikuti hukum yang disebutkan di atas selama pewarisan dikenal sebagai
warisan Mendel. Menurut hukum ketiga, satu alel dominan cukup untuk menunjukkan sifat dominan
pada keturunannya.
Apa itu Warisan Non Mendel?
Warisan Non Mendel mengacu pada pola warisan dimana sifat-sifatnya tidak dipisahkan sesuai
dengan prinsip-prinsip hukum warisan Mendel. Sifat-sifat ini menunjukkan pola pewarisan yang lebih
kompleks. Tidak seperti pewarisan Mendelian, yang mengatakan bahwa gen hanya terdiri dari dua
alel, pewarisan non Mendel menunjukkan bahwa beberapa sifat diatur oleh beberapa alel. Misalnya,
golongan darah manusia ABO memiliki banyak alel. Beberapa sifat dikatakan sifat poligenik yang
tidak bisa mengikuti pewarisan Mendelian. Ciri-ciri ini sering menunjukkan berbagai fenotip.
Misalnya, warna kulit manusia memiliki keragaman luas karena sifat poligenik.
Sifat yang menunjukkan pewarisan non Mendel menghasilkan proporsi fenotip yang berbeda pada
keturunannya.
Sifat genetik yang mengikuti hukum warisan Mendel adalah warisan mendelian. Sifat genetik yang
tidak mengikuti hukum warisan Mendel dikenal sebagai pewarisan non Mendel
Sifat Phenotype
Alel dominan menentukan sifat fenotipe. Sifat fenotip dapat berbeda dari ciri-ciri keadaan alendel
homozigot
Proporsi Fenotip
Proporsi fenotipe pada keturunan sama dengan hasil yang diprediksi. Proporsi fenotipe yang diamati
pada keturunan tidak sesuai dengan nilai yang diperkirakan.
Non Mendeling
1. Dominasi tidak lengkap
2. Warisan menegah
3. Epistasis
4. Mewarisi banyak gen
5. Multi alel
6. Perbedaan jenis kelamin; karakter yang dipengaruhi oleh jenis kelamin dan karakter terbatas jenis
kelamin
BAB 3
KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA
1. Meilinda. TEORI HEREDITAS MENDEL: EVOLUSI ATAU REVOLUSI (KAJIAN
FILSAFAT SAINS). Universitas Sriwijaya.
2. Rinaldi Taufik Akbar,dkk. IMPLEMENTASI SISTEM HEREDITAS
MENGGUNAKAN METODE PERSILANGAN HUKUM MENDEL UNTUK
IDENTIFIKASI PEWARISAN WARNA KULIT MANUSIA. Universitas Pakuan.
3. Artadana Ida Bagus Made, Savitri Wina Dian. 2018. DASAR-DASAR
GENETIKA MENDEL DAN PENGEMBANGANNYA. Yogyakarta: Graha Ilmu
4. Darmono. Kelainan seks kromosom X dan Y link. Profesor riset bidang
toksikologi.
5. Darmono. Autosomal dominan dan resesif.
http://penyakitgenetik.yolasite.com/resources/ Autosomal-
dominan.pdf. diakses pada 25/02/2020.
6.