Anda di halaman 1dari 8

BAB I

PENDAHULUAN
Dalam makalah tentang merek ini, yang diangkat adalah kasus tentang sengketa merek makanan agar-
agar “Swallow Globe” dengan merek “Bola Dunia”, yang dimana merek Bola Dunia memasarkan
merek dan logo yang berbeda dari yang didaftarkan, namun merek dan logo yang dipasarkan justru
serupa dengan merek Swallow Globe.
Merek Swallow Globe didaftarkan oleh Effendy di Ditjen Merek HaKI Departemen Kehakiman dan
HAM RI, No. 361196 tanggal 31 Mei 1996 untuk melindungi barang kelas 29, tepung (powder) agar-
agar. Kemudian, merek Bola Dunia yang didaftarkan oleh Soewardjono, bahwa produknya berupa
“tepung agar-agar” dengan daftar No. 395619 tertanggal 2 Oktober 1997 dan dengan gambar burung
walet (SWALLOW) daftar No. 487928 tanggal 31 Agustus 2001.
Namun pada kenyataannya merek yang didaftarkan Soewardjono berbeda dengan yang dipasarkan,
yang dimana merek yang dipasarkan serupa dengan milik Effendy, yang tentu saja membawa dampak
negative yang besar terhadap merek Swallow Globe.
BAB II
KERANGKA TEORITIS
A.1. Definisi Merek
Merek adalah tanda yang berupa gambar, nama, kata, huruf-huruf, angka-angka, susunan warna, atau
kombinasi dari unsur-unsur tersebut yang memiliki daya pembeda dan digunakan dalam kegiatan
perdagangan barang atau jasa. Merek merupakan salah satu kunci pertimbangan dalam keputusan
bisnis. Merek adalah modal intelektual yang memiliki nilai ekonomi yang dapat ditingkatkan nilainya
dalam produk dan teknologi. Merek adalah asset bisnis dan usaha. Merek sangat erat dengan busines
image, goodwil dan reputasi.
Merek dagang adalah merek yang digunakan pada barang yang diperdagangkan oleh seseorang atau
beberapa orang secara bersama-sama atau badan hukum untuk membedakan dengan barang-barang
sejenis lainnya. Merek jasa adalah merek yang digunakan pada jasa yang diperdagangkan oleh
seseorang atau beberapa orang secara bersama-sama atau badan hukum untuk membedakan dengan
jasa-jasa sejenis lainnya.
Kotler menambahkan bahwa suatu merek adalah suatu simbol yang komplek yang menjelaskan enam
tingkatan pengertian, yaitu:
1. Atribut produk
Merek memberikan ingatan pada atribut – atribut tertentu dari suatu produk, misalnya jika kita
mendengar merek Nutrisari, tentunya kita teringat akan minuman rasa jeruk.
2. Manfaat
Atribut – atribut produk yang dapat diingat melalui merek harus dapat diterjemahkan dalam bentuk
manfaat baik secara fungsional dan manfaat secara emosional, misalnya atribut kekuatan kemasan
produk menterjemahkan manfaat secara fungsional dan atribut harga produk menterjemahkan manfaat
secara emosional yang berhubungan dengan harga diri dan status.
3. Nilai
Merek mencerminkan nilai yang dimiliki oleh produsen sebuah produk, misalnya merek Sony
mencerminkan produsen elektronik yang memiliki teknologi yang canggih dan modern.
4. Budaya
Merek mempresentasikan suatu budaya tertentu, misalnya Mercedes mempresentasikan budaya
Jerman yang teratur, efisien, dan berkualitas tinggi.
5. Kepribadian
Merek dapat diproyeksikan pada suatu kepribadian tertentu, misalnya Isuzu Panther yang diasosikan
dengan kepribadian binatang panther yang kuat (mesin kuat dan tahan lama).
A.2. Daya Pembeda
Daya pembeda memiliki kemampuan untuk digunakan sebagai tanda yang dapat membedakan hasil
perusahaan yang satu dengan perusahaan yang lain. Tanda yang secara inheren memiliki daya
pembeda (Inherently distinctiveness) dan dapat segera memperoleh perlindungan yaitu tanda yang
dibentuk dari kata temuan (invented words) yang bagus sekali didaftarkan sebagai merek mencakup
tanda yang bersifat:
• Fanciful
Merek yang dibentuk dari kata khayalan (fanciful), bahkan kata-kata yang tidak ada dalam kamus
paling baik untuk dijadikan merek karena tidak saja baru, tetapi juga secara substansi jelas berbeda
dengan kata yang digunakan pada umumnya. Contohnya, Blackberry untuk merek telepon seluler
(handphone), Google untuk mesin pencarian di internet, Dagadu Yogyakarta.
• Arbitrary
Merek yang berubah-ubah (arbitrary) menampilkan merek yang sama bekali tidak terkait dengan
produk, contohnya, Apple untuk komputer, Jaguar untuk mobil.
• Suggestive
Merek yang bermaksud memberikan kesan (suggestive) dikaitkan dengan imajinasi konsumen untuk
menerjemahkan informasi yang disampaikan melalui merek dan kebutuhan pesaing untuk
menggunkan kata yang sama, contohnya, Facebook untuk jejaring pertemanan di internet
Tanda dianggap tidak memiliki daya pembeda apabila tanda tersebut terlalu sederhana seperti satu
tanda garis atau satu tanda titik, ataupun terlalu rumit sehingga tidak jelas. Salah satu contoh Merek
seperti ini adalah tanda tengkorak di atas dua tulang yang bersilang, yang secara umum telah
diketahui sebagai tanda bahaya. Tanda seperti itu adalah tanda yang bersifat umum dan telah menjadi
milik umum. Oleh karena itu, tanda itu tidak dapat digunakan sebagai Merek.
Merek tersebut berkaitan atau hanya menyebutkan barang atau jasa yang dimohonkan pendaftarannya,
contohnya Merek Kopi atau gambar kopi untuk jenis barang kopi atau untuk produk kopi. Merek yang
secara umum telah diketahui sebagai tanda yang bersifat umum dan telah menjadi milik umum (public
domain) biasanya disebut generic, sehingga sama sekali tidak dapat memiliki daya pembeda
(incapable of becoming distinctive), tidak dapat dilindungi meskipun telah digunakan dalam upayanya
membangun secondary meaning. Sementara dalam contoh merek kopi yang merupakan deskripsi dari
produknya yaitu kopi, hal ini disebut descriptive. Merek yang menggambarkan produknya
(descriptive) sebenarnya masih dapat menjadi merek dengan membangun secondary meaning (makna
lain) melalui penggunaan. Dengan demikian, secara teoritis, lebih bersifat deskriptif suatu terminologi
yang digunakan sebagai merek, maka harus lebih tinggi upayanya untuk membangun secondary
meaning. Secondary meaning dilakukan oleh sebuah merek yang bersifat deskriftif atau merek yang
memiliki daya pembeda yang lemah, namun dapat didaftarkan setelah membuktikan melalui
penggunaan di pasar yang artinya membangun persepsi konsumen.

A.3. Strategi Merek


Produsen, distributor atau pedagang pengecer dapat melakukan strategi merek sebagai berikut di
bawah ini :
1. Individual Branding / Merek Individu
Individual branding adalah memberi merek berbeda pada produk baru seperti pada deterjen surf dan
rinso dari unilever untuk membidik segmen pasar yang berbeda seperti halnya pada wings yang
memproduksi deterjen merek so klin dan daia untuk segmen pasar yang beda.
2. Family Branding / Merek Keluarga
Family branding adalah memberi merek yang sama pada beberapa produk dengan alasan
mendompleng merek yang sudah ada dan dikenal mesyarakat. Contoh famili branding yakni seperti
merek gery yang merupakan grup dari garudafood yang mengeluarkan banyak produk berbeda dengan
merek utama gery seperti gery saluut, gery soes, gery toya toya, dan lain sebagainya. Contoh lain
misalnya yaitu seperti motor suzuki yang mengeluarkan varian motor suzuki smash, suzuki sky wave,
suzuki spin, suzuki thunder, suzuki arashi, suzuki shogun ,suzuki satria, dan lain-lain.
A.4. Jenis-Jenis Merek
1. Merek perusahaan
Manufacturer brand atau merek perusahaan adalah merek yang dimiliki oleh suatu perusahaan yang
memproduksi produk atau jasa. Contohnya seperti soffel, capilanos, ultraflu, so klin, philips, tessa,
benq, faster, nintendo wii, vit, vitacharm, vitacimin, dan lain-lain.
2. Merek pribadi
Merek pribadi adalah merek yang dimiliki oleh distributor atau pedagang dari produk atau jasa seperti
zyrex ubud yang menjual laptop cloud everex, hipermarket giant yang menjual kapas merek giant,
carrefour yang menjual produk elektronik dengan merek bluesky, supermarket hero yang menjual
gula dengan merek hero, dan lain sebagainya.
3. Merek Dagang
Merek yang digunakan pada barang yang diperdagangkan oleh seseorang atau beberapa orang secara
bersama-sama atau badan hukum untuk membedakan barang barang sejenis lainnya.
4. Merek jasa
Merek yang digunakan pada jasa yang diperdangkan oleh seseorang atau beberapa orang secara
bersama sama atau oleh badan hukum untuk membedakan dengan jasa jasa sejenis lainnya
5. Merek kolektif
Merek yang digunakan pada barang dan atau jasa dengan karakteristik yang sama, yang
diperdagangkan oleh seseorang atau beberapa orang atau badan hukum secara bersama sama untuk
membedakan dengan barang dan atau jasa sejenis lainnya.
Ada juga produk generik yang merupakan produk barang atau jasa yang dipasarkan tanpa
menggunakan merek atau identitas yang membedakan dengan produk lain baik dari produsen maupun
pedagang. Contoh seperti sayur-mayur, minyak goreng curah, abu gosok, buah-buahan, gula pasir
curah, bunga, tanaman, dan lain sebagainya. Di Indonesia ketentuan tersebut diatur dalam Undang-
Undang Nomor 15 Tahun 2001 Tentang Merek (selanjutnya disebut UUM).
Dalam Pasal 1 Angka 1 menentukan: “Merek adalah tanda yang berupa gambar, nama, kata, huruf-
huruf, angka-angka, susunan warna, atau kombinasi dari unsur-unsur tersebut yang memiliki daya
pembeda dan digunakan dalam kegiatan perdagangan barang atau jasa”. Jadi ada beberapa unsur
dalam pengertian merek yaitu:
1. tanda
2. memiliki daya pembeda
3. digunakan untuk perdagangan barang atau jasa.

BAB III
ANALISIS KASUS
A.1. KASUS POSISI
Effendy pengusaha di Jakarta adalah pemilik dan pemegang merek dagang “SWALLOW GLOBE
BRAND”. Dengan gambar lukisan bola dunia serta gambar burung walet (SWALLOW) terdaftar
pada Ditjen Merek – HaKI Dep. Kehakiman dan HAM RI, No. 361196 tanggal 31 Mei 1996 untuk
melindungi barang klas 29 : tepung (powder) ager-ager;
Selanjutnya dipasarkan, terdapat “merek dagang”:
1. Bola Dunia, melindungi barang klas 29 berupa tepung ager-ager Daftar No. 395619 tertanggal 2
Oktober 1997;
2. Bola Dunia (GLOBE) dengan gambar burung walet (SWALLOW) Daftar No. 487928 tanggal 31
Agustus 2001 melindungi barang klas 29 berupa tepung ager-ager;
3. Kedua merek tersebut No. 395619 dan No. 487928 pemegang merek tersebut tercatat atas nama
Soewardjono pengusaha di Jakarta.
Ternyata merek yang dipegang dan dimiliki Soewardjono terdapat perbedaan antara merek yang
didaftarkan No. 395619 dan No. 487928 dengan merek yang dipakai dan diedarkan di masyarakat
(mirip dengan mereknya Efendy);
Perbedaan tersebut nampak sebagai berikut:
1. Merek yang didaftarkan Merek Yang Dipakai
2. No. 395619 No. 487298
3. Hitam dan Putih Tidak ada warna Kuning Warna Dasar Kuning
4. Tidak Ada Huruf Kanzi Tidak Ada Huruf Kanzi Terdapat Penulisan Huruf Kanzi
5. Tidak Aada Tidak Ada Terdapat tulisan kata Agar-Agar Powder
6. Tidak Ada Tidak Ada Gambar Agar-Agar dengan warna-warni
Dari adanya pemakaian merek yang tidak sesuai dengan merek yang didaftarkan, adalah merupakan
salah satu alasan penghapusan Pendaftaran Merek yang diatur dalam Pasal 61 ayat 2 huruf b UU No.
15 Tahun 2001;
Adanya kenyataan tersebut, maka Effendy selaku pemegang merek No. 361196 merasa dirugikan oleh
Merek No. 395619 dan No. 487298 milik Soewardjono yang telah beritikad buruk dengan berusaha
meniru dan membonceng merek milik Effendy;
Akhirnya Effendy (Penggugat) melalui Kuasa Hukumnya mengajukan gugatan gugatan kepada
Soewardjono (Tergugat) di PNiaga Jakarta Pusat;
Tuntutan yang disebutkan gugatan tersebut adalah sebagai berikut:
1. Menyatakan Penghapusan Pendaftaran Merek Daftar No. 395619 dan Daftar No. 487928 a.n.
Tergugat dari “Daftar Umum Merek” pada Direktorat Jenderal HaKI dengan segala akibat hukumnya;
2. Menghukum Tergugat untuk membayar segala biaya perkara.
Majelis Hakim setelah memeriksa perkara gugatan ini, dalam putusannya memberikan pertimbangan
hukum yang pada pokoknya sebagai berikut:
1. Penggugat berhak mengajukan gugatan penghapusan pendaftaran merek Tergugat tersebut,
berdasarkan alasan dalam Pasal 61 ayat 2 huruf b UU No. 15 Tahun 2001 tentang Merek;
2. Pasal 61 ayat 2 huruf b UU No. 15 Tahun 2001 pada pokoknya menyatakan bahwa penghapusan
pendaftaran merek dapat dilakukan apabila … dst …, termasuk pemakaian merek yang tidak sesuai
dengan merek yang didaftarkan;
3. Ketidaksesuaian dalam penggunaan, meliputi ketidaksesuaian dalam bentuk penulisan kata atau
huruf atau ketidak sesuaian dalam penggunaan warna yang berbeda;
4. Tergugat pemilik merek No. 395619 tanggal 5 Agustus 1998 dengan “kata BOLA DUNIA”
dengan gambar/lukisan Bola Dunia, dengan warna etiket warna etiket “hitam putih” untuk barang
ager-ager klas 29. Dan pemilik merek No. 487928 berupa merek kata Cap BOLA DUNIA, dengan
gambar Bola Dunia (Globe) dan buruh walet, dan burung walet (Swallow) dan susunan warna “biru
tua, biru muda, hijau, hitam dan putih untuk mellindungi barang : ager-ager klas 29;
5. Tergugat telah menggunakan merek tersebut diatas tidak sesuai merek yang telah didaftarkan;
6. Bilamana dibandingkan “merek yang dipakai oleh Tergugat Bukti P-3-P4 – T10) dengan merek
yang dipakai oleh Tergugat Bukti P5 dan T 17) maka Hakim berpendapat : terdapat ketidaksesuaian
dalam bentuk gambar/lukisan; dalam bentuk penulisan kata atau huruf ketidaksesuaian dalam
penggunaan warna yang berbeda;
7. Majelis Hakim berpendapat, apa yang ditentukan oleh Pasal 61 ayat 2 huruf b UU No. 15 Tahun
2001 tentang Merek, berikut penjelasannya, telah terpenuhi dan gugatan Penggugat adalah beralasan
hukum dan dapat dikabulkan.
Dengan pertimbangan yang pada pokoknya disebutkan diatas, maka Majelis Hakim memberi Putusan:
MENGADILI:
1. Mengabulkan gugatan penggugat untuk seluruhnya;
2. Menyatakan penghapusan pendaftaran merek daftar no. 395619 dan no. 497928 a.n. Tergugat
dari “Daftar Umum” pada Direktorat Jenderal HaKI Dep. Kehakiman & HAM, karena pemakaian
merek-merek tersebut tidak sesuai dengan merek yang didaftar, dengan segala akibat hukumnya;
3. Menghukum Tergugat membayar biaya perkara … dst …dst.
A.2. Mahkamah Agung RI (Kasasi)
Tergugat menolak putusan Pengadilan Niaga tersebut diatas dan mengajukan pemeriksaan kasasi
dengan mengemukakan beberapa keberatan dalam memori kasasi;
Majelis MA yang mengadili dalam putusannya menilai bahwa Judex FACTI salah dalam menerapkan
hukum, sehingga putusannya harus dibatalkan dan selanjutnya MA akan mengadili sendiri perkara ini
pertimbangan yang intisarinya sebagai berikut:
1. Dasar gugatan “Penggugat Asal adalah Pasal 61 ayat 2 huruf b UU No. 15 Tahun 2001, yaitu
pemakaian merek yang tidak sesuai dengan merek yang didaftarkan;
2. Dalam kasus ini merek yang digunakan oleh Tergugat Asal berupa : etiket merek Cap Bola
Dunia dengan warna dasar kuning serta bertuliskan huruf kanzi, tulisan “Ager-Ager Powder” dan
gambar piring berisi “Ager-Ager” warna-warni. Hal ini tidak sesuai dengan merek yang didaftarkan
oleh Tergugat Asal;
3. Sesuai dengan Pasal 5 huruf d UU No. 15 Tahun 2001, dinyatakan bahwa : unsur yang
merupakan keterangan atau berkaitan dengan barang atau jasa, tidak dapat digunakan sebagai merek,
karenanya tulisan Ager-Ager Powder dan gambar piring berisi Ager-Ager warna-warni” serta tulisan
huruf kanzi, berarti “Tepung Ager-Ager” adalah bukan merek;
4. Begitu juga dengan warna-warni kuning, yang digunakan oleh banyak merek yang
memproduksi, “ager-ager”, bukanlah merupakan unsur merek, seperti yang dimaksudkan Pasal 1
angka 1 UU No. 15 Tahun 2001.
Atas dasar pertimbangan-pertimbangan tersebut diatas, maka Majelis MA memberi putusan sebagai
berikut:
MENGADILI:
1. Mengabulkan permohonan kasasi dari Pemohon;
2. Membatalkan putusan PNiaga pada PN Jakarta Pusat tanggal 23 April 2002 No.
03/MEREK/2002/PN.NIAGA.Jkt.Pst.
MENGADILI SENDIRI:
1. Menolak gugatan Penggugat untuk seluruhnya.
A.3. Mahkamah Agung RI (Peninjauan Kembali)
Penggugat Asal, mengajukan pemeriksaan “Peninjauan Kembali (PK) “ ke MA dengan
mengemukakan alasan yang pada pokoknya : Majelis Hakim Kasasi dalam Putusannya No. 08
K/N/KaKI/2002, ternyata:
1. Tidak mempertimbangkan adanya ketidaksesuaian dalam penulisan kata atau huruf atau
ketidaksesuaian dalam penggunaan warna atau susunan warna yang berbeda antara merek yang
dipakai dengan merek yang didaftarkan;
2. Tidak memperhatikan adanya itikad buruk dari Tergugat dalam pemakaian mereknya (P-5) yang
telah meniru dan menjiplak susunan warna milik Penggugat, yang menurut hukum harus dilindungi
dan berhak memperoleh perlindungan hukum;
3. Kesemuanya itu, merupakan adanya kekhilafan hakim atau suatu kekeliruan yang nyata.
• Keberatan yang diajukan Pemohon PK diatas tidak dapat diterima oleh Majelis MA dengan alasan
yuridis sebagai berikut:
1. Apa yang dikemukakan oleh Pemohon PK sebagai kekhilafan hakim atau kekeliruan, ternyata
adalah merupakan perbedaan pendapat antara pertimbangan hukum Hakim Kasasi dengan Keberatan
Pemohon PK;
2. Perbedaan Pendapat tersebut mengenai penilaian bukti P-1 s.d. P-5 oleh Hakim Kasasi yang
berbeda dengan pendapat Pemohon PK, sehingga masing-masing pada kesimpulan yang berbeda;
3. Perbedaan pendapat tidak dapat diartikan dan dikategorikan dalam pengertian “Kekhilafan atau
kekeliruan yang nyata”, ex Pasal 67 huruf f UU No. 14 Tahun 1985;
4. Berdasar atas pertimbangan diatas, maka Majelis MA dalam PK memberi putusan:
MENGADILI:
1. Menolak permohonan PK dari Pemohon;
2. Menghukum Pemohon PK membayar biaya perkara.
A.4. Pembahasan
Soewardjono digugat oleh Effendy, karena merek yang didaftarkan tidak sesuai dengan yang
dipasarkan. Hal ini tercantum dalam Pasal 61 ayat 2 huruf b UU No. 15 Tahun 2001. Isi pasal tersebut
adalah:
“Merek digunakan untuk jenis barang dan/atau jasa yang tidak sesuai dengan jenis barang atau jasa
yang dimohonkan pendaftaran, termasuk pemakaian Merek yang tidak sesuai dengan Merek yang
didaftar.”
Selain, itu pada pertimbangan Mahkamah Agung sempat dinyatakan bahwa unsur yang merupakan
keterangan atau berkaitan dengan barang atau jasa, tidak dapat digunakan sebagai merek. Hal ini
sesuai dengan pasal 5 UU No. 15 Tahun 2001. Isi pasal tersebut adalah:
“Merek tidak dapat didaftar apabila merek tersebut mengandung salah satu unsur di bawah ini :
a. bertentangan dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku, moralitas agama, kesusilaan,
atau ketertiban umum
b. tidak memiliki daya pembeda
c. telah menjadi milik umum atau
d. merupakan keterangan atau berkaitan dengan barang atau jasa yang dimohonkan pendaftarannya”
Berdasarkan pasal ini pula, Mahkamah Agung mengabulkan permohonan Kasasi dari Pemohon dan
membatalkan keputusan yang telah dijatuhkan sebelumnya. Pada pasal 1 angka 1 UU No. 15 Tahun
2001 yang berbunyi :
“Merek adalah tanda yang berupa gambar, nama, kata, huruf-huruf, angka-angka, susunan warna, atau
kombinasi dari unsur-unsur tersebut yang memiliki daya pembeda dan digunakan dalam kegiatan
perdagangan barang atau jasa.”
Dalam merek tergugat terdapat gambar-gambar piring berisi agar-agar warna-warni” serta tulisan
huruf kanzi, berarti “Tepung Agar-Agar” adalah bukan merek. Begitu juga dengan warna-warni
kuning, yang digunakan oleh banyak merek yang memproduksi, “agar-agar”, bukanlah merupakan
unsur merek. Penggugat juga mengajukan Peninjauan Kembali, yang pada akhirnya ditolak. Salah
satu isi dari permohonan pengajuannya adalah, keputusan hakim dianggap kekhilafan dan kekeliruan
yang nyata akibat dari perbedaan pendapat namun berdasarkan Pasal 67 huruf f UU No. 14 Tahun
1985, yang berbunyi
“Permohonan peninjauan kembali putusan perkara perdata yang telah memperoleh kekuatan hukum
tetap dapat diajukan hanya berdasarkan alasan apabila dalam suatu putusan terdapat suatu kekhilafan
Hakim atau suatu kekeliruan yang nyata”
Dalam pasal perbedaan pendapat tidak dapat diartikan dan dikategorikan dalam pengertian
“Kekhilafan atau kekeliruan yang nyata”, sehingga peninjauan kembali yang diajukan pihak
penggugat tidak diterima.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Dalam dunia permerekan sering terjadi pembajakan/ penggunaan merek yang bukan haknya dengan
berbagai alasan. Terjadinya pembajakan merek oleh pihak lain biasanya terjadi karena sifat dasar
manusia memang meniru termasuk dalam menciptakan merek. Alasan lain adalah karena membuat
merek sendiri memerlukan biaya besar dan prosedur pendaftaran yeng cukup rumit. Salah satu fungsi
dari merek adalah untuk mempermudah pengiklanan produk kepada masyarakat sehingga masyarakat
tertarik untuk menggunakan/ membeli produk tersebut. Karena fungsi tersebut pihak yang ingin
produknya mudah dikenal lalu meniru merek yang sudah terkenal tersebut. Ingin memperoleh
keuntungan sebesar merek yag ditiru juga merupakan salah satu alasan meniru merek.
Begitu pula dengan kasus sengketa merek dagang yang terjadi pada merek “Cap Swallow Globe
Brand” dengan “Cap Bola Dunia”. Pada dasarnya kedua produk agar-agar ini berbeda dalam
pengucapan nama, namun dalam bentuk gambar hampir sama. Hal tersebutlah yang menimbulkan
tuntutan oleh penggugat yaitu Effendy dari “Cap Swallow Globe Brand” kepada Soewardjono dari
“Cap Bola Dunia”.
DAFTAR PUSTAKA

Damian, Eddy, Tim Lindsey, dkk. 2005. Hak Kekayaan Intelektual Suatu Pengantar. Bandung:
Alumni.

Retno,Ken: Sengketa Merek Dagang pada http://kenretno.blogspot.com/2010/02/sengketa-merek-


dagang-tulisan-bareng.html.diakses pada hari Senin 18 April 2011 pukul 09.46 WIB.

http://dinatropika.wordpress.com/2011/10/22/sengketa-merek-makanan-ager-ager-swallow-globe-
brand-%E2%80%93-bola-dunia/

Anda mungkin juga menyukai