• Muchinsky (2010: 3) perspektif professional atau praktisi, PIO lebih dipandang sebagai sebuah
aplikasi dari pemahaman tentang ilmu psikologi untuk menyelesaikan masalah di dunia kerja.
• Keilmuan yg mempelajari mengenai hubungan antara manusia dengan dunia kerja (Guion, 1983).
• Aplikasi dari fakta dan prinsip psikologi pada masalah dalam konteks bisnis dan industri (Blum dan
Naylor, 1968).
• Keilmuan yg mempelajari tingkah laku manusia yg dikaitkan dgn perannya sbg tenaga kerja dan
konsumen baik secara perorangan atau sbg kelompok(A.S Munandar, 1994).
• Keilmuan yg mempelajari perilaku dari manusia di dalam dunia kerja (Munsterberg, dalam Berry,
1998).
Antara pasca
Perang Dunia Perang Dunia
Pra Perang Dunia Perang Dunia Perang Dunia
I II
I&II
4. Hugo Munsterberg
- Menerbitkan buku berjudul The Psychology of Industrial Efficiency (1913) yang
menjelas‐ kan secara lebih luas psikologi di industri.
- Hugo menekankan adanya perbedaan karakter individu dalam organisasi & perlunya
meningkatkan pengaruh budaya dan sosial pada organisasi.
Kelompok Kerja
Munculnya kelompok karena organisasi kerja yang dapat timbul dan berkembang melalui dua
cara:
1. Organisasi timbul dan berkembang melalui suatu perencanaan.
2. Organisasi yang tumbuh dan berkembang mulai dari satu orang yang berwiraswasta.
A. Organisasi timbul dan berkembang melalui suatu perencanaan
• Adanya modal yang mencukupi, kita dapat mendirikan suatu perusahaan
• Merencanakan visi, misi, bentuk, serta struktur fungsi perusahaannya
• Gedung dibangun, mesin-mesin dan bahan-bahan dibeli, tenaga kerja dicari, diseleksi, dan
kemudian diterima
• Jika semua persiapan selesai, maka mulailah perusahaan berfungsi
B. Organisasi yang tumbuh dan berkembang mulai dari satu orang yang berwiraswasta
Organisasi yang semula kecil kemudian berkembang menjadi organisasi yang besar yang terdiri
dari beberapa kelompok kerja
2. Jenis Organisasi
1) Organisasi Mekanistik ( OM ) Organisasi yang formalisasi tinggi.
- Ciri-cirnya :
- Kerja yang berulang –ulang
- Pembagian kerja yang ketat
- Tingkat keterampilan rendah ·
- Pekerjaan terumuskan dengan jelas dan baik ·
- Saluran distribusi yang berpatok ·
- Sumber suplay yang jelas . ·
- Sumber informasi yang lengkap dan baik
2) Organisasi Organik (OO) Organisasi yang formalisasinya rendah.
ciri-ciri :
- Kerja tidak rutin ·
- Batasan pekerjaan tidak ketat ·
- Beragam sistim untuk distribusi ·
- Memerlukan orang dengan keterampilan tinggi ·
- Keterampilan klinikal diperlukan untuk menilai perubahan-perubahan
- Penggunaan minimal dari data sejarah
- Pengambilan keputusan decenralized ·
- Sruktur dan sistim kerja yang lentur ·
- Konflik antar profesional
4) Organisasi Campuran Dominasi teknologi (OCDT ) Organisasi yang formalisasi nya di bidang
pemasaranya tinggi, dan di bidang teknologinya rendah.
Ciri-ciri : ·
- Teknologi yang intensif dan tepat guna ·
- Staf yang terampil ·
- Kendali dan fungsi teknikal disentralisasi ·
- Saluran Distribusi dipengaruhi oleh perubahan ·
- Lebih menjadi promoters dari pada sales ·
- Kendali yang di desentalisasi dalam fungisi pemasaran.
3. Fungsi Kelompok Kerja
Fungsi Kelompok sebagai Pengembang, Penunjang dan Pemantap dari Identitas danPemeliharaan
dari Harga Diri. Anggota memperoleh identitas dari kelompok kerjanya. Identitas kelompok
kerjadikembangkan berdasarkan tugas pekerjaannya untuk menunjang dan memantapkan
identitassetiap anggota kelompoknya. Selanjutnya identitas anggotanya memelihara harga diri
mereka.
Fungsi Kelompok sebagai Penetap dan Penguji Kenyataan/Realitas Sosial. Persepsi kelompok
memberikan kepastian pada para anggota kelompok lepas dari benartidaknya, tepat tidaknya
pandangan tersebut. Jika kelompok menganggap suatu keadaansebagai nyata, maka keadaan
tersebut nyata dan menimbulkan akibat yang nyata.
Fungsi Kelompok sebagai Mekanisme Pemecahan Masalah dan Pelaksanaan Tugas. Setiap
tenaga kerja dalam melaksanakan tugas pekerjaannya akan menemui kesulitan,menemui masalah
yang bersifat perorangan dapat juga bersangkutan dengan pelaksanaantugas oleh seluruh
kelompok. Pada masalah yang dihadapi kelompok, para anggota kelompokdapat saling mengisi
dalam usaha dan sumbangan mereka memecahkan masalah kelompoknya.
Fungsi Kelompok Bagi Organisasi. Kelompok kerja dapat memberikan sumbangan dalam rangka
pencapaian sasaran kelompokkerja dan sasaran keseluruhan organisasi serta dalam usaha
merealisasikan misi perusahaan,maka kelompok dapat berfungsi sebagai: pelaksana tugas yang
majemuk dan saling tergantung,mekanisme pemecahan masalah, penghasil gagasan baru dan
jawaban kreatif, pelancar daripelaksanaan keputusan yang majemuk, vehicle/wahana dari
sosialisasi dan pelatihan, danpenghubunga atau koordinator utama antar beberapa departemen.
• Kepribadian organisasi yang juga disebut sebagai budaya organisasi harus diciptakan &
dipertahankan sehingga dapat membantu keefektifan organisasi.
Filsafat
Pendiri Organisasi
Kriteria Seleksi
Schein menjelaskan budaya
organisasi kedalam tiga
tingkatan
Sosialisasi Manajemen Puncak
12. Konflik Organisasi
a) Pengertian
Konflik Organisasi BUDAYA ORGANISASI
Stoner dan Wankel
(1986) konflik organisasi adalah ketidaksesuaian antara dua orang anggota organisasi atau lebih
yang timbul karena fakta bahwa mereka harus berbagi dalam hal mendapatkan sumber-sumber
daya yang terbatas, atau aktivitas-aktivitas pekerjaan dan atau karena fakta bahwa mereka
memiliki status, tujuan, nilai-nilai atau persepsi yang berbeda.
Aldag, R. J. dan Stearns, T. M. (dalam Wahyudi, 2006) secara tegas mengartikan konflik sebagai
ketidaksepahaman antara dua atau lebih individu/kelompok sebagai akibat dari usaha kelompok
lainnya yang mengganggu pencapaian tujuan. Dengan kata lain, konflik timbul karena satu pihak
mencoba untuk merintangi mengganggu pihak lain dalam usahanya mencapai suatu tujuan.
b) Proses Terjadinya Konflik
Konflik tidak terjadi secara mendadak tanpa sebab dan proses, akan tetapi melalui tahapan-
tahapan tertentu. Hendricks, W. (1992) mengidentifikasi proses terjadinya konflik terdiri dari tiga
tahap.
1) Peristiwa sehari-hari; ditandai adanya individu merasa tidak puas dan jengkel terhadap
lingkungan kerja. Perasaan tidak puas kadang-kadang berlalu begitu saja dan muncul kembali
saat individu merasakan adanya gangguan.
2) Adanya tantangan; apabila terjadi masalah, individu saling mempertahankan pendapat dan
menyalahkan pihak lain. Tiap anggota menganggap perbuatan yang dilakukan sesuai dengan
standar dan
aturan
organisasi.
Kepentingan
individu
maupun
kelompok
lebih
menonjol
daripada
kepentingan
organisasi.
3)
Timbulnya pertentangan; masingmasing individu atau kelompok bertujuan untuk menang dan
mengalahkan kelompok lain.
Dominasi dan penekanan: Dominasi atau kekerasan yang bersifat penekanan otokratik, ketaatan
harus dilakukan oleh pihak yang kalah pada otoritas yang lebih tinggi atau kekuatan yang lebih
besar. Meredakan atau menenangkan, metode ini lebih terasa diplomatis dlm upaya menekan dan
meminimalkan ketidaksepahaman.
Kompromi:
PEMISAHAN, pihak-pihak yg berkonflik dipisah sampai menemukan solusi atas masalah yg
terjadi.
ARBITRASI, adanya peran orang ketiga sbg penengah untuk penyelesaian masalah.
[Suara.com/Ema Rohimah]
Belum setahun mejanya sudah banyak yang rusak, kata Deni. Namun, Blessmiyanda menjamin, meja
dan kursi milik PT AFP bisa bertahan untuk 5 tahun sampai 10 tahun.
Suara.com - Ada kejanggalan dalam proyek pengadaan meja dan kursi atau meubeler sekolah se-DKI Jakarta
tahun 2018. Mebel yang diberikan ke sekolah-sekolah berkualitas rendah dan mudah rusak.
Belum habis masa pakai satu tahun, meja dan kursi di sejumlah sekolah dasar penerima manfaat rusak tidak bisa
digunakan.
Selain itu, birokrasi pengadaan meja dan kursi yang tidak tersinkronisasi juga turut memberi dampak pada
terhambatnya penyelenggaraan pendidikan di sekolah.
Nurul maupun Erick menelusuri produk mebel yang rusak dan mudah rusak ke sejumlah sekolah penerima
manfaat. Keduanya juga menghubungi sejumlah pihak, termasuk pengelola PT AFP selaku pemenang, pejabat
Badan Pelayanan Pengadaan Barang dan Jasa (BPPBJ) DKI Jakarta.
***
TET…TET…TET... suara bel melengking menandakan waktu belajar mengajar telah selesai, ketika kami baru saja
sampai di SD Negeri 07 Kalibata, Senin siang, 9 Desember 2019.
Anak-anak berseragam merah putih keluar dari kelas, mereka berlarian ke gerbang sekolah di Jalan Kalibata
Timur IV, Kalibata, Pancoran, Jakarta Selatan, untuk pulang.
Deni, penjaga sekolah, menghampiri dan menemani kami melihat-lihat mebel di sejumlah kelas. Meja dan kursi
hasil pengadaan tahun 2018 itu sudah banyak yang rusak.
Pada ruang kelas di lantai dua, sejumlah meja berbahan serbuk kayu terlihat rusak. Lapisan tripleks bagian atas
meja terkelupas.
“Sepatu” kaki meja yang berbahan plastik hitam banyak yang lepas, sehingga kaki meja berbahan pipa pelat
kotak itu menjadi tajam dan bisa melukai siswa.
SDN 07 Kalibata mendapat 598 unit mebel dari Dinas Pendidikan setempat yang dikirim dalam tiga tahap, kata
Deni.
Tahap pertama terjadi tahun lalu, yakni 500 unit mebel. Tahap kedua, diberikan sebanyak 66 unit. Tahap ketiga
yang baru dikirim sekitar dua pekan lalu, yakni 32 unit mebel.
“Belum setahun mejanya sudah banyak yang rusak. Yang paling banyak adalah alas kaki meja plastik warna
hitam itu, sering copot,” kata Deni.
Dalam ruang kelas lantai dua itu, kami melihat sedikitnya 12 kursi dan meja yang rusak. Mulai dari kondisi alas
meja yang terkelupas, hingga bahan serbuk kayu mencuat. Lainnya, banyak alas kaki meja sudah terlepas.
SD Negeri 07 Kalibata adalah salah satu sekolah yang baru selesai direnovasi. Sekolah 4 lantai itu hasil merger
dua sekolah, yakni SDN 08 dan SDN 07. Pada dokumen pengadaan mebel tahun 2018, mestinya ada sebanyak
384 unit meja – kursi pada sekolah itu.
Ketika kami beralih ke SDN Kramat Jati 11, Jakarta Timur, hal serupa juga terjadi pada sekolah tersebut. Di
sekolah ini, banyak meja yang sudah terkelupas. Sepatu kaki meja yang berbahan plastik juga banyak pecah serta
copot. Bahkan, ada kaki meja yang patah.
Amel, guru kelas III di sekolah itu mengakui, meja dan kursi baru itu terakhir datang pengiriman dua pekan lalu
sejumlah 20 unit.
Menurutnya, barang-barang itu tidak ramah anak-anak. Kaki meja dan kursi berbahan besi jenis pelat kotak itu
berisiko bagi siswa-siswi SD.
Apalagi, alas kaki meja bahan plastik mudah pecah dan copot. Ketika sudah menganga, kaki-kaki meja yang
terbuat dari besi tajam bisa melukai anak-anak saat digeser.
Untuk membersihkan kelas, anak-anak harus menggeser meja dan kursinya lantaran rendah. Berbeda dengan
meja lama yang tak perlu digeser kala menyapu kotoran debu di bawahnya karena berkontur tinggi.
“Kalau saya sih lebih suka meja dan kursi yang lama, karena menyapunya enggak susah. Kalau sekarang kan
menyapunya susah banget, karena harus digeser dulu (kursi dan meja) untuk membersihkan kotoran-kotoran,”
kata Amel.
Selain itu, jok dan sandaran kursi yang berbahan plastik, membuat para siswa tidak nyaman. Anak-anak lebih
nyaman belajar di kelas menggunakan meja dan kursi kayu, ketimbang mebel berbahan pelat besi serta plastik.
Amel juga mengatakan, meja dan kursi bahan kayu yang dahulu justru lebih tahan lama. Bahkan, meja dan kursi
yang dahulu tahan sampai belasan tahun.
“Saya lebih suka bahan kayu, buat anak-anak juga enggak licin,” kata Amel.
Kami lantas beranjak ke SD Negeri 18 Kramat Jati, Jakarta Timur. Di sana, Jati—seorang guru—menuturkan ada
kiriman meja dan kursi baru pada dua pekan lalu.
Kursi dan meja itu, kata Jati, adalah sisa pengadaan mebel Dinas Pendidikan DKI Jakarta tahun 2018. Namun,
meja dan kursi yang baru datang itu belum dirakit.
Beragam kerusakan yang dikeluhkan pihak sekolah itu berawal dari Pemprov DKI Jakarta yang melakukan
pengadaan mebel sekolah tahun anggaran 2018.
Pemprov mengklaim, proyek itu dianggarkan dalam APBD karena berdasarkan survei dan laporan sekolah,
kondisi mebel sudahbanyak rusak serta tak nyaman.
Karenanya, tahun lalu, pemprov menggelar proyek lelang pengadaan mebel untuk 183 sekolah, baik SD – SMP –
SMA Jakarta.
Disdik DKI mematok harga perkiraan sendiri (HPS) Rp 87,33 miliar untuk para peserta lelang pengadaan mebel
tersebut. HPS itu ditawarkan kepada publik untuk pengadaan 86.304 unit meja serta kursi. Pelaksanaan
pengadaan mebel itu dimulai sejak Juli 2018 hingga 20 Desember 2018.
Berdasarkan penelusuran melalui laman daring lpse.jakarta.go.id, terdapat 9 perusahaan peserta lelang yang
melakukan penawaran.
Di antaranya ialah PT Karya Mitra Seraya senilai Rp 69,04 miliar; PT Tjakrindo Mas Rp 70,13 miliar; PT Elite Permai
Metal Workd Rp 72,76 miliar; dan, PT Taram Jaya senilai Rp 73,57 miliar.
Selanjutnya, PT Angkasa Wastu Pratama menawar Rp 74,04 miliar; PT Araputra Fortuna Perkasa Rp 74,22 miliar;
PT Satya Megah Intektama Rp 81, 22 miliar; PT Triputra Furintraco Rp 82,97 miliar; dan, PT Deka Sari Perkasa Rp
84, 96 miliar.
Pada akhirnya, lelang tersebut dimenangkan PT Araputra Fortuna Perkasa. Perseroan milik Thamrin Anwar itu
berhasil mendapatkan proyek pengadaan mebel sekolah DKI Jakarta pada 2018 seharga Rp 74,22 miliar untuk
86.304 buah.
Artinya, PT Araputra Fortuna Perkasa berani mengadakan satu set meja – kursi senilai Rp 859 ribu.
Dokumentasi pelelangan mebel untuk sekolah di Jakarta tahun 2018. [LPSE]
Kami lantas melakukan survei harga per satu set meja dan kursi dengan spesifikasi dan kualitas yang hampir sama
dengan dokumen lelang.
Pada sebuah toko meja dan kursi kawasan Manggarai, Jakarta Selatan, misalnya, harga satu set meja – kursi
hanya Rp 800 ribu. Untuk harga itu, pembeli minimal harus memesan 1.500 set.
Kalau memesan sebanyak 80.000 lebih set meja – kursi seperti pelelangan pemprov, maka toko tersebut berani
memberi diskon sehingga lebih murah per set dengan spesifikasi tetap sama.
Penelusuran tentang harga mebel lebih murah di pasaran ketimbang harga penawaran lelang, membawa kami
kepada data status tender yang dimenangkan PT AFP.
Berdasarkan dokumen pengadaan lelang bernomor 964/PT/-077.9 tertanggal 31 Mei 2019, tender yang
dimenangkan PT AFP tersebut sebenarnya pelelangan ulang.
Hal itu dibenarkan oleh Direktur Komisi Pemantau dan Pemberdayaan Parlemen Indonesia (KP3I), Tom Pasaribu.
Ia mengungkapkan, lelang pada Juli 2018 yang dimenangkan PT Araputra Fortuna Perkasa (AFP) adalah
pelelangan ulang.
Lelang sebelumnya digelar tahun 2017, yang juga dimenangkan oleh PT AFP, tapi dibatalkan Badan Pelayanan
Pengadaaan Barang/Jasa (BPPBJ) DKI Jakarta. Sebabnya, PT Araputra tidak memenuhi kualifikasi yang ditetapkan.
“Kenapa batal? Karena tidak memiliki persyaratan yang sudah dikeluarkan, sehingga ngurus semua itu. Makanya
di 2018, terpenuhi itu ISO, SNI, baru dia jadi pemenang,” kata Tom Pasaribu.
Kepala BPPBJ DKI Jakarta Blessmiyanda Amanna pun tak menyangkal hal itu.
“Tahun 2017, dia (PT AFP) ikut, 2018 ikut juga. (2017) kalah karena persyaratan administrasi, dia sudah punya
pengalaman dan sebagainya ya itulah, itu kan saya sendiri yang mengkritisi, saya kan waktu itu di luar BPPBJ (DKI
Jakarta),” ujar Blessmiyanda.
Blessmiyanda mengatakan, PT AFP menang pada lelang 2018 karena produk mebel yang ditawarkan paling bagus
secara kualitas.
Dia mengklaim, mebel yang ditawarkan peserta lelang lainnya tidak berkualitas karena diimpor dari China dan
dirakit sendiri di Indonesia. Selain itu, PT AFP dianggap memenuhi syarat serta kualifikasi lelang dibanding
peserta lainnya.
“Contohnya ini ada barang-barang yang dari China, ketahuan ini beli di China, dipotong sendiri seakan-akan dari
dia. Tetapi yang ini (produk PT AFP) kualitasnya luar biasa, paling bagus dari yang lain,” kata dia.
Blessmiyanda menjamin, meja dan kursi milik PT AFP tersebut bisa bertahan untuk 5 tahun sampai 10 tahun ke
depan.
Ia juga menegaskan, PT AFP berani memberikan garansi 2 tahun bila ada meja maupun kursinya yang rusak.
Tak hanya itu, Blessmiyanda mengklaim mebel milik PT AFP berbahan plastik sehingga ramah lingkungan dan
nyaman bagi anak untuk belajar.
Sementara meja dan kursi yang terbuat dari kayu serta tahan lama kekinian semakin terbatas di Indonesia. Hal
itu pula yang membuat PT AFP memunyai nilai lebih di matanya.
“Kayu yang bermutu kan kayu jati, mana ada kita punya lagi kayu jati yang sebegitu banyaknya, kan enggak
mungkin. Kayu jati kan mesti harus dari hutan tanaman industri,” ujar dia.
Secara persentase, Blessmiyanda mengatakan bahan baku meja maupun kursi PT AFP adalah 70 persen
komponen dalam negeri. Sedangkan 30 persen sisanya, impor.
Atas dasar semua itu, Blessmiyanda menegaskan, pemenang lelang proyek 86.304 mebel untuk sekolah Jakarta
itu bukanlah dipilih berdasarkan penawaran terendah, tapi kualitas serta spesifikasi produk.
Blessmiyanda juga menuturkan, tidak ada regulasi yang mengatur perusahaan yang baru kali pertama ikut lelang
tidak bisa memenangkan tender.
“Enggak ada aturan itu. Selama dia memiliki perizinan yang legal di negara ini, siapa pun punya hak untuk
menang.”
Deputi Hukum dan Penyelesaian Sanggah LKPP Ikak G Patriastomo mengatakan, pokja tertentu BPPBJ DKI Jakarta
harus memperhatikan lebih detail tingkat komponen dalam negeri (TKDN) pengadaan mebel PT AFP.
Sebab, kalau banyak perusahaan mebel lain yang bisa memproduksi barang dengan bahan baku dalam negeri,
maka pengadaannya tidak boleh impor.
“Misalnya mebel ini di pasar ada yang TKDN-nya bagus atau enggak, kalau ada yang 40 persen di atas, misalnya
ada dua atau tiga, volumenya cukup, mestinya enggak boleh impor,” kata Ikak.
Menurut Ikak, tampak aneh bila hanya satu perusahaan yang dianggap memenuhi persyaratan, padahal ada
enam perseroan yang melakukan mock-up.
Karenanya, kata dia, patut dicurigai proses lelangnya hanya formalitas. “Masak memasukkan penawaran kok
enggak lengkap, aneh kan. Manakala situasinya seperti itu, ya harus diinvestigasi,” ujar dia.
Kepala Dinas Pendidikan DKI Syaefuloh Hidayat, sempat memberikan kesempatan kepada kami untuk melakukan
wawancara perihal kejanggalan pengadaan mebel tersebut di kantornya, Selasa (17/12/2019).
Namun, setibanya kami di kantor, Syaefuloh justru mendisposisi ke anak buahnya. Kami lantas diterima oleh Anas
Rosich sebagai Kepala Seksi Peralatan dan Perlengkapan Dinas Pendidikan DKI Jakarta.
Anas mengakui baru sebulan menjadi kepala seksi, sehingga tidak banyak mengetahui pengadaan mebel sekolah
tahun anggaran 2018.
Dalam Permen No 24/2007 itu disebutkan, guna menunjang proses kegiatan belajar mengajar
diperlukan meubeler yang kuat, stabil, aman, dan mudah dipindahkan oleh peserta didik.
Kemudian, ukuran sesuai dengan kelompok usia peserta didik dan mendukung pembentukan postur tubuh yang
baik, desain dudukan dan sandaran membuat peserta didik nyaman belajar.
Namun, berdasarkan pengakuan guru SD yang menerima hasil pengadaan proyek tersebut, meja dan kursi tidak
sesuai ukuran anak-anak sehingga membuat tak nyaman.
Kepala Seksi Peralatan dan Perlengkapan Dinas Pendidikan DKI Jakarta Anas Rosich menjelaskan, pihaknya
sengaja memilih spesifikasi meja dan kursi berbahan plastik dengan alasan harga lebih murah.
Alasan lainnya adalah, pokja tertentu BPPBJ DKI Jakarta tidak merekomendasikan penggunaan bahan kayu untuk
pengadaan meja dan kursi.
“Kenapa pakai bahan plastik karena pertimbangan harga, dan BPPBJ juga tak merekomendasikan pakai bahan
kayu full,” terangnya.
Sedangkan mengenai masih ada pengiriman meja dan kursi baru-baru ini di beberapa sekolah, kata Anas, itu
barang yang lama.
Dia memastikan, mebel tahun anggaran 2018 sudah terkirimkan tahun lalu. Namun, berhubung sejumlah sekolah
ada yang masih tahap renovasi, jadi barangnya dititipkan di gudang Dinas Pendidikan.
“Meubeler yang baru datang di beberapa sekolah itu adalah barang lama yang dulu sebagian disimpan di gudang
Dinas Pendidikan. Sebab dulu sekolah-sekolah itu direnovasi,” ujar dia.
Direktur Utama PT Araputra Fortuna Perkasa Thamrin Anwar mengakui, perusahaannya baru pertama kali ikut
tender pengadaan barang dan jasa di Dinas Pendidikan Pemprov DKI Jakarta.
Selama ini, produk-produk mebelnya berorientasi ekspor. Soal rekam jejak, perusahaannya sudah 20 tahun
terakhir bergelut di bidang mebel.
Soal 80.304 set meja dan kursi untuk sekolah-sekolah di Jakarta itu, Thamrin mengklaim merupakan produksi
sendiri.
Ia memiliki 1.300 pekerja, sehingga mampu untuk memproduksi meubeler sebanyak 80 ribu lebih dalam waktu
dua atau tiga bulan.
“Tergantung ordernya saja, mau 1.000 bisa, 2.000 bisa mau 3.000 bisa per hari. Karena kapasitas kami kan gede,
kalau kapasitas finishing kami per hari bisa sampai 4.000 set satu hari,” kata dia.
Dia mengatakan, pengadaan 80.304 set meja dan kursi itu telah didistribusikan ke 183 sekolah, plus 6 sekolah
sebagai sekolah proyek percontohan.
Karena belakangan ada pertambahan pengadaan mebel untuk 6 sekolah proyek percontohan, Thamrin
mengatakan secara prosedural juga perusahannya telah dilakukan adendum sekitar September 2018.
“Jadi serah terima saya dengan Disdik DKI sudah selesai pada 10 Desember 2018.”
Selama masa pengadaan mebel meja dan kursi di sekolah DKI Jakarta, yakni tahun 2018 hingga kekinian atau
terhitung setahun, setidaknya terjadi 4 kali pergantian kepala Dinas Pendidikan.
Ketika masa awal lelang sekitar bulan Mei 2018, Kadisdik sekaligus yang memegang kerangka acuan kerja (KAK)
adalah Sopan Adrianto. Tak lama kemudian, sekitar bulan Juni 2018, Sopan dicopot dan digantikan oleh
pelaksana tugasnya yaitu Bowo Irianto.
Mulai Maret hingga September 2019, posisi Kadisdik beralih dipegang oleh Ratiyono. Hingga akhirnya Ratiyono
pensiun, jabatan Kadisdik diambil alih oleh wakil kadisdik yaitu Syaifuloh yang juga pernah menjadi plt kadisdik.
Berdasarkan pengakuan pihak PT AFP, mebel meja dan kursi telah lengkap dikirimkan dan telah dilakukan serah
terima pada tanggal 10 Desember 2018.
“(Pengiriman pertama) Agustus sampai Desember. Pengerjaan meja dan kursinya,” kata Thamrin.
Setelah itu, barang-barang tersebut dititipkan di gudang Disdik DKI Jakarta. Yaitu, di P2KPTK2 Jakarta Timur, GOS
Duren Sawit Jakarta Timur, dan Rumah Dinas Cilandak Fatmawati Jakarta Selatan.
Menurutnya, barang tersebut pada bulan Januari atau Februari 2019 didistribusikan oleh Disdik DKI Jakarta yang
diambil dari gudang PT AFP.
"Jadi kami itu mendistribusikan barang-barangnya sesuai perintah Dinas Pendidikan. Itu di tengah-tengahnya ada
adendum,” kata Thamrin.
Adendum yang dimaksud salah satunya adalah Nomor 860/076.71 pada tanggal 4 Oktober 2018 yang salah
satunya mengatakan, lokasi pekerjaan mengalami perubahan menjadi 189 sekolah atau penambahan 6
sekolah pilot project.
Imbasnya, penyaluran mebel meja dan kursi akhirnya tidak bisa lengkap disalurkan kepada 183 sekolah seperti
daftar awal. Sebab, harus dikurangi untuk melengkapi 6 lokasi sekolah pilot project.
Temuan di lapangan, sekolah-sekolah baru mendapatkan meja dan kursi yang kurang itu setidaknya pada minggu
pertama bulan Desember 2019. Misalnya yang terjadi di SD Kramat Jati 11 dan 18.
Kualitas meja dan kursi yang datang pun berbeda dengan pengiriman sebelumnya. Salah seorang guru, Amel
mengatakan meja kursi yang baru datang relatif lebih bagus dengan bahan kayu.
Perbedaan pertama adalah mengenai spesifikasi meja dan kursi yang ditentukan untuk mebel sekolah.
Kepala BPPBJ DKI Jakarta Blessmiyanda sebelumnya mengatakan, penggunaan plastik karena menganggap
spesifikasi kayu justru tidak ramah lingkungan dan menganggu keseimbangan alam.
“Produk di alam yang saat ini mampu adalah kayu, tetapi jumlah kayunya kan enggak ada. Terbatas dong. Ya lu
mau berapa yang ditebang. Makanya kita memakai sertifikasi itu,” kata Blessmiyanda.
Dikonfirmasi soal spesifikasi plastik itu pula, pihak Dinas Pendidikan DKI mengaku penggunaan plastik bisa
menekan biaya lebih murah.
“Justru tidak ramah lingkungan menggunakan bahan alam itu. Kedua, nilainya juga harganya tinggi,” kata Anas.
PT AFP sebagai pemenang tender dan juga penyedia di e-katalog yang kembali dipilih untuk menyuplai
kebutuhan mebel meja dan kursi sekolah DKI 2019 pun membenarkan temuan di lapangan.
“Kan tahun ini ada pengadaan lagi, melalui e-katalog nasional, Disdik membeli tipe yang bukan kayak tipe tahun
lalu. Dinas Pendidikan membeli model dari tempat saya yang top, top table-nya pakai kayu. Dia belinya lebih
mahal,” kata Thamrin.
Ketidaksinkronan lainnya adalah soal TKDN produk mebel meja dan kursi. Sebelumnya, BPPBJ DKI Jakarta
mengatakan, PT AFP memiliki 70 persen TKDN. Namun, setelah dikonfirmasi, TKDN yang dimiliki PT AFP
sebetulnya hanya sekitar 61 persen.
“Satu-satunya produk yang punya TKDN tertinggi di e-katalog itu kami, 61 persen,” ujar Thamrin.
Satu hal lagi yang janggal adalah persoalan pertambahan 6 sekolah pilot project sebagai penerima manfaat
pengadaan mebel tersebut. Alhasil, ada sekolah yang masuk daftar awal penerima manafaat justru tidak
kebagian jatah.
Uniknya, Disdik Jakarta mengatakan 6 sekolah percontohan itu didahulukan mendapat mebel hasil pengadaan
2018 karena diresmikan oleh gubernur.
Sementara, sekolah lain yang jatahnya dialihkan kepada 6 sekolah percontohan, dipenuhi melalui adendum atau
pengadaan tambahan.
“Pilot project itu adalah sekolah-sekolah yang ditunjuk, yang nantinya diresmikan oleh bapak gubernur,” kata
pihak disdik.
Namun, keterlambatan pemberian mebel bagi sekolah-sekolah yang harus “mengalah” demi 6 sekolah
percontohan itu bukan tanpa ekses.
“Ya terkendala (belajar mengajar), karena kemarin kan sempat kelas itu kosong (meja dan bangku), enggak ada
bangkunya sama sekali, kita di bawah. Gelar tikar. Sempat beberapa bulan di bawah (di lantai),” ujar salah
seorang guru SD yang jatahnya diambil lebih dulu oleh sekolah pilot project.
Mahasiswi Telkom University, Bandung, diduga mengalami pelecehan seksual oleh F (21), senior di
kampusnya. Korban diketahui disetubuhi lebih dari sekali. Persetubuhan itu dilakukan dengan intimidasi.
Kini, pihak kampus sedang melakukan serangkaian proses penyelidikan untuk mengungkap kebenaran dari
perkara tersebut.
Pendamping korban dari United Voice, Bahrul Bangsawan, menuturkan, kekerasan seksual bukanlah
perbuatan sepele apalagi apabila dilakukan di ranah pendidikan.
Menurut dia, hal tersebut merupakan tindakan amoral yang mencoreng lembaga kampus terutama terkait
jaminan keamanan bagi mahasiswi.
"Ini adalah bentuk tindakan amoral yang mencoreng lembaga dan instansi untuk terus melakukan evaluasi
terkait keamanan perempuan dalam melakukan aktivitas yang aman dan nyaman," kata dia melalui
keterangan yang diterima kumparan, Senin (30/12).
"Perspektif khalayak tentang kekerasan seksual yang salah mengakibatkan penyintas atau korban kekerasan
seksual mengalami stigmatisasi dan penyalahan yang masih terus berlangsung sehingga berdampak pada
korban tidak speak up terhadap kejadian yang dialaminya," lanjut dia.
Maka dari itu, kata Bahrul, terdapat tujuh tuntutan yang disuarakan agar korban mendapat perlakuan yang
adil. cribe
Tuntutan yang dimaksud yakni menuntut pihak himpunan agar memberi sanksi berupa pemecatan pelaku
sebagai anggota hingga menuntut pelaku diberi sanksi tegas pihak kampus. Tujuh poin tuntutan itu adalah:
1. Menuntut himpunan terkait untuk segera memberikan sanksi tegas berupa pemecatan dan menarik
haknya sebagai anggota himpunan;
2. Menuntut kampus Telkom University menindak tegas mahasiswa yang melakukan pelecehan seksual
termasuk pelaku;
3. Melarang pelaku melakukan kegiatan kemahasiswaaan;
4. Melawan segala bentuk intimidasi dan ancaman kriminalisasi terhadap penyintas;
5. Mendorong semua elemen mahasiswa menindak tegas pelaku predator seksual;
6. Mendorong diadakannya pencerdasan pada setiap elemen mahasiswa terkait pelecehan seksual;
7. Mendorong terbentuknya solidaritas seluas-luasnya bagi korban kekerasan seksual;
Bahrul mengakui tujuh tuntutan yang dimaksud masih terbilang ringan. Akan tetapi, hal tersebut sudah
disesuaikan dengan keinginan korban yang masih mempertimbangkan masa depan pelaku. Adapun sejauh
ini, korban belum melaporkan dugaan pelecehan yang dialaminya kepada pihak kepolisian.
"Mungkin banyak yang merasa tuntutan ini ringan, tapi ini adalah keinginan korban. Korban kasihan
terhadap masa depan pelaku," ucap Bahrul.