Disusun Oleh :
Kelompok VI
Ali Misbah : D2.1801406
Nita Kania Utami : D2.1801480
Nurlaila Shafarrinda : D2.1801483
Popi Hopipah : D2.1801486
Zihan Fera Fahira : D2.1801524
Akuntansi C – Semester IV
Puji syukur Alhamdulillah kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena
telah melimpahkan rahmat-Nya berupa kesempatan dan pengetahuan sehingga makalah ini bisa
selesai pada waktunya.
Terima kasih juga kami ucapkan kepada dosen pembimbing yang selalu memberikan
dukungan dan bimbingan sehingga makalah ini dapat disusun dengan baik.
Dan terima kasih juga kami ucapkan kepada teman-teman yang telah berkontribusi
dengan memberikan ide-idenya sehingga makalah ini dapat disusun dengan rapi dan baik.
Kami berharap semoga makalah ini bisa menambah pengetahuan para pembaca. Namun
terlepas dari itu, kami memahami bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna, sehingga
kami sangat mengharapkan kritik serta saran yang bersifat membangun demi terciptanya
makalah selanjutnya yang lebih baik lagi.
Penyusun
Daftar Isi
Kata Pengantar ………………………………………………………………………….
Daftar Isi………………………………………………………………………………...
Bab I : Pendahuluan……………………………………………………………………..
1.1 Latar Belakang…………………………………………………………………..
1.2 Rumusan Makalah………………………………………………………………
1.3 Tujuan Penulisan………………………………………………………………..
Bab II : Pembahasan…………………………………………………………………….
2.1 Kaidah Umum Perekonomian…………………………………………………..
2.2 Manusia Dan Ekonomi………………………………………………………….
2.3 Ekonomi Konvensional Vs Ekonomi Islam…………………….........................
2.4 Kurva Hemat Dalam Keseimbangan Pendapatan Nasional Makro Ekonomi
Konvensional……………………………………………………………………
2.5 Hemat Dalam Kurva Keseimbangan Pendapatan Nasional Ekonomi Islam……
2.6 Perbedaan Konsep Ekonomi Konvensional Dan Ekonomi Islam………………
Bab III : Penutup………………………………………………………………………..
3.1 Kesimpulan……………………………………………………………………..
Daftar Pustaka…………………………………………………………………………...
BAB I
PENDAHULUAN
Setiap sistem ekonomi pasti didasarkan atas ideologi yang memberikan landasan dan
tujuannya, di satu pihak, dan prinsip-prinsipnya, di lain pihak. Sistem ekonomi adalah satu
kesatuan mekanisme dan lembaga pengambilan keputusan yang mengimplementasikan
keputusan terhadap produksi, distribusi dan konsumsi dalam suatu daerah atau wilayah.
Terdapat banyak faktor yang membentuk suatu sistem ekonomi, seperti ideologi, nilai-nilai
yang dianut, kebudayaan, sistem politik, keadaan alam, sejarah, dan lain-lain. Pada umumnya,
sistemekonomi juga didasarkan pada pemikiran, konsep, atau teori-teori ekonomi tertentu yang
diyakini kebenarannya. Menurut Gregory and Stuart, elemen kunci dari suatu sistem ekonomi
adalah: (1) hak kepemilikan, (2) mekanisme provisi informasi dan koordinasi dari keputusan-
keputusan, (3) metode pengambilan keputusan, dan (4) sistem insentif bagi perilaku ekonomi.
Suatu sistem ekonomi kemungkinan memberikan tekanan pada jenis hak milik tertentu, namun
secara umum dapat dikategorikan menjadi hak milik individu, hak milik sosial, dan hak milik
negara.
“Dan sekiranya mereka sungguh-sungguh menjalankan (hukum) Taurat, Injil dan (Al-Qur'an)
yang diturunkan kepada mereka dari Tuhannya, niscaya mereka akan mendapat makanan dari
atas mereka dan dari bawah kaki mereka[428]. Di antara mereka ada UMAT YANG
BERHEMAT (MELAKUKAN EKONOMI)[429]. Dan alangkah buruknya apa yang
dikerjakkan oleh kebanyakan mereka.” (QS. Al-Ma'idah: 66)
[428] Maksudnya : Allah akan melimpahkan rahmat-Nya dari langit dengan menurunkan hujan
dan menimbulkan rahmat-Nya dari bumi denga menumbuhan tumbuh-tumbuhan yang buahnya
melimpah ruah.
[429] Maksudnya : orang yang berlaku jujur dan lurus dan tidak menyimpang dari kebenaran.
Maka dapat dikatakan, bahwa yang dimaksud dengan “IQTITSAD” didalam Al-Quran
ialah “Menggunakan rezeki yang ada disekitar kita dengan cara berhemat agar kita menjadi
manusia yang baik dan tidak merusak nikmat apapun yang telah diberikan Allah kepada
manusia”. Al-quran menggunakan kata ini didalam berbagai kehidupan, seperti didalam
melakukan perjalanan, didalam melangkahkan kaki, didalam menegakkan ibadat dan lain
sebagainya.
Ekonomi islam menjelaskan hal-hal yang mendasar yang menjadi hajat manusia,
didalam pembinaan ekonomi yang paling utama sekali ialah manusia yang melakukannya dan
mengusahakannya, barang yang diperdagangkannya dan uang yang dimainkannya. Intinya
mengatur soal dunia dengan pengaruhnya, manusia dengan sikapnya, barang-barang dengan
daya tariknya, uang dengan mainannya, serta keuntungan yang dicari manusia.
Dunia tempat manusia dilahirkan, dan disitu pula ia dihidupkan-Nya. Disana tempatnya
bergerak dan mecari rezeki. Dan di dunia itu pulalah kampung beramal untuk menanti dimana
segala amal dipertimbangkan dan diberi ganjaran baik atau buruk, menempati surga atau
neraka.
Maka manusia dengan adanya surga dan neraka, harus menentukan sikap hidupnya.
Sekalipun tekad keimanan adalah soal yang terpenting, namun ekonomi adalah tali hidup yang
mengikat manusia dunia ini. Karenanya islam tidak melepaskan soal ini tanpa menunjukkan
jalan yang harus ditempuh untuk mencapai sasaran, hidup bahagia dunia dan akhirat.
Yang perlu menjadi catatan : dunia ini tempat hidup yang rendah, untuk permainan,
kesenangan, perhiasan,bersombong-sombongan antara kamu satu sama lain, memperbanyak
harta benda dan anak keturunan.
Firman Allah :
“Ketahuilah, bahwa sesungguhnya kehidupan dunia ini hanyalah permainan dan suatu
yang melalaikan, perhiasan dan bermegah-megah antara kamu serta berbangga-banggaan
tentang banyaknya harta dan anak, seperti hujan yang tanam-tanamannya mengagumkan para
petani; kemudian tanaman itu menjadi kering dan kamu lihat warnanya kuning kemudian
menjadi hancur. Dan di akhirat (nanti) ada azab yang keras dan ampunan dari Allah serta
keridhaan-Nya. Dan kehidupan dunia ini tidak lain hanyalah kesenangan yang menipu.” (Q.S.
Al-Hadiid : 20).
Bersabda Rasulullah SAW :
“Dunia adalah tempat tinggal bagi siapa yang tidak memiliki rumah (yang
disediakannya di akhirta) dan untuk mencapai dunia itu seseorang yang tidak mempunyai akal
memungut (segala sesuatu).”
F
Co+l
K CI+I
Y= C o + l
Co
Y=CI+I CI
L
SI
D
So
B
A DG
lo
YI Yo Yf Y/Tahun
Keterangan :
Jadi Hemat pangkal Kaya hanya mungkin terjadi jika dilakukan secara individu atau
sebagian kecil masyarakat saja, mengapa tidak dapat berlaku secara umum?
Sebab sikap hemat yang dilakukan oleh sebagian besar masyarakat dalam konteks
diatas, telah mengakibatkan menurunnya pendapatan nasional yang diikuti oleh menurunnya
permintaan dan penawaran akan barang dan jasa, serta meningkatnya angka pengangguran.
Lebih lanjut, sikap hemat dapat dilihat dari dimensi Makro Ekonomi Islam. Hemat
pangkal kaya merupakan ajaran fundamental dari pendistribusian pendapatanyang adil dan
merata, artinya perlakuan sikap hemat adalah paradoks ( seperti bertentangan tapi sebenernya
tidak ), sebab berlaku bagi seluruh komunitas muslim.
Hemat merupakan ajaran islam yang menyatakan bahwa manusia tidak boleh bersikap
boros, dan tidak boleh bersikap kikir.
“Islam menetapkan bahwa harta yang kita usahakan dengan pikiran dan tenaga kita
merupakan amanah Allah yang harus kita pergunakan dengan sebaik – baiknya, melalui prinsip
keseimbangan tidak boros dan tidak kikir, tetapi pertengan antara keduanya. Orang-orang yang
menggunakan hartanya dengan boros dan tidak produktif, pada suatu saat dia penyeselan.
Sebaliknya islam tidak pula membenarkan seseorang bersifat pelit/kikir, karena sifat itu sangat
tercela dan dapat meretakkan ukhuwah islamiyah dan menurunkan sendi-sendi persatuan dan
ketuhanan umat”. (H. Ahmad Gazali : 5).
“Berimanlah kamu kepada Allah dan Rasul-nya dan nafkahkanlah sebagian dari hartamu yang
Allah telah menjadikan kamu menguasainya. Maka orang-orang yang beriman di antara kamu
dan menafkahkan (sebagian) dari hartanya memperoleh pahala yang besar”. (Q.S Al Hadiid
[57] : 7).
[1456]. Yang dimaksud dengan mengusai disini ialah penguasa yang bukan secara mutlak. Hak
milik pada hakikatnya adalah pada Allah. Manusia menafkahkan hartanya itu haruslah menurut
hukum-hukum yang telah disyariatkan Allah. Karena itu tidaklah boleh kikir dan boros.
“dan berikanlah kepada keluarga-keluarga yang dekat akan haknya, kepada orang miskin dan
orang yang dalam perjalanan dan janganlah kamu menghambur-hamburkan (hartamu) secara
boros”. (Q.S Al Isra’ [17] : 26).
“Dan orang-orang yang apabila membelanjakan (harta), mereka tidak berlebihan, dan tidak
(pula) kikir, dan adalah (pembelanjaan itu ) di tengah-tengah antara yang demikian”. (Q.S Al
Furqan [25]: 67).
Tidak boros dalam arti melakukan kegiatan konsumsi secara berlebihan dan tidak kikir
dalam mengeluarkan sebagian pendapatan yang telah diterimanya dari Allah. Dalam hal ini ada
kewajiban yang harus ditunaikan yaitu, membelanjakan Sebagian hartanya untuk mensucikan
seluruh harta / kekayaan yang dimilikinya yang lazim disebut sebagai Zakat, Infaq, dan
Shodaqoh (Zis). Zis inilah yang dimaksud sebagai variable ekonomi yang memiliki kontribusi
dalam meningkatkan pendapatan nasional. Digambarkan dengan tingkat pendapatan nasional
keseimbangan yang senantiasa bergerak meningkat kearah yang lebih tinggi, (lihat gambar
kurva) dibawah ini :
Penjelasan :
Pengeluaran Zis bersama-sama dengan konsumsi (C1+Zis) akan memperkecil saving
yang berlebihan dan meningkatkan investasi I0 ke I1. Pendapatan nasional akan bergeser dan
mencapai posisi keseimbangan full employment Y0 ke Yf hal ini diperlihatkan dengan
bergesernya kurva (C0 + I) ke (C1+Zis+1), posisi keseimbangan ini tercapai pada saat full
employment saving Sf sama dengan besarnya investasi masyarakat yang meningkat I0 ke I1.
Kurva diatas menunjukan bahwa, konsumsi dan Zis bekerja bersama-sama dalam
menaikan pendapatan nasional keseimbangan. Dengan menekan tingkat penabungan dan
memperbesar investasi, sehingga investasi mencapai posisi yang sama dengan besarnya full
employment saving artinya kapasitas produksi telah dalam penggunaan tenaga kerja penuh.
Zis bersama-sama dengan konsumsi berfungsi sebagai regulator pendistribusian
pendapatan yang adil bagi individu-individu yang ada didalam masyarakat sehingga
pendapatan nasional keseimbangan meningkat kearah yang lebih tinggi.
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Ekonomi didalam bahasa Arab atau Islam disebut “IQTITSAD”, arti kata ini diambil
dari Al-Qur’an dalam surat Al-Maidah. Yang dimaksud dengan “IQTITSAD” didalam Al-
Quran ialah “Menggunakan rezeki yang ada disekitar kita dengan cara berhemat agar kita
menjadi manusia yang baik dan tidak merusak nikmat apapun yang telah diberikan Allah
kepada manusia. Secara makro, ekonomi pada pokoknya membicarakan hubungan-hubungan
antara variable-variabel ekonomi secara keseluruhan atau agregat. Sebagai contoh ; hubungan
fungsional pendapatan yang berbentuk : “pendapatan merupakan penjumlahan konsumsi
rumah tangga plus investasi. Kemudian sisa pendapatannya berupa tabungan atau saving
merupakan pendapatan dikurangi seluruh pengeluaran konsumsi rumah tangga.” Islam
menetapkan bahwa harta yang kita usahakan dengan pikiran dan tenaga kita merupakan
amanah Allah yang harus kita pergunakan dengan sebaik – baiknya, melalui prinsip
keseimbangan tidak boros dan tidak kikir, tetapi pertengahan antara keduanya. Ajaran islam
menyatakan bahwa harta dan kekayaan yang dimiliki umat Muslim pada hakekatnya milik
Allah yang penguasaannya diberikan pada manusia sebagai kepemilikan yang tidak mutlak
atau didalamnya ada hak orang lain.
Daftar Pustaka
Source ://fc_bab-ix_kaidah_umum_perekonomian
://fc_bab-x_kajian_makro_ekonomi_islam