Anda di halaman 1dari 15

KAIDAH UMUM PEREKONOMIAN

DAN KAJIAN MAKRO EKONOMI ISLAM


Disusun Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah Ekonomi Masjid

Disusun Oleh :
Kelompok VI
Ali Misbah : D2.1801406
Nita Kania Utami : D2.1801480
Nurlaila Shafarrinda : D2.1801483
Popi Hopipah : D2.1801486
Zihan Fera Fahira : D2.1801524

Dosen Pembimbing Suharna SE, M.M

Akuntansi C – Semester IV

SEKOLAH TINGGI ILMU EKONOMI


SEBELAS APRIL SUMEDANG
2019/2020
Kata Pengantar

Puji syukur Alhamdulillah kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena
telah melimpahkan rahmat-Nya berupa kesempatan dan pengetahuan sehingga makalah ini bisa
selesai pada waktunya.
Terima kasih juga kami ucapkan kepada dosen pembimbing yang selalu memberikan
dukungan dan bimbingan sehingga makalah ini dapat disusun dengan baik.
Dan terima kasih juga kami ucapkan kepada teman-teman yang telah berkontribusi
dengan memberikan ide-idenya sehingga makalah ini dapat disusun dengan rapi dan baik.
Kami berharap semoga makalah ini bisa menambah pengetahuan para pembaca. Namun
terlepas dari itu, kami memahami bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna, sehingga
kami sangat mengharapkan kritik serta saran yang bersifat membangun demi terciptanya
makalah selanjutnya yang lebih baik lagi.

Sumedang, 26 April 2020

Penyusun
Daftar Isi
Kata Pengantar ………………………………………………………………………….
Daftar Isi………………………………………………………………………………...
Bab I : Pendahuluan……………………………………………………………………..
1.1 Latar Belakang…………………………………………………………………..
1.2 Rumusan Makalah………………………………………………………………
1.3 Tujuan Penulisan………………………………………………………………..
Bab II : Pembahasan…………………………………………………………………….
2.1 Kaidah Umum Perekonomian…………………………………………………..
2.2 Manusia Dan Ekonomi………………………………………………………….
2.3 Ekonomi Konvensional Vs Ekonomi Islam…………………….........................
2.4 Kurva Hemat Dalam Keseimbangan Pendapatan Nasional Makro Ekonomi
Konvensional……………………………………………………………………
2.5 Hemat Dalam Kurva Keseimbangan Pendapatan Nasional Ekonomi Islam……
2.6 Perbedaan Konsep Ekonomi Konvensional Dan Ekonomi Islam………………
Bab III : Penutup………………………………………………………………………..
3.1 Kesimpulan……………………………………………………………………..
Daftar Pustaka…………………………………………………………………………...
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Setiap sistem ekonomi pasti didasarkan atas ideologi yang memberikan landasan dan
tujuannya, di satu pihak, dan prinsip-prinsipnya, di lain pihak. Sistem ekonomi adalah satu
kesatuan mekanisme dan lembaga pengambilan keputusan yang mengimplementasikan
keputusan terhadap produksi, distribusi dan konsumsi dalam suatu daerah atau wilayah.
Terdapat banyak faktor yang membentuk suatu sistem ekonomi, seperti ideologi, nilai-nilai
yang dianut, kebudayaan, sistem politik, keadaan alam, sejarah, dan lain-lain. Pada umumnya,
sistemekonomi juga didasarkan pada pemikiran, konsep, atau teori-teori ekonomi tertentu yang
diyakini kebenarannya. Menurut Gregory and Stuart, elemen kunci dari suatu sistem ekonomi
adalah: (1) hak kepemilikan, (2) mekanisme provisi informasi dan koordinasi dari keputusan-
keputusan, (3) metode pengambilan keputusan, dan (4) sistem insentif bagi perilaku ekonomi.
Suatu sistem ekonomi kemungkinan memberikan tekanan pada jenis hak milik tertentu, namun
secara umum dapat dikategorikan menjadi hak milik individu, hak milik sosial, dan hak milik
negara.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa saja kaidah umum perekonomian?
2. Apa kaitan antara manusia dan ekonomi?
3. Apa perbedaan antara ekonomi konvensional vs ekonomi islam?
4. Bagaimana kurva hemat dalam keseimbangan pendapatan nasional makro ekonomi
konvensional?
5. Bagaimana hemat dalam kurva keseimbangan pendapatan nasional ekonomi islam?
6. Apa perbedaan antara konsep ekonomi konvensional dan ekonomi islam?

1.3 Tujuan Penulisan


1. Untuk mengetahui kaidah umum perekonomian.
2. Untuk mengetahui kaitan antara manusia dan ekonomi.
3. Untuk mengetahui perbedaan antara ekonomi konvensional vs ekonomi islam.
4. Untuk mengetahui kurva hemat dalam keseimbangan pendapatan nasional makro
ekonomi konvensional.
5. Untuk mengetahui hemat dalam kurva keseimbangan pendapatan nasional ekonomi
islam.
6. Untuk mengetahui perbedaan antara konsep ekonomi konvensional dan ekonomi islam?
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 KAIDAH UMUM PEREKONOMIAN

Hukum-hukum yang menyangkut masalah ekonomi dibangun atas tiga kaidah :


A. Kepemilikan (Property)
Hakikatnya adalah dari Allah SWT, kemudian Allah menyerahkan hak kepemilikan kepada
manusia dalam bentuk :
1) Kepemilikan Individu ( Private Property )
2) Kepemilikan Negara (State Property)
3) Kepemilikan Umum (Collective Property)
B. Pengelolaan Kepemilikan ( tasharruf)
1) Pengelolaan kepemilikan individu (Private Property) terkaiat dengan hukum-hukum
bermuamalah.
2) Pengelolaan kepemilikan Negara (State property) terkait dengan hukum-hukum Baitul Maal
dan Muamalah.
3) Pengelolaan kepemilikan umum (Collective property) terkait dengan hukum-hukum Baitul
Maal secara khusus.
C. Distribusi kepemilikan ditengah-tengah masyarakat
Dilakukan dengan :
1) Mengikuti sebab-sebab kepemilikan dan transaksi secara wajar.
2) Mencegah perputaran harta hanya pada segelintir orang.
3) Melarang penibunan harta emas dan perak (sebagai mata uang) meskipun telah dikeluarkan
zakatnya,dan melarang penimbunan bagi barang-barang kebutuhan pokok.
Dalam pendistribusian barang-barang ditengah-tengah masyarakat harus
dipertahantikan bahwa, setiap individu memiliki perbedaan dalam kemampuan. Oleh
karenanya Negara berperan dalam mengatur distribusi ekonomi melalui Baitul Maal
(Kebijaksanaan Fiskal).
2.2 MANUSIA DAN EKONOMI
Abdur Rahman Ibnu Khaldun (1332-1406), adalah manusia Islam pertama yang telah
mendahului para ahli ekonomi lainnya empat abad lamanya. Beliau mengulas fenomena ”Ilmu
Ekonomi” dan berpendapat, ekonomi itu ialah “Kehidupn manusia dalam satu rupa dari satu
keinginan untuk mendapatkan rezeki dan berusaha untuk mendapatkannya.”
Ekonomi di dalam bahasa Arab/Islam disebut “IQTITSAD”, arti dari kata ini diambil
dari Al-Qur’an dalam surat Al-Maidah yang berbunyi :

“Dan sekiranya mereka sungguh-sungguh menjalankan (hukum) Taurat, Injil dan (Al-Qur'an)
yang diturunkan kepada mereka dari Tuhannya, niscaya mereka akan mendapat makanan dari
atas mereka dan dari bawah kaki mereka[428]. Di antara mereka ada UMAT YANG
BERHEMAT (MELAKUKAN EKONOMI)[429]. Dan alangkah buruknya apa yang
dikerjakkan oleh kebanyakan mereka.” (QS. Al-Ma'idah: 66)
[428] Maksudnya : Allah akan melimpahkan rahmat-Nya dari langit dengan menurunkan hujan
dan menimbulkan rahmat-Nya dari bumi denga menumbuhan tumbuh-tumbuhan yang buahnya
melimpah ruah.
[429] Maksudnya : orang yang berlaku jujur dan lurus dan tidak menyimpang dari kebenaran.
Maka dapat dikatakan, bahwa yang dimaksud dengan “IQTITSAD” didalam Al-Quran
ialah “Menggunakan rezeki yang ada disekitar kita dengan cara berhemat agar kita menjadi
manusia yang baik dan tidak merusak nikmat apapun yang telah diberikan Allah kepada
manusia”. Al-quran menggunakan kata ini didalam berbagai kehidupan, seperti didalam
melakukan perjalanan, didalam melangkahkan kaki, didalam menegakkan ibadat dan lain
sebagainya.
Ekonomi islam menjelaskan hal-hal yang mendasar yang menjadi hajat manusia,
didalam pembinaan ekonomi yang paling utama sekali ialah manusia yang melakukannya dan
mengusahakannya, barang yang diperdagangkannya dan uang yang dimainkannya. Intinya
mengatur soal dunia dengan pengaruhnya, manusia dengan sikapnya, barang-barang dengan
daya tariknya, uang dengan mainannya, serta keuntungan yang dicari manusia.
Dunia tempat manusia dilahirkan, dan disitu pula ia dihidupkan-Nya. Disana tempatnya
bergerak dan mecari rezeki. Dan di dunia itu pulalah kampung beramal untuk menanti dimana
segala amal dipertimbangkan dan diberi ganjaran baik atau buruk, menempati surga atau
neraka.
Maka manusia dengan adanya surga dan neraka, harus menentukan sikap hidupnya.
Sekalipun tekad keimanan adalah soal yang terpenting, namun ekonomi adalah tali hidup yang
mengikat manusia dunia ini. Karenanya islam tidak melepaskan soal ini tanpa menunjukkan
jalan yang harus ditempuh untuk mencapai sasaran, hidup bahagia dunia dan akhirat.
Yang perlu menjadi catatan : dunia ini tempat hidup yang rendah, untuk permainan,
kesenangan, perhiasan,bersombong-sombongan antara kamu satu sama lain, memperbanyak
harta benda dan anak keturunan.
Firman Allah :

“Ketahuilah, bahwa sesungguhnya kehidupan dunia ini hanyalah permainan dan suatu
yang melalaikan, perhiasan dan bermegah-megah antara kamu serta berbangga-banggaan
tentang banyaknya harta dan anak, seperti hujan yang tanam-tanamannya mengagumkan para
petani; kemudian tanaman itu menjadi kering dan kamu lihat warnanya kuning kemudian
menjadi hancur. Dan di akhirat (nanti) ada azab yang keras dan ampunan dari Allah serta
keridhaan-Nya. Dan kehidupan dunia ini tidak lain hanyalah kesenangan yang menipu.” (Q.S.
Al-Hadiid : 20).
Bersabda Rasulullah SAW :
“Dunia adalah tempat tinggal bagi siapa yang tidak memiliki rumah (yang
disediakannya di akhirta) dan untuk mencapai dunia itu seseorang yang tidak mempunyai akal
memungut (segala sesuatu).”

2. 3 EKONOMI KONVENSIONAL VS EKONOMI ISLAM


Seperti uraian diatas bahwa ekonomi merupakan keinginan manusia untuk
mendapatkan rezeki dan berusaha untuk mendapatkannya. Secara makro, ekonomi pada
pokoknya membicarakan hubungan-hubungan antara variable-variabel ekonomi secara
keseluruhan (agregat). Sebagai contoh ; hubungan fungsional pendapatan yang berbentuk :
“pendapatan merupakan penjumlahan konsumsi rumah tangga plus investasi. Kemudian sisa
pendapatannya berupa tabungan atau saving, merupakan pendapatan dikurangi seluruh
pengeluaran konsumsi rumah tangga.” Secara matematis berturut-turut ditulis sebagai berikut:
a) Y = C + I
b) S = Y – C, atau Y= C + S
Keterangan :
Y = Pendapatan masyarakat
C = Konsumsi masyarakat
I = Investasi para pengusaha
S = Tabungan masyarakat
Secara serderhana dapat dikatakan bahwa, pendapatan merupakan penerimaan dari
hasil konsumsi ditambah dengan investasi para pengusaha. Kemudian jika pendapatan
dikurangi untuk konsumsi pengeluaran rumah tangga, adalah sisa pendapatan yang biasa
disebut dengan Tabungan (Saving). Inilah yang dimaksud dengan fungsi pendapatan dalam
ekonomi konvensional. Selanjutnya dalam ekonomi islam bahwa, setiap pendapatan yang
diterima seseorang didalamnya ada bagian tertentu hak dari fakir miskin yang harus
dikeluarkan terlebih dahulu sebelumnya melakukan konsumsi, seperti zakat mal, infaq,
ataupun shadaqoh (ZIS) sehingga persamaan fungsinya berubah sebagai berikutnya :
a) Y – ZIS = C + I, atau Y = ZIS + C + I
b) S = Y -ZIS – C, atau Y = ZIS + C + S
Secara sederhana dapat dikatakan bahwa, pendapatan merupakan penerimaan dari ZIS
ditambah dengan konsumsi rumah tangga plus investasi para pengusaha.
Kemudian pendapatan dikeluarkan untuk ZIS dan konsumsi, selanjutnya sisa
pendapatan adalah merupakan tabungan.
Apabila kemudian dalam hal melakukan konsumsinya orang berhemat. Maka sikap
hemat didalam komus pembina bahasa indonesia berarti “ perhitungan kira-kira, bekerja
dengan perhitungan.” Dalam pengertian umum mengandung arti tidak boros.
Sikap hemat secara makro ekonomi dapat dilihat dari dua sudut padang yang berbeda :
Pertama, sudut pandang ekonomi konvensional yang menyatakan bahwa sikap hemat
mempunyai dua implikasi, jika dilakukan oleh individu atau sekelompok kecil masyarakat
maka sikap tersebut akan meningkatkan pendapatan ekuilibrium masyarakat itu sendiri, namun
jika dilakukan oleh sebagian besar masyarakat sikap hemat akan menyebabkan tingkat
pendapatan ekuilibrium menjadi menurun dibandingkan dengan pendapatan nasional
sebelumnya.
Berhemat dalam arti menabung dapat dilakukan oleh semua orang dan tak ada
ketentuan yang mengatur dalam hal menabung, artinya menabung bisa dilakukan/disimpan
dalam kotak tabungan, dalam bentuk benda berharga (emas ataupun tanah). Bahkan dapat juga
disimpan dalam bentuk deposit di bank-bank umum.
Menabung merupakan bagian dari pendapatan yang tidak dikonsumsi. A.Rilam dan
Djaslim Saladin (1987 : 55)
“ Tiap jumlah dari tambahan pendapatan yang ditabung berarti bahwa jumlah itu telah
tersebut tersedot kembali ataupun terhisap kembali dari arus pendapatan masyarakat jumlah
tersebut mengurangi pertambahan pada pendapatan seluruhnya. Didalam analisa ekonomi,
gejala serupa itu disebut LEAKAGE (kebocoran).”
kebocoran ini bisa disebabkan :
1) Karena adanya hasrat untuk mengadakan tabungan (marginal propensity to save). Makin besar
MPS maka makin besar pula kebocoran, makin kecil kas.
2) Selain hasrat untuk menabung masih ada faktor-faktor lain yang juga dapat dipandang sebagai
kebocoran yang mengurangi pengaruh multiplier misalnya apabila tambahan pendapatan
dipergunakan untuk melunasi utang. Jika golongan yang berpiutang kemudian tidak
mengeluarkannya lagi jumalah yang diterima maka pendapatnya tidak akan kembali. Begitu
pula bilamana hutang dibayar kembali kepada suatu bank dan bank tidak meminjamkan jumlah
tersebut kepada fisik ketiga kebocoran pun terjadi, jika rumah tangga keluarga hendak
menammbah persediaan uang tunai mereka.
Uraian diatas menggambarkan bahwa menabung memiliki kecenderungan untuk
mengurangi pertambahan pendapatan agregat, sehingga pendapatan nasional keseimbangan
akan berubah menjadi menurun dibandingkan dengan pendapatan nasional keseimbangan
sebelumnya.
“Sebab kalau yang mealakukan sikap hemat ini semua orang atau paling tidak sebagian
besar daripada anggota masyarakat yang hidup dalam perekonomian tersebut, maka pernyataan
tersebut tidak lagi berlaku. Sebagai akibat daripada sikap lebih hemat daripada masyarakat,
pendapatan nasional akan berada pada tinngkat ekuilibrum yang lebih rendah daripada
sebelumnya.” (Soediyono R, 1992 : 123).
Kedua, sudut pandang ekonomi islam bahwa, menggunakan rezeki dengan cara berhemat
adalah “ Melakukan Ekonomi”. Sikap hemat merupakan ajaran yang harus dilaksanakan oleh
seluruh seluruh komunitas muslim diindonesia. Karena sikap tersebut mempunyai makna tidak
boros dan tidak kikir. Dengan sikap hemat maka pendapatan nasional keseimbangan akan
semakin meningkat, artinya keseimbangan antara penawaran dan permintaan menunjukan
bahwa, setiap rupiah yang diinvestasikan akan sama persis dengan tabungan yang digunakan
dalam penggunaan tenaga kerja penuh (saving full employment).

2.4 KURVA HEMAT DALAM KESEIMBANGAN PENDAPATAN NASIONAL

MAKRO EKONOMI KONVENSIONAL

C,S,I,Y /Tahun Y=Y

F
Co+l

K CI+I
Y= C o + l
Co

Y=CI+I CI
L

SI
D
So
B
A DG
lo

YI Yo Yf Y/Tahun
Keterangan :

Yo = Pendapatan nasional awal


YI = Pendapatan nasional selanjutnya
Yf = pendapatan nasional pada saat penggunaan tenaga kerja penuh
Co = konsumsi pada saat pendapatan naasional awal
CI = Kousumsi pada pendapatan nasional selanjutnya
Penjelasan :
Io = Investasi awal
li = Investasi selanjutnya
So = Tabungan (saving) awal
SI = Tabungan selanjutnya
Dalam sikap hemat sebagian besar masyarakat, maka pendapatan nasional
keseimbangan akan bergerak ke sebelah kiri dari Yo ke YI, ditandai dengan bergesernya (C o
+ I ) ke ( C I + I ), dan saving bergerser ke kiri atas dari So ke SI.

Pergeseran kurva pendapatan nasional ekuilibrium kesebelah kiri menunjukan


menurunnya pendapatan nasional, diikuti dengan meningkatnya tabungan masyarakat melebihi
besarnya tingkat investasi ( SI > Io ), hal ini menimbulkan celah deflasi ( deflationary gap )
sebagai gejala naiknya angka pengangguran.

Apabila keseimbangan pendapatan nasional diketahui pada kapasitas produksi yang


maksimal (Yf), keadaan ini menyebabkan deplasi naik dari semula sebesar AB menjadi AD,
bertambah besarnya deplasi mengakibatkan pemawaran akan barang dan jasa semakin
menurun diikuti angka pengangguran semakin meningkat.

Jadi Hemat pangkal Kaya hanya mungkin terjadi jika dilakukan secara individu atau
sebagian kecil masyarakat saja, mengapa tidak dapat berlaku secara umum?

Sebab sikap hemat yang dilakukan oleh sebagian besar masyarakat dalam konteks
diatas, telah mengakibatkan menurunnya pendapatan nasional yang diikuti oleh menurunnya
permintaan dan penawaran akan barang dan jasa, serta meningkatnya angka pengangguran.

Lebih lanjut, sikap hemat dapat dilihat dari dimensi Makro Ekonomi Islam. Hemat
pangkal kaya merupakan ajaran fundamental dari pendistribusian pendapatanyang adil dan
merata, artinya perlakuan sikap hemat adalah paradoks ( seperti bertentangan tapi sebenernya
tidak ), sebab berlaku bagi seluruh komunitas muslim.

2.5 HEMAT DALAM KURVA KESEIMBANGAN PENDAPATAN NASIONAL


EKONOMI ISLAM

Hemat merupakan ajaran islam yang menyatakan bahwa manusia tidak boleh bersikap
boros, dan tidak boleh bersikap kikir.

“Islam menetapkan bahwa harta yang kita usahakan dengan pikiran dan tenaga kita
merupakan amanah Allah yang harus kita pergunakan dengan sebaik – baiknya, melalui prinsip
keseimbangan tidak boros dan tidak kikir, tetapi pertengan antara keduanya. Orang-orang yang
menggunakan hartanya dengan boros dan tidak produktif, pada suatu saat dia penyeselan.
Sebaliknya islam tidak pula membenarkan seseorang bersifat pelit/kikir, karena sifat itu sangat
tercela dan dapat meretakkan ukhuwah islamiyah dan menurunkan sendi-sendi persatuan dan
ketuhanan umat”. (H. Ahmad Gazali : 5).

Sebagaimana firman Allah :

“Berimanlah kamu kepada Allah dan Rasul-nya dan nafkahkanlah sebagian dari hartamu yang
Allah telah menjadikan kamu menguasainya. Maka orang-orang yang beriman di antara kamu
dan menafkahkan (sebagian) dari hartanya memperoleh pahala yang besar”. (Q.S Al Hadiid
[57] : 7).

[1456]. Yang dimaksud dengan mengusai disini ialah penguasa yang bukan secara mutlak. Hak
milik pada hakikatnya adalah pada Allah. Manusia menafkahkan hartanya itu haruslah menurut
hukum-hukum yang telah disyariatkan Allah. Karena itu tidaklah boleh kikir dan boros.

“dan berikanlah kepada keluarga-keluarga yang dekat akan haknya, kepada orang miskin dan
orang yang dalam perjalanan dan janganlah kamu menghambur-hamburkan (hartamu) secara
boros”. (Q.S Al Isra’ [17] : 26).

“Dan orang-orang yang apabila membelanjakan (harta), mereka tidak berlebihan, dan tidak
(pula) kikir, dan adalah (pembelanjaan itu ) di tengah-tengah antara yang demikian”. (Q.S Al
Furqan [25]: 67).
Tidak boros dalam arti melakukan kegiatan konsumsi secara berlebihan dan tidak kikir
dalam mengeluarkan sebagian pendapatan yang telah diterimanya dari Allah. Dalam hal ini ada
kewajiban yang harus ditunaikan yaitu, membelanjakan Sebagian hartanya untuk mensucikan
seluruh harta / kekayaan yang dimilikinya yang lazim disebut sebagai Zakat, Infaq, dan
Shodaqoh (Zis). Zis inilah yang dimaksud sebagai variable ekonomi yang memiliki kontribusi
dalam meningkatkan pendapatan nasional. Digambarkan dengan tingkat pendapatan nasional
keseimbangan yang senantiasa bergerak meningkat kearah yang lebih tinggi, (lihat gambar
kurva) dibawah ini :
Penjelasan :
Pengeluaran Zis bersama-sama dengan konsumsi (C1+Zis) akan memperkecil saving
yang berlebihan dan meningkatkan investasi I0 ke I1. Pendapatan nasional akan bergeser dan
mencapai posisi keseimbangan full employment Y0 ke Yf hal ini diperlihatkan dengan
bergesernya kurva (C0 + I) ke (C1+Zis+1), posisi keseimbangan ini tercapai pada saat full
employment saving Sf sama dengan besarnya investasi masyarakat yang meningkat I0 ke I1.
Kurva diatas menunjukan bahwa, konsumsi dan Zis bekerja bersama-sama dalam
menaikan pendapatan nasional keseimbangan. Dengan menekan tingkat penabungan dan
memperbesar investasi, sehingga investasi mencapai posisi yang sama dengan besarnya full
employment saving artinya kapasitas produksi telah dalam penggunaan tenaga kerja penuh.
Zis bersama-sama dengan konsumsi berfungsi sebagai regulator pendistribusian
pendapatan yang adil bagi individu-individu yang ada didalam masyarakat sehingga
pendapatan nasional keseimbangan meningkat kearah yang lebih tinggi.

2.6 PERBEDAAN KONSEP EKONOMI KONVENSIONAL DAN EKONOMI ISLAM


Konsep ekonomi konvensional dalam prakteknya telah menganggap bahwa, sikap
hemat merupakan satu-satunya cara dalam mengatasi penyakit inflasi akibat permintaan barang
dan jasa yang meningkat, dengan catatan hanya berlaku untuk sekelompok kecil saja. Jika
kemudian dilakukan oleh sebagian besar masyarakat justru akan berakibat sebaliknya, yaitu
munculnya celah deflasi (timbulnya pengangguran akibat dari daya beli yang menurun). Selain
itu konsep ini telah menganggap bahwa, harta kekayaan yang dimiliki oleh individu atau
kelompok adalah mutlak sebagai miliknya (tak ada hak orang lain didalamnya).
Pendapatan yang diterima seseorang, hanya digunakan untuk kegiatan konsumsi, dan
sisanya digunakan untuk berjaga-jaga, untuk spekulasi atau disimpan dalam bentuk tabungan
sebagai dana bagi kegiatan investasi : Y = C + S dan Y = C + I.
Dalam ekonomi islam, sikap hemat berlaku bagi seluruh komunitas Muslim, lebih jauh
merupakan jawaban atas penyakit inflasi yang diakibatkan oleh kelebihan permintaan maupun
inflasi akibat dorongan biaya.
Ajaran islam menyatakan bahwa harta dan kekayaan yang dimiliki umat Muslim pada
hakekatnya milik Allah yang penguasaannya diberikan pada manusia sebagai kepemilikan
yang tidak mutlak (didalamnya ada hak orang lain).
Ketika seorang Muslim menerima pendapatannya, maka sebelum digunakan untuk
kegiatan konsumsi atau penggunaan lainnya, pendapatan tersebut harus terlebih dahulu
dikeluarkan untuk kewajiban zakat, infaq, shodaqoh bagi mereka yang membutuhkan yaitu;
orang yang tidak mampu dan kaum peminta-minta, dan mereka memerlukan pertolongan,
setelah itu baru kemudian dikeluarkan untuk kegiatan lainnya seperti untuk konsumsi, untuk
berjaga-jaga, atau disimpan dalam bentuk tabungan sebagai dana bagi kegiatan investasi, yang
digambarkan dalam bentuk persamaan: Y=Zis+C+S dan Y=Zis+C+I.
Sehingga dengan adanya penambahan variable Zis dalam suatu perekonomian, telah
mengakibatkan kecenderungan pendapatan nasional keseimbangan meningkat secara
signifikan, sebagai indikasi bahwa masyarakat sejahtera, dan terbatas dari penyakit ekonomi
(inflasi/deflasi).
Pada table dibawah ini dapat dilihat perbedaan yang mendasar dari kedua system
perekonomian tersebut :
Ekonomi Konvensional Ekonomi Islam
Kepemilikan harta individu maupun Kepemilikan harta tidak mutlak menjadi
kelompok dianggap mutlak sebagai milik milik individu maupun kelompok
pribadi
Bersaing adalah pertaruhan, kekalahan Bersaing merupakan moral force (dorongan
dalam bersaing adalah hal yang wajar moral), bagaimana agar setiap individu dan
sebagai konsekwensi ketidaksiapan didalam kelompok dapat bersaing secara sehat untuk
mengikuti persaingan dipasar. menciptakan kondisi masyarakat yang adil
dan sejahtera sehingga dalam ekonomi islam
tidak mengenal istilah korban akibat
kekalahan didalam persaingan.
Terserah pada manusia itu sendiri secara Mempelajari aktivitas manusia untuk
individu atau kelompok memenuhi kebutuhan itu dengan jiwa
religius
Tidak mempersoalkan secara nyata, hanya Dikendalikan oleh nilai dan tanggung jawab
sebatas tanggung jawab sosial moral
Ketentuan-ketentuan yang dibuat manusia Pegangannya Al-Qur’an dan Assunnah
Terserah pada diri sendiri Tidak membenarkan adanya jiwa
Materialisme
Tidak mempermasalahkan Pemborosan merupakan suatu penyakit jiwa
Menghalalkan segala cara Dilakukan secara halal
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Ekonomi didalam bahasa Arab atau Islam disebut “IQTITSAD”, arti kata ini diambil
dari Al-Qur’an dalam surat Al-Maidah. Yang dimaksud dengan “IQTITSAD” didalam Al-
Quran ialah “Menggunakan rezeki yang ada disekitar kita dengan cara berhemat agar kita
menjadi manusia yang baik dan tidak merusak nikmat apapun yang telah diberikan Allah
kepada manusia. Secara makro, ekonomi pada pokoknya membicarakan hubungan-hubungan
antara variable-variabel ekonomi secara keseluruhan atau agregat. Sebagai contoh ; hubungan
fungsional pendapatan yang berbentuk : “pendapatan merupakan penjumlahan konsumsi
rumah tangga plus investasi. Kemudian sisa pendapatannya berupa tabungan atau saving
merupakan pendapatan dikurangi seluruh pengeluaran konsumsi rumah tangga.” Islam
menetapkan bahwa harta yang kita usahakan dengan pikiran dan tenaga kita merupakan
amanah Allah yang harus kita pergunakan dengan sebaik – baiknya, melalui prinsip
keseimbangan tidak boros dan tidak kikir, tetapi pertengahan antara keduanya. Ajaran islam
menyatakan bahwa harta dan kekayaan yang dimiliki umat Muslim pada hakekatnya milik
Allah yang penguasaannya diberikan pada manusia sebagai kepemilikan yang tidak mutlak
atau didalamnya ada hak orang lain.
Daftar Pustaka
Source ://fc_bab-ix_kaidah_umum_perekonomian
://fc_bab-x_kajian_makro_ekonomi_islam

Anda mungkin juga menyukai