Untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Keuangan Publik Islam
Kelompok 5
Rima Sukaena Al Aslamiah
Rini
Rinto
Kelompok 5
i
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
KATA PENGANTAR..........................................................................................................i
DAFTAR ISI.........................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN.....................................................................................................1
1.1 Latar Belakang...............................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah..........................................................................................................1
1.3 Tujuan dan Manfaat.......................................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN......................................................................................................2
2.1 Kaidah Belanja Islami....................................................................................................2
2.2 Kebijakan Pengeluaran Negara......................................................................................2
2.3 Kebiajakn Pengeluaran Non Zakat Kontemporer..........................................................5
BAB III PENUTUP..............................................................................................................6
3.1 Kesimpulan....................................................................................................................6
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................................7
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kebijakan pengeluaran adalah unsur kebijakan fiskal dimana pemerintah atau Negara
membelanjakan pendapatan yang telah dikumpulakn. Kebijakan penegeluaran Negara tidak jauh
dari pengeluaran non-zakat. Dengan kebijakan pengeluaran inilah negara dapat melakukan
proses distribusi pendapatan kepada masyarakat dan dengan kebijakan ini pula maka negara bisa
menggerakan perekonomian yang ada di masyarakat. Pemerintah diharapkan dapat
menggunakan keuangan tersebut dalam meningkatkan taraf hidup masyarakat dan meningkatkan
ketakwaan. Kebijakan pengeluaran harus bisa menjamin pemenuhan kebutuhan pokok yang
ditujukan kepada seluruh warga negara tanpa memandang agama, warna kulit, suku bangsa dan
status sosial
Pengeluaran Non-zakat adalah salah satu instrument penting dalam suatu Negara sebagai
fasilitas untuk melancarkan program pengeluaran Negara. Pengeluaran non-zakat dalam islam
artinya pengeluaran yang sesuai dengan tuntunan islam yaitu kebutuhan primer masyarakat
secara keseluruhan adalah keamanan, pengonatan dan pendidikan.
1
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Kaidah Belanja Negara Islami
Dalam konsep ekonomi islam, belanja negara harus sesuai dengan syari’iyyah dan
penentu skala prioritas, para ulama terdahulu telah memberikan kaidah umum yang disarikan
dari Al-quran dan as-sunah. Kaidah-kaidah adalah:
1) Bahwa timbangan kebijakan pengeluaran atau belanja pemerintah harus senantiasa
mengikuti kaidah maslahah.
2) Menghindari masyaqqoh menurut arti bahasa adalah al-ta’ab, yaitu kelelahan,
kepayahan, kesulitan dan kesukaran, kesulitan dan mudharat harus didahulukan
ketimbang melakukan pembenahan.
3) Mudharat individu dapat dijadikan alasan demi menghindari mudharat dalam skala
umum.
4) Pengorbanan individu atau kerugian individu dapat dikorbankan demi menghindari
kerugian dan pengorbanan dalam skala umum.
5) Kaidah “al-giurmu bil gunmi”, yaitu kaidah yang menyatakan bahwa yang mendapatkan
manfaat harus siap menanggung beban (yang ingin beruntung harus siap menanggung
kerugian).
Kebijakan belanja umum pemerintah dalam sistem ekonomi syariah dapat dibagi menjadi tiga
bagian, sebagai berikut:
1) Belanja kebutuhan operasional pemerintah yang rutin.
2) Belanja umum yang dapat dilakukan pemerintah apabila sumber dananya tersedia.
3) Belanja umum yang berkaitan dengan proyek yang disepakati oleh masyarakat berikut
sistem pendanaannya.
Adapun belanja umum yang dapat dilakukan pemerintah apabila sumber dananya tersedia,
mencakup pengadaan infrastruktur air, listrik, kesehatan, pendidikan, dan sejenisnya. Adapun
kaidahnya adalah adanya pemasukan yang sesuai dengan syariah untuk pemenuhan kebutuhan
tersebut, seperti dari sektor investasi pemerintah atau jizyah atau wasiat atau harta warisan yang
tidak ada pemiliknya. Selanjutnya adalah belanja umum yang berkaitan dengan proyek yang
disepakati oleh masyarakat berikut sistem pendanaannya. Bentuk pembelanjaan seperti ini
biasanya melalui mekanisme subsidi, baik subsidi langsung seperti memberi bantuan secara
Cuma-Cuma atau subsidi tidak langsung melalui mekanisme produksi barang-barang yang
disubsidi.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Negara islam wajib mengadakan fasilitas umum dan pelayanan publik yang sangat
dibutuhkan oleh warga masyarakat dalam kehiduan sehari-hari, sehingga berbagai kepentingan
dan urusan masyarakat terpenuhi dengan lancar. Keberhasilan negara untuk melakukan
kebijakan pengeluaran sesuai tujuan yang disyaratkan syariah akan menciptakan kesejahteraan
masyarakat. Karena kebijakan pengeluaran tersebut adalah suatu proses distribusi pendapatan
kepada masyarakat. Kegagalan pemerintah dalam melakukan distribusi anggaran negara dapat
mengancam keberadaan negara seperti yang terjadi dalam sejarah peradaban islam, dimana
kesalahan dalam melakukan kebijakan anggaran menyebabkan kemunduran dan kehancuran
negara, baik karena menyebabkan negara menjadi lemah, juga karena terjadinya pertikaian
intern.
6
DAFTAR PUSTAKA
https://www.kompasiana.com/indahns28/61fd34a08700003f2431e2d2/instrumen-non-zakat-
sebagai-sumber-pengeluaran-keuangan-negara
http://andrianadita.blogspot.com/2014/12/instrumen-nonzakat-sebagai-sumber.html
Nurul Huda, dkk. Keuangan Publik Islam: Pendekatan Teoritis dan Sejarah. Kencana. Jakarta:
2012.
Jurnal Keuangan Publik Islam (Kebijakan Pengeluaran Instrumen Non-zakat Dalam Islam, Oleh:
Dian Hariyadi; Habiburrahman; Safrudin)
7