Anda di halaman 1dari 27

PETUNJU

TUGAS PRAKTIKUM
BIOFISIKA

Dosen Pengampu:
Widodo Setiyo Wibowo, M.Pd.
Joko Sudomo, MA
Eko Widodo, M.Pd.

Prodi Pendidikan IPA FMIPA UNY


2020

1
PRAKTIKUM 1
KALOR JENIS BAHAN TUMBUHAN

A. Tujuan percobaan
Mengukur kalor jenis (kalor jenis + kalor pengubah wujud) macam-macam sayuran/buah-buahan.

B. Dasar teori
Jumlah kalor digunakan untuk menaikkan atau menurunkan suhu suatu zat dirumuskan
Q  mct

Keterangan:
Q = jumlah kalor (kal. ; J)
m = massa (g ; kg)
c = kalor jenis (kal/g oC ; J/Kg oC)
Δt = perubahan suhu (oC)
Suatu benda / zat dari bahan tumbuhan/ nabati akan berbeda dengan benda padat lainnya
seperti logam atau batu, dikarenakan pada benda padat logam atau batu jika dipanaskan tidak
terjadi perubahan wujud. Akan lain jika benda dari tumbuhan, jika dicampur dengan air panas
selain diperlukan untuk menaikkan suhu juga diperlukan untuk mengubah bentuk dari tumbuhan
segar menjadi tumbuhan yang layu. Jika pada es untuk mengubah bentuk dari padat menjadi cair
diperlukan kalor sebanyak:
Q  mL

L = kalor laten benda (kal/g)


Besar kalor es adalah L = 80 kal/g, kalor uap air L = 539 kal/g
Dari benda semacam tumbuhan/ nabati (sayuran atau buah-buahan), untuk menaikkan suhu
diperlukan kalor sebesar.
Q  myt

y = (kalor jenis + kalor pengubah bentuk) (kal/g oC)


Menurut Azas Black: jumlah kalor yang diterma sama dengan jumlah kalor yang dilepaskan.
Qterima  Qlepas

C. Alat dan bahan


1. Kalorimeter 5. Air
2. Gelas kimia 6. Sayur/ buah-buahan
3. Pemanas/ heater 7. Neraca lengan
4. Termometer

2
D. Prosedur kerja
1. Panaskan air secukupnya dalam beker glass dengan heater
2. Ambil sayuran atau buah-buahan secukupnya, kemudian potong kecil-kecil atau dihaluskan.
(praktikan membawa buah dan sayur sendiri-sendiri (missal papaya muda, ketimun, labu,
ketela, dsb
3. Timbang kalorimeter kosong (mk), kemudian masukkan sayuran halus kedalam kalorimeter
dan ukur suhunya (ts), serta timbang kembali (ms).
4. Tuangkan air panas atau mendidih (ta) kedalam kalorimeter yang berisi sayuran + air, aduk
dan catat suhunya (tc) serta timbang kembali (mc).
5. Ulangi percobaan untuk sayuran/ buah-buhan yang lain.

E. Data percobaan

Buah mk (g) mc (g) mb (g) ma (g) tk (0C) tb(0C) ta (0C) tc (0C)


Melon 112 136 24 95 29 27 70 47
Pepaya 102 140 38 95 28 30 70 47
Semangka 102 175 73 95 28 26 70 48
Keterangan:
mk = massa kalorimeter (g)
mc = massa campuran (g)
mb = massa benda (g)
ma = massa air (g)
tk = suhu kalorimeter (0C)
tb = suhu buah (0C)
ta = suhu air (0C)
tc = suhu campuran (0C)
cair = 1 kal/g0C
caluminium = 0,22 kal/g0C

F. Tugas/pertanyaan
1. Hitung besar (kalor jenis + kalor pengubah wujud) masing-masing jenis sayuran/buah-
buahan
2. Buatlah kesimpulan dari hasil pecobaan yang Anda peroleh!

3
PRAKTIKUM 2
KEUNTUNGAN MEKANIK DAN KAITANNYA KERJA OTOT PADA STRUKTUR
RANGKA MANUSIA (Kegiatan 1)

A. Tujuan
1. Mempelajari konsep dasar pesawat sederhana dan hubungannya dengan kerja otot pada
struktur rangka manusia
2. Menghitung nilai keuntungan mekanik pada tuas

B. Dasar Teori
Peralatan teknologi ada yang sederhana, ada yang modern dan canggih. Pada umumnya
peralatan berteknologi modern dan canggih, memiliki konstruksi relatif lebih rumit dan sudah
menggunakan energi listrik. Tetapi betapa pun canggihnya mesin berteknologi modern, bagian-
bagian dasarnya yang bergerak, tetap menggunakan gabungan dari mesin-mesin sederhana atau
pesawat sederhana.

Gambar 1. Aplikasi Pesawat Sederhana pada ALat Modern

Berdasarkan letak titik tumpu, titik beban, dan titik kuasa, maka ada tiga jenis tuas, yaitu :
tuas jenis pertama, tuas jenis ke dua, dan tuas jenis ke tiga. Banyak anggota badan manusia yang
prinsip kerjanya seperti tuas. Salah satu contohnya adalah lengan manusia, seperti yang nampak
pada gambar 3 berikut.

Gambar 2. Tuas pada Lengan Manusia

4
Beberapa hal yang penting dalam tuas sebagai berikut.
1. Kesetimbangan tuas diperoleh, jika hasil kali gaya beban dan lengan beban sama dengan
perkalian gaya kuasa dan lengan kuasa.
Fb x Lb = Fk x Lk .......................................... (1)
2. Semakin besar lengan kuasa dari lengan beban (Lk > Lb), maka gaya kuasa semakin kecil dari
gaya beban (Fk < Fb). Tetapi perpindahan gaya kuasa semakin besar dibandingkan dengan
perpindahan gaya beban (S k> Sb).
Artinya : semakin jauh letak dorongan tangan dari penumpu, maka usaha mengangkat beban
akan semakin mudah. Tetapi untuk mendapatkan kenaikan beban yang relatif kecil, diperlukan
dorongan tangan yang cukup jauh.
3. Besar usaha yang dilakukan oleh gaya kuasa selalu sama dengan usaha yang dilakukan oleh
gaya beban (Wk = Wb).
Artinya : tuas tidak dapat memperkecil usaha, tetapi hanya dapat mempermudah usaha (kerja).
Hal itu disebabkan karena tuas dapat memperkecil dan membelokkan arah gaya kuasa,
sehingga usaha dapat lebih mudah dilakukan.
Sedangkan untuk mengetahui seberapa besar kemudahan yang diperoleh dalam menggunakan
pesawat sederhana, maka dipergunakan pengertian “keuntungan mekanik” yang didefinisikan
sebagai perbandingan gaya beban dengan gaya kuasa, yaitu :
KM = (Fb/Fk) .......................................... (2)
Tuas (pengungkit) merupakan salah satu aplikasi dari prinsip pesawat sederhana. Prinsip
tuas terdiri dari sebuah batang yang cukup kuat dan penumpu. Beberapa istilah pada tuas, dan
pengelompokkan jenis-jenis tuas adalah sebagai berikut.

Gambar 2. Jenis-Jenis Tuas

5
keterangan :
T = titik tumpu (tempat penumpu)
B = titik beban (tempat beban yang akan diangkat)
K = titik kuasa (tempat tangan melakukan gaya)
Lb = lengan beban (jarak titik beban ke titik tumpu)
Lk = lengan kuasa (jarak titik kuasa ke titik tumpu)

C. Alat dan Bahan


1. Papan berlubang (sebagai tuas) 4. Piring timbangan
2. Statif dengan as 5. Anak timbangan
3. Penggaris 6. Neraca pegas

D. Prosedur Kerja
1. Ambilah sejumlah anak timbangan sebagai beban dan timbang dengan neraca pegas beban
tersebut
2. Letakkan as pada lubang sejauh Lb dari lubang pinggir terdekat (lihat gambar) dan gantung
beban tersebut disini (bagian tuas yang panjang di pegang)
3. Kaitkan pengait neraca pegas pada lubang ujung bagian tuas yang panjang (jarak antara neraca
sampai as adalah Lk)
4. Tarik neraca pegas ke bawah sehingga sistem setimbang (tuas horisontal) dan bacalah harga
gaya kuasa Fk dari neraca pegas serta ukur harga Lb dan Lk.
5. Catat hasil pengukuran dan ulangi percobaan untuk berbagai harga Lb dan berbagai harga Wb.

Gambar 5. Desain Percobaan

6
E. Data Percobaan
1. Variasi Panjang Lengan Beban (Lb)
No. Lb (m) Lk (m) Wb (Kg.m/s2) Fk (Kg.m/s2)
1. 0,12 0,12 0,1 x 9,8 = 0,98 1,2
2. 0,10 0,12 0,1 x 9,8 = 0,98 1,0
3. 0,08 0,12 0,1 x 9,8 = 0,98 0,8
4. 0,06 0,12 0,1 x 9,8 = 0,98 0,6
5. 0,04 0,12 0,1 x 9,8 = 0,98 0,4

2. Variasi Berat beban (Wb)


No. Lb (m) Lk (m) Wb (Kg.m/s2) Fk (Kg.m/s2)
1. 0,10 0,10 0,025 x 9,8 = 0,245 0,2
2. 0,10 0,10 0,050 x 9,8 = 0,49 0,5
3. 0,10 0,10 0,075 x 9,8 = 0,735 0,7
4. 0,10 0,10 0,100 x 9,8 = 0,98 1,0
5. 0,10 0,10 0,125 x 9,8 = 0,1225 1,2

F. Tugas/ Pertanyaan
1. Apa yang disebut dengan keuntungan mekanik?
2. Apa yang disebut dengan momen gaya?
3. Apa yang disebut dengan sistem dalam keadaan setimbang?
4. Apa persyaratan dari system dalam keadaan setimbang?
5. Apakah persyaratan dari sistem dalam keadaan setimbang pada percobaan berlaku bahwa FbL1
= FkL2 ?
6. Apakah peralatan percobaan ini termasuk sistem tuas?
7. Apakah mengangkat beban yang berat dengan gaya yang kecil dikatakan keuntungan mekanik?
8. Apakah menggerakan batu dengan tuas yang diganjal mempunyai konsep yang sama dengan
system timbangan seperti percobaan?
9. Apakah keuntungan mekanik berkaitan erat dengan sistem kerja otot pada rangka manusia?
10. Bagaimana sistem kerja otot pada rangka manusia jika semakin besar nilai keuntungan
mekanik?

7
TUAS PADA SIKU (Kegiatan 2)
A. Tujuan
Menghitung gaya yang dilakukan oleh otot bisep untuk menahan lengan bawah dan beban yang
disangga pada telapak tangan.

B. Dasar Teori

Gambar 1. Lengan bawah memegang buku (atau beban lainnya) dan bagan untuk mempermudah
penggambaran berbagai gaya dari titik sumbu.

Siku merupakan salah satu contoh tuas seperti ditunjukkan dalam Gambar 1. Lengan bawah
dijadikan sebagai sistem yang diperhatikan. Empat gaya luar yang bekerja pada lengan bahwa:
berat lengan wa, berat buku (atau benda lainnya) wt, gaya yang dilakukan otot bisep FB, dan gaya
yang dilakukan oleh tulang lengan atas FH pada titik siku. Penyederhanaan dapat dilakukan dengan
mengambil titik sumbu pada persendian siku. Penyederhanaan dilakukan dengan mengambil titik
sumbu pada persendian siku. Torka yang dilakukan gaya FH adalah nol karena gaya itu bekerja
pada titik sumbu, sehingga l = 0 untuk gaya ini.Nilai-nilai l lainnya mudah ditentukan karena
lengan bawah adalah horisontal. Berat lengan bawah wa dan berat buku wt menghasilkan torka
searah putaran jarum jam, sedangkan gaya FB yang dilakukan oleh bisep menghasilkan torka
berlawanan arah dengan putaran jarum jam.

8
Berat lengan bawah dan buku menghasilkan torka searah putaran jarum jam, dan gaya bisep
menghasilkan torka berlawanan arah putaran jarum jam, tetapi gaya tulang lengan atas tidak
menghasilkan torka karena bekerja secara langsung pada titik sumbu.

C. Alat dan Bahan


1. Neraca
2. Penggaris panjang atau meteran (alat pengukur panjang),
3. Buku tebal (atau benda lainnya)

D. Prosedur Kerja
1. Timbanglah buku (atau benda lain) yang akan ditahan pada telapak tangan.
2. Anggaplah massa lengan bawah anda adalah 2,5 kg. Jika memungkinkan anda boleh juga
memperkirakan massanya dengan neraca yang sesuai.
3. Gunakan percepatan gravitasi g = 9,8 m/s2 untuk menghitung berat.
4. Tahan buku tebal (atau benda lainnya) pada telapak tangan dan pertahankan posisi lengan
bawah adalah horisontal.
5. Mintalah kawan anda untuk mengukur jarak L seperti ditunjukkan dalam Gambar 1.
6. Ulangilah prosedur di atas untuk benda-benda yang lain.

E. Data Percobaan
No. Praktikan Jenis Benda mt (kg) wt (N) wa (kg) L (m) 3/8 L (m)
Praaktikan 1 Kotak Porcelain 0,416 4,077 24,5 0,30 0,113
Batu 0,671 6,576 24,5 0,30 0,113
1 set kotak baterai 2,065 20,24 24,5 0,30 0,113
Praktikan 2 Kotak Porcelain 0,416 4,077 24,5 0,34 0,128
Batu 0,671 6,576 24,5 0,34 0,128
1 set kotak baterai 2,065 20,24 24,5 0,34 0,128
Praktikan 3 Kotak Porcelain 0,416 4,077 24,5 0,29 0,109
Batu 0,671 6,576 24,5 0,29 0,109
1 set kotak baterai 2,065 20,24 24,5 0,29 0,109

Keterangan:
ma = 2,5 kg, g = 9,8 m/s2
mt = massa benda (kg)
wt = berat benda (N)
wa = berat lengan bawah (N)
L = Jarak beban ke siku (m)

9
F. Tugas/ Pertanyaan
1. Hitunglah gaya yang dilakukan oleh otot bisep (FB) untuk menahan lengan bawah dan beban
dengan menggunakan syarat kesetimbangan momen gaya (torka).
2. Hitunglah gaya gabungan antara berat beban dan berat lengan? Apakah besar gaya gabungan
ini sama dengan gaya otot bisep? Jika tidak, berikan penjelasan mengapa demikian.

10
PRAKTIKUM 3
PUSH-UP

A. Tujuan
Menghitung gaya reaksi lantai pada telapak tangan ketika seseorang melakukan push-up.

B. Alat dan Bahan


Neraca dan meteran (alat pengukur panjang)

C. Dasar Teori
Ketika seseorang melakukan push-up pada lantai, seperti dalam Gambar 1, tangan orang itu
menekan pada lantai dengan gaya tertentu. Menurut hukum ketiga Newton, lantai memberikan
reaksi ke atas dengan gaya yang sama, misalnya F. Gaya reaksi ini bekerja pada orang tersebut.

Gambar 1. Gaya pada saat push-up


Dengan menggunakan syarat kesetimbangan torka, kita dapat menghitung gaya reaksi F.
Misalkan massa orang itu adalah m, jarak antara telapak kaki sampai pusat berat adalah L1, jarak
antara telapak kaki sampai telapak tangan adalah L2.

D. Prosedur Kerja
1. Timbanglah badan anda, untuk mengetahui massa anda. Gunakan nilai percepatan gravitasi g =
9,80 m/s2, kemudian hitunglah berat anda.
2. Misalnya pusat berat anda tepat pada pusar anda.
3. Mintalah tolong kawan lain untuk mengukur jarak antara pusar sampai telapak kaki anda.
4. Mintalah tolong kawan lain untuk mengukur jarak antara telapak tangan penopang sampai
telapak kaki Anda.
5. Mulailah dengan push-up. Mintalah tolong kawan lain untuk mengukur ketinggian rata-rata
tubuh Anda terangkat.
6. Ulangi prosedur 1 s.d. 5 untuk praktikan yang lain.

11
E. Data Percobaan
Naracoba mb (kg) wb (N) L1 (m) L2 (m) h (m)
A 55 539 1,02 1,23 0,206
B 47 465,5 0,93 1,12 0,189
C 46 450,8 0,86 0,91 0,170
D 45 441 0,88 1,04 0,210

Keterangan:
mb = massa badan (kg)
wb = berat badan (N)
L1 = jarak antara pusar sampai telapak kaki (m)
L2 = mengukur jarak antara telapak tangan penopang sampai telapak kaki (m)
h = ketinggian rata-rata terangkatnya tubuh (m)

F. Tugas/ Pertanyaan
1. Hitunglah gaya reaksi F ketika anda melakukan push-up!
2. Hitunglah usaha yang dilakukan gaya reaksi untuk setiap kali mengangkat tubuh anda sampai
ketinggian pada prosedur butir 5!

12
PRAKTIKUM 4
RESISTANSI TUBUH MANUSIA
A. Tujuan
Mengukur nilai resistansi pada tubuh manusia.

B. Alat dan Bahan


1. Multimeter
2. Kabel penghubung

C. Dasar Teori
Resistansi listrik merupakan ukuran seberapa besar suatu objek melawan aliran listrik.
Dalam Satuan Internasional (SI) resistansi listrik memiliki satuan ohm (Ω). Tubuh manusia
memiliki nilai resistansi tertentu. Nilai resistansi pada tubuh tidaklah tetap. Nilainya bervariasi dari
sesorang dengan orang yang lainnya dan dari waktu ke waktu. Sebagai contoh laki-laki cenderung
memiliki resistansi yang lebih rendah daripada wanita. Sebagaimana resistor yang digunakan pada
peralatan elektronik, resistansi pada lengan manusia bergantung pada panjang dan diameter lengan.
Resistansi sebanding dengan panjang dan berbanding terbalik dengan diameter. Karena laki-laki
cenderung memiliki lengan yang lebih tebal (lebih berotot) sehingga mereka memiliki resistansi
yang lebih rendah. Nilai kasar resistansi internal tubuh manusia adalah 300-1000 ohm. Secara
alami, resistansi juga bergantung pada jalur yang dilewati arus pada tubuh manusia, apakah antara
tangan ke tangan, tangan ke kaki, kaki ke kaki, tangan ke alis mata, dan sebagainya. Sebagai
contoh, jika arus masuk melewati tangan kiri dan keluar pada kaki kanan, maka nilai resistansinya
akan jauh lebih tinggi dari pada jika arus masuk dan keluar pada jari-jari yang berdekatan.
Di dalam tubuh, jaringan yang memiliki resistansi terbesar adalah tulang dan lemak,
sementara syaraf dan otot memiliki resistansi terkecil. Selain itu dapat dikatakan bahwa mayoritas
resistansi tubuh ada pada kulit-sel kulit mati dan kering dari epidermis adalah konduktor yang
sangat buruk. Bergantung pada setiap orang, resistansi kulit kering biasanya di antara 1000-100000
ohm. Resistansi kulit menjadi lebih rendah jika kulit pada kondisi yang basah atau terbakar/terpapar
panas. Hal ini berarti ketika seseorang tersetrum, resistansi tubuh akan turun karena kulit kita
terbakar. Untuk mengukur resistansi total tubuh manusia dpat dilakukan dengan menambahkan
resistansi dari setiap bagian tubuh. Karena arus melewati kulit dua kali (saat masuk dan keluar),
sehingga resistansi total dapat dirumuskan:
Rtotal = Rkulit (masuk) + R internal + Rkulit (keluar)

13
D. Prosedur Kerja
1. Set lah multimeter pada posisi ohmmeter dan pastikan berfungsi dengan tepat dengan
menempelkan kedua probe sehingga jarum skala menunjukkan angka nol.
2. Ukurlah nilai resistensi tubuh (tangan ke tangan) dengan cara memegang/menempelkan probe
multimeter pada kedua telapak tangan dan catatlah nilai yang terukur. (catatan: tangan pada
kondisi kering dan bersih)
3. Ulangi prosedur no. 2 untuk kondisi tangan yang berkeringat atau kotor.
4. Ulangi prosedur no. 2 pada bagian tubuh yang lain (tangan ke kaki, kaki ke kaki, atau tangan ke
alis, dsb.).
5. Ulangilah prosedur di atas untuk anggota kelompok/praktikan yang lain.

E. Data Percobaan
Jarakantarelektroda Resistansi
Praktikan Posisipenempelan probe
(cm) (kΩ)
Firman Tangan – tangan (kering,
178.7 300
(lk) bersih)
Tangan – tangan (lembab,
178.7 200
kotor)
Tangan - kaki 210.5 300
Kaki - kaki 256 200
Tangan - alis 105.5 400
Sicma (pr) Tangan – tangan (kering,
152 200
bersih)
Tangan – tangan (lembab,
152 400
kotor)
Tangan - kaki 180 400
Kaki - kaki 207 500
Tangan - alis 88 500
Hikmatul Tangan – tangan (kering,
151 500
(pr) bersih)
Tangan – tangan (lembab,
151 600
kotor)
Tangan - kaki 184 750
Kaki - kaki 210 200
Tangan - alis 89 500

14
Zubi (pr) Tangan – tangan (kering,
163.5 500
bersih)
Tangan – tangan (lembab,
163.5 500
kotor)
Tangan - kaki 194 800
Kaki - kaki 203 500
Tangan - alis 101 750

F. Tugas/ Pertanyaan
1. Bagaimanakah nilai resistansi yang Anda ukur? Apakah nilainya sama atau berbeda pada
berbagai variasi:
2. Posisi dan jarak penempelan probe pada bagian tubuh?
3. Tangan kering dan berkeringat?
4. Jelaskan bagaimana hal-hal pada nomor 1 dapat terjadi!

15
PRAKTIKUM 5
PERAMBATAN BUNYI MELALUI TULANG TENGKORAK

A. Tujuan
1. Mahasiswa dapat menerangkan mekanisme perambatan bunyi melalui tulang tengkorak dengan
menggunakan garpu tala.
2. Mahasiswa dapat menerangkan faktor-faktor yang mempengaruhi perambatan bunyi melalui
tulang tengkorak dengan menggunakan garpu tala.

B. Alat dan Bahan


1. Kapas 4. Mistar
2. Garpu tala 112-870 hz 5. Stop watch
3. Arloji/jam yang bersuara

C. Dasar Teori
Telinga berfungsi untuk mengubah gelombang suara menjadi impuls yang kemudian akan
dijalarkan ke pusat pendengaran di otak. Walaupun mekanisme mendengar tidak dapat mencakup
seluruh gelombang bunyi, namun keterbatasan ini tidak merupakan hambatan bagi seseorang untuk
dapat menanggapi berbagai macam bunyi yang berasal dari lingkungannya. Mendengar adalah
aktifitas menangkap gelombang bunyi dari suatu sumber. Organ yang menjadi alat pendengar
adalah telinga. Telinga berfungsi mengubah gelombang suara menjadi impuls yang kemudian akan
dijalarkan ke pusat pendengaran di otak. Telinga manusia terbagi dalam tiga bagian, yaitu:
1. Telinga luar
Mempunyai bagian-bagian berupa daun telinga dan saluran telinga yang dindingnya dapat
menghasilkan minyak serumen.
2. Telinga tengah (ruang timpani)
Pada ruang timpani terdapat; selaput pendengaran atau membran timpani, tulang-tulang
pendengaran (tulang martil, tulang landasan, buluh eustachius), memungkinkan keseimbangan
tekanan udara rongga telinga (telinga tengah dengan udara luar)
3. Telinga dalam (labirin)
Labirin terdiri atas dua bagian, yaitu labirin tulang dan labirin selaput
Proses mendengar diawali dengan getaran suatu objek yang akan menggetarkan molekul
udara. Bila gelombang suara sampai ke telinga, maka akan masuk melalui telinga luar terus
melalui saluran pendengaran dan ahirnya sampai ke membran timpani. Hal ini akan menggetarkan
membran timpani, terus ke tulang martil, ke landasan dan sanggurdi. Dari sanggurdi, getaran suara

16
dilanjutkan ke tingkap bundar/bulat. Getaran ini akan menggetarkan cairan pada rumah siput. Bila
cairan pada rumah siput bergetar akan menstimulus ujung saraf. Impuls dari ujung saraf ini
diteruskan ke pusat saraf pendengaran di otak. Otak besar akan memproses dan menerjemahkan
sehingga timbulah persepsi suara. Karena telinga dalam, koklea, tertanam pada kavitas bertulang
dalam os temporalis yang disebut labirin tulang, getaran pada tulang tengkorak dapat
menyebabkan getaran cairan pada koklea. Cambell (2004: 828) bahwa pada kondisi yang
memungkinkan, garpu tala atau penggetar elektronik yang diletakan pada setiap protuberansia
tulang tengkorak, tetapi terutama pada prosesus mastoideus, akan menyebabkan orang tersebut
mendengarkan suara. Dalam sistem pendengaran, organ yang akan menerjemahkan suatu suara
adalah otak. Pada dalam otak terdapat cerebelum. Guyton dan Hall (1996:221) menyatakan bahwa
fungsi primer serebelum adalah mengkoordinasikan pergerakan. Serebelum menerima informasi
sensoris mengenai posisi persendian dan panjang otot, juga informasi dari sistem auditoris
(pendengaran).
1. Hilang pendengaran
Hilang pendegaran atau tuli dapat dibedakan atas dua macam yaitu hilang pendengaran
karena konduksi (tui konduksi) dan hilang pendengaran karena syaraf (tuli syraf atau persepsi).
Tuli konduksi terjadi karena vibrasi/getaran suara tidak mencapai telinga bagian tengah. Tuli
semacam ini sifatnya hanya sementara oleh karena adanya malam (wax/serumen) ataupun cairan di
dalam telinga tengah. Apabila tuli konduksi tidak dapat pulih kembali, maka penderita diatasi
dengan menggunakan alat bantu pendengaran (hearingaid). Tuli syaraf terjadi karena hanya
sebagian kecil frekuensi bunyi atau seluruh frekuensi bunyi yang tidak didengar. Tuli syaraf ini
sampai sekarang belum bisa diobati sehingga dikategorikan sebagai tuli permanen (Gabriel, 1996:
85).
2. Tes Pendengaran
Untuk mengetahui tuli konduksi atau tuli syaraf, penderita dapat dilakukan tes pendengaran
dengan menggunakan: tes berbisik (noise box), tes garpu tala, dan audiometer.
a. Tes Suara Berbisik
Telinga normal dapat mendengar suara berbisik dengan ton/dana rendah misalnya suara
konsonan, dan palatal: b, p, t, m, n pada jarak 5 sampai 10 meter. Suara berbisik dengan nada
tinggi misalnya suara desis/sibiland s, z, ch, shel pada jarak 20 meter.
b. Tes Garpu Tala
Untuk mengetahui secara pasti apakah seseorang penderita tuli konduksi atau tuli syaraf,
dapat dites dengan menggunakan garpu tala dengan frekuensi C128, C1024, C2048. Ada tiga
jenis tes yang menggunakan garpu tala yaitu : tes Rinne, tes Weber, dan tes Schwabach.

17
1) Tes Rinne
Tes Rinne ini dilakukan untuk membandingkan konduksi bunyi melalui tulang dengan
konveksi bunyi melalui udara. Caranya, yaitu salah satu garpu tala seperti yang disebutkan di
atas (misalnya C128) digetarkan kemudian diletakkan pada prosesus mastoideus (di belakang
telinga), setelah tidak terdengar getaran lagi, garpu tala dipindahakan ke depan lubang telinga.
Tanyakan pada penderita apakah masih terdengar getaran tersebut? Menurut Gabriel (1996: 87)
mengatakan bahwa dalam keadaan normal konduksi bunyi/suara melalui udara 85-90 detik dan
konduksi melalui udara 45 detik. Tes Rinne positif, (Rinne +) berarti pendengaran penderita
baik, pada penderita tuli konduksi maupun tuli syaraf. Sedangkan tes Rinne negatif (Rinne -)
berarti pada penderita tuli konduksi selang waktu konduksi tulang mungkin sama atau lebih
lama.
2) Tes Weber
Tes ini dilakukan dengan menggetarkan garpu tala, kemudian diletakan pada vertex
dahi/puncak kepala. Pada penderita tuli konduksi (penyebab wax atau otitis media) akan
terdengar bunyi nyaring/terang pada telinga yang sakit. Misalnya pada telinga kiri terdengar
bunyi nyaring (makin keras) maka disebut Weber laterisasi ke kiri. Begitupun jika telinga kanan
sakit maka weber laterisasi ke kanan.
3) Tes Schwabach
Pada tes ini dilakukan untuk membandingkan jangka waktu konduksi tulang melalui
vertex atau prosesus mastoideus penderita dengan konduksi tulang sipemeriksa. Pada tuli
konduksi, jangka/selang waktu konduksi tulang penderita lebih lama/panjang dari pada
sipemeriksa. Sedang pada tuli syaraf, jangka waktu konduksi tulang pendrita sangat pendek dari
sipemeriksa. Garpu tala dengan kode C2048 biasa dipakai untuk memriksa ketajaman
pendengaran manusia terhadap nada tinggi. Pada usia tua/usia lanjut dan tuli syaraf akan
kehilangan pendengaran pada nada tinggi (Gabriel, 1996: 87).

D. Prosedur kerja
1. Prosedur kerja percobaan 1:
a. Tutuplah telinga kanan narcoba dengan kapas dan pejamkan kedua matanya.
b. Pasanglah arloji didekat telinga kiri narcoba kemudian jauhkan secara perlahan sampai
narcoba tidak mendengar.
c. Ukur dan catat jarak antara arloji dengan telinga kiri tersebut.
d. Dekatkan kembali arloji secara perlahan sampai narcoba mendengar suara lagi kemudian
ukur dan catat jarak antara arloji dengan telinga kiri.
e. Ulangi prosedur yang sama dengan telinga kiri yang ditutup kapas.

18
f. Bandingkan hasil percobaan antara telinga kiri dengan telinga kanan.
2. Prosedur kerja percobaan Rinne:
a. Getarkan garpu tala dan letakkan di puncak kepala naracoba sehingga naracoba akan
mendengar suara garpu tala tersebut keras, lemah, kemudian tidak terdengar lagi.
b. Catat waktu dari mendengar sampai tidak mendengar suara lagi.
c. Saat suara garpu tala tidak terdengar lagi, penguji memindahkan garpu tala ke dekat telinga
kanan sehingga naracoba akan mendengar suara lagi.
d. Mencatat waktu dari saat naracoba mendengar sampai tidak mendengar lagi.
e. Mengulangi percobaan lima kali dan mencatat hasilnya pada lembar kerja.
f. Mengulangi prosedur percobaan di atas untuk telinga kiri dan mencatat hasilnya.
g. Membandingkan hasil percobaan pada telinga kanan dan telinga kiri.
3. Prosedur kerja percobaan Weber:
a. Menggetarkan garpu tala dan meletakkannya di puncak kepala naracoba.
b. Penguji menutup lubang telinga kanan naracoba dan menanyakan pada telinga yang mana
suara garpu tala terdengar lebih keras.
c. Melakukan prosedur percobaan yang sama untuk telinga kiri.
d. Membandingkan hasil yang diperoleh untuk kedua telinga dan menyimpulkan hasil
percobaan apakah naracoba tuli atau tidak.

E. Data Percobaan
1. Percobaan 1 (arloji)
a. Probandus 1
A
Arloji
No TelingaKanan TelingaKiri
Dijauhkan Didekatkan Dijauhkan Didekatkan
(cm) (cm) (cm) (cm)
1 166 149 82 41
2 159 128 99 56
3 154 124 88 61
Rerata 159,7 133,7 89,7 52,7

19
b. Probandus 2
B
Arloji
No TelingaKanan TelingaKiri
Dijauhkan Didekatkan Dijauhkan Didekatkan
(cm) (cm) (cm) (cm)
1 93 90 80 73
2 114 111 69 69
3 121 92 70 71
Rerata 109,3 97,7 73 71

c. Probandus 3
C
Arloji
No TelingaKanan TelingaKiri
Dijauhkan Didekatkan Dijauhkan Didekatkan
(cm) (cm) (cm) (cm)
1 120 92 98 90
2 124 116 113 93
3 155 90 100 102
Rerata 133 99,3 103,7 95

d. Probandus 4
D
Arloji
No TelingaKanan TelingaKiri
Dijauhkan Didekatkan Dijauhkan Didekatkan
(cm) (cm) (cm) (cm)
1 140 126 127 80
2 150 106 117 83
3 163 119 137 87
Rerata 151 116,3 127 83,3

20
2. PercobaanRinne
a. Probandus 1
No A
Garpu Tala 512 Hz
Di Kepala Di Telinga Di Kepala Di Telinga
(detik) Kanan (detik) (detik) Kiri (detik)
1 26 16 22 7
2 25 15 22 7
3 20 15 23 6
Rerata 24 15,3 22,3 6,7
Kesimpulan Rinne : Rinne :

b. Probandus 2
No B
Garpu Tala 512 Hz
Di Kepala Di Telinga Di Kepala Di Telinga
(detik) Kanan (detik) (detik) Kiri (detik)
1 7 13 10 8
2 9 9 12 10
3 9 13 11 8
Rerata 8,3 11,7 11 8,7
Kesimpulan Rinne : Rinne :

c. Probandus 3
No C
Garpu Tala 512 Hz
Di Kepala Di Telinga Di Kepala Di Telinga
(detik) Kanan (detik) (detik) Kiri (detik)
1 9 11 5 16
2 8 12 7 11
3 8 10 7 16
Rerata 8,3 11 6,3 14,3
Kesimpulan Rinne : Rinne :

21
d. Probandus 4
No D
Garpu Tala 512 Hz
Di Kepala Di Telinga Di Kepala Di Telinga
(detik) Kanan (detik) (detik) Kiri (detik)
1 10 10 14 10
2 10 11 16 10
3 11 11 13 8
Rerata 10,3 10,7 14,3 9,3
Kesimpulan Rinne : Rinne :

3. Percobaan Weber
No Probandus TelingaKiriDitutup TelingaKananDitutup Keterangan
1 A Kiri Kanan Nyaring kiri
2 B Kiri Kanan Nyaring kanan
3 C Kiri Kanan Nyaring kiri
4 D Kiri Kanan Nyaring kanan

F. Tugas/ Pertanyaan
1. Apakah artinya jika hasil percobaan Rinne positif? Atau negatif?
2. Apakah artinya jika hasil percobaan Weber terjadi lateralisasi kanan? Atau lateralisasi kiri?

22
PRAKTIKUM 6
ALIRAN FLUIDA DALAM TRANSFUSI DARAH ATAU INFUS
KE DALAM PEMBULUH DARAH

A. Tujuan
Menghitung massa jenis, laju volume, dan koefisien viskositas, fluida dalam transfusi darah atau
infus.

B. Dasar Teori
Seorang pasien di rumah sakit kadang-kadang memerlukan tranfusi darah atau infus cairan
nutrisi. Fluida (darah atau cairan nutrisi) ituditempatkan dalam kantong atau botol yang
digantungkan pada suatu penyangga dan dialirkan melalui selang dan jarum masuk ke pembuluh
darah.

Gambar 1. Transfusi darah atau infus nutrisi bagi pasien.


Tekanan yang disebabkan oleh fluida ketika masuk jarum tersebut sebanding dengan
ketinggian permukaan fluida di atas jarum. Lintasan selang, A atau B, tidak relevan, karena
tekanan itu hanya tergantung pada posisi kantong atau botol fluida dan posisi jarum yang masuk
dalam pembuluh darah. Tekanan tersebut akan bertambah jika posisi kantong atau botol fluida
tersebut dinaikkan. Jika massa jenis fluida itu adalah ρ, ketinggian permukaan fluida dalam
kantong atau botol adalah h di atas posisi jarum, maka tekanan fluida tersebut dapat dituliskan
sebagai:
p  gh
dengan g adalah percepatan gravitasi.
Misalkan jarum tersebut mempunyai panjang L, jari-jari lubang r dan berada dalam posisi
horisontal. Jika koefisien viskositas fluida adalah η dan perbedaan tekanan antara ujung-ujung
jarum adalah (p1 – p2), maka persamaan Poisseuille dapat dituliskan sebagai:
 r 4 ( p1  p 2 )
Q
8L

23
dengan Q adalah laju volume aliran, yaitu volume fluida yang melewati suatu titik per satuan
waktu.

C. Alat dan Bahan


1. Botol infus 5. Gelas ukur
2. Selang infus 6. Stopwatch
3. Jarum infus 7. Aquades
4. Statif 8. Garam

D. Langkah eksperimen
1. Pasanglah jarum-selang pada botol atau kantong fluida.
2. Gantungkan botol atau kantong fluida pada ketinggian tertentu.
3. Timbanglah gelas ukur kosong yang akan digunakan untuk menampung fluida.
4. Ukurlah panjang jarum dan diameter lubangnya. Dalam percobaan ini lubang jarum adalah
0,50 mm.
5. Masukkan jarum dalam gelas ukur kosong.
6. Catatlah ketinggian permukaan fluida dalam botol atau kantong fluida terhadap lubang jarum.
7. Bukalah penjepit-putar perlahan-lahan agar fluida keluar dari lubang jarum tetes demi tetes (15
tetes kira-kira setara dengan 1 ml). Catatlah waktu yang diperlukan untuk memperoleh fluida
dengan volume tertentu. Catalah volume fluida dalam gelas ukur.
8. Timbanglan gelas ukur yang berisi fluida, sehingga massa fluida dapat dihitung.

E. Data Percobaan
1. Variasi Ketinggian Fluida

Ketinggian Konsentrasi Waktu Volume fluida Massa jenis


30 cm 0M 5 menit 4,9 ml 0,97 gram/ml
40 cm 0M 5 menit 10,7 ml 0,97 gram/ml
50 cm 0M 5 menit 12,2 ml 0,97 gram/ml

2. Variasi Konsentrasi Fluida

Konsentrasi Ketinggian Waktu Volume fluida Massa fluida


0M 50 cm 2.49 menit 73 ml 0,99 gram/ml
0,1 M 50 cm 3.20 menit 62 ml 1,04 gram/ml
0,2 M 50 cm 3.30 menit 46 ml 1,13 gram/ml

24
F. Tugas
1. Susunlah tabel hasil pengamatan dan catatlah hasil pengamatan dan pengukuran Anda.
2. Hitunglah massa jenis fluida.
3. Hitunglah laju volume fluida.
4. Hitunglah koefisien viskositas fluida

25
PRAKTIKUM 7
DAYA PISAH LENSA MATA
A. Tujuan percobaan
1. Mengetahui kemampuan lensa mata membedakan batas dua sumber cahaya yang
terpisahkan.
2. Menentukan jarak maksimum sampai mata masih dapat membedakan sumber cahaya
terpisahkan.

B. Alat dan bahan


1. Diode led
2. Baterai + hambatan listrik
3. Roll meter

C. Dasar teori
Mata merupakan salah satu karunia tuhan yang diberikan kepada manusia. Melalui
mata manusia dan hewan dapat melihat dan mengenali objek yang ada di sekelilingnya.
Dengan segala kecanggihan dan kehebatannya, mata manusia masih memiliki beberapa
keterbatasan. Sebagai contoh, pada malam hari mobil kita akan menyalakan lampu saat
sedang bergerak, pada saat berpapasan dengan mobil lain yang arahnya berlawan, juga
menyalakan lampu, kita akan silau melihat mobil itu. Apa yang terjadi pada mata kita melihat
silau/ tidak jelas penglihatan. Terjadinya silau karena pada retina mata, bayangan dari dua
lampu mobil tidak bisa dipisahkan (Gambar 1.a). Fenomena ini berkaitan erat dengan daya urai
lensa mata.

Gambar 1. Gambar daya urai lensa mata; (a) bayangan berimpit dari dua sumber cahaya/dua
benda; (b) hampir dapat dipisahkan dari bayangan dari dua sumber cahaya/dua benda; (c)
bayangan dari dua sumber cahaya/dua benda tepat dipisahkan

Daya urai adalah kemampuan lensa atau sistem optik untuk memisahkan bayangan dari
dua titik sumber cahaya yang terpisah pada jarak minimum. Setiap orang memiliki daya urai
yang berbeda-beda, tergantung pada kondisi mata. Bagi orang yang bermata normal akan
memiliki daya urai yang lebih bagus dibandingkan dengan yang mengalami cacat mata seperti
miopi, hipermetropi, presbiobi, dan lain-lain. Kriteria Rayleigh berbunyi: Dua benda titik tepat
dapat dipisahkan jika pusat dari pola difraksi benda pertama berimpit dengan minimum

26
pertama dari difraksi benda kedua. Dengan demikian untuk menentukan besar jarak daya urai
lensa mata dapat menggunakan persamaan berikut:
1,22L
d (mata normal)
D
Keterangan:
d = jarak daya urai/jarak dua sumber cahaya (m)
L = jarak objek dengan lensa (m)
D = lebar diafragma (D lensa mata  2 mm)
 = panjang gelombang cahaya
Led

Mata
d
L

Gambar 2. Skema Percobaan

D. Prosedur kerja
1. Nyalakan kedua led dan catat jarak kedua led (d).
2. Amati kedua led sampai kedua led terlihat tidak terpisah (jadi satu), dengan cara pengamat
bergerak menjauh dari kedua nyala led. Catat jarak L (yang memakai kacamata
dilepaskan).
3. Ulangi percobaan untuk jarak d yang berbeda (untuk pengamat yang sama) dimulai saat
kedua led bersentuhan dan diubah setiap kenaikan 0,5 mm.
4. Ulangi lagi untuk pengamat/ praktikan yang lain.

E. Data percobaan
Praktikan
I II III
NO (Indah) (Juan) (Tia)
LED Hijau LED Merah LED Hijau LED Merah LED Hijau LED Merah
d (m) L(m) d (m) L(m) d (m) L(m) d (m) L(m) d (m) L(m) d (m) L(m)
1 0,001 5,57 0,001 5,803 0,001 5,408 0,001 6,27 0,001 4,9 0,001 2,97
2 0,003 8,015 0,003 8,70 0,003 7,99 0,003 8,575 0,003 5,68 0,003 4,87
3 0,006 8,845 0,006 10..175 0,006 9,95 0,006 11,635 0,006 7,19 0,006 7,25

F. Tugas/pertanyaan
1. Hitung panjang L dan bandingkan dengan panjang L hasil pengamatan!
2. Buatlah kesimpulan dari hasil percobaan yang anda lakukan!

27

Anda mungkin juga menyukai