DESA SIAGA
Untuk memenuhi Tugas Mata Kuliah Community Health Nursing I Yang
dibimbing oleh Ns. Setyoadi, M.Kep.,Sp.Kom
Disusun oleh :
Kelompok 1
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, yang atas rahmat-Nya
maka kami dapat menyelesaikan Makalah yang berjudul “ Desa Siaga ” tepat pada
waktunya.
Dalam penyusunan makalah ini kami menyampaikan ucapan terima kasih
kepada pihak-pihak yang membantu dalam menyelesaikan makalah ini, khususnya
kepada :
Semoga makalah ini bermanfaat bagi pembaca, oleh karena itu kritik dan saran
dari semua pihak yang bersifat membangun penulis harapkan demi mencapai
kesempurnaan makalah berikutnya.
Penulis
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL....................................................................................1
2
KATA PENGANTAR..................................................................................2
DAFTAR ISI...............................................................................................3
BAB I PENDAHULUAN.............................................................................4
1.3 Tujuan................................................................................................6
BAB II PEMBAHASAN..............................................................................6
2.1 Definisi...............................................................................................7
3.1 Kesimpulan........................................................................................30
DAFTAR PUSTAKA..................................................................................31
BAB I
PENDAHULUAN
3
1.1 Latar Belakang
Permasalahan kesehatan yang dihadapi sampai saat ini cukup kompleks,
karena upaya kesehatan belum dapat menjangkau seluruh lapisan
masyarakat. Berdasarkan data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun
2007 diketahui penyebab kematian di Indonesia untuk semua umur, telah
terjadi pergeseran dari penyakit menular ke penyakit tidak menular, yaitu
penyebab kematian pada untuk usia > 5 tahun, penyebab kematian yang
terbanyak adalah stroke, baik di perkotaan maupun di pedesaan. Hasil
Riskesdas 2007 juga menggambarkan hubungan penyakit degeneratif seperti
sindroma metabolik, stroke, hipertensi, obesitas dan penyakit jantung dengan
status sosial ekonomi masyarakat (pendidikan, kemiskinan, dan lain-lain).
Kesehatan adalah tanggung jawab bersama dari setiap individu, masyarakat,
pemerintah dan swasta. Apapun peran yang dimainkan oleh pemerintah,
tanpa kesadaran individu dan masyarakat untuk secara mandiri menjaga
kesehatan mereka, hanya sedikit yang akan dapat dicapai. Perilaku yang
sehat dan kemampuan masyarakat untuk memilih dan mendapatkan
pelayanan kesehatan yang bermutu sangat menentukan keberhasilan
pembangunan kesehatan. Oleh karena itu, salah satu upaya kesehatan pokok
atau misi sektor kesehatan adalah mendorong kemandirian masyarakat untuk
hidupsehat.
Untuk mencapai upaya tersebut Departemen Kesehatan RI menetapkan visi
pembangunan kesehatan yaitu “Masyarakat yang mandiri untuk hidup sehat”.
Strategi yang dikembangkan adalah menggerakkan dan memberdayakan
masyarakat untuk hidup sehat, berupa memfasilitasi percepatan dan
pencapaian derajat kesehatan setinggi-tingginya bagi seluruh penduduk
dengan mengembangkan kesiap-siagaan di tingkat desa yang disebut
denganDesaSiaga.
Desa siaga adalah desa yang penduduknya memiliki kesiapan sumber daya
dan kemampuan serta kemauan untuk mencegah dan mengatasi masalah-
masalah kesehatan, bencana dan kegawatdaruratan secara mandiri. Pada
intinya, desa siaga adalah memberdayakan masyarakat agar mau dan
mampu untuk hidup sehat. Untuk dapat danmampu hidup sehat, masyarakat
perlu mengetahui masalah-masalah dan faktor-faktor yang dapat
mempengaruhi kesehatannya, bak sebagai individu, keluarga, ataupun
4
sebagai bagian dari anggota masyarakat.
Seiring dengan program Desa Siaga yang dicanangkan oleh Departemen
Kesehatan RI, pendidikan dan profesi keperawatan telah menerapkan standar
perawatan komunitas yang mencakup berbagai unsur dan komponen seperti
yang ada pada konsep Desa Siaga. Perawatan kesehatan masyarakat
diterapkan untuk meningkatkan dan memelihara kesehatan populasi dimana
prakteknya tersebut bersifat umum dan komprehensif yang ditujukan pada
individu, keluarga, kelompok dan masyarakat yang memiliki kontribusi bagi
kesehatan, pendidikan kesehatan dan manajemen serta koordinasi dan
kontinuitas pelayanan holistik. Masalah kesehatan masyarakat dapat bermula
dari perilaku individu, keluarga, kelompok dan masyarakat diantaranya
berkaitan dengan masalah kesehatan lingkungan, kesehatan ibu anak,
kesehatan remaja serta kesehatan lanjut usia (lansia),maupun pemanfaatan
fasilitas pelayanan kesehatan yang masih sangat rendah seperti pemeriksaan
kesehatan, kehamilan, imunisasi, posyandu dan lain sebagainya.
Seiring dengan program Desa Siaga yang dicanangkan oleh Departemen
Kesehatan RI, pendidikan dan profesi keperawatan telah menerapkan standar
perawatan komunitas yang mencakup berbagai unsur dan komponen seperti
yang ada pada konsep Desa Siaga. Perawatan kesehatan masyarakat
diterapkan untuk meningkatkan dan memelihara kesehatan populasi dimana
prakteknya tersebut bersifat umum dan komprehensif yang ditujukan pada
individu, keluarga, kelompok dan masyarakat yang memiliki kontribusi bagi
kesehatan, pendidikan kesehatan dan manajemen serta koordinasi dan
kontinuitas pelayanan holistik. Masalah kesehatan masyarakat dapat bermula
dari perilaku individu, keluarga, kelompok dan masyarakat diantaranya
berkaitan dengan masalah kesehatan lingkungan, kesehatan ibu anak,
kesehatan remaja serta kesehatan lanjut usia (lansia),maupun pemanfaatan
fasilitas pelayanan kesehatan yang masih sangat rendah seperti pemeriksaan
kesehatan, kehamilan, imunisasi, posyandu dan lain sebagainya.
5
Apa saja Peran Jajaran Kesehatan dan Pemangku Kepentingan
Terkait?
Bagaimana Sistem Desa Siaga?
Dasar Hukum Kebijakan apa yang mengatur tentang Desa Siaga?
Apa saja Program Desa Siaga?
Apa saja Kegiatan Desa Siaga?
1.3 Tujuan
Untuk mengetahui definisi Desa Siaga
Untuk mengetahui Konsep Desa Siaga
Untuk mengetahui Peran Jajaran Kesehatan dan Pemangku
Kepentingan Terkait
Untuk mengetahui bagaimana Sistem Desa Siaga
Untuk mengetahui Dasar Hukum Kebijakan yang mengatur Desa
Siaga
Untuk mengetahui Program Desa Siaga
Untuk mengetahui Kegiatan Desa Siaga
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 DEFINISI
Desa siaga adalah desa yang penduduknya memiliki kesiapan sumber
daya dan kemampuan serta kemauan untuk mencegah dan mengatasi
masalah kesehatan, bencana, dan kegawatdaruratan kesehatan secara
6
mandiri. Desa yang dimaksud di sini adalah kelurahan atau istilah lain bagi
kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas-batas wilayah, yang
berwenang untuk mengatur dan mengurus kepentingan yang diakui dan
dihormati dalam Pemerintah Kesatuan Republik Indonesia.
B. Tujuan khusus
Meningkatnya pengetahuan dan kesadaran masyarakat desa tentang
pentingnya kesehatan dan menerapkan perilaku hidup sehat.
Meningkatnya kemampuan dan kemauan masyarakat desa untuk menolong
dirinya sendiri di bidang kesehatan
Meningkatnya kewaspadaan dan kesiapsiagaan masyarakat desa terhadap
risiko dan bahaya yang dapat menimbulkan gangguan kesehatan (bencana,
wabah penyakit, dan lainnya).
Meningkatnya kesehatan lingkungan di desa.
7
desa (poskesdes). Poskesdes di sini merupakan suatu upaya bersumber daya
masyarakat (UKBM) yang minimal melaksanakan kegiatan-kegiatan seperti
berikut.
8
penanggulangan kegawatdaruratan bencana, dan sistem surveylans
(pengamatan dan pelaporan).
Indikator pengeluaran (output), seperti cakupan pelayanan kesehatan
Poskesdes, pelayanan UKBM yang ada, rumah tangga yang mendapat
kunjungan rumah untuk kadarzi dan PHBS, serta jumlah kasus
kegawatdaruratan dan KLB yang dilaporkan atau diatasi.
Indikator dampak (outcome), seperti jumlah jiwa yang menderita sakit
(angka kesakitan kasar) dan gangguan jiwa, jumlah ibu melahirkan yang
meninggal dunia, juga jumlah bayi dan balita yang meninggal dunia serta
menderita gizi buruk.
9
pengembangan kesiapsiagaan dan penanggulangan kedaruratan dan
bencana di Desa Siaga.
c. Menyelenggarakan promosi kesehatan di Rumah Sakit dalam rangka
pengembangan kesiapsiagaan dan penanggulangan kedaruratan dan
bencana.
10
kemampuan Puskesmas dan Rumah Sakit di bidang konseling, kunjungan
rumah, dan pengorganisasian masyarakat serta promosi kesehatan, dalam
rangka pengembangan Desa Siaga.
d. Menyelenggarakan pelatihan Fasilitator Pengembangan Desa Siaga
dengan metode kalakarya (interrupted training).
e. Melakukan advokasi ke berbagai pihak (pemangku kepentingan) tingkat
provinsi dalam rangka pengembangan Desa Siaga.
f. Bersama Dinas Kesehatan Kabupaten / Kota melakukan pemantauan,
evaluasi dan bimbingan teknis terhadap Desa Siaga.
g. Menyediakan anggaran dan sumber daya lain bagi kelestarian Desa
Siaga.
11
a. Memberikan dukungan kebijakan, sarana dan dana untuk
penyelenggaraan Desa Siaga.
b. Mengkoordinasikan penggerakan masyarakat untuk memanfaatkan
pelayanan Poskesdes / Puskesmas / Pustu dan berbagai UBKM yang ada
(Posyandu, Polindes, dan lain-lain).
c. Melakukan pembinaan untuk terselenggaranya kegiatan Desa Siaga
secara teratur dan lestari.
3. Tokoh Masyarakat
a. Menggali sumber daya untuk kelangsungan penyelenggaraan Desa
Siaga.
b. Menaungi dan membina kegiatan Desa Siaga.
c. Menggerakkan masyarakat untuk berperan aktif dalam kegiatan Desa
Siaga.
C. Peran Kader
Pelaku penggerakan masyarakat dalam
o Pendataan PHBS, kadarzi dan kondisi rumah.
o Pengamatan sederhana berbasis masyarakat
o Peningkatan PHBS, Kadarzi dan kesehatan lingkungan
o Peningkatan kesehatan ibu, bayi dan balita
Peran tambahan, membantu dalam :
12
o Penanggulangan kegawat-daruratan sehari-hari
o Penyiapan untuk menghadapi bencana
o Pengelolaan pos kesehatan desa (poskesdes) atau UKBM lainnya
D. Fungsi Kader
Melakukan pencatatan, memantau dan evaluasi kegiatan Poskesdes
bersama Bidan
Mengembangkan dan mengelola UKBM (PHBS, Kesling, KIBB-Balita,
Kadarzi, Dana Sehat, TOGA, dll)
Mengidentifikasi dan melaporkan kejadian masyarakat yang berdampak
terhadap kesehatan masyarakat (surveilance ber-basis masyarakat).
Pemecahan masalah bersama masyarakat
2. Tahap Tumbuh
Pada tahap ini forum masyarakat desa telah aktif dari anggota forum
sesuai kebutuhan masyarakat selain posyandu. Demikian juga Polindes dan
Posyandu sedikitnya sudah pada tahap madya.Pendampingan dari tim
Kecamatan atau petugas dari sektor/LSM masih sangat diperlukan untuk
pengembangan kualitas Posyandu atau pengembanganlainnya. Disamping
itu sistem surveilans berbasis masyarakat juga sudah sudah dapat berjalan,
artinya masyarakat mampu mengamati penyakit ( menular dan tidak menular
) serta faktor risiko di lingkungannya secara terus menerus dan melaporkan
serta memberikan informasi pada petugas kesehatan / yang terkait.
3. Tahap Kembang
Pada tahap ini forum kesehatan masyarakat telah berperan secara
aktif dan mampu mengembangkan kegiatansesuai kebutuhan masyarakat
13
dengan biaya berbasis masyarakat. Sistem Kewaspadaan Dini masyarakat
menghadapi bencana dan kejadian luar biasa telah dilaksanakan dengan
baik, demikian juga dengan sistem pembiyaan kesehatan berbasis
masyarakat.
4. Tahap Paripurna
Pada tahap ini semua indikator dalam kriteria Desa Siaga sudah
terpenuhi. Masyarakat sudah hidup dalam lingkungan sehat serta
berperilaku hidup bersih dan sehat. Masyarakatnya sudah mandiri dan
siaga tidak hanya terhadap masalah kesehatan yang mengancam , namun
juga terhadap kemungkinan musibah / bencana non kesehatan. .
Pendampingan dari Tim Kecamatan sudah tidak diperlukan lagi.
14
pos yang disediakan oleh masyarakat melalui pemberdayaan. Fasilitas
tersebut bisa merupakan milik Pemerintah ataupun organisasi swasta
ataupun perorangan. Lokasi sarana pelayanan kesehatan tidak harus di
dalam desa ( terutama bagi kelurahan di kota besar ) , yang penting
masyarakat desa tersebut mempunyai akses untuk mendapatkan pelayanan
kesehatan secara mudah. Jika tidak ada petugas kesehatan yang bertempat
tinggal di desa tersebut , maka tugas pendampingan dan penghubung
dilakukan oleh Petugas Pembina Desa dari Puskesmas yang secara berkala
melakukan tugasnya di desa tersebut.
3. UKBM
Wujud pemberdayaan masyarakat di bidang kesehatan yang
berkembang sesuai kebutuhan setempat, misal Posyandu, Poskesja, ,TOGA,
KPKIA,dsb.
15
tidak menular termasuk gizi buruk serta faktor risikonya.Kejadian lain di
masyarakat, dan segera melaporkan kepada petugas kesehatan setempat
untuk ditindaklanjuti.Contoh penyakit menular TBC, HIV/AIDS, kusta.
PenyakitMenularPotensial KLB antara lain diare, difteri, polio, campak, flu
burung, typhus, hepatitis, malaria, DBD, dll
Kondisi lain :
- Faktor risiko tinggi ibu hamil,bersalin , menyusui dan bayi baru lahir
- Keracunan makanan
- Bencana
- Kerusuhan
16
Bentuk laporan adalah lisan atau menggunakan alat komunikasi yang
ada di desa ( telepon, telepon seluler ataupun Handy Talkie ) dan segera
disampaikan kepada petugas kesehatan setempatatau Petugas Pembina
Desa
17
pemberian makanan tambahan penyuluhan ( di Posyandu ) atau
pemulihan bagi sasaran yang bergizi buruk , dan sebagainya.
Pembelanjaan dana diserahkan besar dan jenisnya sesuai
kesepakatan sedangkan dana dikelola oleh orang yang terpercaya dan
dapat mempertanggung jawabkan semua pembelanjaan kepada
masyarakat.
8. Masyarakat ber-PHBS
Adalah masyarakat yang dapat menolong diri sendiri untuk
mencegah dan menanggulagi masalah kesehatan, mengupayakan
lingkungan sehat, memanfaatkan pelayanan kesehatan serta
mengembangkan UKBM.
Yang dimaksud mencegah : adalah mengupayakan agar yang sehat tetap
sehat dengan mempraktikkan gaya hidup sehat dan perilaku hidup bersih
dan sehat termasuk pola makan dengan gizi seimbang , menjaga
kebersihan pribadi , berolah raga, menghindari kebiasaan yang buruk,
serta berperan aktif dalam pembangunan kesehatan masyarakat.
(promotif – preventif)
Yang dimaksud menanggulangi : adalah mengupayakan agar yang
terlanjur sakit atau mengalami gangguan gizi tidak menjadi semakin
parah, tidak menulari orang lain dan bahkan dapat disembuhkan, serta
dipulihkan kesehatannya dengan memanfaatkan pelayanan kesehatan
yang ada (kuratif – rehabilitatif). Perilaku Hidup Bersih dan Sehat ini
terdiri dari ratusan praktik kehidupan sehari hari, tidak hanya terbatas
pada indikator yang biasa digunakan untuk mengukur kinerja program
kesehatan.
9. Lingkungan Sehat
Lingkungan yang bebas polusi, tersedia air bersih, sanitasi lingkungan
memadai, perumahan pemukiman sehat, yaitu :
18
- Memilikikecukupanakses air bersih (untukminum, masak, mandi dan
cuci) dan sanitasidasar.
- Mempunyai pola pendekatan pemberdayaan masyarakat untuk
pemenuhan sanitasi dasar (ada jamban, mandi cuci di tempat khusus)
19
mendukung ,khususnya dalam membentuk opini masyarakat guna
menciptakan iklim yang kondusif bagi pengembangan desa siaga.
Bentuk :
- Curah Pendapat
- Pengisisan Kartu MawasDiri
- Observasi lapangan dll
- Penyajian Data berupa : - Data masalah
- Data potensi
4. Musyawarah Masyarakat Desa
Tujuan penyelenggaraan musyawarah masyarakatdesa (MMD) ini
adalah mencari alternative penyelesaian,masalah kesehatan dan upaya
membangun poskesdes di kaitkan dengan potensi yang dimiliki desa.
Disamping itu,untuk menyusun rencana jangka panjang pengembangan desa
siaga.
Data serta temuan lain yang diperoleh pada saat SMD disampaikan,
biasanya adalah daftar masalah kesehatan, data potensi serta harapan
masyarakat. Hasil pendataan tersebut dimusyawarahkan untuk menentukan
prioritas, serta langkah-langkah solusi untuk pengembangan poskesdes dan
pengembangan desa siaga.
20
tersebut menggambarkan bahwa pada tahun 2010 bangsa Indonesia hidup
dalam lingkungan yang sehat, berperilaku hidup bersih dan sehat serta
mampumenjangkau pelayanan kesehatan yang bermutu secara adil dan merata,
sehinggamemiliki derajat kesehatan yang setinggi - tingginya.Beberapa landasan
hukum pelaksanaan desa siaga :
1. Undang-undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan
Pembangunan Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004
Nomor 104, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4421).
2. Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan
Lembaran Negara Republik Nomor 4337) sebagaimana telah diubah terakhir
dengan Undang-undang Nomor 12 Tahun 2008 tentang Perubahan Kedua
Atas Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 59, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4844);
3. Undang-undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan
Antara Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 126, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 4438);
4. Undang-undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 144 Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 5063);
5. Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun 2005 tentang Desa (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 158, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 4587);
6. Peraturan Pemerintah Nomor 73 Tahun 2005 tentang Kelurahan (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 159, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 4588);
7. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan
Pemerintahan antara Pemerintah, Pemerintah Daerah Provinsi, dan
Pemerintah Daerah Kabupaten/ Kota (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2007 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor4737);
8. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 30 Tahun 2006 tentang Tata Cara
Penyerahan Urusan Pemerintah Kabupaten/ Kota kepada Desa;
21
9. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 5 Tahun 2007 tentang Pedoman
Penataan Lembaga Kemasyarakatan;
10. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 7 Tahun 2007 tentang Kader
Pemberdayaan Masyarakat;
11. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 36 Tahun 2007 tentang Pelimpahan
Urusan Pemerintahan Kabupaten/ Kota kepada Lurah;
12. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 741 tahun 2008 tentang Standar
Pelayanan Minimal (SPM) Bidang Kesehatan di Kabupaten dan Kota;
13. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 564 tahun 2006 tentang Pedoman
Pelaksanaan Pengembangan Desa Siaga;
14. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1529 tahun 2010
15. Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2010 tentang Tata Cara Pelaksanaan
Tugas dan Wewenang Serta Kedudukan Keuangan Gubernur Selaku Wakil
Pemerintaha di Daerah.
16. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 30 Tahun 2006 tentang Tata Cara
Penyerahan Urusan Pemerintah Kabupaten/Kota kepada Desa
17. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 564 Tahun 2006 tentang
Pengembangan Desa Siaga
18. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 317 Tahun 2009 tentang Petunjuk
Teknis Perencanaan Pembiayaan Pencapaian Standar Pelayanan Minimal
Bidang kesehatan di Kabupaten/ Kota
19. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 828 Tahun 2009 tentang Petunjuk
Teknis Standar Pelayanan Minimal.
Menetapkan :
22
Ketiga: Pedoman sebagaimana dimaksud dalam Diktum Kedua digunakan
sebagai acuan bagi semua pemangku kepentingan dalam rangka pengembangan
Desa dan Kelurahan Siaga Aktif.
Kriteria: Sebuah desa telah menjadi Desa Siaga apabila desa tersebut telah memiliki
sekurang-kurangnya sebuah Pos Kesehatan Desa (Poskesdes)
Target: Pada akhir tahun 2008, seluruh Desa telah menjadi Desa Siaga. Indikator
keberhasilan: Dilihat dari 4 kelompok indikator yaitu: Indikator masukan Indikator
masukan adalah indicator untuk mengukur seberapa besar masukan telah diberikan
dalam rangka pengembangan Desa Siaga. Indikator masukan terdiri atas hal-hal
berikut:
1. Ada/tidaknya Forum Masyarakat Desa
2. Ada/tidaknya Poskesdes dan sarana bengunan serta
pelengkapan/peralatannya
3. Ada/tidaknya UKBM yang dibutuhkan masyarakat
23
4. Ada/tidaknya tenaga kesehatan (minimal bidan) Indikator proses Indikator
proses adalah indicator untuk mengukur seberapa aktif upaya yang
dilaksanakan di suatu Desa dalam rangka pengambangan Desa Siaga.
24
pembelajaran pemecahan masalah kesehatan yang dihadapinya secara
terorganisasi (pengorganisasian masyarakat), dengan tahapan :
25
Promosi Kesehatan), pelaksanaan kelas ibu, kelas remaja, pertemuan
dalam rangka swa-medikasi, dsb.
e UKBM misalnya pelaksanaan Posyandu, Posbindu, Warung Obat, Upaya
Kesehatan Kerja, UKBM Maternal (tabulin, calon donor darah, dsb.), dana
sehat serta UKBM lain sesuai kebutuhan dan kesepakatan.
f Gerakan masyarakat dalam kesigaan bencana dan kegawatdaruratan,
Kesehatan Lingkungan, PHBS dan Keluarga Sadar Gizi.
3 Pemantauan dan Evaluasi
Keberhasilan pengembangan Desa siaga dapat dilihat dari empat (4)
indikatornya yaitu masukan, proses, keluaran dan dampak.
26
pertanian tanaman pangan dan pemanfaatan pekarangn melalui Taman Obat
Keluarga (TOGA), kegiatan surveilans, perilaku hidup bersih dan sehat
(PHBS) dan lain-lain
c. Pengembangan poskesdes dan UKBM lain
Dalam hal ini, pembangunan poskesdes bisa dikembangkan dari polindes
yang sudah ada. Apabila tidak ada polindes, maka perlu dibahas dan
dicantumkan dalam rencana kerja tentang alternatif lain pembangunan
Poskesdes. Dengan demikian diketahui bagaimana Poskesdes tersebut akan
diadakan – membangun baru dengan fasilitasi dari pemerintah, membangun
baru dengan bantuan dari donatur, membangun baru dengan swadaya
masyarakat atau memodifikasi bangunan lain yang ada.
Bilamana Poskesdes sudah berhasil diselenggarakan, kegiatan dilanjutkan
dengan membentuk UKBM-UKBM yang diperlukan dan belum ada di desa
yang bersangkutan, atau merevitalisasi yang sudah ada tetapi kurang/tidak
aktif
d. Penyelenggaraan Kegiatan Desa Siaga
Dengan telah adanya Poskesdes, maka desa yang bersangkutan telah dapat
ditetapkan sebagai Desa Siaga. Setelah Desa Siaga resmi dibentuk,
dilanjutkan dengan pelaksanaan kegiatan Poskesdes secara rutin, yaitu
pengembangan sistem surveilans berbaris masyarakat, pengembangan
kesiapsiagaan dan penanggulangan kegawatdaruratan dan bencana,
pemberantasan penyakit menular dan penyakit yang berpotensi menimbulkan
KLB, penggalangan dana, pemberdayaan masyarakat menuju kadarzi dan
PHBS, penyehatn lingkungan, serta pelayanan kesehatan dasar (bila
diperlukan). Selain itu, diselenggarakan pula pelayanan UKBM-UKBM lain
seperti Posyandu dan lain-lain dengan berpedoman kepada panduan yang
berlaku.
27
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Desa Siaga merupakan gambaran masyarakat yang sadar, mau dan mampu
untuk mencegah dan mengatasi berbagai ancaman terhadap kesehatan
masyarakat seperti kurang gizi, penyakit menular dan penyakit yang
berpotensi menimbulkan KLB, kejadian bencana, kecelakaan, dan lain-lain,
dengan memanfaatkan potensi setempat, secara gotong-royong.
Inti dari kegiata Desa Siaga adalah memberdayakan masyarakat agar mau
dan mampu untuk hidup sehat. Oleh karena itu dalam pengembangannya
diperlukan langkah-langkah pendekatan edukatif. Yaitu upaya mendampingi
(memfasilitasi) masyarakat untuk menjalani proses pembelajaran yang
berupa proses pemecahan masalah-masalah kesehatan yang dihadapinya.
28
DAFTAR PUSTAKA
29