Anda di halaman 1dari 22

GANGGUAN FUNGSI GINJAL

Oleh :

Ade Mujahidah Amin AKM1218050


Anni Raehani AKM1218054
Cindi Aulia AKM1218060
Widya Sri Hapsari AKM1218097
Handri Engsin Adolfan AKM1218064
Marwa AKM1218077

PRODI D3 TEKNOLOGI LABORATORIUM MEDIS POLITEKNIK


KESEHATAN MUHAMMADIYAH MAKASSAR
2020
BAB I

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Di negara maju, penyakit kronik tidak menular (cronic non-communicable diseases)


terutama penyakit kardiovaskuler, hipertensi, diabetes melitus, dan penyakit ginjal
kronik, sudah menggantikan penyakit menular (communicable diseases) sebagai
masalah kesehatan masyarakat utama.Gangguan fungsi ginjal dapat menggambarkan
kondisi sistem vaskuler sehingga dapat membantu upaya pencegahan penyakit lebih
dini sebelum pasien mengalami komplikasi yang lebih parah seperti stroke, penyakit
jantung koroner, gagal ginjal, dan penyakit pembuluh darah perifer.

Pada penyakit ginjal kronik terjadi penurunan fungsi ginjal yang memerlukan terapi
pengganti yang membutuhkan biaya yang mahal. Penyakit ginjal kronik biasanya
desertai berbagai komplikasi seperti penyakit kardiovaskuler, penyakit saluran napas,
penyakit saluran cerna, kelainan di tulang dan otot serta anemia.

Selama ini, pengelolaan penyakit ginjal kronik lebih mengutamakan diagnosis dan
pengobatan terhadap penyakit ginjal spesifik yang merupakan penyebab penyakit
ginjal kronik serta dialisis atau transplantasi ginjal jika sudah terjadi gagal ginjal.
Bukti ilmiah menunjukkan bahwa komplikasi penyakit ginjal kronik, tidak
bergantung pada etiologi, dapat dicegah atau dihambat jika dilakukan penanganan
secara dini. Oleh karena itu, upaya yang harus dilaksanakan adalah diagnosis dini dan
pencegahan yang efektif terhadap penyakit ginjal kronik, dan hal ini dimungkinkan
karena berbagai faktor risiko untuk penyakit ginjal kronik dapat dikendalikan.
Gaya hidup yang bersifat negatif seperti merokok, mengkonsumsi alkohol, dan tidak
beraktifitas dapat memicu timbulnya berbagai penyakit diantaranya gagal ginjal
kronik (Kozier, 2004).

Di Swedia yang melibatkan 926 kasus dan 998 kelompok kontrol yang diamati
selama tahun 1996-1998 menemukan bahwa terdapat korelasi antara gaya hidup
merokok, kelebihan berat badan, intake protein terhadap gagal ginjal kronik.

Di Amerika dialami 2 setiap 1.000 penduduk dengan diabetes dan hipertensi sebagai
penyebab langsung (Silberberg, 2007).Indonesia termasuk negara dengan tingkat
penderita gagal ginjal cukup tinggi mencapai 4.500 orang.

BAB II

PEMBAHASAN
A. Fungsi Ginjal

Manusia punya sepasang ginjal yang perlu dijaga agar fungsinya tetap
optimal. Fungsi utama ginjal adalah menyaring zat buangan atau limbah dalam tubuh,
baik yang berasal dari makanan, konsumsi obat, dan paparan zat beracun. Sebanyak
200 liter darah disaring setiap hari dan sekitar dua liter limbah dikeluarkan melalui
urine. Berikut ini adalah beberapa fungsi dari ginjal :

1. Menyaring dan membersihkan darah.

Ginjal memiliki peran penting dalam membuang racun. Racun tersebut


jika tidak dikeluarkan akan sangat berbahaya bagi tubuh. Nefron merupakan
salah satu bagian organ ginjal yang menjalankan fungsi ini. Ginjal menyaring
kurang lebih 200 liter darah dan 2 liter zat sisa serta air dalam setiap harinya.

2. Penghasil hormon.

Ginjal juga berfungsi menghasilkan hormon. Hormon yang dihasilkan


yaitu hormon eritroprotein (singkatannya EPO) yang memiliki fungsi sebagai
perangsang dalam meningkatan laju pembentukan sel darah merah oleh
sumsum tulang.

3. Menjaga keseimbangan air.

Ginjal memiliki peran penting dalam menjaga keseimbangan air di


dalam tubuh. Jika ginjal tidak bisa bekerja dengan baik, maka sudah bisa
dipastikan tubuh akan mengalami kekeringan dan terjadi dehidrasi berlebih
karena kekurangan cairan darah atau sebaliknya, tubuh akan tenggelam karena
kebanjiran cairan di dalam tubuh yang menumpuk dan tidak terbuang.

4. Mengendalikan kadar gula darah.

Fungsi ginjal sangat erat kaitannya dengan produksi hormon insulin


dan adrenalin. Lalu, apa fungsi kedua hormon tersebut? Jika insulin bekerja
untuk menyetabilkan kadar gula yang tinggi, maka adrenalinlah yang bertugas
untuk meningkatkan kadar gula darah jika jumlahnya terlalu rendah.

5. Menjaga kesehatan tulang.

Ginjal juga memiliki kaitan kuat dengan tulang. Fungsi ginjal lainnya
adalah turut memproduksi calcitriol, zat yang dibutuhkan tubuh untuk
menjaga jumlah kalsium dan fosfat.

6. Membentuk urin.
Hal ini sudah banyak diketahui oleh orang. Ginjal merupakan organ
yang erat hubungannya dengan dengan fungsi pembentukan urin. Urin yang
pada umumnya terjadi dari air, urea, dan amonia, berisi zat dan senyawa
buangan yang sudah tidak dibutuhkan lagi oleh tubuh.

7. Memproduksi sel darah merah.

Sel darah merah yang diproduksi di sumsum tulang ternyata diatur


oleh organ ginjal. Ginjal akan mengeluarkan hormon erythropoietin yang
berguna untuk merangsang produksi sel darah merah di dalam sumsum
tulang.

8. Mengatur produksi vitamin D.

Ginjal juga mengatur produksi vitamin D. Umumnya, manusia


mendapatkan vitamin D dari sinar matahari atau vitamin. Akan tetapi, vitamin
D tersebut masih dalam bentuk tidak aktif. Ginjal berfungsi mengubah bentuk
tidak aktif vitamin D tersebut menjadi sebuah zat bernama kalsitriol yang
merupakan bentuk aktif dari vitamin D. Jadi, fungsi ginjal juga sebagai
penghasil vitamin D aktif atau kalsitriol. Kalsitriol sendiri sangat penting
dalam penyerapan kalsium untuk tulang.

B. Gangguan Fungsi Ginjal

Selain menyaring limbah, ginjal membantu proses penyerapan zat yang


dibutuhkan tubuh seperti asam amino, gula, natrium, kalium, dan nutrisi lainnya. Itu
sebabnya gangguan fungsi ginjal berdampak negatif bagi tubuh karena menyebabkan
berbagai penyakit berikut ini:

1. Gagal Ginjal
a. Definisi Penyakit Gagal Ginjal

Penyakit Gagal Ginjal adalah suatu penyakit dimana fungsi organ


ginjal
mengalami penurunan hingga akhirnya tidak lagi mampu bekerja sama
sekali dalam hal penyaringan pembuangan elektrolit tubuh, menjaga
keseimbangan cairan dan zat kimia tubuh seperti sodium dan kalium
didalam darah atau produksi urine. (Sarwono, 2008)

Penyakit gagal ginjal ini dapat menyerang siapa saja yang menderita
penyakit serius atau terluka dimana hal itu berdampak langsung pada
ginjal itu sendiri. Penyakit gagal ginjal lebih sering dialamai mereka yang
berusia dewasa, terlebih pada kaum lanjut usia.
b. Penyebab Gagal Ginjal

Terjadinya gagal ginjal disebabkan oleh beberapa penyakit serius yang


diderita oleh tubuh yang mana secara perlahan - lahan berdampak pada
kerusakan organ ginjal. Adapun beberapa penyakit yang sering kali
berdampak kerusakan ginjal diantaranya :

1) Penyakit tekanan darah tinggi (Hypertension)

2) Penyakit Diabetes Mellitus (Diabetes Mellitus)

3) Adanya sumbatan pada saluran kemih (batu, tumor,


penyempitan/striktur)

4) Kelainan autoimun, misalnya lupus eritematosus sistemik

5) Menderita penyakit kanker (cancer)

6) Kelainan ginjal, dimana terjadi perkembangan banyak kista pada


organ ginjal itu sendiri (polycystic kidney disease)

7) Rusaknya sel penyaring pada ginjal baik akibat peradangan oleh


infeksi atau
dampak dari penyakit darah tinggi. Istilah kedokterannya disebut
sebagai
glomerulonephritis.

Adapun penyakit lainnya yang juga dapat menyebabkan kegagalan


fungsi ginjal apabila tidak cepat ditangani antara lain adalah; Kehilangan
carian banyak yang mendadak (muntaber, perdarahan, luka bakar), serta
penyakit lainnya seperti penyakit Paru (TBC), Sifilis, Malaria, Hepatitis,
Preeklampsia, Obat-obatan dan Amiloidosis.

Penyakit gagal ginjal berkembang secara perlahan kearah yang


semakin buruk dimana ginjal sama sekali tidak lagi mampu bekerja
sebagaimana fungsinya. Dalam dunia kedokteran dikenal 2 macam jenis
serangan gagal ginjal, akut dan kronik.

c. Tanda dan Gejala Penyakit Gagal Ginjal

Adapun tanda dan gejala terjadinya gagal ginjal yang dialami


penderita secara akut antara lain : Bengkak mata, kaki, nyeri pinggang
hebat (kolik), kencing sakit, demam, kencing sedikit, kencing merah
/darah, sering kencing. Kelainan Urin: Protein, Darah / Eritrosit, Sel
Darah Putih / Lekosit, Bakteri.

Sedangkan tanda dan gejala yang mungkin timbul oleh adanya gagal
ginjal kronik antara lain : Lemas, tidak ada tenaga, nafsu makan, mual,
muntah, bengkak, kencing berkurang, gatal, sesak napas, pucat/anemi.
Kelainan urin: Protein, Eritrosit, Lekosit. Kelainan hasil pemeriksaan
Lab. lain: Creatinine darah naik, Hb turun, Urin: protein selalu positif.

d. Macam - macam Gagal Ginjal

1) Gagal Ginjal Akut (GGA), timbulnya mendadak, bila dikelola baik


akan sembuh sempurna.

Gagal ginjal mendadak (acute renal failure) merupakan


komplikasi yang sangat gawat dalam kehamilan dan nifas , karena
dapat menimbulkan kematian , atau kerusakan fungsi ginjal yang
tidak bisa sembuh lagi. Kejadiannya 1 dalam 1300-1500 kehamilan.
Penderita yang mengalami sakit gagal ginjal mendadak ini sering
dijumpai pada kehamilan muda 12-18 minggu , dan kehamilan telah
cukup bulan. Pada kehamilan muda, sering disebabkan oleh abortus
septik yang disebabkan oleh bakteri Chlostridia welchii atau
streptokokkus. Gambaran klinik yaitu berupa sepsis, dan adanya
tanda-tanda oliguria mendadak dan azothemia serta pembekuan darah
intravaskuler ( DIC = disseminated intravascular coagulation ) ,
sehingga terjadi nekrosis tubular yang akut.

Kerusakan ini dapat sembuh kembali bila kerusakan tubulus tidak


terlalu luas dalam waktu 10-14 hari. Seringkali dilakukan tindakan
histerektomi untuk mengatasinya , akan tetapi ada peneliti yang
menganjurkan tidak perlu melakukan operasi histerektomi tersebut
asal pada penderita diberikan antibiotika yang adekuat dan intesif
serta dilakukan dialisis terus menerus sampai fungsi ginjal baik.
Lainnya hal dengan nekrosis kortikal yang bilateral, biasanya
dihubungkan dengan solusia plasenta , pre-eklampsia berta atau
eklampsia , kematian janin dalam kandungan yang lama , emboli air
ketuban yang menyebabkan terjadi DIC, reaksi transfusi darah atau
pada perdarahan banyak yang dapat menimbulkan iskemi.

Penderita dapat meninggal dalam waktu 7-14 hari setelah


timbulnya anuria. Kerusakan jaringan dapat terjadi di beberapa tempat
yang tersebar atau ke seluruh jaringan ginjal. Pada masa nifas sulit
diketahui sebabnya ,sehingga disebut sindrom ginjal idiopatik
postpartum. Penanggulangan pada keadaan ini penderita diberi infus,
atau transfusi darah, diperhatikan keseimbangan elektrolit dan cairan
dan segera dilakukan hemodialisis bila ada tanda-tanda uremia.
Banyak penderita membutuhkan hemodialisis secara teratur atau
dilakukan transplantasi ginjal untuk ginjal yang tetap gagal.

2) Gagal Ginjal Kronik (GGK), terjadinya perlahan-lahan, tidak dapat


sembuh. Dengan berobat teratur dapat menghambat memburuknya
fungsi ginjal.

Penyakit ginjal kronik adalah kerusakan ginjal yang terjadi selama


lebih dari 3 bulan, berdasarkan kelainan patalogis atau petanda
kerusakan ginjal seperti proteinuria.

e. Diagnosa Gagal Ginjal

Seorang Dokter setelah menanyakan riwayat kesehatan penderita dan


tanda serta gejala yang timbul, untuk menentukan adanya/terjadinya
kegagalan fungsi ginjal maka Beliau akan melakukan pemeriksaan fisik
yang difokuskan pada kemungkinan pembesaran organ ginjal atau
pembengkakan sekitar ginjal. Apabila dicurigai terjadinya kerusakan
fungsi ginjal, maka penderita akan dikonsultasikan kepada seorang ahli
ginjal (Nephrologist).

Selanjutnya dilakukan pemeriksaan laboratorium baik darah ataupun


urine guna melihat kadar elektrolit sodium dan potassium/kalium. Pada
kasus-kasus tertentu tim medis mungkin melakukan pemasangan selang
kateter kedalam kantong urine (bladder) untuk mengeluarkan urine. Bila
diperlukan, Tim medis akan menyarankan pemeriksaan pengambilan
gambar struktur ginjal dengan metode Ultrasound, Computed tomography
(CT) scans atau dengan cara Magnetic Resonance Imaging (MRI) scans.
Bahkan ada kemungkinan dilakukannya tindakan biopsy, yaitu
pengambilan contoh (sample) jaringan ginjal.

f. Pengobatan dan Penanganan Gagal Ginjal

Penanganan serta pengobatan gagal ginjal tergantung dari penyebab


terjadinya kegagalan fungsi ginjal itu sendiri. Pada intinya, Tujuan
pengobatan adalah untuk mengendalikan gejala, meminimalkan
komplikasi dan memperlambat perkembangan penyakit. Sebagai contoh,
Pasien mungkin perlu melakukan diet penurunan intake sodium, kalium,
protein dan cairan. Bila diketahui penyebabnya adalah dampak penyakit
lain, maka dokter akan memberikan obat-obatan atau therapy misalnya
pemberian obat untuk pengobatan hipertensi, anemia atau mungkin
kolesterol yang tinggi.

Seseorang yang mengalami kegagalan fungsi ginjal sangat perlu


dimonitor pemasukan (intake) dan pengeluaran (output) cairan, sehingga
tindakan dan pengobatan yang diberikan dapat dilakukan secara baik.
Dalam beberapa kasus serius, Pasien akan disarankan atau diberikan
tindakan pencucian darah {Haemodialisa (dialysis)}. Kemungkinan
lainnya adalah dengan tindakan pencangkokan ginjal atau transplantasi
ginjal.

g. Pencegahan Penyakit Gagal Ginjal

Kita yang dalam kondisi "merasa sehat" setidaknya diharapkan


dapat melakukan pemeriksaan ke dokter/kontrol/laboratorium. Sedangkan
bagi mereka yang dinyatakan mengalami gangguan Ginjal, baik ringan
atau sedang diharapkan berhati-hati dalam mengkonsumsi obat - obatan
seperti obat rematik, antibiotika tertentu dan apabila terinfeksi segera
diobati, hindari kekurangan cairan (muntaber), kontrol secara periodik.

2. Batu Ginjal

a. Definisi Penyakit Batu Ginjal

Penyakit batu ginjal atau nefrolitiasis adalah pembentukan materi


keras menyerupai batu yang berasal dari mineral dan garam di dalam
ginjal. Batu ginjal dapat terjadi di sepanjang saluran urine, dari ginjal,
ureter (saluran kemih membawa urine dari ginjal menuju kandung
kemih), kandung kemih, serta uretra (saluran kemih yang membawa urine
ke luar tubuh).

Batu ginjal terbentuk dari limbah dalam darah yang membentuk kristal
dan menumpuk di ginjal. Seiring waktu, materi tersebut semakin keras
dan menyerupai bentuk batu.

b. Penyebab Batu Ginjal


Batu ginjal dapat dipicu oleh beragam kondisi, seperti kurang minum
air putih, berat badan berlebih, atau akibat efek samping operasi pada
organ pencernaan. Endapan batu di dalam ginjal bisa disebabkan oleh
makanan atau masalah kesehatan lain yang mendasari. Berdasarkan
jenisnya, batu ginjal dibagi menjadi empat, yaitu batu kalsium, batu asam
urat, batu struvit, dan batu sistin.

Batu ginjal dapat berpindah dan tidak selalu berada dalam ginjal,
Perpindahan batu ginjal, terutama yang berukuran besar, akan mengalami
kesulitan menuju ureter yang kecil dan halus hingga kandung kemih, lalu
dikeluarkan melalui uretra. Kondisi ini dapat menimbulkan iritasi saluran
kemih. Batu ginjal yang terdiagnosis dan tertangani sejak awal, tidak
menimbulkan kerusakan permanen pada fungsi ginjal.

Sebagian besar kasus penyakit batu ginjal dialami oleh orang-orang


yang berusia 30-60 tahun. Diperkirakan 10 persen wanita dan 15 persen
pria pernah mengalami kondisi ini selama hidup mereka.

c. Gejala Batu Ginjal

Gejala batu ginjal seringkali baru muncul apabila batu ginjal sudah
berukuran besar. Gejala itu meliputi:

1) Sering buang air kecil.


2) Sakit saat buang air kecil.

3) Jumlah urine yang keluar sedikit.

d. Pengobatan Batu Ginjal

Pengobatan batu ginjal akan disesuaikan dengan kondisi pasien.


Pengobatan itu dapat dilakukan dengan beberapa cara, di antaranya:

1) Pemberian obat-obatan.
2) Prosedur untuk memecah batu ginjal (ureteroskopi).

3) Bedah terbuka.

4) Prosedur lain, seperti extracorporeal shock wave lithotripsy (ESWL)


atau percutaneous nephrolithotomy.
Untuk mencegah penyakit ini, minum banyak air putih dan minta saran
dokter mengenai pola makan yang tepat.

3. Glomerulonefritis

a. Definisi Glomerulonefritis

Glomerulonefritis adalah salah satu jenis penyakit ginjal berupa


kerusakan yang terjadi pada glomeruli, yakni penyaring kecil di dalam
ginjal yang berfungsi membuang cairan berlebih, elektrolit, dan sampah
dari aliran darah. Kerusakan ini akan menyebabkan terbuangnya darah
serta protein melalui urine.

Kondisi glomerulonefritis pada masing-masing penderita bisa berbeda-


beda. Ada yang mengalaminya dalam waktu singkat (akut) dan ada yang
jangka panjang (kronis). Penyakit ini juga bisa berkembang pesat
sehingga mengakibatkan kerusakan ginjal dalam beberapa minggu atau
bulan.

b. Gejala Glomerulonefritis

Glomerulonefritis jarang menyebabkan gejala yang spesifik. Apabila


bertambah parah, kondisi ini bisa memicu munculnya darah pada urine.
Beberapa indikasi lain yang mungkin menyertai gejala utama tersebut
meliputi:

1) Urine yang berbuih.


2) Hipertensi.

3) Pembengkakan pada wajah, tangan, kaki, dan perut.

4) Kelelahan karena anemia atau gagal ginjal.

c. Penyebab Glomerulonefritis

Para pakar menduga bahwa glomerulonefritis merupakan kondisi


autoimun, di mana sistem kekebalan tubuh mengalami gangguan dan
menyerang sel-sel yang sehat. Berikut ini adalah beberapa kondisi yang
mungkin bisa memicu inflamasi dan kerusakan pada glomeruli:
1) Komplikasi dari infeksi-infeksi tertentu, misalnya infeksi tenggorok
oleh bakteri streptokokus, HIV, hepatitis B dan hepatitis C, serta
endocarditis (radang katup jantung).
2) Mengidap kondisi autoimun lain yang biasanya diturunkan, contohnya
lupus, vaskulitis (inflamasi pada dinding pembuluh darah), atau
nefropati immunoglobulin A (IgA) yaitu penumpukan jenis
immunoglobulin A pada glomeruli ginjal.

3) Mengidap penyakit kronis, seperti hipertensi atau diabetes.

d. Pengobatan Glomerulonefritis

Pengobatan glomerulonefritis dilakukan berdasarkan tingkat


keparahannya. Glomerulonefritis ringan terkadang bisa sembuh dengan
sendirinya tanpa membutuhkan penanganan tertentu. Biasanya yang
diakibatkan oleh infeksi streptokokus pada tenggorokan. Sementara
penanganan untuk glomerulonefritis jangka panjang atau kronis bisa
dilakukan dengan:

1) Mengendalikan hipertensi dan kadar gula darah Anda.


2) Menangani penyebab glomerulonefritis yang Anda idap.

3) Menggunakan obat-obatan, misalnya golongan kortikosteroid.

4) Menerapkan pola hidup sehat, misalnya teratur berolahraga,


mengurangi konsumsi makanan bergaram atau berprotein tinggi,
berhenti merokok, serta meningkatkan konsumsi cairan dan serat.

e. Pencegahan Glomerulonefritis

Jaga kesehatan ginjal sejak dini. Lakukan pemeriksaan dan kurangi


konsumsi minum-minuman beralkohol berlebihan dan minuman tidak
sehat lainnya.

4. Infeksi Saluran Kemih

a. Definisi Infeksi Saluran Kemih

Infeksi saluran kemih adalah kondisi dimana terjadinya infeksi pada


organ yang termasuk di dalam sistem kemih, yaitu ureter, ginjal, kandung
kemih, dan juga uretra. Umumnya, infeksi tersebut menyerang dua area
yaitu uretra dan juga kandung kemih.

Terjadi saat bakteri menginfeksi saluran kencing. Kondisi ini ditandai


dengan demam, nyeri saat berkemih, dan sering buang air kecil.
Pengertian Infeksi Saluran Kemih

b. Penyebab Infeksi Saluran Kemih

Apabila wanita tidak menyeka area kemaluan setelah buang air kecil
dari arah depan ke belakang, maka ia beresiko untuk terserang penyakit
ini. Sebab area uretra, yaitu organ yang berbentuk selang yang
mengangkut urine dari kandung kemih ke luar tubuh, terletak dekat
dengan anus.

Jika wanita tidak membersihkan area tersebut dengan benar maka


bakteri dari usus besar, seperti E coli bisa berpindah dari anus menuju
uretra. Bakteri tersebut akan melakukan perjalanan sampai ke kandung
kemih. Jika tidak diberikan penanganan dan pengobatan, hal yang lebih
parah seperti infeksi ginjal akan terjadi. Berhubungan intim juga bisa
menyebabkan bakteri masuk ke saluran kemih, selain dari kebiasaan
jorok setelah buang air kecil. Berdasarkan hal tersebut, membersihkan
area kemaluan setelah melakukan hubungan intim merupakan hal yang
sangat penting.

c. Gejala Infeksi Saluran Kemih

Berikut ini gejala-gejala infeksi saluran kemih, yaitu:

1) Kemaluan terasa terbakar ketika buang air kecil;


2) Sering ingin buang air kecil, meskipun urine yang keluar sedikit;

3) Nyeri atau tekanan di punggung atau perut bagian bawah;

4) Kencing berdarah atau berwarna lebih gelap;

5) Merasa lelah atau gemetar; dan

6) Demam atau kedinginan (mengindikasikan infeksi mungkin sudah


mencapai ginjal).
d. Pengobatan Infeksi Saluran Kemih

Untuk mengobati kondisi ini, maka antibiotik dapat digunakan untuk


membunuh bakteri, sehingga menuntaskan infeksi yang terjadi. Selain itu,
pastikan untuk menghabiskan antibiotik yang diresepkan dokter dengan
benar, bahkan setelah kondisi mulai membaik.

Menghilangkan bakteri di area berkemih merupakan langkah


penanganan yang paling penting terhadap penyakit ini. Karena jika tidak
dilakukan secara tuntas, bakteri akan rentan menginfeksi lagi dan
menguatkan serangan bakteri, sehingga terjadilah suatu resistensi
antibiotik. Biasakan juga untuk mendapatkan antibiotik sesuai dengan
resep dokter.

Minum banyak air putih juga seharusnya dilakukan agar bakteri bisa
hilang dari sistem saluran kemih. Dokter juga dapat meresepkan obat
untuk meredakan rasa sakit, serta penurun demam jika memang ada
keluhan nyeri dan demam. Jika kondisi ini terjadi sebanyak tiga kali
dalam setahun atau lebih, periksakan diri ke dokter untuk
merekomendasikan rencana perawatan khusus. Beberapa pilihan
pengobatan yang dapat dijalankan antara lain:

1) Mengonsumsi dosis rendah antibiotik dalam periode yang lebih lama


untuk membantu mencegah infeksi berulang;
2) Mengonsumsi dosis tunggal antibiotik setelah berhubungan intim,
untuk mencegah pemicu infeksi umum; dan

3) Mengonsumsi antibiotik selama 1 atau 2 hari setiap pengidap


merasakan gejala.

e. Pencegahan Infeksi Saluran Kemih

Berikut ini cara mencegah infeksi saluran kemih, meliputi:

1) Tidak menahan kencing;


2) Selalu membersihkan area kemaluan dari depan ke belakang setelah
berkemih;

3) Minum banyak air;


4) Semprotan kebersihan area wanita, pewangi area kewanitaan, dan
produk-produk lain untuk area kewanitaan harus dihindari karena
hanya akan mengiritasi mukosa;

5) Bersihkan area genital sebelum melakukan hubungan intim;

6) Setelah berhubungan intim, buang air kecil. Hal ini bertujuan untuk
menyingkirkan bakteri yang mungkin telah masuk ke uretra;

7) Jangan menggunakan celana dalam selama berhari-hari; dan

8) Jangan menggunakan pakaian bawahan yang ketat karena akan


meningkatkan kelembapan.

Jika infeksi ini tidak segera diatasi, kondisi ini akan memicu urosepsis,
yaitu kondisi ketika bakteri di ginjal yang terinfeksi menyebar ke darah.
Hal tersebut berbahaya jika urosepsis terjadi karena tekanan darah turun,
hingga syok sampai kematian, jika urosepsis terjadi.

5. Asidosis

a. Definisi Asidosis

Asidosis adalah kondisi di mana cairan tubuh terlalu asam. Kondisi ini
terjadi saat ginjal dan paru-paru Anda tidak dapat menjaga keseimbangan
pH tubuh. Dalam tubuh sendiri, sebenarnya banyak proses yang
mengasilkan asam. Dua tipe asidosis paling umum adalah asidosis
metabolik dan asidosis respiratorik.

Keasaman darah diukur dengan menentukan kadar pH. Semakin


rendah angka pH, semakin asam sifat darah Anda. Berlaku sebaliknya,
semakin tinggi pH maka semakin basa sifat darah.

Sedikit saja perbedaan angka pH dalam darah dapat berdampak serius.


Kondisi terlalu asamnya darah dalam tubuh dapat menyebabkan berbagai
masalah kesehatan, bahkan dapat membahayakan nyawa.

Kondisi ini sangat umum ditemukan dan dapat terjadi pada usia berapa
pun. Untuk menanganinya, anda dapat mengurangi atau menghindari
faktor-faktor yang menjadi pemicunya. Diskusikan dengan dokter Anda
untuk informasi lebih lanjut.
b. Gejala Asidosis

Asidosis respiratorik dan asidosis metabolik memiliki banyak


kesamaan gejala. Namun, umumnya, gejala asidosis dapat bervariasi
berdasarkan penyebabnya.

Beberapa gejala asidosis respiratorik yang umum muncul, meliputi:

1) Kelelahan
2) Mudah lelah

3) Linglung

4) Sesak napas

5) Rasa kantuk

6) Sakit kepala

Beberapa gejala asidosis metabolik meliputi:

1) Pernapasan cepat dan pendek


2) Linglung

3) Kelelahan

4) Sakit kepala

5) Rasa kantuk

6) Menurunnya nafsu makan

7) Sakit kuning

8) Meningkatnya detak jantung

9) Napas yang berbau buah-buahan, yang merupakan pertanda dari


ketoasidosis diabetic

Kemungkinan ada tanda-tanda dan gejala yang tidak disebutkan di atas.


Bila Anda memiliki kekhawatiran akan sebuah gejala tertentu,
konsultasikanlah dengan dokter Anda.

c. Penyebab Asidosis
Asidosis respiratorik terjadi apabila terlalu banyak CO2 (karbon
dioksida) yang menumpuk dalam tubuh. Normalnya, paru-paru akan
mengeluarkan CO2 saat Anda bernapas. Namun, kadang tubuh tidak dapat
mengeluarkan cukup CO2. Hal ini dapat terjadi akibat:

1) Kondisi saluran pernapasan kronis, seperti asma


2) Cedera pada dada

3) Obesitas, yang dapat mempersulit pernapasan

4) Penyalahgunaan sedative

5) Konsumsi alkohol berlebih

6) Kelemahan otot dada

7) Masalah sistem saraf

8) Kelainan struktur dada

Berbeda dengan yang respiratorik (pernapasan), asidosis metabolik


dimulai pada ginjal, bukan paru-paru. Hal ini terjadi saat ginjal tidak dapat
mengeliminasi asam yang cukup atau saat ginjal mengeluarkan terlalu
banyak basa.

d. Faktor Pemicu Asidosis

Ada banyak faktor pemicu yang membuat seseorang berisiko terkena


kondisi ini, antara lain:

1) Pola makan tinggi lemak yang rendah karbohidrat


2) Gagal ginjal

3) Obesitas

4) Dehidrasi

5) Keracunan aspirin atau methanol

6) Diabetes

e. Diagnosis Asidosis
Dokter akan melakukan pemeriksaan fisik dan menanyakan tentang
gejala-gejala Anda. Beberapa tes laboratorium juga mungkin akan
dilakukan, meliputi:

1) Analisis gas darah arteri


2) Tes elektrolit, seperti panel metabolik sederhana untuk mengonfirmasi
asidosis dan menunjukkan apakah kondisi yang dialami merupakan
asidosis metabolik atau respiratorik.

Apabila Anda didiagnosis asidosis respiratorik, dokter akan memeriksa


kesehatan paru-paru Anda. Hal ini dapat meliputi rontgen dada atau tes
fungsi paru-paru. Namun apabila Anda didiagnosis memiliki keasaman
tubuh akibat poses metabolik, Anda mungkin perlu memberikan sampel
urine. Dokter akan memeriksa pH untuk melihat apakah Anda mampu
mengeliminasi asam dan basa dengan baik. Tes tambahan dapat diperlukan
untuk menentukan penyebabnya.

f. Penanganan Asidosis

Dokter biasanya perlu mengetahui penyebab terlalu asamnya cairan


tubuh Anda agar bisa menentukan penanganan yang tepat. Namun,
beberapa perawatan dapat dilakukan untuk jenis asidosis apa pun. Sebagai
contoh, dokter dapat memberikan natrium bikarbonat untuk meningkatkan
pH darah. Hal ini dapat dilakukan melalui mulut atau infus.

1) Asidosis respiratorik

Perawatan untuk kondisi ini biasanya dirancang untuk membantu


paru-paru Anda. Sebagai contoh, Anda dapat diberikan obat untuk
melebarkan saluran pernapasan. Anda juga dapat diberikan oksigen
atau perangkat Continuous Positive Airway Pressure (CPAP).
Perangkat CPAP dapat membantu Anda bernapas apabila Anda
memiliki penyumbatan saluran pernapasan atau kelemahan otot.

2) Asidosis metabolic

Mengingat jenisnya banyak, penanganannya pun berbeda-beda.


Orang dengan asidosis hiperkloremik dapat diberikan sodium
bikarbonat oral atau dengan natrium sitrat apabila penyebabnya berasal
dari gagal ginjal. Penderita diabetes dengan ketoasidosis dapat
menerima cairan infus dan insulin untuk menyeimbangkan pH.
Sementara itu, perawatan kondisi ini yang terjadi akibat penimbunan
asam laktat dapat meliputi suplemen bikarbonat, cairan infus, oksigen
atau antibiotik, bergantung pada penyebab.

g. Pencegahan Asidosis

Berikut adalah gaya hidup dan pengobatan rumahan yang dapat


membantu Anda mengatasi kadar cairan tubuh Anda yang terlalu asam:

1) Penggunaan sedatif (obat penenang) sesuai resep dan jangan campur


dengan alkohol.
2) Berhenti merokok. Merokok dapat merusak paru-paru dan membuat
pernapasan kurang efektif.

3) Jaga berat badan yang sehat. Obesitas dapat membuat pernapasan


menjadi sulit.

4) Tetap terhidrasi. Minum banyak air dan cairan lain.

5) Kendalikan diabetes. Apabila menjaga kadar gula darah dengan baik,


Anda dapat mencegah ketoasidosis.

6) Berhenti minum alkohol. Mengonsumsi alkohol dalam jangka waktu


yang lama dapat menyebabkan penumpukan asam laktat

6. Uremia

a. Definisi Uremia

Uremia adalah sebuah sindrom atau kumpulan gejala komplikasi


serius dari penyakit ginjal kronis dan gagal ginjal. Kondisi ini terjadi
ketika kadar urea dalam tubuh sangat tinggi sehingga bisa menjadi racun
bagi tubuh.

Uremia terjadi karena ginjal tidak dapat berfungsi dengan


semestinya. Ginjal tidak lagi dapat menyaring zat sisa metabolisme atau
limbah tubuh yang seharusnya dikeluarkan lewat urine, sehingga zat sisa
tersebut tetap berada di dalam darah. Uremia dapat berakibat fatal dan
mengancam nyawa.
b. Gejala Uremia

Terutama bagi Anda yang mengalami penyakit ginjal, baik yang


terjadi dalam proses yang kronis (lama) atau akut (cepat), perlu
mewaspadai jika mengalami gejala-gejala uremia seperti :

1) Mual dan muntah


2) Kehilangan nafsu makan atau penurunan berat badan
3) Mengalami kram pada bagian kaki
4) Sulit berkonsentrasi
5) Sakit kepala
6) Mengalami kelelahan ekstrim (fatigue)
7) Perdarahan tidak normal
8) Sesak napas
9) Perubahan kondisi mental, seperti bingung, gelisah, penurunan
kesadaran.

c. Pengobatan Uremia

Pengobatan uremia adalah melalui tindakan dialisis atau cuci darah.


Biasanya, dokter akan memberi rekomendasi dialisis untuk
mengeluarkan zat sisa metabolisme dan racun dari aliran darah.
Tindakan ini dilakukan untuk meredakan gejala yang timbul akibat
uremia.

Dialisis pun terbagi menjadi dua, yaitu hemodialisis dan dialisis


peritoneal, yang dapat dilakukan hingga fungsi normal ginjal telah
berhasil dipulihkan.

1) Hemodialisis

Proses cuci darah hemodialisis, dilakukan dengan menggunakan


dua selang yang terpisahkan oleh mesin penyaring. Darah akan
dialirkan dari tubuh melalui selang pertama menuju mesin penyaring.
Setelah disaring, darah dialirkan kembali ke dalam tubuh melalui
selang kedua. Proses hemodialisis setidaknya membutuhkan waktu
sekitar 4 jam dan hanya bisa dilakukan di rumah sakit. Beberapa efek
samping yang mungkin akan dirasakan penderita yaitu kulit terasa
gatal dan kram pada otot.

2) Dialisis Peritoneal
Pada tindak medis dialisis peritoneal, proses pencucian darah
dilakukan menggunakan pemasangan selang kateter dalam rongga
perut secara permanen, sehingga tidak memerlukan alat penyaring.
Tindakan ini bisa dilakukan di rumah, dan perlu dilakukan secara
rutin. Memakan waktu 30-40 menit, dialisis peritoneal dianjurkan
untuk dilakukan sebanyak empat kali dalam sehari.

Pengobatan lain yang bisa diberikan kepada pasien uremia selain


dialisis adalah berupa transplantasi ginjal atau cangkok ginjal.
Pengobatan ini merupakan langkah terakhir yang bisa dilakukan bagi
penderita gagal ginjal yang mengalami uremia. Ginjal sehat dari pendonor
akan menggantikan ginjal penderita yang sudah rusak. Sebelum operasi
ginjal, dokter akan melakukan kecocokan ginjal pendonor dengan dengan
tubuh pasien.

d. Pencegahan Uremia

Uremia adalah kondisi yang dapat mengganggu fungsi tubuh secara


keseluruhan, dan sangat berkaitan dengan kondisi ginjal. Maka cara
mencegah terjadinya uremia adalah dengan mencegah penyakit ginjal
sejak dini. Ini bisa dilakukan dengan berhenti merokok, menjaga dan
mengendalikan tekanan darah dan kadar gula darah dengan baik, menjaga
kesehatan jantung dan pembuluh darah, mengonsumsi makanan sehat,
mencukupi kebutuhan cairan, menghindari minuman beralkohol dan
olahraga teratur.

Bagi Anda yang sudah terkena penyakit ginjal dan gagal ginjal, untuk
menghindari terjadinya uremia disarankan untuk mengonsumsi makanan
rendah garam, dan menjaga pola hidup yang sehat, serta menjalani
pengobatan sesuai anjuran dokter. Termasuk menjalani cuci darah secara
rutin bila memang kerusakan ginjal yang dialami sudah cukup parah.
Konsultasikan lebih lanjut pada dokter mengenai gaya hidup yang harus
dijalani untuk menghindari terjadinya uremia.
BAB III

PENUTUP
A. Kesimpulan

Dari penulisan ini dapat disimpulkan bahwa gagal ginjal disebabkan oleh beberapa penyakit
serius yang diderita oleh tubuh yang berdampak pada kerusakan organ ginjal. Gagal ginjal akut
terjadinya secara mendadak, dapat disembuhkan dengan sempurna bila dikelola dengan baik.

Gagal ginjal kronik terjadi secara perlahan-lahan. Dengan berobat teratur dapat menghambat
memburuknya fungsi ginjal, tetapi tidak dapat sembuh. Pengobatan gagal ginjal tergantung dari
penyebab terjadinya kegagalan fungsi ginjal itu sendiri.

B. Saran

Untuk seseorang yang tidak mengalami atau yang mengalami gangguan fungsi ginjal sebaiknya
menjalani pola hidup sehat dan sering-seringlah minum air, mengkonsumsi makanan rendah
garam, serta menjalani pengobatan sesuai dengan anjuran dokter bagi yang mengalami gangguan
fungsi ginjal.

Anda mungkin juga menyukai