Anda di halaman 1dari 12

LAPORAN PENDAHULUAN PADA PASIEN CKD RUANG TERATAI

RSUD BANYUMAS DENGAN HIPERVOLEMIA

Disusun Oleh:
ELSA WULANDARI (2211040195)
KELOMPOK 33

PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI NERS


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PURWOKERTO
2022
LAPORAN PENDAHULUAN

1. Konsep CKD
1.1. Definisi CKD
Chronic kidney desease (CKD) termasuk pada penyakit tidak menular
(PTM) dan menjadi salah satu penyakit yang banyak diderita oleh
penduduk di dunia, dan dibeberapa negara jumlahnya terus mengalami
peningkatan. Menurut laporan united state renal desease data system
(USRDS) di amerika serikat penyakit chronik kidney desease (CKD) saat
ini telah menjadi suatu masalah kesehatan di dunia, dan prevalensinya
meningkat 20-25% atau terdapat 100.000 pasien baru setiap tahunnya.
(Wahyuni, putri. Saptino M., & Eka K, 2018).
Chronic kidney desease (CKD) merupakan suatu penurunan kinerja
ginjal yang progresif dan bersifat ireversible, dimana ketidakmampuan
tubuh dalam mempertahankan keseimbangan cairan, elekrolit serta
metabolic yang mengakibatkan azotemia dan uremia. (Brrunner &
Suddarth,2014). Ginjal secara fisiologi mempunyai peranan penting dalam
mengatur keseimbangan cairan dan elektrolit. Ginjal juga berperan sangat
sentral sebagai filter dari racun dan zat yang berbahaya hasil dari sisa
metabolisme. Sehingga jika keadaan ginjal dibiarkan semakin memburuk,
maka yang akan terjadi adalah komplikasi pada kerusakan organ vital
lainya seperti jantung dan hati serta akan menyebabkan kematian.(Colvy,
2010).
Secara patofisiologinya chronic kidney desease (CKD) dimulai fase
awal gangguan keseimbangan cairan, penanganan garam serta penimbunan
zat-zat sisa. Setelah keadaan ginjal menurun secara drastis maka manifetasi
yang dihasilkan yaitu penumpukan metabolit-metabolit yang seharusnya
dikeluarkan dari sirkulasi sehingga terjadi sindrom uremia. Salah satu 3
dampak dan masalah keperawatan yang muncul yaitu kelebihan volume
cairan (udem) dimana ginjal tidak mampu mengeksresikannya bersama
urin, dengaan demikian masalah tersebut dapat ditoleransi dengan diet
rendah garam dan mengontol intake cairan. (Muttaqin, arif & Kumala Sari,
2011).
1.2 Fisiologi Sistem
a. Fisiologi CKD
Mekanisme utama nefron adalah untuk membersihkan atau menjernihkan
plasma darah dari zat-zat yang tidak dikehendaki tubuh melalui
penyaringan/difiltrasi di glomerulus dan zat-zat yang dikehendaki tubuh
direabsropsi di tubulus. Sedangkan mekanisme kedua nefron adalah
dengan sekresi (prostaglandin oleh sel dinding duktus koligentes dan
prostasiklin oleh arteriol dan glomerulus). Beberapa fungsi ginjal adalah
sebagai berikut (Syaifuddin, 2011):
a) Mengatur volume air (cairan) dalam tubuh Kelebihan air dalam
tubuh akan diekskresikan oleh ginjal sebagai urin yang encer
dalam jumlah besar. Kekurangan air (kelebihan keringat)
menyebabkan urin yang diekskresikan jumlahnya berkurang dan
konsentrasinya lebih pekat sehingga susunan dan volume cairan
tubuh dapat dipertahankan relatif normal.
b) Mengatur keseimbangan osmotik dan keseimbangan ion Fungsi ini
terjadi dalam plasma bila terdapat pemasukan dan pengeluaran
yang abnormal dari ion-ion. Akibat pemasukan garam yang
berlebihan atau penyakit perdarahan, diare, dan muntah-muntah,
ginjal akan meningkatkan ekskresi ion-ion yang penting misalnya
Na, K, Cl, Ca, dan fosfat.
c) Mengatur keseimbangan asam basa cairan tubuh Tergantung pada
apa yang dimakan, campuran makan (mixed diet) akan
menghasilkan urin yang bersifat agak asam, pH kurang dari enam.
Hal ini disebabkan oleh hasil akhir metabolisme protein. Apabila
banyak makan sayur-sayuran, urin akan bersifat basa, pH urin
bervariasi antara 4,8 sampai 8,2. Ginjal mengekskresikan urin
sesuai dengan perubahan pH darah.
d) Ekskresi sisa-sisa hasil metabolisme (ureum, kreatinin, dan asam
urat) Nitrogen nonprotein meliputi urea, kreatinin, dan asam urat.
Nitrogen dan urea dalam darah merupakan hasil metabolisme
protein. Jumlah ureum yang difiltrasi tergantung pada asupan
protein. Kreatinin merupakan hasil akhir metabolisme otot yang
dilepaskan dari otot dengan kecepatan yang hampir konstan dan
diekskresi dalam urin dengan kecepatan yang sama. Peningkatan
kadar ureum dan kreatinin yang meningkat disebut azotemia (zat
nitrogen 9 dalam darah). Sekitar 75% asam urat diekskresikan oleh
ginjal, sehingga jika terjadi peningkatan konsentrasi asam urat
serum akan membentuk kristalkristal penyumbat pada ginjal yang
dapat menyebabkan gagal ginjal akut atau kronik.
e) Fungsi hormonal dan metabolisme Ginjal mengekskresikan
hormon renin yang mempunyai peranan penting dalam mengatur
tekanan darah (system rennin-angiotensis-aldesteron), yaitu untuk
memproses pembentukan sel darah merah (eritropoesis).
Disamping itu ginjal juga membentuk hormon dihidroksi
kolekalsiferol (vitamin D aktif) yang diperlukan untuk absorbsi ion
kalsium di usus.
f) Pengeluaran zat beracun Ginjal mengeluarkan polutan, zat
tambahan makanan, obat-obatan, atau zat kimia asing lain dari
tubuh.
1.3 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Perubahan Fungsi Sistem
“Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Kualitas Hidup Pasien Chronic Kidney
Disease (CKD) yang Menjalani Hemodialisa di Ruang Hemodialisa” dengan
jenis penelitian deskriptif dengan jenis rancangan penelitian cross sectional
yaitu untuk mengetahui faktor – faktor yang mempengaruhi kualitas hidup
pasien CKD yang menjalani hemodialisa di RSUD dr. M. Yunus Bengkulu
tahun 2016.
“Faktor – Faktor yang Berhubungan dengan Kualitas Hidup Pasien
Hemodialisis” menggunakan 7 jenis penelitian korelasi dengan menggunakan
pendekatan cross sectional yaitu mengetahui hubungan antara umur, jenis
kelamin, pendidikan, lama hemodialisis, sumber dukungan serta dukungan
keluarga dengan kualitas hidup pasien gagal ginjal kronik yang menjalani
terapi hemodialisis. Penelitian ini dilakukan di RSUD Panembahan Senopati
Bantul.
“Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Kualitas Hidup Pada Pasien Gagal
Ginjal Kronik yang Menjalani Hemodialisa” Jenis penelitian yang digunakan
dalam penelitian ini adalah deskriptif korelatif dengan pendekatan cross
sectional yaitu untuk mengetahui faktor – faktor yang mempengaruhi kualitas
hidup pasien gagal ginjal kronik yang menjalani hemodialisa di RS Bhineka
Bakti Husada tahun 2016.
1.4 Macam-Macam Gangguan Yang Mungkin Terjadi
a. Infeksi ginjal : Infeksi ginjal atau pyelonephritis biasanya terjadi akibat
bakteri yang berpindah dari kandung kemih atau saluran kemih.
b. Batu ginjal :merupakan salah satu macam penyakit ginjal yang sering
terjadi.
c. Gagal ginjal akut: adalah kondisi ketika ginjal tidak dapat berfungsi
normal secara tiba-tiba.
d. Gagal ginjal kronis adalah penurunan fungsi ginjal yang berlangsung
selama lebih dari 3 bulan.
e. Nefropati diabetik adalah penyakit ginjal yang disebabkan oleh
diabetes atau gula darah tinggi yang tidak terkontrol dalam jangka
panjang.
f. Sindrom nefritik adalah penyakit ginjal yang terjadi akibat peradangan
pada glomerulus atau bagian ginjal yang berfungsi menyaring darah.
g. Sindrom nefrotik terjadi ketika ada kebocoran pada glomerulus,
sehingga terdapat banyak protein pada urine.
h. umor ginjal adalah benjolan yang muncul di ginjal akibat pertumbuhan
sel abnormal.

2. Rencana Asuhan Keperawatan Klien


2.1. Pengkajian
2.1.1. Riwayat keperawatan
Riwayat kesehatan keperawatan adalah data yang
dikumpulkan tentang tingkat kesejahteraan klien (saat ini dan masa
lalu), riwayat keluarga, perubahan dalam pola kehidupan, riwayat
sosial-budaya, kesehatan spiritual, dan reaksi mental serta emosi
terhadap penyakit. Biasanya pasien datang ke RS dengan keluhan
nyeri di daerah kaki atau tangan yang mengalami pembengkakan.
2.1.2. Pemeriksaan fisik: data fokus
a. Rambut
Biasanya keadaan kulit kepala bersih, tidak ada ketombe,
rambutnya rontok, tidak ada lesi,warna rambut hitam, tidak bau
dan tidak ada edema.
b. Wajah
Biasanya tidak ada edema/hematome, tidak ada bekas luka dan
tidak ada lesi
c. Mata
Biasanya mata simetris kiri dan kanan, reflek cahaya normal
yaitu pupil mengecil, konjungtiva anemis, sclera tidak ikterik.
d. Hidung
Biasanya simetris kiri dan kanan, tidak menggunakan cupping
hidung, tidak ada polip, dan tidak ada lesi
e. Telinga
Biasanya simetris kiri dan kanan, fungsi pendengaran baik.
f. Mulut
Biasanya mukosa bibir kering, berwarna pucat, tidak terjadi
stomatitis, tidak terdapat pembesaran tongsil, lidah putih.
g. Leher
Biasanya tidak ada pembesaran pada kelenjer tiroid, tidak ada
gangguan fungsi menelan, tidak ada pembesaran JVP
h. Dada dan Thorax
Inspeksi :Biasanya dada simetris kiri dan kanan, pergerakan
dada simetris.
Palpasi :Biasanya getaran dada kiri dan kanan sama (vocal
premitus).
Perkusi :Biasanya bunyi suaranya sonor.
Auskultasi :Bunyi pernapasnya vesikuler.
i. Kardiovaskuler :
Inspeksi : ictus cordis terlihat
Palpasi : ictus cordis teraba 1 jari
Perkusi : di intercosta V media klavikularis sinistra bunyinya
pekak
Auskultasi : irama denyut jantung normal tidak ada bunyi
tambahan
j. Abdomen :
Inspeksi : Biasanya bentuk perut tidak membuncit dan dinding
perut sirkulasi kolateral.
Auskultasi : Biasanya tidak ada bising usus.
Palpasi : Biasanya tidak ada pembesaran pada abdomen,tidak
kram pada abdomen.
Perkusi : Biasanya tympani
k. Lengan-Lengan Tungkai :
Ekstemitas atas dan bawah : Biasanya kekuatan otot berkurang.
Rentang gerak pada ekstremitas pasien menjadi terbatas karena
adanya masa,nyeri, atau fraktur patologis, biasanya terabanya
benjolan atau masa pada daerah sekitar tulang.
l. Sistem Persyarafan :
Biasanya kelemahan otot dan penurunan kekuatan
2.1.3. Pemeriksaan penunjang
 Thorak PA/AP
 USG abdomen
2.2 Diagnosa Keperawatan
Diagnosa yang mungkin muncul pada klien dengan ckd adalah:
2.2.1 Hipervolemia
a) Definisi
Hipervolemia adalah istilah medis yang menggambarkan kondisi
ketika tubuh menyimpan terlalu banyak kelebihan volume cairan.
Kelebihan cairan tersebut bisa menumpuk di luar sel-sel tubuh
atau di ruangan antar sel di dalam jaringan tertentu. Hipervolemia
juga menggambarkan kondisi kelebihan cairan dalam aliran darah.
b) Penyebab
 Gagal ginjal kongesif
 Gagal ginjal
 Sirosis hati
 Penggunaan intravena
 Faktor hormonal
 Obat
 Makanan tinggi garam
2.2.2 Gangguan Rasa Nyaman
a. Definisi
suatu gangguan dimana perasaan kurang senang, kurang lega, dan
kurang sempurna dalam dimensi fisik , psikospiritual, lingkungan
serta sosial pada diri yang biasanya mempunyai gejala dan tanda
minor mengeluh mual
b. Penyebab
 Gejala penyakit
 Kurang pengendalian situasional/lingkungan
 Ketidakaekuatan sumber daya mis (mis. dukungan finansial,
sosial dan pengetahuan)
 Kurangnya privasi
 Gangguan stimulus lingkungan

2. 1 Perencanaan

DIAGNOSA KRITERIA HASIL INTERVENSI


Hypervolemia Setelah dilakukan Manajemen HD
manajemen hipervolemia, Observasi
manajemen HD dan monitor
- Identifikasi tanda dan gejala serta
selama 1x5 jam, maka kebutuhan hemodialisis
hipervolemia dan resiko - Identifikasi kesiapan hemodialisis
(ttv, verat badan kering, kelebihan
perfusi renal tidak efektif
cairan kontraindikasi pemberian
membaik ditandai dengan heparin)
edema menurun BB - Monitor ttv,tanda tanda perdarahan,
dan respon selama dialisis
membaik sesuai BB kering,
- Monitor tanda tanda vital pasca
mual menurun, kadar ureum hemodialisis
kreatinin membaik Terapeutik
- Siapkan peralatan hemodialisis
- Lakukan prosedur dialisis dengan
prinsip aseptik
- Atur filtrasi sesuai kebutuhan
penarikan kelebihan cairan
- Atasi hipotensi selama proses
dialisis
- Hentikan hemodialisis jika
mengalami kondisi yang
membahayakan
- Ambil sampel darah untuk
mengevaluasi keefektifan
hemodialisis
Edukasi
- Jelaskan tentang prosedur
hemodialisis
- Ajarkan pembatasan cairan,
penanganan insomnia,
pencegahan infeksi akses HD,
dan pengenalan tanda
perburukan kondisi
Kolaborasi
Kolaborasi pemberian heparin pada blood
line sesuai indikasi
Gangguan rasa Setelah dilakukan tindakan Fototerapi Gangguan Mood/Tidur
nyaman asuhan keperawatan (I.05175)
diharapkan Mobilitas Fisik Observasi
meningkat dengan kriteria - Periksa program medis untuk
hasil: fototerapi (frekuensi, jarak,
intensitas, dan durasi fototerapi)
1)Pergerakan ekstremitas
- Monitor efek samping terapi (mis.
meningkat Sakit kepala, kelelahan mata, mual,
2)Kekuatan otot meningkat insomnia, hiperaktif)
Terapeutik
3)Rentang gerak (ROM)
meningkat - Sediakan sumber cahay yang sesuai
4)Nyeri menurun untuk terapi
- Fasilitas menyesuaikan sumber
5)Kecemasan menurun
cahaya dalam persiapan terapi,
6)Kaku sendi menurun sesuai indikasi
7)Gerakan tidak - Hentikan terapi jika mengalami
efek samping
terkoordinasi menurun
- Modifikasi terapi untuk
menurunkan efek samping, sesuai
indikasi
Edukasi
Jelaskan tujuan dan prosedur fototerapi
Daftar Pustaka

https://snars.web.id/sdki/d-0074-gangguan-rasa-nyaman/

https://hellosehat.com/jantung/gagal-jantung/hipervolemia-adalah-kelebihan-volume-cairan/

https://www.alodokter.com/macam-macam-penyakit-ginjal-yang-perlu-diwaspadai

https://jurnal.kesdammedan.ac.id/index.php/jurhesti/article/view/93

https://scholar.google.co.id/scholar?
q=definisi+ckd+menurut+ahli&hl=id&as_sdt=0&as_vis=1&oi=scholart

Anda mungkin juga menyukai