Lemak dan minyak merupakan senyawa trigliserida atau trigliserol, dimana
minyak dan lemak merupakan triester dari gliserol. Minyak dan lemak yang membentuk kelompok dan golongan lipid. Lipid merupakan senyawa organik yang tidak larut dalam air, tetapi larut dalam pelarut non-polar seperti dietil eter, benzena, kloroform dan heksana (Sediaoetomo, 1986). Kacang tanah (Arachis hipogea L) adalah tanaman polong-polongan atau legum anggota suku Fabaceae yang dibudidayakan dan digunakan sebagai sumber minyak nabati, yang diperoleh dari ekstraksi dan distilasi kacang tanah(Andaka, 2008) Sifat Fisika, Sifat Kimia dan Kandungan Minyak Kacang Tanah Sifat dan Kandungan Besaran Asam lemak tak jenuh 76-82 % Asam oleat 40-45 % Asam linoleat 30-45 % Asam miristat 5% Kandungan minyak 40–50% Bilangan Asam 0,08-0,6 Bilangan penyabunan 188,0-195,0 Bilangan iod 84,0-102,0 Bilangan hidroksil 2,5-9,5 Bilangan Reichert-Meissi 0,2-1,0 Bilangan Polenske 0,2-0,7 Bilangan thioanogen 67,0-73,0 Indeks bias 40⁰C 1,4605-1,4645 Bobot jenis 25/25⁰C 0,91-0,0915 Zat tak tersabunkan 0,2-0,8
Minyak kacang tanah merupakan minyak nabati yang dipergunakan sebagai
bahan pangan (edible purpose) maupun bahan non-pangan. Sebagai bahan makanan minyak kacang tanah untuk minyak goreng, bahan dasar pembuatan margarin mayonaise, salad dressing, mentega putih (shortening) yang dapat digunakan berkali- kali. Sebagai bahan non pangan, minyak kacang tanah digunakan dalam industri sabun, krim wajah, shafing cream, pencuci rambut dan bahan kosmetik lainnya. Dalam bidang farmasi kacang tanah dapat dipergunakan untuk pembuatan campuran pembuatan adrenalin dan obat asma (Ketaren, 2008). Ekstraksi adalah pemisahan suatu zat atau beberapa dari suatu padatan atau cairan dengan bantuan pelarut (Geancoplis, 1998). Penentuan kadar minyak dapat dilakukan dengan alat ekstraktor soxhlet. Ekstraksi dengan alat soxhlet merupakan ekstraksi yang efisien karena pelarut yang digunakan dapat digunakan kembali (Ketaren, 2008). Metode soxhlet termasuk jenis ekstraksi menggunakan pelarut semi kontinyu. Ketika pelarut didinginkan, uapnya akan naik melewati soxhlet menuju ke pipa pendingin (kondensor). Air dingin yang dialirkan melewati bagian luar kondensor mengembunkan uap pelarut menuju fase cair, kemudian menetes dan melarutkan lemak dalam sampel, larutan sari ini terkumpul dalam thimbel dan bila volumenya telah mencukupi, sari akan dialirkan lewat sifon menuju labu. Proses dari pengembunan hingga pengaliran disebut refluks (Darmasih, 1997). Pelarut yang digunakan adalah pelarut non polar yaitu n-heksane. Merupakan pelarut organik yang bersifat inert karena non-polar. Banyak digunakan untuk ekstraksi minyak dari biji. Rentang kondisi distilasi yang sempit, maka tidak perlu panas dan energi yang tinggi untuk proses ekstraksi minyak (Atkins, 1987). Dalam menentukan kadar minyak, bahan yang diekstraksi harus cukup kering, karena jika masih basah selain memperlambat proses ekstraksi, air dapat turun ke dalam labu dan akan berpengaruhi dalam perhitungan. Bahan kemudian dihaluskan untuk memperbesar luas permukaan sentuh dengan pelarut sehingga perpindahan massa miyak dari bahan ke soluen dapat maksimal dan mempercepat proses reaksi. Bahan yang digunakan pada praktikum ini adalah kacang tanah yang telah dihaluskan dan ditimbang seberat 25 gram. Kemudian dibungkus dengan kertas saring dan dimasukkan ke dalam soxhklet dan dilakukan dengan menggunakan pelarut n-heksane sebanyak 250 mL. Proses ekstraksi dan pemurnian minyak kacang tanah menggunakan alat ekstrakstor soxhlet. Proses ekstraksi berlangsung selama 90 menit dan terjadi 9 kali refluks. Ekstraksi dilakukan dengan memanaskan pelarut n-heksan hingga mendidih, tekanan uap yang terbentuk setelah pemanasan yang melewati titik didih pelarut menimbulkan gaya dorong pada bahan ekstraksi sehingga ekstrak minyak terpisahkan dari bahan ekstraksi. Pelarut hasil ekstraksi yaitu n-heksane yang mengandung minyak yang selanjutnya disebut disitilasi. Distilasi merupakan metode pemisahan berdasarkan nilai titik didih yang dilakukan secara kontinyu dengan bantuan pendingin lurus. Pemanasan larutan n- heksana yang mengandung ekstrak minyak hasil proses ekstraksi mengibatkan pelarut menguap dan tersisa ekstrak minyak kacang tanah. Perbedaan titik didih ekstrak dan pelarut cukup besar oleh karena itu saat mendidih pelarut menguap sedangkan ekstrak minyak tertinggal didalam labu ekstraksi. Setelah dilakukan ekstraksi bahan dioven dengan suhu 60 ° C selama ±71 jam agar didapat minyak kacang tanah murni. Dalam praktikum, didapatkan berat minyak sebesar 8,2 gram dengan kadar 32,8%. Sedangkan secara teoritis kadar minyak kacang tanah sebesar 33,47%. Terdapat perbedaan kadar sebesar 0,20%. Perbedaan kadar ini disebabkan oleh ukuran bahan yang kurang kecil atau kurang halus. Permukaan antar muka untuk perpindahan massa antara bahan ekstraksi dan pelarut harus sebesar mungkin, di mana untuk ekstraksi padat cair dapat dilakukan dengan memperkecil ukuran bahan ekstraksi ketika proses ekstraksi berlangsung. Kadar air dalam bahan merupakan banyaknya air yang terkandung dalam bahan yang dinyatakan dalam persen. Kadar air dalam bahan didapatkan dengan menimbang berat bahan basah, setelah itu dikeringkan dalam oven selama ± 24 jam dengan suhu oven 60˚C. Lalu dimasukan ke desikator dan ditimbang. Berdasarkan hasil perhitungan didapatkan kadar air dalam kacang tanah sebesar 6,667% untuk kadar air(wet basis) dan 7,142% untuk kadar air (dry basis). Hal ini tidak jauh beda dari kadar air kacang tanah secara teoritis sebesar 35 % - 45 %. Air yang terdapat dalam kacang tanah merupakan air bebas yaitu air yang terdapat di ruang intergranular dan dalam pori-pori bahan.