Anda di halaman 1dari 15

ETIKA KEPERAWATAN

MAKALAH MALPRAKTEK

Disusun Oleh

Kelompok 2 (1B)

1. Ahmad Afifi (19004)


2. Amelia Sri Rezeki (19008)
3. Anisa Dewi Prahastini (19011)
4. Debby Carolina Hutahaean (19021)
5. Fairuz Dlya Salsabila B (19038)
6. Intan Permata Suci (19048)
7. Latifah Hayun Firdaini (19060)
8. Khofifah Nur Arbaah (19057)
9. Ryenenda Dian Permana (19090)

AKADEMI KEPERAWATAN FATMAWATI

JAKARTA

2020

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan
rahmat-Nya, sehingga penulis mendapat berbagai Inspirasi dan dapat menyelesaikan
makalah yang berjudul “Kebutuhan Oksigenasi ”. Menyusun makalah ini bertujuan
sebagai salah satu tugas dalam mata kuliah Metodologi Keperawatan . Penulis
menyadari bahwa makalah ini tidak akan tersusun dengan baik tanpa adanya bantuan
dari pihak-pihak terkait, maka penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Ns.DWS Suarse Dewi, M.Kep.Sp.Kep.MB. Selaku Direktur Akademi


Keperawatan Fatmawati Jakarta.

2. Ns. Tjahjanti K,M.Kep,Sp.Kep, J Selaku wali kelas angkatan XXII Akademi


Keperawatan Fatmawati Jakarta.

3. Nuraeni, S.Pd, MM. Selaku dosen dan penanggung jawab mata kuliah Etika
Keperawatan.

4. Orang tua tercinta yang telah membantu dalam segi material maupun dalam segi
motivasi dalam penyusunan makalah ini.

5. Rekan-rekan kelompok yang membantu selesainya pembuatan makalah ini.

Penulis menyadari bahwa makalah ini belumlah sempurna. Oleh karena itu, penulis
menerima saran dan kritik yang membangun dari rekan-rekan untuk penyempurnaan
makalah ini.

Jakarta, April 2020

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..............................................................................................i

DAFTAR ISI.............................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang.......................................................................................................1
B. Tujuan Penulisan...................................................................................................1
C. Metode Penulisan..................................................................................................2
D. Sistematika Penulisan............................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN

A. Konsep Etika Keperawatan...................................................................................3


B. Konsep Malpraktek...............................................................................................3
C. Konsep Malpraktek Profesi Kesehatan.................................................................3
D. Malpraktek Dalam Undang-Undang Keperawatan No 38 Tahum 2014...............4
E. Malpraktek Dalam Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP)....................5

BAB III KASUS DAN PEMBAHASAN

A. Uraian Kasus.........................................................................................................6
B. Pembahasan...........................................................................................................7

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan............................................................................................................10
B. Saran......................................................................................................................10

DAFTAR PUSTAKA

ii
iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Etika profesi keperawatan adalah kesadaran atau pedoman yang mengatur nilai-
nilai moral di dalam melaksanakan kegiatan profesi keperawatan, sehingga mutu
dan kualititas profesi keperawatan tetap terjaga dengan cara yang terhormat. Ada
beberapa definisi yang berbeda dalam memberikan pengertian malpraktek. Dalam
Kamus Besar Bahasa Indonesia, malpraktek diartikan sebagai praktek tenaga
kesehatan dalam hal ini dokter atau perawat yang dilakukan salah atau tidak tepat,
menyalahi undang-undang atau kodeetik. Malpraktek profesi kesehatan adalah
kelalaian dari seseorang dokter atau perawat untuk mempergunakan tingkat
kepandaian atau ilmu pengetahuan dalam mengobati dan merawat pasien.
Kebijakan formulasi dibidang keperawatan , selain mengatur hak, kewajiban.
Tugas dan tanggung jawab perawat dalam pelayanan kesehatan, juga mengatur
mengenai ancaman sanksi pidana yang dapat diterapkan kepada perawat yang
melakukan pelanggaran/ kejahatan dalam memberikan pelayanan kesehatan.
Perawat melaksanakan tugasnya jika terjadi kesalahan dan kelalaian yang
menyebabkan pasien luka berat bahkan sampai menyebabkan kematian maka
perawat menurut hemat penulis dapat dikenai pasal 359 KUHP.

B. Tujuann Penulisan
Tujuan Umum
Tujuan penulisan makalah ini adalah menjelaskan contoh kasus malpraktek
keperawatan dan cara penyelesainnya.
Tujuan Khusus
Tujuan khusus penulisan paper ini adalah agar mahasiswa/mahasiswi mampu:
1. Menjelaskan pengertian konsep etika keperawatan.
2. Menjelaskan konsep malpraktek.
3. Menjelaskan konsep malpraktek profesi kesehatan.
4. Menjelaskan malpraktek dalam Undang-Undang Keperawatan No 38 Tahun
2014.

1
5. Menjelaskan malpraktek dalam Kitab Undang-Undang Hukum Pidana
(KUHP).
6. Memaparkan uraian kasus.
7. Pembahasan kasus.

C. Metode Penulisan
Untuk mendapatkan data yang diperlukan dalam penulisan, penulis menggunakan
metode studi pustaka, yaitu penulis mengumpulkan data dan informasi dari
internet yang penulis pelajari sesuai dengan masalah Diabetes Melitus. Jenis data
yang dikumpulkan dalam penulisan yang diperoleh dari buku-buku literatur,
jurnal ilmiah, tesis, dan sebagainya yang memuat informasi-informasi yang
diperlukan dalam penyusunan karya tulis.

D. Sistematika Penulisan
Untuk mempermudah penyusunan dan pembahasan tugas ini penulis akan
menguraikan secara garis besar yang terdiri dari BAB I Pendahuluan yaitu pada
bab ini penulis membahas latar belakang masalah, tujuan penulisan, metode
penulisan, serta sistematika penulisan. Selanjutnya, BAB II Tinjauan Teori yaitu
pada bab ini menjelaskan pengertian konsep etika keperawatan, konsep
malpraktek, konsep malpraktek profesi kesehatan, malpraktek dalam Undang-
Undang Keperawatan No 38 Tahun 2014, dan malpraktek dalam Kitab Undang-
Undang Hukum Pidana (KUHP). Selanjutnya, BAB III Kasus dan Pembahasan
yaitu terdiri dari contoh kasus malpraktik dan cara penyelesaiannya. Dan BAB IV
Kesimpulan dan Saran yaitu pada bab ini memaparkan tentang kesimpulan dan
saran. DAFTAR PUSTAKA

2
BAB II

TINJAUAN TEORI

A. Konsep Etika Keperawatan


Etika profesi keperawatan adalah kesadaran atau pedoman yang mengatur nilai-
nilai moral di dalam melaksanakan kegiatan profesi keperawatan, sehingga mutu
dan kualititas profesi keperawatan tetap terjaga dengan cara yang terhormat. Etik
keperawatan merupakan kesadaran dan pedoman yang mengatur prinsip-prinsip
moral dan etik dalam melaksanakan kegiatan profesi keperawatan, sehingga
mutu dan kualitas profesi perawat tetap terjaga dengan cara yang terhormat.
Etika keperawatan tersebut antara lain mengandung unsur-unsur pengorbanan,
dedikasi, pengabdian dan hubungan antara perawat dengan klien, dokter, sejawat
perawat, maupun diri sendiri. (Akbar, 2019)

B. Konsep Malpraktek
Ada beberapa definisi yang berbeda dalam memberikan pengertian malpraktek.
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, malpraktek diartikan sebagai praktek
tenaga kesehatan dalam hal ini dokter atau perawat yang dilakukan salah atau
tidak tepat, menyalahi undang-undang atau kodeetik. Secara harfiah “mala”
mempunyai arti “salah” atau “buruk” sedangkan “praktek” mempunyai arti
“pelaksanaan” atau “tindakan”, sehingga malapraktek berarti “pelaksanaan atau
tindakan yang salah atau buruk”. (Patompo, 2018)

C. Konsep Malpraktek Profesi Kesehatan


Malpraktek profesi kesehatan adalah kelalaian dari seseorang dokter atau
perawat untuk mempergunakan tingkat kepandaian atau ilmu pengetahuan dalam
mengobati dan merawat pasien, yang lazim dipergunakan terhadap pasien atau
orang yang terluka menurut ukuran di lingkungan yang sama. Sementara itu,
Persatuan Perawat Nasional Inonesia (PPNI) menegaskan bahwa perawat bisa

3
disebut melakukan malpraktek apabila melanggar standar operasional prosedur
dalam pemberian asuhan keperawatan. (Patompo, 2018)

D. Malpraktek dalam Undang-Undang Keperawatan No 38 Tahun 2014


Kebijakan formulasi dibidang keperawatan , selain mengatur hak, kewajiban.
Tugas dan tanggung jawab perawat dalam pelayanan kesehatan, juga mengatur
mengenai ancaman sanksi pidana yang dapat diterapkan kepada perawat yang
melakukan pelanggaran/ kejahatan dalam memberikan pelayanan kesehatan.
Namun setelah UUKep/2014 itu dikeluarkan ada beberapa pasal yang perlu
dianalisa dan dikaji kembali, karena tidak sesuai dengan semangat untuk
mewujudkan praktik keperawatan yang professional yang didasarkan pada nilai
ilmiah, manfaat, keadilan, kemanusiaan, keseimbangan, serta perlindungan
dokter dan pasien serta keselamatan pasien. (Patompo 2018)Menurut undang-
undang praktik keperawatan, pengaturan praktik keperawatan bertujuan untuk:
1. Meningkatkan mutu perawat
2. Meningkatkan mutu pelayanan keperawatan
3. Memberikan perlindungan dan kepastian hukum kepada perawat dan klien
dan;
4. Meningkatkan derajat kesehatan masyarakat

Ketentuan yang mengatur tindakan malpraktek keperawatan diatur dalam pasal


2, pasal 18, pasal 19, pasal 20, pasal 21, pasal 22, pasal 23, pasal 29 sampai
dengan pasal 35 undang-undang keperawatan, hanya saja dalam undang-undang
keperawatan berdasarkan pasal-pasal diatas tidak mengatur tentang penerapan
sanksi pidana dalam konteks malpraktek. (Patompo, 2018)

4
E. Malpraktek dalam Kitab Undang-Undnag Hukum Pidana (KUHP)
Perawat melaksanakan tugasnya jika terjadi kesalahan dan kelalaian yang
menyebabkan pasien luka berat bahkan sampai menyebabkan kematian maka
perawat menurut hemat penulis dapat dikenai pasal 359 KUHP pada Bab XXI
dengan judul “Menyebabkan mati atau luka-luka karena kealpaan.” Berdasarkan
perumusan pasal359 ini, Maka Unsur- unsurnya adalah :
1. Si pelaku telah lalai dan kelalaian itu dapat di permasalahkan terhadap
pelaku.
2. Mengakibatkan matinya orang lain.
3. Antara kedua hal tersebut diatas yaitu kelalaian dan matinya orang lain itu
harus ada hubungan sebab akibat.

Apabila di bandingkan pasal 338 maka dengan pasal 359 ini maka, pasal 359
adalah merupakan kebalikan langsung dari pasal 338 dan seterusnya untuk
matinya seseorang lain. Artinya jika pada pasal338 benar-benar kehendaknya
ditunjuk akan untuk matinya orang lain, maka pada pasal 359 harus masih dapat
dirasakan bentuk yang lebih ringan dari kehendak (dolus) itu yang dalam hal ini
adalah kealpaaan (kelalaian). Pasal 360 kitab Undang-undang hokum pidana
berbunyi:
Ayat (1): Barang siapa karena kelapaannya menyebabkan orang lain luka-luka
berat diancam dengan pidana penjara paling lama 5 tahun atau
kurungan paling lama 1 tahun.
Ayat (2): Barang siapa karena kealpaannya menyebabkan orang lain sedemikian
rupa sehingga timbul penyakit atau halangan menjalankan pekerjaan,
jabatan atau pencaharian selama waktu tertentu diancam dengan pidana
paling lama 9 bulan atau kurungan palinglama 6 bulan atau denda
paling tinggi Rp. 300.

5
BAB III

KASUS DAN PEMBAHASAN

A. Uraian Kasus
Edi Supriyadi (47) warga RT 02 RW 01 Desa Ciamis, Kecamatan Sungkai Utara
meminta polisi mengusut tuntas dugaan malpraktik yang dilakukan oleh salah satu
oknum perawat (Indora Wati) di Puskesmas Desa Negararatu yang
mengakibatkan meninggalnya Feri Rojali (19) anak Edi Supriyadi pada 17 Juli
2017 lalu di rumah sakit Abdoel Moeloek Bandarlampung.
Menurut Edi, pada hari Jum’at (30/6/2017) anaknya Feri Rojali mengalami
demam. Lalu dia membawa ke rumah Indora wati utnuk berobat. Indora Wati kata
Edi, cukup terkenal di desanya sebagai Bidan dan masyarakat setempat banyak
yang berobat kepadanya yang belakangan diketahui sebagai perawat di Puskesmas
Desa Negara ratu
Setelah diperiksa, sang bidan memberinya tiga jenis obat. Sesampainya di rumah,
obat tersebut diminum tiga jenis obat tersebut. Namun demikian, demam anaknya
belum juga turun, sehingga keesokan harinya Feri kembali berobat ke Indora
Wati. Sesampainya disana Feri disuntik dan diberi satu jenis obat sebagai
pengganti salah satu obat yang dahulu diberikan. Setelah itu, Feri kembali
meminum obat termasuk obat baru yang diberikan Indora Wati. Tak lama
berselang (15 menit) pada tubuh Feri muncul bintik-bintik merah dan wajah dan
bibirnya bengkak
Singkat cerita, lanjut Edi, anaknya dibawa ke Puskesmas, namun pihak
Puskesmas tidak sanggup dan menyarankan anaknya untuk dibawa ke Rumah
Sakit Umum Daerah Ryacudu. Ternyata pihak RSUD Ryacudu juga tidak
sanggup merawatnya lantaran penyakitnya cukup parah. Setelah itu, anaknya
dirujuk ke Rumah Sakit Umum Abdul Moeloek (RSUAM) Bandarlampung dan
dirawat selama kurang lebih 15 hari. Selama dalam perawatan kondisi anaknya
kian memburuk dengan kulit sekujur tubuhnya melepuh hingga akhirnya
aknaknya menghembuskan nafas terakhir pada 17 Juli 2017.

6
“Saya minta keadilan agar kasus ini dituntaskan oleh Polisi. Cukup sudah anak
saya yang menjadi korban jangan sampai jatuh korban lagi. Saya minta keadilan
jangan sampai karena saya miskin, bodoh, tidak bisa mendapatkan keadilan,”
cetus edi dengan nada sedih
Masih di tempat yang sama, Kuasa Hukum Edi Supriyadi, Rozali, SH
mengungkapkan keinginannya agar Polisi benar-benar serius menangani perkara
kliennya ini. Karena kejadian ini jangan sampai terulang dan memakan korban
lagi. “Saya prihatin dengan apa yang menimpa pak Edi. Dia orang kecil dan hidup
miskin didesanya, makanya saya ingin membantu dia,” ujar Rozali
Rozali pun menghimbau agar instansi terkait (dinas kesehatan) benar-benar turun
ke bawah dalam melakukan kontrol dan pengawasan khususnya tempat-tempat
praktik pengobatan ilegal semacam ini. Dinas juga harus intens melakukan
sosialisasi kepada masyarakat terkait praktik pengobatan ilegal. “Inikan lucu
seorang yang secara hukum tidak diperkenankan melakukan tindakan pengobatan
bisa bebas membuka praktik. Dia (Indora Wati) kan bukan dokter atau bidan. Jadi
kenapa bisa membuka praktik meski tidak berplang,” serunya

B. Pembahasan
Contoh kasus diatas merupakan salah satu bentuk kasus kelalaian yang dilakukan
oleh perawat dalam memberikan asuhan keperawatan, seharusnya perawat dapat
memberikan rasa aman dan nyaman kepada pasien (An. F). Rasa aman yang
dimaksud adalah dengan menjamin bahwa penanganan pasien tidak akan terjadi
kelalaian dan kesalahan prosedur. Pada kasus diatas menunjukkan bahwa
kelalaian perawat dalam hal ini kurang teliti dalam memberikan obat yang
mengakibatkan kematian pada pasien. Pada kasus ini perawat juga tidak
menjalankan prinsip 6 benar dalam pemberian obat. Seharusnya sebelum obat
diberikan, perawat memeriksa label pada botol atau kemasan harus diperiksa
minimal tiga kali untuk menghindari kesalahan dan memastikan kembali apakah
terapi yang akan diberikan sudah sesuai order, namun dalam hal ini perawat tidak
menjalankan prinsip benar obat.

7
Disamping itu juga, terkait dengan hal ini perawat tidak mengaplikasikan konsep
patient safety dengan benar, terbukti dari kesalahan akibat tidak melakukan
tindakan yang seharusnya dilakukan yang menyebabkan kematian pasien.

Bila melihat dari hubungan perawat – pasien dan juga tenaga kesehatan lain
tergambar pada bentuk pelayanan praktek keperawatan, baik dari kode etik dan
standar praktek atau ilmu keperawatan. Pada praktek keperawatan, perawat
dituntut untuk dapat bertanggung jawab baik etik, disiplin dan hukum. Dan
prinsipnya dalam melakukan praktek keperawatan, perawat harus menperhatikan
beberapa hal, yaitu: Melakukan praktek keperawatan dengan ketelitian dan
kecermatan, sesuai standar praktek keperawatan, melakukan kegiatan sesuai
kompetensinya, dan mempunyai upaya peningkatan kesejateraan serta
kesembuhan pasien sebagai tujuan praktek.

Namun kasus diatas sudah dapat dikategorikan sebagai tindak pidana sebagaimana
telah diatur undang-undang pasal 334 KUHP yaitu:

1. Barang siapa karena kealpaannya menyebabkan seorang dirampas


kemerdekaannya secara melawan hukum, atau diteruskannya perampasan
kemerdekaan yang demikian, diancam dengan pidana kurungan paling lama
tiga bulan atau pidana denda paling banyak tiga ratus rupiah.
2. Jika perbuatan itu mengakibatkan luka-luka berat, maka yang bersalah diancam
dengan pidana kurungan paling lama sembilan bulan.
3. Jika mengakibatkan mati, diancam dengan pidana kurungan paling lama satu
tahun
Bila dilihat dari beberapa teori diatas, maka kasus An. F merupakan kelalaian
yang terjadi karena perawat salah dalam pemberian obat dalam hal ini perawat
tidak melakukan tindakan keperawatan sesuai standar profesi keperawatan.
Penyelesaian Kasus An. F dan kelalaian perawat diatas, harus memperhatikan
berbagai hal baik dari segi pasien dan kelurga, perawat secara perorangan.
Segi perawat secara perorangan, harus dilihat dahulu apakah perawat tersebut
kompeten dan sudah memiliki Surat ijin perawat, Surat ijin praktek atau lainnya
sesuai ketentuan perudang-undangan yang berlaku, apa perawat tersebut memang

8
kompeten.Tetapi bagaimanapun perawat harus dapat mempertanggung jawabkan
semua bentuk kelalaian sesuai aturan perundangan yang berlaku.
Bagi pihak Dinas Kesehatan, harus juga memberikan penjelasan apakah perawat
yang membuat tempat praktek tersebut telah memenuhi syarat-syarat yang
berlaku. Dinas Kesehatan harus benar-benar turun ke bawah dalam melakukan
kontrol dan pengawasan khususnya tempat-tempat praktik pengobatan ilegal
semacam ini. Dinas juga harus intens melakukan sosialisasi kepada masyarakat
terkait praktik pengobatan ilegal.
Bagi organisasi profesi juga harus diperhatikan beberapa hal yang memungkinkan
perawat melakukan kelalaian, organisasi apakah sudah mempunyai standar profesi
yang jelas dan telah diberlakukan bagi anggotannya, dan apakah profesi telah
mempunyai aturan hukum yang mengikat anggotannya sehingga dapat
mempertanggung jawabkan tindakan praktek keperawatannya dihadapan hukum,
moral dan etik keperawatan.
Keputusan ada atau tidaknya kelalaian/malpraktek bukanlah penilaian atas hasil
akhir pelayanan praktek keperawatan pada pasien, melainkan penilaian atas sikap
dan tindakan yang dilakukan atau yang tidak dilakukan oleh tenaga medis
dibandingkan dengan standar yang berlaku.

9
BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan
Malpraktek dapat terjadi karena tindakan yang disengaja (intentional) seperti
pada misconduct tertentu, tindakan kelalaian (negligence), ataupun suatu
kekurang-mahiran/ketidakkompetenan yang tidak beralasan.
Berrdasarkan uraian sebelumnya, jelas bahwa masalah malpraktek bersifat
kompleks karena berbagai faktor yang terkait di dalamnya. Perawat professional
dituntut untuk selalu meningkatkan kemampuannya untuk mengikuti
perkembangan yang terjadi, baik perkembangan IPTEK khususnya IPTEK
keperawatan sserta tuntunan dan kebutuhan masyarakat yang semakin meningkat.

B. Saran
1. Standar profesi keperawatan dan standar kommpeten merupakan hal penting
untuk menghindarkan terjadinya malpraktek, maka perlunya pemberlakuan
standar praktek keperawatan secara Nasional dan terlegalisasi dengan jelas.
2. Perawat sebagai profesi baik perorangan dan kelompok hendaknya
memahami dan mentaati aturan perundang-undangan yang telah diberlakukan
di Indonesia, agar perawat dapat terhindar dari bentuk pelanggaran baik etik
dan hukum.
3. Pemahaman dan bekerja dengan kehati-hatian, kecermatan, menghidarkan
bekerja dengan ceroboh, adalah cara terbaik dalam melakukan praktek
keperawatan sehingga dapat terhindar dari kelalian/malpraktek.
4. Dinas Kesehatan harus benar-benar turun ke bawah dalam melakukan kontrol
dan pengawasan khususnya tempat-tempat praktik pengobatan illegal. Dinas
juga harus intens melakukan sosialisasi kepada masyarakat terkait praktik
pengobatan ilegal.

10
DAFTAR PUSTAKA

Akbar, M. A. (2019). Buku ajar konseo-konsep dasar dalam keperawatan


komunitas. Yogyakarta: Deepublish

Patompo, M. F. D. (2018). Kebijakan formulasi hukum pidana dalam


penganggulangan malpraktek keperawatan. E Jurnal Katalogis, 6 (4),
48-57. ISSN: 2302-2019.

11

Anda mungkin juga menyukai