Anda di halaman 1dari 11

INTERAKSI SOSIAL

A. PENGERTIAN

Interaksi sosial adalah suatu hubungan antara dua individu atau lebih di mana
kelakuan individu yang satu mempengaruhi, mengubah dan memperbaiki kelakuan
individu yang lain atau sebaliknya. Dengan demikian antara individu yang
berinteraksi senantiasa merupakan hubungan saling mempengaruhi secara timbal
balik . (H. Bonner ).

Ada tiga faktor yang mendasari interaksi manusia yaitu imitasi, sugesti dan
simpati :
Imitasi akan jelas tampak pada tingkah laku anak-anak dalarn pertumbuhan
menuju dewasa. Penguasan bahasa merupakan imitasi.
Sugesti diterima dari seseorang yang mempunyai popularitas, prestise sosial atau
ahli dalam lapangan tertentu.
Simpati adalah perasaaan tertariknya seseorang pada orang lain. Dorongan
munctilnya simpati adalah keinginin kerja sama dengan orang lain.

B. FAKTOR-FAKTOR YANG MENDASARI INTERAKSI SOSIAL


1. Imitasi
Pada mulanya seluruh kehidupan sosial berawal dari proses imitasi.
Imitasi adalah proses seseorang meniru orang lain.
Syarat seseorang mengimitasi suatu hal yaitu:
a. Minat perhatian yang cukup besar akan hal tersebut.
b. Sikap menjunjung tinggi atau mengagumi hal-hal yang diimitasi.
c. Mengimitasi suatu pandangan atau tingkah laku karena mempunyai
penghargaan sosial yang tinggi.
Jadi imitasi merupakan suatu segi dari proses interaksi sosial yang menerangkan
mengapa dan bagaimana dapat terjadi keseragaman dalam pandangan dan
tingkah laku.

2. Sugesti
Arti sugesti dan imitasi dalam interaksi sosial hampir sama, bedanya ialah
bahwa dalam imitasi seseorang mengikuti sesuatu di luar dirinya, sedangkan
pada sugesti adalah di mana seseorang memberikan pandangan atau sikap dari
dirinya lalu diterima oleh orang lain.
Sugesti dalam ilmu jiwa sosial ialah proses di mana seorang individu menerima
suatu cara penglihatan atau pedoman-pedoman tingkah laku dari orang lain
tanpa kritik terlebih dahulu.

Persyaratan yang memudahkan sugesti terjadi pada seseorang yaitu:


1. Sugesti karena hambatan berpikir:
Hal ini sering terjadi pada orang yang sedang berpikir atau pada orang yang
sedang mengalami rangsangan emosional, sehingga proses sugesti secara
langsung diterima tanpa mempertimbangkan terlebih dahulu segala
pengaruh atau pandangan dari orang lain.

2. Sugesti karena pikiran terpecah-pecah (disosiasi):


Sugesti mudah terjadi juga pada orang yang sedang mengalami pemikiran
yang terpecah-pecah. Hal ini dapat terjadi pada seseorang yang mengalami
kebingungan karena dihadapkan pada kesulitan hidup yang kompleks,
sehingga ia lebih mudah terkena oleh sugesti orang lain yang mengetahui
jalan ke luarnya dari kesulitan-kesulitan yang ia hadapi tersebut.

3. Sugesti karena otoritas atau prestise:


Proses sugesti cenderung terjadi pada orang-orang yang sikapnya menerima
pandangan-pandangan tertentu dari seseorang yang memiliki keahlian
tertentu, otoritas dalam keahlian tersebut atau dari seseorang yang
mempunyai prestise sosial yang tinggi.

4. Sugesti karena mayoritas:


Seseorang menerima suatu pandangan atau ucapan bila ucapan itu disokong
oleh mayoritas, oleh sebagian besar dari golongan, kelompok atau
masyarakatnya. Mereka cenderung untuk menerima pandangan itu tanpa
pertimbangan lebih lanjut karena kalau kelompok atau golongan sudah
berpendapat demikian, ia pun rela pula.

5. Sugesti karena well to believe:


Diterimanya suatu sikap, pandangan karena sikap atas pandangan itu
sebenarnya sudah terdapat padanya, tetapi dalam keadaan terpendam.
Sugesti akan diterima tanpa pertimbangan lebih lanjut karena pada orang
yang bersangkutan sudah terdapat suatu kesediaan. Untuk lebih sadar diri
yakin akan hal-hal yang sebenarnya sudah terdapat adanya.

3. Identfikasi
Identifikasi itu berarti kecenderungan atau keinginan dalam diri seseorang
untuk menjadi sama seperti orang lain.
Proses terjadinya identifikasi:
a. Berlangsung secara tak sadar (dengan sendirinya)
b. Secara irasional, berdasarkan perasaan-perasaan
c. Berguna untuk melengkapi sistem norma dan cita-cita.
Interaksi hubungan sosial berlangsung pada identifikasi itu lebih mendalam
daripada hubungan yang langsung melalui proses sugesti maupun imitasi.

4. Simpati
Simpati dapat dirumuskan sebagai perasaan tertariknya seseorang terhadap
orang lain yang timbul atas dasar penilaian perasaan. Peranan simpati cukup
nyata dalam hubungan persahabatan antara dua orang atau lebih.
Hasil dari simpati akan terwujud suatu kerja sama, di mana seseorang akan
berusaha lebih mengerti terhadap orang lain, sehingga ia dapat merasa
berusaha terlibat lebih jauh dalam berperilaku. Sedangkan dalam identifikasi
terhadap suatu hubungan di mana seseorang menghormati dan menjunjung
tinggi orang lain dan ingin belajar darinya karena orang tersebut dianggap
sebagai orang yang ideal bagi dirinya.
Pada simpati dorongan utama adalah ingin mengerti dan ingin kerjasama
dengan orang lain, sedangkan pada identifikasi dorangan utamanya adalah ingin
mengikuti, meniru jejak orang lain yang dianggap ideal bagi dirinya.

C. JENIS-JENIS SITUASI SOSIAL


Situasi sosial adalah situasi dimana terdapat saling berhubungan antara manusia
yang satu dengan yang lainnya. Dengan kata lain setiap situasi sosial di mana
terjadi interaksi sosial disebut situasi sosial.
Menurut M. Sherrif, situasi sosial itu dapat dibagi dalam 2 golongan utama, yaitu:
1. Situasi Kebersamaan
Pada situasi ini individu yang turut serta di dalamnya belum mempunyai saling
hubungan yang teratur seperti yang terdapat dalam situasi kelompok sosial.
Situasi kebersamaan itu merupakan situasi di mana berktumpul sejumlah orang
yang
sebelumnya tidak saling mengenal, yang secara kebetulan mereka ada dalam
satu tempat dan mempunyai kepentingan yang sama.
2. Situasi Kelompok Sosial
Merupakan situasi di dalam kelompok tempat orang-orang mengadakan
interaksi tertentu, di sini anggotanya sudah mempunyai hubungan yang lebih
mendalam dan telah terjadi hubungan sebelumnya. Selain hubungan pribadi
antara orang-orang dalam situasi kelompok terdapat juga hubungan struktural
dan hirarki yaitu antara orang-orang yang menjadi pemimpin, staf serta anggota
biasa. Hubungan tersebut berdasarkan pembagian tugas antar anggotanya,
dengan tujuan untuk mencapai kepentingan bersama.

D. FAKTOR YANG MENENTUKAN BERLANGSUNGNYA INTERAKSI SOSIAL


Salah satu cara seseorang melakukan interaksi sosial yaitu dengan menggunakan
komunikasi antar individu atau komunikasi interpersonal. Agar interaksi sosial
berjalan baik salah satunya dapat ditunjang dengan menumbuhkan hubungan
interpersonal yang baik
Adapun faktor-faktor untuk menumbuhkan hubungan interpersonal yang baik
adalah sebagai berikut:

1. RASA PERCAYA
Faktor percaya merupakan hal yang penting pengaruhnya terhadap komunikasi
interpersonal. Bila saya percaya kepada anda, bila perilaku anda dapat saya
duga, bila saya yakin anda tidak akan menghianati atau merugikan saya, maka
saya akan lebih banyak membuka diri saya kepada anda.

Secara ilmiah "percaya" didefinisikan sebagai:


"Mengandalkan perilaku orang untuk mencapai tujuan yang dikehendaki, yang
pencapaiannya tidak pasti dan dalam situasi yang penuh risiko." (Eiffin, 1967:
224-234).

Definisi di atas menyebutkan 3 unsur percaya:


a. Ada situasi yang menimbulkan risiko.
Bila orang memberi kepercayaan kepada seseorang, ia akan menghadapi
risiko, berupa kerugian yang akan dialami. Bila tidak ada risiko, percaya
tidak diperlukan.
b. Orang yang menaruh kepercayaan kepada orang lain berarti menyadari
bahwa akibat-akibat yang ditimbulkannya tergantung pada perilaku orang
lain.
c. Orang yang yakin bahwa perilaku orang lain akan berakibat baik baginya.

Manfaat percaya kepada orang lain:


a. "Rasa percaya" meningkatkan komunikasi interpersonal karena membuka
saluran komunikasi memperjelas pengiriman dan penerimaan informasi,
serta memperluas peluang untuk pencapaian tujuan.
b. Hilangnya kepercayaan pada orang lain akan menghambat interpersonal
yang akrab.
Bila anda merasa kawan anda tidak jujur dan tidak terbuka maka anda pun
akan memberikan respons yang sama. Akibatnya hubungan anda akan
berlangsung dangkal

Beberapa faktor yang menumbuhkan rasa percaya:


a. Menerima, adalah kemampuan berhubungan dengan orang lain tanpa
menilai dan berusaha mengendalikan. Sikap menerima tidaklah semudah
apa yang dikatakan. Kita cenderung menilai dan sukar menerima.
Akibatnya hubungan interpersonal kita tidak berlangsung seperti yang kita
harapkan. Bila kita tidak bersikap menerima, kita akan mengkritik,
mengecam atau menilai. Sikap seperti ini akan menghancurkan percaya.
Sikap menerima menggerakan sikap percaya, karena orang mengetahui kita
tidak akan merugikan mereka.
b. Empati akan menumbuhkan sikap percaya diri orang lain. Empati dianggap
sebagai memahami orang lain yang lain yang tidak mempunyai arti
emosional. Empati tidak sama dengan simpati, pengertian simpati adalah
seseorang menempati diri kita secara imajinatif pada posisi orang lain,
sedangkan dalam empati, kita tidak menempatkan diri kita pada posisi orang
lain, kita ikut secara emosional dan intelektuil dalam pengalaman orang lain.
Berempati berarti membayangkan diri kita pada kejadian yang menimpa
orang lain.
Dengan empati kita berusaha melihat seperti orang lain melihat, merasakan
seperti orang lain merasakannya.

c. Kejujuran akan menumbuhkan sikap percaya. Dalam mengadakan interaksi


sosial, komunikasi kita akan mengungkapkan diri kita pada orang lain. Kita
harus melakukan dengan kejujuran sehingga menyebabkan perilaku kita
dapat diduga (predicteble) hal ini mendorong orang lain untuk percaya pada
kita. ”Terus teranglah agar terang terus”.

2. SIKAP SPORTIF
Adalah sikap yang mengurangi sikap melindungi diri (defensif) dalam
komunikasi yang terjadi dalam interaksi sosial. Orang bersikap defensif apabila
ia tidak menerima, tidak jujur dan tidak empati. Dengan sikap defensif
komunikasi interpersonal akan gagal , karena akan lebih banyak melindungi diri
dari ancaman yang ditanggapi dalam situasi komunikasi daripada memahami
pesan orang lain.

Hasil penelitian Jack R. Gibb bahwa: makin sering orang menggunakan perilaku
defensif, makin besar kemungkinan komunikasi menjadi defensif. Sebaliknya,
komunikasi defensif berkurang dalam iklim suportif. Perilaku Defensif dan
Suportif dari Jack Gibb.
lkilim Defensif lklim Suportif
Evaluasi Deskripsi
Kontrol Orientasi masalah
Strategi Spontanitas
Netralita Empati
Superiori Persamaan
Kepastian Provisionalisme

EVALUASI DAN DESKRIPSI:


Evaluasi artinya penilaian terhadap orang lain. memuji atau mengecam. Dalam
mengevaluisi kita mempersoalkan nilai dengan motif orang lain. Bila kita
menyebutkan kelemahan orang lain, mengungkapkan betapa jelek perilakunya,
meruntuhkan harga dirinya, kita akan melahirkan sikap defensif.
Deskripsi artinya penyampaian perasaan dan persepsi anda tanpa menilai.
Deskripsi dapat terjadi ketika kita mengevaluasi gagasan orang lain, tetapi
orang "merasa" bahwa kita menghargai diri mereka (menerima mereka sebagai
individu yang patut dihargai).

KONTROL DAN ORIENTASI MASALAH:


Kontrol artinya berusaha untuk mengubah orang lain, mengendalikan
perilakunya, mengubah sikap, pendapat dan tindakannya.
Melakukan kontrol berarti mengevaluasi orang lain sebagai orang yang tidak
baik sehingga perlu diubah. Setiap orang tidak ingin didominasikan orang lain.
Kita ingin menentukan perilaku yang kita senangi. Karena itu bila kita
mengkontrol orang lain akan ditolak
Orientasi masalah, sebaliknya adalah
mengkomunikasikan keinginan untuk bekerjasama mencari pemecahan
masalah. Dalam orientasi masalah anda tidak mendiktekan pemecahan. Anda
mengajak orang lain bersama-sama untuk menetapkan tujuan dan memutuskan
bagaimana mencapai STRATEGI DAN SPONTANITAS
Strategi adalah penggunaan tipuan-tipuan atau manipulasi untuk mempengaruhi
orang lain. Anda menggunakan strategi bila menduga anda mempunyai motif-
motif tersembunyi. Bila orang tahu kita melakukan strategi ia akan menjadi
defensif.
Spontanitas artinya sikap jujur dan dianggap tidak menutupi motif yang
terpendam.

NETRALITAS DAN EMPATI:


Netralitas berarti sikap impersonal yaitu memperlakukan orang lain tidak sebagai
personal, melainkan sebagai obyek. Bersikap netral bukan berarti obyektif,
melainkan menunjukkan sikap tak acuh, tidak menghiraukan perasaan dan
pengalaman orang lain. lawan netralitas adalah empati (telah diuraikan di
muka). Tanpa empati orang seakan-akan mesin yang hampa perasaan dan
tanpa perhatian.

SUPERIORITAS DAN PERSAMAAN:


Superioritas artinya menunjukkan seseorang lebih tinggi atau lebih baik
daripada orang lain, karena status, kekuasaan, kemampuan, intelektual,
kekayaan atau kecantikan. Superioritas akan menghasilkan sifat defensif.
Persamaan adalah sikap memperlakukan orang lain secara horizontal dan
demokratis. Dalam sikap persamaan anda tidak mempertegas perbedaan.
Dengan persamaan anda mengkomunikasikan penghargaan dan rasa hormat
pada perbedaan pandangan dan keyakinan.

KEPASTIAN DAN PROVISIONALISME:


Orang yang memiliki kepastian bersifat dogmatis, ingin menang sendiri dan
melihat pendapatnya sebagai kebenaran mutlak yang tidak dapat diganggu
gugat.
Provisionalisme adalah kesediaan untuk meninjau kembali pendapat orang lain
hingga menganggap bahwa kita sebagai manusia tidak ada yang sempurna,
karena wajar juga kalau suatu saat pendapat dan keyakinannya bisa berubah.

3. SIKAP TERBUKA
Sikap terbuka (open mindedness) amat besar pengaruhnya dalam
menumbuhkan komunikasi interpersonal yang efektif. Untuk memahami orang
yang mempunyai sikap terbuka harus mengidentifikasikan dahulu orang yang
mempunyai sikap tertutup (dogmatis).
Perbedaan Karakteristik Orang yang terbuka dan Orang tertutup

Sikap Terbuka Sikap Tertutup

Menilai pesan secara obyektif dengan Menilai pesan berdasarkan motif-


menggunakan data dan keajegan logika motif

Membedakan dengan mudah melihat Berpikir simplisis (berpikir hitam


suasana putih) tanpa nuansa
Berorientasi pada isi pesan Bersandar lebih banyak pada sumber
pesan dari pada isi pesan
Mencari informasi dari berbagai sumber Mencari informasi tentang
kepercayaan orang dari sumber nya
sendiri, bukan kepercayaan orang
lain
Lebih bersifat provisionalisme dan Secara kaku mempertahankan dan
bersedia mengubah kepercayaan memegang teguh sistem
kepercayaan
Mencari pengertian pesan yang tidak Menolak, mengabaikan, menolak
sesuai dengan rangkaian pesan yang tidak konsisten dengan
kepercayaannya sistem kepercayaannya

MENILAI PESAN BERDASARKAN MOTIF PRIBADINYA


0rang dogmatis (tertutup) tidak akan memperhatikan logika, ia lebih banyak
melihat sejauh mana logika itu sesuai dengan dirinya. Argumentasi yang
obyektif, logis, cukup bukti akan ditolak mentah-mentah. Setiap pesan akan
dievaluasi berdasarkan desakan diri individu. Orang dogmatis sukar
menyesuaikan dirinya dengin perubahan lingkungan

BERPIKIR SIMPLITIS
Bagi orang dogmatis, dunia ini hanya hitam putih, tidak ada Kelabu. la tidak
sanggup membedakan yang setengah benar setengah salah. Baginya kalau
tidak salah, ya benar, dan tidak mungkin ada bentuk antara.

BERORIENTASI PADA SUMBER


Bagi orang dogmatis yang paling penting ialah siapa yang berbicara dan bukan
apa yang dibicarakan. la terikat sekali pada otoritas yang mutlak. la tunduk
pada otoritas, karena seperti umumnya orang-orang dogmatis cenderung lebih
cemas dan mempunyai rasa tidak aman yang tinggi.

BERORIENTASI PADA MENCARI INFORMASI DARI SUMBER SENDIRI


Orang dogmatis hanya mempercayai sumber-sumber informasi mereka sendiri.
Mereka tidak akan meneliti tentang orang lain dari sumber lain.

SECARA KAKU MEMPERTAHANKAN DAN MEMBELA SISTEM KEPERCAYAAN


Berbeda dengan orang terbuka yang menerima kepercayaannya secara
professional, orang dogmatis menerima kepercayaan secara mutlak. la akan
mempertahankan setiap jengkal dari wilayah kepercayaannya sampai titik
darah penghabisan.

Anda mungkin juga menyukai