HENDARDI KUSUMAH
Dengan ini saya menyatakan laporan akhir Verifikasi metode uji penetapan
butyl klorida (BuCl) menggunakan gas kromatografi (GC) adalah karya saya
dengan arahan dari dosen pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun
kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip
dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah
disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir
laporan akhir.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.
Hendardi Kusumah
J3L117030
RINGKASAN
Kata kunci : Butil Klorida, fines, gas kromatografi, katalis Ziegler-natta, verifikasi
© Hak Cipta milik IPB, tahun 2020
Hak Cipta dilindungi Undang – Undang
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan
atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan,
penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau
tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan
IPB yang wajar
HENDARDI KUSUMAH
Laporan Akhir
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Ahli Madya pada
Program Studi Analisis Kimia
Disetujui oleh
Diketahui oleh
Dr. Ir. Arief Daryanto, DipAgEc, M.Ec Armi Wulanawati, S.Si, M.Si
Dekan Sekolah Vokasi Koordinator Program Studi
Tanggal Ujian : (tanggal sidang)
Tanggal Lulus : (Yudisium)
PRAKATA
Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas segala
Rahmat dan karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema
yang dipilih dalam kegiatan praktik kerja lapangan yang dilaksanakan sejak 13
Januari sampai 10 April 2010 dengan judul “Verifikasi metode uji penetapan Butil
Klorida (BuCl) menggunakan Gas Kromatografi (GC)”.
Terima kasih penulis ucapkan kepada bapak Zulhan Arif selaku dosen
pembimbing dan Bapak M Irfan Junedi dari PT. Lotte Chemical Titan Nusantara
sebagai pembimbing lapangan. Disamping itu, penghargaan penulis sampaikan
kepada semua staff Laboratorium Kimia PT. Lotte Chemical Titan Nusantara
yang telah membantu selama pengumpulan data. Ungkapan terima kasih juga
disampaikan kepada ayah, ibu, serta keluarga atas doa dan kasih sayangnya.
Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.
Hendardi Kusumah
J3L117030
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL ix
DAFTAR GAMBAR ix
DAFTAR LAMPIRAN ix
1 PENDAHULUAN 4
1.1 Latar Belakang 4
1.2 Rumusan Masalah 5
1.3 Tujuan 5
1.4 Manfaat 5
2 TINJAUAN PUSTAKA 5
2.1 Verifikasi 5
2.2.1 Linearitas 6
2.2.2 Akurasi 6
2.2.3 Presisi 6
2.2.4 Limit Deteksi 6
2.2 Katalis Ziegler-Natta 7
2.3 Buthyl Chlorida (BuCl) 7
2.4 Kromatografi gas (GC) 7
3 METODE 8
3.1 Lokasi dan Waktu PKL 8
3.2 Alat dan Bahan 8
3.3 Prosedur Kerja 9
3.3.1 Linearitas 9
3.3.2 Presisi 9
3.3.2 Akurasi 9
3.3.2 Limit Deteksi 10
4 KEADAAN UMUM PERUSAHAAN 10
4.1 Sejarah 10
4.2 Kegiatan di Laboratorium 11
4.3 Struktur Organisasi 11
4.4 Visi dan Misi Perusahaan 11
5 HASIL DAN PEMBAHASAN 12
5.1 Verifikasi Metode 12
5.1.1 Linearitas 13
5.1.2 Akurasi 14
5.1.3 Presisi 15
5.1.4 Limit Deteksi 15
6 SIMPULAN DAN SARAN 16
6.1 Simpulan 16
6.2 Saran 16
DAFTAR PUSTAKA 16
LAMPIRAN 19
8
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR LAMPIRAN
4
dan kemampuan peralatan yang berbeda sehingga kinerja antara satu laboratorium
dengan laboratorium lainnya tidak sama. Verifikasi metode analisis kadar Buthyl
Chlorida (BuCl) menggunakan Gas Kromatografi (KG) memiliki beberapa
parameter yang menjadi tolak ukur diantaranya adalah presisi, akurasi (ketepatan),
linearitas, batas deteksi (Limit Of Detection/LOD), dan batas kuantitasi (Limit of
Quantification/LOQ) (Sukaryono et al. 2017).
1.3 Tujuan
1.4 Manfaat
Dari praktik kerja lapangan yang dilakukan di PT. Lotte Chemical Titan
Nusantara dapat menjadi tujuan untuk melakukan verifikasi dari sebuah metode
yang digunakan.
2 TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Verifikasi
5
2.2.1 Linearitas
2.2.2 Akurasi
2.2.3 Presisi
6
Limit deteksi (LOD) adalah konsentrasi analit terendah yang dapat dideteksi
yang masih memberikan respon signifikan dibandingkan dengan blanko. Limit
deteksi merupakan parameter yang dapat dipengaruhi oleh perubahan kecil dalam
sistem analisis, misalnya suhu, kemurnian reagen, efek matriks dan pengukuran.
Limit kuantitasi (LOQ) adalah konsentrasi terendah dari analit dalam contoh uji
yang masih dapat dikuantitasi dan diantara kedua limit ini terdapat hubungan yang
sangat kuat. Tidak ada perbedaan yang signifikan antara batas deteksi dan batas
kuantitasi, sehingga prosedur analisis yang dilakukan cukup satu metode, namun
dibedakan berdasarkan cara perhitungannya (Riyanto 2014).
Limit deteksi terdiri dari dua jenis, yaitu limit deteksi instrumen dan limit
deteksi metode. Limit deteksi instrumen adalah konsentrasi analit terendah yang
dapat terdeteksi oleh instrumen dan secara statistik berbeda dari respon yang
didapat dengan respon dari sinyal latar belakang. Limit deteksi metode adalah
konsentrasi analit terendah yang dapat ditetapkan oleh suatu metode dengan
mengaplikasikan secara lengkap pada metode tersebut (Riyanto 2014).
Katalis merupakan suatu zat yang dapat mempercepat suatu reaksi serta
dapat mempertahankan suatu reaksi agar tetap berlangsung secara tetap atau
konstan. Katalis dapat menurunkan energi aktivasi yaitu energi yang dibutuhkan
agar partikel dapat bertumbukan, sehingga kesetimbangan reaksi cepat tercapai
(Haryono et al 2018). Katalis yang digunakan dalam pembuatan polietilen ialah
katalis ziegler-natta. Katalis ziegler-natta merupakan campuran katalisator dan
kokatalisator yang banyak dipakai dalam polimerisasi koordinasi untuk produksi
polipropilen dan polietilen. (Rochmadi dan Permono 2018). Katalis ziegler-natta
didefinisikan sebagai kombinasi dari senyawa logam transisi golongan 3-12 pada
sistem table periodik dan senyawa organometalik dari golongan 1, 2, atau 13.
Mekanisme reaksi polimerisasi katalis ziegler-natta secara umum merupakan
reaksi pembentukan radikal aktif yang mampu menangkap molekul etilena dan
memberikan ionnya ke ujung rantai. Katalis ini merupakan kombinasi antara
metal alkyl dan metal halida (Stevens 2001).
7
2.4 Kromatografi gas (GC)
Detektor yang digunakan pada Kromatografi Gas ini adalah Detector Flame
Ionization Detector (FID), detektor FID digunakan karena peka terhadap berbagai
komponen dan dapat berfungsi pada berbagai konsentrasi. Detektor ini hanya
bekerja untuk senyawa organik atau mengandung hidrokarbon saja karena
kemampuan karbon membentuk kation dan elektron selama pirolisis, yang
menghasilkan arus di antara elektrode. Kenaikan arus listrik ini diterjemahkan dan
muncul sebagai puncak dalam kromatogram.
3 METODE
Praktik kerja lapangan berlangsung pada tanggal 13 Januari sampai 10 April 2020
di PT Lotte Chemical Titan Nusantara yang terletak di kawasan industri Kota Cilegon,
tepatnya di Jalan Raya Merak KM 116 Desa Rawa Arum Pulomerak Gerem Cilegon,
Banten 42436.
8
3.2 Alat dan Bahan
3.3.1 Linearitas
Larutan induk 1 10000 ppm dibuat dengan cara larutan butil klorida (BuCl)
konsentrasi 878240 ppm sebanyak 0,57 mL dipipet menggunakan pipet mohr
sebanyak 1 mL dan dimasukkan ke dalam labu takar 50 mL. Larutan diencerkan
dengan heksana 99%, lalu di seka, ditera dan dihomogenkan.
Larutan induk 2 500 ppm dibuat dengan cara larutan induk sebanyak 2,5
mL dipipet menggunakan pipet mohr 1 ml dari larutan induk 1 10000 ppm
kedalam labu takar 50 mL. Larutan diencerkan dengan heksana 99%, lalu di seka,
ditera dan dihomogenkan.
Deret standar yang akan dibuat yaitu 10, 20, 40, 80, dan 100 mg/L.
Pembuatan deret standar dilakukan dari pengenceran larutan induk 2 500 ppm.
Larutan masing-masing dipipet sebanyak 0.2, 0.4, 0.8, 1.6, dan 2 mL ke dalam
labu takar 10 mL. Masing-masing larutan diencerkan dengan heksana 99%,
diseka, ditera dan dihomogenkan. Lalu masing-masing deret standar diinjeksi
sebanyak 1µl kedalam kromatografi gas dengan suhu oven isothermal 80°C dan
tombol start ditekan, lalu tunggu selama 10 menit hingga selesai analisis. Catat
luas area yang didapatkan.
3.3.2 Presisi
Sampel diinjeksi sebanyak 1µl kedalam kromatografi gas dengan suhu oven
isothermal 80°C dan tombol start ditekan, lalu tunggu selama 10 menit hingga
selesai analisis. Catat luas area yang didapatkan. Lakukan pengulangan untuk
masing-masing konsentrasi sebanyak 7x ulangan.
3.3.2 Akurasi
9
Larutan adisi standar dibuat dengan cara mencampurkan larutan butil
klorida (BuCl) 10 ppm sebanyak 3ml kedalam tabung reaksi dan ditambahkan
dengan sampel sebannyak 3ml, dihomogenkan dan diinjeksi sebanyak 1µl
kedalam kromatografi gas dengan suhu oven isothermal 80°C dan tombol start
ditekan, lalu tunggu selama 10 menit hingga selesai analisis. Catat luas area yang
didapatkan. Lakukan pengulangan sebanyak 7x ulangan.
Larutan uji butil klorida (BuCl) dibuat dengan konsentrasi rendah yaitu
0.01;0.1;0.2 dan 0.5 ppm dengan cara mengencerkan larutan standar 10 ppm yang
dipipet masing-masing sebanyak 0.01;0.1;0.2 dan 0.5 ml kedalam labu takar 10
ml. Larutan diencerkan dengan heksana 99%, lalu diseka, ditera dan
dihomogenkan. Larutan tersebut kemudian diinjeksi sebanyak 1µl kedalam
kromatografi gas dengan suhu oven isothermal 80°C dan tombol start ditekan, lalu
tunggu selama 10 menit hingga selesai analisis. Catat luas area yang didapatkan.
Lakukan pengulangan untuk masing-masing konsentrasi sebanyak 7x ulangan.
4.1 Sejarah
10
negeri untuk melakukan investasi dengan mendirikan PT PENI sebagai produsen
pertama penghasil polyethylene di Indonesia. Perusahaan pemegang saham
terbesar yaitu BP Chemical (Inggris) yang bekerjasama dengan PT Arseto
Petrokimia (Indonesia), Mitsui & Co. Ltd (Jepang) dan Sumitomo Co (Jepang),
investasi saham penanaman Modal Awal (PMA) dari PT PENI yaitu :
1. BP Chemical = 50%
2. Mitsui & Co. Ltd = 25%
3. Sumitomo Co = 12,5%
4. PT Arseto Petrokimia = 12,5 %
Perencanaan pembangunan dilaksanakan pada tahun 1988 dengan luas
area 47 Ha berada sepanjang laut jawa bagian barat antara Cilegon dan Merak.
Tahap pembangunan konstruksi pabrik tahun 1990 ditangani langsung oleh BP
Chemical bekerjasama dengan UBE Industries Ltd dari jepang sebagai kontraktor
utama, diselesaikan pada tahun 1992. Pada Tanggal 18 Februari 1993 PT PENI
diterima oleh Presiden Soeharto dan sekaligus dimulai produksi Train 1 mencapai
200.000 ton/tahun. Pembangunan Train 2 selesai dilaksanakan tahun 1994 dengan
kapasitas 50.000 ton/tahun. Pembangunan Train 3 dilaksanakan pada tahun 1998,
sehingga kapasitas total bertambah menjadi 450.000 ton/tahun.
Pada tahun Mei 2003 BP Chemical memutuskan untuk menjual saham kepada PT
Indika Group. PT Indika Group bukanlah perusahaan yang bergerak pada bidang
petrokimia, oleh sebab itu pada tahun 2006 terjadi penjualan saham kembali PT
PENI kepada Titan Chemical, yang merupakan perusahaan petrokimia asal
Malaysia, kemudian PT PENI mengalami pergantian nama menjadi PT TITAN
Petrokimia Nusantara. Pada Tahun 2010 terjadi penjualan saham kepada HONAM
Chemical yang berasal dari Korea Selatan, namun masih tetap menggunakan
nama PT TITAN Petrokimia Nusantara. HONAM Chemical merupakan salah satu
anggota dari LOTTE Group. Pada tahun 2013 nama perusahaan diganti menjadi
PT Lotte Chemical Titan Nusantara sampai sekarang.
Struktur Organisasi PT. Lotte Chemical Titan Nusantara dapat dilihat pada
Lampiran 1.
11
Visi dari PT. Lotte Chemical Titan Nusantasa adalah “Menjadi Industri
Petrokimia sebagai Penyedia Polyetilen di Asia”.
Misi dari PT. Lotte Chemical Titan Nusantara adalah :
1. Kami melayani orang-orang Asia dengan menjadi penyedia
petrokimia/polimer dengan kualitas yang kompetitif di wilayah Asia.
2. Kami mendukung basis pelanggan local kami, untuk membuat produk
jadi berguna yang meningkatkan kualitas hidup.
3. Kami berupaya untuk meningkatkan nilai pemegang saham kami bersih,
melalui kultur kewirausahaan kita.
4. Kami menyediakan pilihan karir bermanfaat untuk tenaga kerja yang
diberdayakan
5. Kami berkomitmen menjadi warga perusahaan yang baik.
Mg + BuCl → BuMgCl
12
sebagai pelarut. Kemudian dilakukan analisis terhadap larutan pencuci heksana
untuk mengetahui kadar Buthyl Chloride (BuCl) yang tersisa dalam larutan
pencuci, sehingga dapat dipantau dan dihilangkan secara signifikan. Analisis
tersebut dapat ditentukan secara kromatografi gas.
Hasil analisis kadar Buthyl Chloride (BuCl) kemudian diolah secara statistika.
Hal ini dilakukan untuk mengetahui hasil analisis yang diperoleh. Teknik yang
digunakan dalam penetapan ini ialah tenik adisi standar. Teknik ini digunakan
karena dapat meminimalkan kesalahan yang disebabkan oleh perbedaan kondisi
lingkungan (matriks) antara sampel dan standar (Riyanto 2014). Hasil uji
statistika diolah untuk menentukan kelayakan metode yang digunakan dan untuk
itu dilakukan verifikasi metode. Verifikasi adalah konfirmasi kembali melalui
pengujian dan penyajian bukti bahwa persyaratan yang telah ditetapkan telah
dipenuhi sesuai dengan syarat keberterimaan AOAC 2016. Penetapan ini meliputi
uji linearitas, akurasi, presisi, dan limit deteksi.
5.1.1 Linearitas
0.6 R² = 1
0.4
0.2
0
0 20 40 60 80 100 120
Konsentrasi (ppm)
13
keragaman variabel dependen (y) yang dapat diterangkan oleh hubungan linier
dengan nilai variabel independen (y). Berdasarkan hasil koefisien korelasi yang
diperoleh menunjukkan bahwa metode yang digunakan mampu memberi respon
yang proporsional terhadap konsentrasi BuCl dalam contoh uji dengan rentang (0-
100 mg/L), sehingga diperoleh nilai koefisien yang baik yaitu 0.9987. Menurut
Association of Official Analytical Chemistry atau AOAC (2016) syarat
keberterimaan nilai koefisien korelasi ialah sebesar >0.99. Dengan demikan,
kurva standar tersebut masuk dalam rentang keberterimaan dan dapat digunakan
dalam menetapkan kadar BuCl dalam air washing.
Persamaan regresi yang diperoleh merupakan persamaan y = α + bx, dengan
(α) sebagai intersep dan (b) sebagai slope. Nilai slope (b) merupakan ukuran
sensitivitas dari suatu metode pengujian, semakin besar nilai (b) maka metode
pengujian memberikan sensitivitas lebih tinggi atau respon instrumen yang cukup
kuat terhadap perubahan konsentrasi yang ada. Nilai (α) idealnya adalah nol,
namun kenyataannya pada data yang diperoleh didapatkan respon instrumen
sebesar 0.0083 yang dihasilkan oleh adanya pengaruh matriks ataupun
kontaminasi dari larutan uji. Hal ini tidak menjadi suatu kesalahan jika pada saat
uji linearitas dan akurasi pada kurva tersebut memenuhi batas keberterimaan
(Apriyanti et al. 2013).
5.1.2 Akurasi
14
Rerata 101.6
Standar Deviasi (SD) 7.2632
Akurasi 101.6 ± 7.2632
Keberterimaan 90 – 110 %
Kesimpulan Akurasi
Keterangan : Akurasi (rerata %Recovery ± SD)
5.1.3 Presisi
Pengujian perisisi dilakukan untuk melihat kedekatan antara hasil uji yang
dilakukan secara berulang pada sampel dengan kondisi yang sama. Kondisi ini
dapat berupa peralatan yang digunakan, analis yang mengejakan, maupun tempat
dan waktu yang digunakan. Menurut AOAC (Association of Official Analytical
Chemistry, 2016), suatu data dapat dikatakan presisi jika nilai standar deviasi
relative (%RSD) ≤ 3.7% untuk kadar analit 0.1%. Kadar analit yang diuji semakin
rencah, maka batasan %RSD semakin besar. Begitu pula sebaliknya, semakin
besar kadar analit yang diuji, maka semakin memiliki tingkat kesulitan pengujian
yang lebih tinggi sehingga presisi yang baik akan sulit dicapai. Kadar Buthyl
Chlorida (BuCl) dalam Air Washing yang diukur sebanyak 7 kali ulangan, dengan
hasil yang dapat dilihat pada tabel 2.
15
pengujian memiliki presisi yang baik sesuai persyaratan yang ditentukan,
sehingga dapat disimpulkan bahwa metode ini memiliki presisi yang baik.
6.1 Simpulan
6.2 Saran
16
Verifikasi metode penetapan Butil Klorida (BuCl) menggunakan Gas
Kromatografi (GC) akan lebih baik apabila pada parameter presisi dilakukan uji
ketiruan (reproducibility) dan presisi intermedit (intermediate precision).
DAFTAR PUSTAKA
17
Sukaryono I D, Hadinoto S, Fasa L R. 2017. Verifikasi Metode Pengujian
Cemaran Logam pada Air Minum dalam Kemasan (AMDK) dengan Metode
AAS-GFA. Jurnal Majalah BIAM. 13 (1) :8-16.
Sumbono A. 2019. BIOMOLEKUL. Yogyakarta (ID): Dee Publish.
Sumolang D, Pontoh J, Abidjulu J. 2018. Analisis Komponen Kimia pada
Berbagai Tingkat Umur Buah Mengkudu (Morinda citrifolia L)
Menggunakan Kromatografi Gas. Jurnal Ilmiah Farmasi PHARMACON. 7
(2) : 71-78.
18
LAMPIRAN
19
Lampiran 2 Penentuan linearitas standar BuCl
Konsentrasi Luas
BuCl (ppm) Area xy x2 y2
X
Y
10 0.1 1 100 0.01
20 0.14 2.8 400 0.0196
40 0.34 13.4 1600 0.1156
80 0.66 52.8 6400 0.4356
100 0.83 83 10000 0.6889
250 2.07 153 18500 1.2697
Intersep: a = ∑Y
2.07 x ( 18500 )−( 250 )( 153 )
=
5 x 18500− ( 250 ) ²
Intersep = 0.0002
n ∑ xy−∑ X . ∑ Y
Koefisien Korelasi: r =
√ n ∑ x ²−∑ ( X ) ². √n ∑ y ²−∑ ( Y ) ²
5 ∑ 153−( 250.2 .07 )
=
√( 5.18500−250² ) . √( 5.1 .2697−2.07|² )
Koefisien Kolerasi: r = 0.9987
Konsentrasi (ppm)
Ulangan %Recovery
Spike Teoritis Spike Sampel +Spike
1 11.94 5 17.33 107.8
2 11.36 16.01 93
3 11.40 15.9 90
20
4 11.67 16.6 98.6
5 11.26 16.46 104
6 11.67 17.15 109.6
7 11.53 16.94 108.2
rerata 101.6
Lanjutan Lampiran 3
• Rerata : x́ =
∑ x = 711.2 = 101.6 %
n 7
Keterangan : C1 = Spike Teoritis
C2 = Spike
C3 = Spike Teoritis + Sampel
21
∑ ( x −x́ ) ²
• Standar Deviasi =
√ 7−1
Standar Deviasi = 0.232359
StandarDeviasi 0.232359
• %RSD =
Rerata
= 11.5471 = 2.01226
Lampiran 5 Data dan hasil uji batas deteksi dan batas kuantitasi
Y = a + bx y = 0.0083x – 0.0002
0.0030 = 0.0083x – 0.0002
x = (0.0030 + 0.0002)/ 0.0083
x = 0.385 ppm
Rerata : x́ =
∑ x = 1.946 = 0.3892 ppm
n 5
∑ ( x −x́ ) ²
Standar Deviasi =
√ n−1
( 0.385−0.3892 )2 + ( 0.409−0.3982 )2+ …
=
√ 5−1
22
Batas Kuantitasi (LOQ) = x́ + 10.SD
= 0 + (10 ×0.013031)
Batas Kuantitasi (LOQ) = 0.13031 ppm
RIWAYAT HIDUP
23