Anda di halaman 1dari 11

LAPORAN KUNJUNGAN

PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN HASIL


HUTAN (P3HH)

Disusun Oleh :
Kelompok 5
Ulfah Fauziah Fadhilah J3L117075
Medina Prasasti J3L117103
Ardhan Ar Rasyid J3L117151
Dhea Nanda Retnaning J3L117152
An-nisaa Ajmal AR J3L217185

PROGRAM STUDI ANALISIS KIMIA


SEKOLAH VOKASI
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2019
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT karena berkat rahmat
dan karunia-Nya kami dapat menyelesaikan laporan Kunjungan Lapang di Pusat
Penelitian dan Pengembangan Hasil Hutan, sesuai dengan waktu yang telah
ditentukan. Shalawat serta salam tak lupa kita haturkan pula pada junjungan kita
Nabi Muhammad SAW beserta para keluarga, sahabat dan para pengikutnya yang
senantiasa berada di jalan yang dirahmati Allah. Pembuatan laporan ini bertujuan
untuk memenuhi tugas pada mata kuliah Kuliah Lapang yang merupakan salah
satu syarat dari mata kuliah tersebut.
Ungkapan terima kasih penulis ucapkan kepada dosen dan asisten dosen
mata kuliah Kuliah Lapang yang telah banyak memberikan arahan, ucapan terima
kasih juga disampaikan kepada kedua orang tua, keluarga serta teman-teman
yang berperan dalam pembuatan laporan kunjungan ini.
Kami berharap agar laporan ini dapat bermanfaat dan menambah wawasan
kami mengenai dunia kerja, khususnya mengenai Pusat Penelitian dan
Pengembangan Hasil Hutan.

Bogor, Oktober 2019

Tim Penyusun
1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kunjungan lapang merupakan kegiatan akademik yang dilaksanakan oleh


mahasiswa Program Studi Analisis Kimia Sekolah Vokasi Institut Pertanian
Bogor. Kegiatan kunjungan lapang dilaksanakan oleh Program Studi Analisis
Kimia pada semester 5. Pelaksanaan kunjungan ini bertujuan memberikan
pengalaman, wawasan dan pengetahuan mengenai situasi lingkungan kerja.
Kegiatan kunjungan lapang baik secara langsung maupun tidak langsung dapat
melatih kemampuan penulis dalam melakukan observasi mengenal situasi dan
lingkungan sosial di suatu pusat penelitian.
Kegiatan kunjungan lapang merupakan salah satu mata kuliah di Program
Studi Analisis Kimia Sekolah Vokasi Institut Pertanian Bogor (IPB), sebagai
sarana untuk mengembangkan dan menerapkan ilmu pengetahuan yang diperoleh
di bangku kuliah. Selain itu, dengan kegiatan kunjungan ini akan diperoleh
gambaran yang jelas tentang berbagai analisis, khususnya analisis kimia mengenai
produk industri atau balai. Dalam mencapai usaha tersebut, tentunya tidak lepas
dari peran serta berbagai pihak, baik pihak institusi maupun instansi terkait.
Kunjungan kuliah lapang dilaksanakan di Pusat Penelitian dan
Pengembangan Hasil Hutan. Pusat Penelitian dan Pengembangan Hasil Hutan
merupakan lembaga penelitian yang berada di daerah Bogor, Jawa Barat.

1.2 Tujuan
Kunjungan ini bertujuan untuk memberikan wawasan, memotivasi mahasiswa
untuk memasuki dunia kerja, dan mengetahui etika dalam bekerja sesuai dengan
posisi.

1.3 Waktu Kunjungan


Kunjungan kuliah lapang dilaksanakan pada hari Selasa, 29 Oktober 2019 dan
Pukul 08.00-12.00 WIB.

1.4 Tempat Kunjungan


Kunjungan kuliah lapang dilaksanakan di Pusat Penelitian dan
Pengembangan Hasil Hutan (P3HH) di Jl. Gunung Batu No.5 Bogor.
2 PEMBAHASAN

2.1 Sejarah Singkat


Pusat Penelitian dan Pengembangan Hasil Hutan ini berdiri sejak tahun
1913 dengan nama lembaga Proefstation voor het Boswezen (Balai Penyelidikan
Kehutanan) pada jaman pemerintah Kolonial Belanda. Tahun 1947 berubah nama
menjadi Balai Penyelidikan Kehutanan (BPK) dengan pendudukan Sekutu dan
membentuk 2 balai yaitu Balai Penyelidikan Kehutanan yang dikelola Pemerintah
RI (di Solo) dan Balai Penyelidikan Kehutanan yang dikelola Pemerintahan
Sekutu di Bogor. Tahun 1950, Balai Penyelidikan Kehutanan (BPK) ini
melakukan penyerahan kedaulatan ke Pemerintahan RI sehingga kedua balai
digabung menjadi Balai Penyelidikan Kehutanan Bogor. Selanjutnya tahun 1956
Balai Besar Penyelidikan Kehutanan di bawah Departemen Pertanian dengan
adanya SK. Menteri Pertanian No.86/Um/56 tanggal 20 Juli 1956. Tahun 1957
namanya berubah menjadi Lembaga Penyelidikan Hasil Hutan (LPHH) di bawah
Departemen Pertanian, LPHH ini terdiri dari Lembaga Penyelidikan Kehutanan
dan Lembaga Penyelidikan Hasil Hutan, pada tahun 1959 menurut Keputusan
Menteri Pertanian No. 80/UM/59 tanggal 20 Juli 1959, LPK dikembangkan
menjadi empat lembaga penelitian yaitu Lembaga Penyelidikan Hutan (LPH),
Lembaga Penyelidikan Hasil Hutan (LPHH), Lembaga Penyelidikan Teknologi
Kimia Hasil Hutan (LPTKHH), dan Lembaga Penyelidikan Kerja Hutan (LPKH).
Tahun 1980, namanya berubah menjadi Balai Penelitian Hasil Hutan (BPHH) di
bawah Departemen Pertanian menurut Kep. Mentan No.861, nama lembaga
tersebut diubah menjadi Balai Penlitian Hutan dan Balai Penelitian Hasil Hutan di
bawah Pusat Penelitian dan Pengembangan Kehutanan. Tahun 1984, Pusat
Penelitian dan Pengembangan Hasil Hutan (P3HH) di bawah Departemen
Kehutanan, menurut Kepres No. 24 Tahun 1983, titik tolak awal berdirinya Badan
Litbang Kehutanan memiliki 2 Puslitbang yaitu Pusat Litbang Hutan (P3H) dan
Pusat Litbang Hasil Hutan (P3HH). Tahun 1999, Pusat Penelitian dan
Pengembangan Hasil Hutan dan Sosial Ekonomi Kehutanan (P3HH&SEK) di
bawah Departemen Kehutanan dan Perkebunan, menurut SK Menteri Kehutanan
dan Perkebunan No.245/Kpts-II/99, Pusat Penelitian dan Pengembangan Hasil
Hutan dan Sosial Ekonomi Kehutanan dikembangkan menjadi 2 Puslit yaitu Pusat
Penelitian Hasil Hutan dan Pusat Penelitian Sosial Ekonomi Kehutanan dan
Perkebunan. Tahun 2000, Pusat Penelitian Hasil Hutan (P2HH) di bawah
Departemen Kehutanan menurut Keputusan Menteri Kehutanan dan Perkebunan
No. 002/Kpts-II/2000. Tahun 2001, Pusat Penelitian dan Pengembangan
Teknologi Hutan (P3THH) di bawah Departemen Kehutanan menurut Keputusan
Menteri Kehutanan dan Perkebunan No. 123/Kpts-II/2001, P2HH berubah
menjadi P3THH, sedangkan pada tahun 2005 Pusat Penelitian dan Pengembangan
Hasil Hutan (P3HH) di bawah Departemen Kehutanan menurut Pemenhut No.
13/Menhut-II/2005 tentang struktur organisasi dan tata kerja Departemen
Kehutanan. Tahun 2006, Pusat Penelitian dan Pengembangan Hasil Hutan
(P3HH) di bawah Departemen Kehutanan menurut Permenhut No. P. 71/Menhut-
II/2006, tahun 2010 Pusat Penelitian dan Pengembangan Keteknikan Kehutanan
dan Pengolahan Hasil Hutan (PUSTEKOLAH) di bawah Departemen Kehutanan
menurut Permenhut No. P. 40/Menhut-II/2010. Selanjutnya, pada tahun 2015,
Pusat Litbang Hasil Hutan (P3HH) di bawah Kementerian Lingkungan Hidup
menurut Permen LHK No.P. 18/MenLHK-II/2015.

2.2 Visi dan Misi

2.1 Visi
Pusat Penelitian dan Pengembangan Hasil Hutan (P3HH) menetapkan
visi ”Menjadi sumber utama teknologi dan inovasi keteknikan Kehutanan dan
pengolahan hasil hutan pada tahun 2020“. Visi tersebut merupakan cita-cita untuk
mewujudkan suatu lembaga yang mampu menghasilkan berbagai inovasi IPTEK
untuk mendukung perkembangan industri pengolahan hasil hutan dan revitalisasi
industri. Visi akan diwujudkan secara bertahap. Teknologi dan inovasi yang akan
dicapai dalam rangka pencapaian visi pada tahun 2020 adalah dalam bidang sifat
dasar, keteknikan kehutanan, pengolahan hasil hutan kayu dan bambu, pengolahan
hasil hutan bukan kayu, dan rekayasa alat dan bahan pembantu.

2.2 Misi
Dalam upaya mencapai visi, secara bertahap P3HH melaksanakan misi pada
tahun 2011-2020 sebagai berikut :
1. Melaksanakan penelitian terintegrasi di bidang keteknikan dan pengolahan
hasil hutan.
2. Memantapkan perencanaan, pemantauan dan evaluasi kegiatan, serta
pelaporan.
3. Melaksanakan pengembangan hasil penelitian.
4. Mengembangkan diseminasi hasil penelitian, pengelolaan data dan kerjasama.
5. Meningkatkan penyelenggaraan administrasi dan penguatan SDM.
6. Meningkatkan pemanfaatan dan pemenuhan sarana litbang.

2.3 RUANG LINGKUP KEGIATAN

Pusat penelitian dan pengembangan hasil hutan adalah unit pelaksanaan


teknis di bidang penelitian dan pengembangan hasil hutan yang berada dibawah
Kementerian Lingkungan Hidup menurut Permen LHK No.P. 18/MenLHK-
II/2015. P3HH ini memiliki tugas dan mandat untuk melaksanakan kegiatan
penelitian dan pengembangan dibidang hasil hutan. Dalam melaksanakan
tugasnya, P3HH menyelenggarakan fungsi:
1. Penyusunan program penelitian dan pengembangan hasil hutan
2. Pemberian pelayanan penelitian dan pengembangan hasil hutan
3. Pelaksanaan penelitian dan pengembangan hasil hutan
4. Evaluasi pelaksanaan penelitian dan pengembangan hasil hutan
5. Pelaksanaan urusan tata usaha dan rumah tangga pusat

2.4 LABORATORIUM

P3HH memiliki laboratorium-laboratorium yang dijalankan oleh kelompok


peneliti terkait dan dapat memberikan pelayanan untuk pengujian sebagai berikut:

1. Laboratorium Rekayasa Keteknikan Pemanenan Hasil Hutan


2. Laboratorium Mikologi
3. Laboratorium Entomologi
4. Laboratorium Teknologi Pengawetan
5. Laboratorium Anatomi Lignoseslulosa
6. Laboratorium Pengerjaan Kayu dan Rekayasa Konstruksi
7. Laboratorium Fisik Mekanik
8. Laboratorium Pengeringan
9. Laboratorium Produk Majemuk
10. Laboratorium Pengujian Hasil Hutan Bukan kayu
11. Laboratorium Pengolahan Hasil Hutan Bukan kayu
12. Laboratorium Energi Biomassa
13. Laboratorium Kimia Hasil Hutan
14. Laboratorium Teknologi Serat
15. Laboratorium Terpadu Hasil Hutan
16. Laboratorium Nano Teknologi Hasil Hutan

Laboratorium terpadu memperoleh sertifikat ISO nomor 17025:2008,


laboratorium terpadu ini dilengkapi berbagai peralatan yang memungkinkan
pelayanan berbagai testing, pengujian, maupun identifikasi unsur kimia berbagai
hasil hutan.

Laboratorium hasil hutan terpadu dapat melayani:

1. Pyrolysis – GCMS
2. Spectrophotometer UV-Vis
3. X-Ray Difractomater
4. Scanning Electron Microscope dan EDS
5. Thermal Conductivity dan Diffusivity Analysis
6. Spark Plasma Sintering (SPS)
7. High Performance Liquid Chromatography (HPLC), Polarimeter
8. Calorimeter Bomb
Karena keterbatasan waktu ketika kunjungan lapangan, mahasiswa hanya
mengunjungi 4 laboratorium Kelompok Peneliti (Kelti), yaitu laboratorium
teknologi serat, laboratorium bioenergi, laborataorium pembuatan arang, serta
laboratorium instrumen dan proksimat.

2.4.1 Laboratorium teknologi serat


Di laboratorium ini terdapat dua kegiatan yaitu pembuatan pulp kertas dan
pembuatan papan serat. Pembuatan lembaran pulp pertama dilakukan dengan
chips kayu atau bahan berlignoselulosa selain kayu dipanaskan di digester 200-
300 mCFS, pada pembuatan pulp kertas dibutuhkan tekanan dan suhu tinggi.
Bubur pulp ditambahkan dengan NaOH dan Na2S. Dicuci, lalu serat diurai di
defiberator. Setelah itu serat dipisahkan dengan screener. Pulp hasil pemasakan
digiling dengan niagara beater, ditentukan pula derajat kehalusan serat dengan
freenles tester. Pulp yang akan dibentuk diaduk di alat pengaduk pulp kemudian
lembaran dibentuk. Pulp kertas siap digunakan.
Pembuatan papan serat pertama dilakukan dengan chips kayu atau bahan
berlignoselulosa selain kayu dipanaskan di ketel pemasak, karena yang dihasilka
adalah serpih lunak jadi tidak membutuhkan digester. Kemudian dicuci, lalu
digiling dengan beater hollander, dan dikeringkan dengan centrifuge. Pulp hasil
pemasakan seratnya diurai dengan defiberator. Selanjutnya, papan dicetak dengan
deckle box 30x30cm. Kempa dingin (cold press) untuk mengeluarkan air dan
kempa panas (hot press). Papan serat siap digunakan. Papan serat butuh lignin
sebagai perekat, karena lignin jika dipanaskan akan menjadi lunak. Sedangkan
urea formaldehid jika dipanaskan akan menjadi keras.

(a) (b)
Gambar 1 Hasil pemanasan chips kayu atau bahan berlignoselulosa selain kayu
dengan (a) ketel pemasak dan (b) digester
Gambar diatas menunjukan bahwa pemanasan dengan digester pada suhu
dan tekanan tinggi menghasilkan pulp kertas yang lebih halus daripada pemanasan
dengan ketel pemasak yang menghasilkan serpihan kayu lunak untuk bahan
pembuatan papan serat.
Dalam laboratorium teknologi serat juga dilakukan beberapa analisa,
antara lain konsumsi alkali dan analisa pulp. Konsumsi alkali dilakukan dengan
metode titrasi volumetrik. Lindi hitam ditampung untuk mengetahui seberapa
banyak bahan kimia yang terpakai. Sebanyak 25 mL lindi hitam dimasukan ke
dalam labu takar 500 mL kemudian ditambahkan 25 mL BaCl2 10%, ditera
dengan akuades, lalu dihomogenkan. Larutan didiamkan 3-4 jam atau sampai
jernih. Bahan kimia yang digunakan adalah bahan kimia teknis, sehingga akan
menghasilkan endapan. Larutan jernih dipipet 25 mL ke dalam erlenmeyer dan
ditambahkan indikator fenolftalein. Larutan dititrasi dengan HCl 0.1 N yang terlah
di standardisasi. Titrasi dihentikan ketika larutan berwarna merah jambu hilang.
Titrasi dilanjutkan dengan penambahan indikator SM. Titrasi dihentikan ketika
titik akhir tercapai, yaitu ditandai dengan perubahan warna larutan dari kuning ke
jingga. Volume HCl terpakai dicatat. Titrasi dilakukan duplo.
𝑆𝑖𝑠𝑎 𝑎𝑙𝑘𝑎𝑙𝑖 = 𝐹𝑃 𝑥 𝑁 𝐻𝐶𝑙 𝑥 31 𝑥 𝑉 𝐻𝐶𝐿

𝑎𝑙𝑘𝑎𝑙𝑖 𝑎𝑠𝑎𝑙 − 𝑠𝑖𝑠𝑎 𝑎𝑙𝑘𝑎𝑙𝑖


𝐾𝑜𝑛𝑠𝑢𝑚𝑠𝑖 𝑎𝑙𝑘𝑎𝑙𝑖 = 𝑥 100%
𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑠𝑒𝑟𝑝𝑖ℎ

Analisa lainnya yaitu analisa pulp. Pertama-tama kadar air (W = berat


kering oven) dari sampel harus diketahui. Sebanyak 10 gram sampel ditambahkan
akuades sampai kurang lebih 800 mL, kemudian diaduk menggunakan stirer.
Larutan ditambahkan KMnO4 0.1 N : H2SO4 4 N dengan perbandingan 100 mL :
100 mL. Larutan didiamkan selama 10 menit agar pulp menyerap KMnO4.
Larutan kemudian ditambahkan KI 16.6 % sebanyak 20 mL dan ditambahkan
indikator kanji. Larutan dititrasi duplo dengan Natrium Tiosukfat 0.2 N yang telah
distandardisasi. Titrasi juga dilakukan terhadap blanko.
𝑉𝑏𝑙𝑎𝑛𝑘𝑜−𝑉𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙
𝑃= x Ntiosulfat
𝑁𝐾𝑀𝑛𝑂4

𝑃 𝑥 𝐹 𝑥 𝑠𝑢ℎ𝑢
𝐾=
𝑊

2.4.2 Laboratorium bioenergi


2.4.3 Laboratorium instrumen dan proksimat
2.4.3.1 Scanning electron molecular (SEM)
Scanning electron molecular merupakan alat instrumen yang
digunakan untuk melihat permukaan contoh dari suatu sample kayu dan
sebagainya. SAM mampu mencapai perbesaran 300.000 x. Untuk
mencapai ukuran 300.000 x sample yang terukur harus dalam bentuk yang
sangat halus atau ukuran nanometer. Sample yang dapat terukur pada
SAM dibagi menjadi dua, yaitu non konduktif seperti arang dan konduktif
seperti kertas dan plastik.
2.4.3.2 Energi Dispersi X-Ray (EDX)
Energi Dispersi X-Ray (EDX) berguna untuk membaca suatu unsur
dalam sample kayu dan sebagainya. Hasil yang didapatkan berupa gapik
yang hampir sama seperti spectrum kromatografi.
2.4.3.3 Spectrofotometer UV-Vis
Spectrometer merupakan instrumen yang didasarkan pada hukum
Lambert Beer, yaitu cahaya monokromatik yang melewati suatu media
atau larutan maka sebagian cahaya tersebut diserap, cahaya yang lain
dipantulkan dan cahaya yang lain dipancarkan. Spectropfotometer dalam
laboratorium P3HH biasa digunakan untuk mengukur emisi formal dehida,
glukosa fermentasi, lignin, serta tanin. Dalam tahapan mengukuran
fermentasi biasanya untuk pengukuran dari proses bioetanol.
2.4.3.4 X-Ray Diffraction (XRD)
X-Ray Diffraction merupakan instrumen yang digunakan untuk
membaca sinar x yang akan dipantulkan, serta mengukur jarak lapisan
dantar atom dan kubiknya. Tube katoda yang digunakan adalah Cu atau
tembaga, dimana X-ray nya hanya 1% dan 99% nya adalah panas. Sample
yang dapat diukur pada XRD ada 2 yaitu, sayatan dan bubuk. Sample yang
bubuk minimal berukuran 100 mesh. Sayatan dan bubuk haruslah rata agar
pantulan yang dihasilkan baik. Tempat untuk menaruh sample disebut
goneometer. Sample biasanya dihitung derajat kristalinnya yaitu derajat
ketidakaturan suatu material. Semakin tinggi derajat ketidakaturannya
maka akann semakin teratur. XRD dapat menguji sample sacara kualitatif
2.4.3.5 Spark Plasma Sintering (SPS)
Spark Plasma Sintering (SPS) berguna untuk membuat sample
menjadi baru didasarkan pada prinsip penggabungan sehingga akan
didapatkan new material atau produk baru. Produk yang akan dihasilkan
berupa magnet super karang aktif dan baterai kendaraan. Dalam SPS
terjadi suatu reaksi pada ukuran nano. Syarat bahan yang dapat digunakan
dalam SPS yaitu bahan tersebut tidak boleh berasa.
2.4.3.6 GC-MS
Kromatografi gas-spektrofotometer massa adalah metode yang
mengkombinasikan kromatografi gas dan spektrofotometri massa untuk
mengidentifikasikan senyawa yang berbeda dalam analisis sample.
Dengan menggabungkan kedua teknik tersebut diharapkan mampu
meningkatkan kemampuan dalam menganalisis sample, dengan
mengambil kelebihan masing-masing teknik dan meminimalisir
kekurangannya. Sample yang digunakan dalam teknik ini haruslah sample
yang dapat menguap (volatil) dan teknik ini hanya memerlukan jumlah
sample yang sedikit, umumnya hanya <1ng.
2.4.4 Laboratorium pembuatan arang
Alat yang digunakan pada proses pembuatan arang yaitu drum
peninggalan Belanda yang berumur ±100 tahun. Pembuatan arang pada
laboratorium ini terdapat dua cara yaitu, pembuatan cara kering atau firolisis dan
cara basah. Cara kering atau firolisis yaitu pemanasan tanpa atau sedikit oksigen
atau pereaksi kimia untuk dekomposisi termokimia bahan organik yang ada pada
kayu, material mentah pada kayu akan mengalami pemecahan struktur kimia
menjadi fase gas. Produk dari cara kering ini yaitu arang, asap cair atau cuka
kayu. Sedangkan cara basah produk yang dihasilkan adalah hidrochart.
Cara kering terdapat dua jenis proses, yaitu slow firolisis dan fast firolisis.
Slow firolisis atau firolisis lambat bahan yang digunakan berukuran 2 cm, pada
proses ini bahan dimasukkan ke dalam kontainer lalu dipanaskan secara bertahap
dengan suhu tertentu selama 5 jam. Produk yang dihasilkan yaitu arang dan asap
cair. Sedang kan pada proses fast firolisis atau firolisis cepat, reaktor yang
digunakan dipanaskan terlebih dahulu dengan suhu 500°C lalu sampel
ditembakkan. Sampel yang digunakan harus berbentuk serbuk. Produk yang
dihasilkan pada proses ini yaitu bio oil.
Arang dapat ditingkatkan karakteristiknya dengan proses aktivasi secara
fisika dan kimia. Proses tersebut akan menghasilkan arang aktif. Karakteristik
yang ditingkatkan meliputi porositas, kristanilitas, senyawa kimia, dan gugus
fungsi. Aktivasi secara kimia dapat dilakukan dengan perendaman arang dalam
larutan senyawa kimia seperti larutan asam contohnya asam sulfat maupun larutan
basa contohnya kalium hidroksida. Aktivasi arang dengan fisika biasanya
menggunakan oksidator lemah, antara lain uap air (H2O), gas CO2, dan nitrogen.
Produk yang dihasilkan yaitu arang dapat digunakan dari mulai hal
sederhana seperti setrika arang hingga dapat digunakan sebagai bahan bakar
pesawat terbang. Asap cair digunakan untuk aplikasi pada bidang pertanian dan
peternakan. Dalam bidang pertanian, asap cair bertindak sebagai hormon
pertumbuhan, sekaligus berfungsi sebagai pestisida alami bagi tanaman. Dalam
bidang peternakan arang dan asap cair dapat digunakan sebagai bahan campuran
pakan. Hasil aktivasi arang dapat digunakan sebagai bahan pada batu baterai, filter
air, dan lain sebagainya.

3 PENUTUP

Berdasarkan hasil kunjungan ke Pusat Penelitian dan Pengembangan Hasil


Hutan dapat mengetahui berbagai teknologi dan laboratorium yang terdapat pada
Pusat Penlitian dan Pengembangan Hasil Hutan , serta dapat mengetahui berbagai
inovasi yang dihasilkan dari masing-masing laboratorium di Pusat Penelitian dan
Pengembangan Hasil Hutan.
4 LAMPIRAN

Lampiran 1 Foto bersama kunjungan lapangan ke P3HH

Anda mungkin juga menyukai