Anda di halaman 1dari 15

Rangkuman Standar Akuntansi Keuangan (SAK)

PENDAHULUAN
Tujuan dan Status
1. Kerangka Konseptual merupakan rumusan konsep yang mendasari penyusunan dan
penyajian laporan keuangan untuk pengguna eksternal.
Tujuan Kerangka Konseptual :
a. Membantu DSAK IAI mengembangkan SAK baru dan melakukan tinjauan SAK.
b. Membantu DSAK IAI mempromosikan harmonisasi peraturan, standar akuntansi,
dan prosedur penyajian laporan keuangan dengan menyediakan dasar untuk
mengurangi jumlah alternatif perlakuan akuntansi yang diizinkan oleh SAK.
c. Membantu DSAK IAI mengembangkan standar lokal.
d. Membantu penyusun laporan keuangan menerapkan SAK dan yang berkenaan
dengan hal-hal yang belum diatur dalam PSAK.
e. Membantu auditor memberi opini apakah laporan keuangan sesuai dengan SAK.
f. Membantu pengguna laporan keuangan mengintepretasikan informasi dalam
laporan keuangan yang disusun sesuai SAK.
g. Menyediakan informasi kepada pihak yang tertarik dengan aktivitas DSAK IAI
tentang pendekatannya dalam penyusunan SAK.
2. Kerangka Konseptual bukanlah PSAK sehingga tidak mendefinisikan standar
pengukuran tertentu. Kerangka Konseptual tidak mengungguli PSAK tertentu.
3. DSAK IAI mengakui bahwa dalam kasus yang jarang terjadi mungkin adanya konflik
antara Kerangka Konseptual dan PSAK. Jika terdapat konflik, maka persyaratan yang
ada dalam PSAK mengungguli persyaratan yang ada dalam Kerangka Konseptual.
4. Kerangka Konseptual akan direvisi berdasarkan pengalaman DSAK IAI dalam
penggunaannya.
Ruang Lingkup
5. Kerangka Konseptual menjelaskan :
a. Tujuan pelaporan keuangan
b. Karakteristik kualitatif informasi keuangan yang berguna
c. Definisi, pengakuan dan pengukuran unsur-unsur yang membentuk laporan
keuangan
d. Konsep modal dan pemeliharaan modal
BAB 1
TUJUAN PELAPORAN KEUANGAN BERTUJUAN UMUM
PENDAHULUAN
1.1. Tujuan umum pelaporan keuangan adalah menjadi dasar Kerangka Konseptual.
Aspek lain Kerangka Konseptual ialah – konsep entitas pelapor, karakteristik
kualitatif dan kendala, informasi keuangan yang berguna, unsur-unsur laporan
keuangan, pengakuan, pengukuran, penyajian dan pengungkapan – yang
mengalir secara logis dari tujuannya.
TUJUAN, KEGUNAAN, DAN KETERBATASAN PELAPORAN KEUANGAN
BERTUJUAN UMUM
1.2. Tujuan umum pelaporan keuangan adalah menyediakan informasi keuangan
entitas pelapor yang berguna untuk investor, pemberi pinjaman, dan kreditor
lainnya dalam membuat keputusan penyediaan sumber daya kepada entitas.
Keputusan termasuk: pembelian, penjualan, atau kepemilikan instrument utang,
dan penyediaan atau penyelesaian pinjaman dan bentuk kredit lainnya.
1.3. Keputusan investor mengenai pembelian, penjualan, atau kepemilikan instrument
ekuitas dan instrument hutang bergantung pada imbal hasil yang diharapkan dari
investasi. Contoh: deviden, pembayaran pokok, kenaikan harga pasar.
Keputusan pemberi pinjaman dan kreditor lainnya tentang penyediaan atau
penyelesaian pinjaman dan bentuk kredit lainnya bergantung pada pembayaran
pokok dan bunga yang diharapkan. Investor, pemberi pinjaman, dan kreditor
lainnya tentang imbal hasil bergantung pada penilaian jumlah, waktu, dan
ketidakpastian dari prospek arus kas masuk neto masa depan ke entitas.
1.4. Penilaian prospek arus kas masuk neto masa depan suatu entitas, investor,
pemberi pinjaman, dan kreditor lainnya membutuhkan informasi sumber daya
entitas, klaim terhadap entitas, dan seberapa efisien dan efektif manajemen
entitas dan tanggung jawab dewan komisaris dalam penggunaan sumber daya.
Tanggung jawab meliputi melindungi sumber daya entitas dari dampak faktor
ekonomik yang menguntungkan seperti perubahan harga dan teknologi serta
memastikan bahwa entitas mematuhi hukum yang berlaku, peraturan, dan
ketentuan kontraktual.
1.5. Investor, pemberi pinjaman, dan kreditor lainnya tidak dapat mensyaratkan
entitas pelapor yang menyediakan informasi langsung dan mengandalkan laporan
keuangan bertujuan umum untuk mendapatkan informasi keuangan yang
dibutuhkan. Maka mereka merupakan pengguna utama laporan keuangan
bertujuan umum.
1.6. Laporan keuangan bertujuan umum tidak menyediakan seluruh informasi yang
dibutuhkan oleh penggunanya. Para pengguna perlu mempertimbangkan
informasi sumber daya lainnya.
1.7. Laporan keuangan bertujuan umum tidak didesain untuk menunjukkan nilai
entitas pelapor. Tapi menyediakan informasi untuk membantu penggunanya
dalam mengestimasi nilai entitas pelapor.
1.8. Masing-masing pengguna utama memiliki kebutuhan dan keinginan informasi
yang berbeda dan mungkin bertentangan. DSAK IAI, dalam mengembangkan
SAK, menyediakan informasi yang memenuhi kebutuhan jumlah maksimum
pengguna utama. Tapi pemfokusan pada kebutuhan informasi umum tidak
berguna untuk pihak tertentu dari pengguna utama.
1.9. Manajamen tidak perlu mengandalkan laporan keuangan bertujuan umum karena
informasi keuangannya dapat diperoleh secara internal.
1.10. Regulator dan publik selain investor, pemberi pinjaman, dan kreditor lainnya,
bisa mendapatkan manfaat dari laporan keuangan bertujuan umum. Tapi laporan
tersebut tidak terutama ditujukan kepada pihak lain tersebut.
1.11. Laporan keuangan didasari oleh estimasi, pertimbangan, dan model daripada
gambaran tepat. Kerangka Konseptual menetapkan konsep yang mendasari
laporan keuangan. Konsepnya adalah arah tujuan yang ingin diraih oleh DSAK
IAI dan penyusun laporan keuangan. Visinya adalah pelaporan keuangan yang
ideal sulit untuk dicapai secara penuh, tidak dapat dicapai dalam jangka pendek
karena membutuhkan waktu untuk memahami, menerima, dan menerapkan cara
baru untuk menganalisis transaksi dan peristiwa lainnya.
INFORMASI TENTANG SUMBER DAYA EKONOMIK ENTITAS PELAPOR,
KLAIM TERHADAP ENTITAS, SERTA PERUBAHAN SUMBER DAYA DAN
KLAIM
1.12. Tujuan umum laporan keuangan adalah menyediakan informasi posisi
keuangan entitas pelapor, yaitu informasi sumber daya ekonomik entitas dan
klaim terhadap entitas pelapor. Laporan keuangan menyediakan informasi
mengenai dampak dari transaksi dan peristiwa lainnya yang mengubah sumber
daya ekonomik dan klaim entitas.
Sumber Daya Ekonomik dan Klaim
1.13. Informasi sifat dan jumlah sumber daya ekonomik dan klaim membantu
mengidentifikasi kekuatan dan kelemahan keuangan entitas pelapor, dan menilai
likuiditas dan solvabilitas entitas pelapor, kebutuhan untuk mendapatkan
tambahan dana dan sejauh mana entitas akan berhasil dalam memperoleh dana.
1.14. Jenis sumber daya ekonomik yang berbeda mempengaruhi penilaian pengguna
terhadap prospek arus kas masa depan entitas pelapor secara berbeda.
Perubahan Sumber Daya Ekonomik dan Klaim
1.15. Perubahan sumber daya ekonomik dan klaim entitas pelapor dihasilkan dari
kinerja keuangan entitas pelapor dan dari transaksi seperti penerbitan instrumen
utang atau instrumen ekuitas.
1.16. Informasi kinerja keuangan entitas pelapor membantu pengguna memahami
imbal hasil yang dihasilkan entitas dari sumber daya ekonomiknya. Informasi
imbal hasil yang dihasilkan entitas menindikasikan seberapa tanggungjawab
manajemen dalam efisiensi dan efektivitas penggunaan sumber daya ekonomik
entitas pelapor. Informasi variabilitas dan komponen imbal hasil berguna dalam
penilaian ketidakpastian arus kas masa depan. Informasi kinerja keuangan entitas
pelapor sebelumnya dan bagaimana tanggungjabaw manajemen biasanya
berguna dalam memprediksi imbal hasil masa depan entitas atas penggunaan
sumber daya ekonomiknya.
Kinerja Keuangan Terefleksikan oleh Akuntansi Akrual
1.17. Akuntansi akrual menggambarkan dampak transaksi dan peristiwa atas sumber
daya ekonomik dan klaim entitas pelapor pada periode terjadinya.
1.18. Informasi kinerja keuangan entitas pelapor selama suatu periode, terefleksi
dari perubahan sumber daya ekonomik dan klaim dari sumber daya tambahan
langsung dari investor dan kreditor, berguna dalam penilaian kemampuan masa
lalu dan masa depan entitas dalam menghasilkan arus kas masuk neto.
1.19. Informasi kinerja keuangan entitas pelapor selama suatu periode
mengindikasikan sejauh mana peristiwa perubahan suku bunga mempengaruhi
sumber daya ekonomik dan klaim, sehingga mempengaruhi kemampuan entitas
untuk menghasilkan arus kas masuk neto.
Kinerja Keuangan Terefleksikan oleh Arus Kas Masa Lalu
1.20. Informasi arus kas entitas pelapor selama suatu periode membantu pengguna
menilai kemampuan entitas dalam menghasilkan arus kas masuk neto masa
depan, dan memahami aktivitas operasi entitas pelapor, mengevaluasi aktivitas
pendanaan dan investasi, menilai likuiditas atau solvabilitas, serta
menginterpretasi informasi lain dan mengenai kinerja keuangan.
Perubahan Sumber Daya Ekonomik dan Klaim yang Tidak Berasal dari Kinerja
Keuangan
1.21. Sumber daya ekonomik dan klaim entitas pelapor dapat berubah karena alasan
lain selain kinerja keuangan, seperti penerbitan saham kepemilikan tambahan.
BAB 2
ENTITAS PELAPOR
(untuk ditambahkan)
BAB 3
KARAKTERISTIK KUALITATIF INFORMASI KEUANGAN YANG BERGUNA
PENDAHULUAN
3.1. Karakteristik kualitatif informasi keuangan berguna untuk mengidentifikasi jenis
informasi sangat berguna untuk investor saat ini dan investor potensial, pemberi
pinjaman, serta kreditor lainnya untuk membuat keputusan mengenai entitas
pelapor berdasarkan informasi dalam laporan keuangan.
3.2. Laporan keuangan menyediakan informasi sumber daya ekonomik entitas
pelapor, klaim terhadap entitas pelapor, dan dampak dari transaksi dan peristiwa
serta kondisi lainnya yang mengubah sumber daya dan klaim tersebut.
3.3. Karakteristik kualitatif informasi keuangan diterapkan untuk informasi keuangan
yang tersedia dalam laporan keuangan. Biaya, merupakan kendala pervasif bagi
kemampuan entitas pelapor untuk menyediakan informasi keuangan yang
berguna.
KARAKTERISTIK KUALITATIF INFORMASI KEUANGAN YANG BERGUNA
3.4. Agar informasi keuangan menjadi berguna, informasi tersebut harus relevan dan
merepresentasikan secara tepat apa yang akan direpresentasikan. Kegunaan
informasi kuangan dapat ditingkatkan jika informasi tersebut terbanding,
terverifikasi, tepat waktu dan terpaham.
Karakteristik Kualitatif Fundamental
3.5. Karakteristik kualitatif fundamental meliputi relevansi dan representasi tepat.
Relevansi
3.6. Informasi keuangan yang relevan mampu membuat perbedaan dalam keputusan
yang diambil oleh pengguna. Informasi mampu membuat perbedaan dalam
keputusan bahkan jika sebagian pengguna memlilih untuk tidak mengambil
keuntungan atas informasi tersebut atau telah menyadari informasi tersebut dari
sumber lainnya.
3.7. Informasi keuangan mampu membuat perbedaan dalam keputusan jika memiliki
nilai prediktif, nilai konfirmatori, atau keduanya.
3.8. Informasi keuangan memiliki nilai prediktif jika informasi dapat digunakan
sebagai input yang digunakan oleh pengguna untuk memprediksi hasil masa
depan.
3.9. Informasi keuangan memiliki nilai konfirmatori jika menyediakan umpan balik
(mengkonfirmasi atau mengubah) evaluasi sebelumnya.
3.10. Nilai prediktif dan nilai konfirmatori informasi keuangan memiliki hubungan
saling terkait. Informasi yang memiliki nilai prediktif juga memiliki nilai
konfirmatori. Contoh: informasi pendapatan untuk tahun berjalan, yang dapat
digunakan sebagai dasar untuk memprediksi pendapatan di tahun masa depan,
juga dapat dibandingkan dengan prediksi pendapatan untuk tahun berjalan yang
dibuat di tahun sebelumnya.
Materialitas
3.11. Informasi adalah material jika penghilangan informasi tersebut dapat
mempengaruhi keputusan pengguna. Materialistis adalah aspek relevansi yang
spesifik. DSAK IAI tidak dapat menetapkan batas kuantitatif yang sama untuk
materialistis dalam situasi tertentu.
Representasi Tepat
3.12. Laporan keuangan merepresentasikan fenomena ekonomi dalam kata dan
angka secara tepat. Agar menunjukkan representasi tepat dengan sempurna,
harus memiliki karakter lengkap, netral, dan bebas dari kesalahan.
3.13. Penjabaran lengkap mencakup seluruh informasi yang diperlukan pengguna
agar dapat memahami fenomena yang digambarkan. Contoh: penjabaran lengkap
aset harus mencakup deskripsinya, numeriknya, dan penjabaran dalam angka
seperti biaya awal, nilai wajar.
3.14. Penjabaran yang netral adalah tanpa bias dalam penyajian informasi keuangan.
Penyajian netral tidak diarahkan, dibobotkan, ditekankan, dimanipulasi.
3.15. Representasi tepat tidak berarti akurat dalam segala hal. Bebas dari kesalahan
berarti tidak ada kesalahan, tetapi bukan berarti akurat dalam segala hal. Contoh:
estimasi harga yang tidak dapat diobservasi tidak dapat dikatakan akurat atau
tidak akurat.
3.16. Representasi tepat tidak selalu menghasilkan informasi yang berguna. Contoh:
entitas pelapor dapat menerima aset tetap melalui hibah pemerintah.
Penerapan Karakteristik Kualitatif Fundamental
3.17. Informasi harus relevan dan direpresentaikan secara tepat agar menjadi
informasi yang berguna.
3.18. Proses paling efisien dan efektif dalam penerapan karakteristik kualitatif
fundamental ada sebagai berikut:
Pertama: identifikasi fenomena ekonomik yang berpotensi berguna bagi
penggunanya. Kedua: identifikasi jenis informasi yang paling relevan. Ketiga:
menentukan apakah informasi tersebut dapat direpresentasikan secara tepat. Jika
sudah benar maka proses berakhir pada tahap tersebut. Jika tidak maka akan
diulang kembali.
Karakteristik Kualitatif Peningkat
3.19. Keterbandingan, keterverifikasian, ketepatwaktuan, dan keterpahaman adalah
karakteristik kualitatif yang meningkatkan kegunaan informasi yang relevan dan
tepat. Karakteristik kualitatif membantu menentukan mana diantara dua cara
yang harus digunakan untuk menggambarkan fenomena jika keduanya dianggap
relevan dan tepat.
Keterbandingan
3.20. Keputusan pengguna meliputi pemilihan beberapa alternatif. Contoh: menjual
atau memiliki investasi, berinvestasi pada entitas pelapor. Informasi entitas
pelapor lebih berguna jika dapat dibandingkan dengan informasi serupa entitas
lain dan informasi serupa entitas yang sama untuk periode berbeda.
3.21. Keterbandingan adalah karakteristik kualitatif yang memungkinkan pengguna
mengidentifikasi dan memahami persamaan dan perbedaan antara pos-pos.
3.22. Konsistensi berhubungan dengan keterbandingan, tapi tidak sama. Konsistensi
merujuk pada penggunaan metode yang sama terhadap pos-pos yang sama.
Keterbandingan adalah tujuan dan konsistensi membantu mencapai tujuan
tersebut.
3.23. Keterbandingan bukan berarti seragam. Agar informasi dapat dibandingkan,
hal serupa harus terlihat serupa dan hal berbeda harus terlihat berbda.
Keterbandingan informasi keuangan tidak akan meningkat dengan membuat pos-
pos berbeda terlihat serupa ataupun sebaliknya.
3.24. Derajat keterbandingan tertentu dapat dicapai dengan memenuhi karakteristik
kualitatif fundamental.
3.25. Fenomena ekonomik dapat direpresentasikan dengan tepat dengan cara
beragam, pengizinan pilihan metode akuntansi untuk fenomena ekonomik yang
sama dapat mengurangi keterbandingan.
Keterverifikasian
3.26. Keterverifikasian meyakinkan pengguna bahwa informasi menunjukkan
fenomena ekonomik yang tepat. Keterverifikasian berarti berbagai pengamat
independen dengan pengetahuan berbeda dapat mencapai konsensus, meskipun
tidak selalu mencapai kesepakatan.
3.27. Verifikasi dapat terjadi langsung atau tidak langsung. Verifikasi langsung:
pemverifikasian jumlah melalui observasi langsung, contoh: perhitungan kas.
Verifikasi tidak langsung: pemeriksaan input suatu model, rumus, atau teknik
lain dan pengkalkulasian ulang hasil dengan metode yang sama, contoh:
verifikasi jumlah tercatat persediaan dengan memeriksa inputnya dan
perhitungan kembali jumlah persediaan akhir dengan menggunakan asumsi arus
biaya yang sama.
3.28. Dapat menjadi tidak mungkin untuk memverifikasi beberapa penjelasan dan
informasi keuangan perkiraan masa depan hingga suatu periode masa depan.
Ketepatwaktuan
3.29. Ketepatwaktuan berarti tersedianya informasi bagi pembuat keputusan pada
waktu yang tepat sehingga dapat mempengaruhi keputusan. Semakin lawas suatu
informasi maka semakin kurang berguna informasi tersebut.
Keterpahaman
3.30. Pengklasifikasian, pengarakteristikan, dan penyajian infomasi secara jelas dan
ringkas dapat membuat informasi terpaham.
3.31. Beberapa fenomena rumit secara inheren dan tidak mudah dipahami.
Pengecualian informasi fenomena laporan keuangan dapat menjadikannya lebih
mudah dipahami. Tapi laporan menjadi tidak lengkap.
3.32. Laporan keuangan disiapkan bagi pengguna berpengetahuan memadai tentang
aktivitas bisnis dan ekonomik serta yang meninjau dan menganalisis informasi
dengan tekun.
Penerapan Karakteristik Kualitatif Peningkat
3.33. Karakteristik kualitatif peningkatan baik secara individu atau kelompok tidak
dapat membuat informasi berguna bila tidak relevan dan tepat.
3.34. Penerapan karakteristik kualitatif peningkat merupakan proses berulang yang
tidak mengikuti ukuran tertentu.
KENDALA BIAYA PELAPORAN KEUANGAN YANG BERGUNA
3.35. Biaya merupakan kendala pervasif untuk informasi yang disajikan oleh
pelaporan keuangan. Pelaporan informasi keuangan menimbulkan biaya.
3.36. Penyedia informasi keuangan mencurahkan sebagian besar usaha dalam
pengumpulan, pemrosesan, pemverifikasian, dan penyebarluasan informasi
keuangan. Pengguna menanggung seluruh biaya terkait dalam bentuk imbal hasil
yang terkurangkan, biaya penganalisaan dan penginterpretasian informasi.
3.37. Pelaporan informasi keuangan relevan dan tepat membantu pengguna
membuat keputusan dengan percaya diri. Hal ini menghasilkan fungsi pasar
modal yang lebih efisien dan biaya modal lebih rendah bagi keseluruhan
perekonomian.
3.38. Dalam menerapkan kendala biaya, DSAK IAI menilai apakah manfaat dari
pelaporan informasi tertentu cenderung seimbang dengan biaya yang dikeluarkan
untuk menyediakan dan menggunakan informasi tersebut.
3.39. Karena subyektivitas yang inheren, perbedaan penilaian individual atas biaya
dan manfaat dari melaporkan pos tertentu dari suatu informasi keuangan akan
menjadi bervariasi. Maka DSAK IAI mempertimbangkannya secara umum dan
bukan hanya terkait dengan entitas pelapor.

BAB 4
KERANGKA DASAR PENYUSUNAN DAN PENYAJIAN LAPORAN KEUANGAN
(1994): PENGATURAN YANG TERSISA
Pengaturan yang tersisa dari Kerangka Dasar Penyusunan dan Penyajian Laporan Keuangan (1994)
yang belum teramandemen untuk merefleksikan perubahan dalam PSAK 1 Penyajian Laporan
Keuangan (berlaku efektif 1 Januari 2012).

Pengaturan yang tersisa juga akan diperbaharui ketika unsur-unsur laporan keuangan dan dasar
pengukurannya telah dipertimbangkan.

ASUMSI DASAR
Kelangsungan Usaha
4.1. Laporan keuangan disusun berdasarkan asumsi kelangsungan usaha entitas dan
entitas melanjutkan usahanya dimasa depan. Entitas diasumsikan tidak memiliki
intensi untuk melikuiditas skala usahanya secara material. Jika intensi timbul,
maka laporan keuangan disusun dengan dasar berbeda dan harus diungkap.
UNSUR-UNSUR LAPORAN KEUANGAN
4.2. Laporan keuangan menggambarkan dampak keuangan dari transaksi yang
dikelompokkan dalam kelompok besar menurut karakteristik ekonomiknya.
Unsur-unsur berkaitan langsung dalam laporan posisi keuangan adalah aset,
liabilitas, dan ekuitas. Unsur-unsur berkaitan dengan laporan laba rugi adalah
penghasilan dan beban.
4.3. Penyajian unsur-unsur dalam laporan posisi keuangan dan laba rugi perlu proses
subklasifikasi. Contoh: aset dan liabilitas dapat diklasifikasikan menurut sifat
atau fungsi dalam bisnis entitas.
Posisi Keuangan
4.4. Unsur-unsur yang berkaitan langsung dengan pengukuran posisi keuangan:
(a) Aset, adalah sumber daya yang dikuasai oleh entitas sebagai akibat peristiwa
masa lalu dan dari mana manfaat ekonomik masa depan diharapkan akan
mengalir ke entitas.
(b) Liabilitas, adalah kewajiban kini entitas yang timbul dari peristiwa masa lalu.
(c) Ekuitas, adalah hak residual atas aset setelah dikurangi seluruh liabilitas.
4.5. Definisi aset dan liabilitas mengidentifikasi ciri esensialnya. Definisi tersebut
mencakup pos-pos yang tidak diakui sebagai aset atau liabilitas dalam laporan
posisi keuangan.
4.6. Dalam penilaian apakah suatu pos memenuhi definisi aset, liabilitas atau ekuitas,
perlu diperhatikan substansi yang mendasari serta realitas ekonomik, bukan
berdasarkan bentuk hukumnya saja.
4.7. Laporan posisi keuangan yang disusun sesuai SAK berlaku meliputi pos-pos
yang tidak memenuhi definisi aset atau liabilitas dan tidak disajikan sebagai
bagian dari ekuitas.
Aset
4.8. Manfaat ekonomik masa depan aset adalah potensi aset tuntuk memberikan
kontribusi langsung dan tak langsung pada arus kas entitas. Potensi berbentuk
sesuatu yang produktif dan merupakan bagian dari aktivitas operasional entitas,
atau yang dapat dikonversikan menjadi kas berbentuk kemampuan untuk
mengurangi pengeluaran kas.
4.9. Entitas menggunakan aset untuk memproduksi barang atau jasa yang
memuaskan keinginan pelanggan, maka pelanggan bersedia membayar sehingga
memberikan kontribusi pada arus kas entitas.
4.10. Manfaat ekonomik masa depan aset mengalir ke entitas dengan berbagai cara.
Contoh, aset dapat:
(a) Digunakan sendiri atau digabungkan dengan aset lain dalam produksi barang
atau jasa untuk dijual oleh entitas.
(b) Ditukar dengan aset lain.
(c) Digunakan untuk menyelesaikan liabilitas.
(d) Didistribusikan kepada pemilik entitas.
4.11. Aset memiliki bentuk fisik. Tetapi bentuk fisik tidak esensial dalam penentuan
eksistensi aset. Paten dan hak cipta, merupakan aset jika manfaat ekonomik masa
depan akan mengalir ke entitas dan dikuasai oleh entitas.
4.12. Aset seperti piutang dan properti dikaitkan dengan hak hukum, termasuk hak
kepemilikan. Dalam menentukan eksistensi aset, hak milik tidak esensial.
Contoh: properti yang diperoleh melalui sewa aset jika entitas menguasai
manfaat yang diekspetasikan dari properti tersebut.
4.13. Aset entitas berasal dari transaksi yang terjadi di masa lalu. Entitas
memperoleh aset melalui pembelian atau produksi sendiri.
4.14. Pengeluaran dan timbulnya aset berhubungan, dan tidak harus terjadi
bersamaan. Jika terjadi pengeluaran maka entitas mengejar manfaat ekonomik
masa depan tapi bukan bukti konklusif bahwa pos tersebut telah memenuhi aset.
Liabilitas
4.15. Karakteristik esensial liabilitas adalah bahwa entitas memiliki kewajiban kini.
Kewajiban adalah tanggung jawab untuk bertindak dengan cara tertentu.
Kewajiban dapat dipaksakan secara hukum sebagai konsekuensi kontrak yang
mengikat perundang-undangan. Kewajiban juga timbul karena praktik bisnis
yang normal, kebiasaan dan keinginan memelihara hubungan bisnis yang baik.
4.16. Suatu perbedaan perlu dilakukan antara kewajiban kini dan komitmen masa
depan. Keputusan manajemen entitas membeli aset di masa depan tidak dengan
sendirinya menimbulkan kewajiban kini. Kewajiban muncul ketika aset telah
diserahkan.
4.17. Penyelesaian kewajiban kini membuat entitas mengorbankan sumber daya
yang memiliki manfaat ekonomik demi memenuhi klaim pihak lain. Contoh cara
penyelesaian kewajiban kini yaitu dengan:
(a) Pembayaran kas
(b) Pengalihan aset lain
(c) Provisi jasa
(d) Penggantian kewajiban tersebut dengan kewajiban lain
(e) Konversi kewajiban menjadi ekuitas
Kewajiban dapat dihapus dengan cara kreditor membebaskan haknya.
4.18. Liabilitas yang timbul dari transaksi di masa lalu. Contoh: pembelian barang
menimbulkan utang usaha dan penerimaan pinjaman bank menimbulkan
kewajiban untuk membayar kembali pinjaman tersebut.
4.19. Beberapa entitas dapat diukur dengan estimasi dalam derajat yang substansial.
Liabilitas ini dideskripsikan sebagai provisi.
Ekuitas
4.20. Walaupun ekuitas didefinisikan sebagai residual, ekuitas dapat di
subklasifikasikan dalam laporan posisi keuangan. Contoh: dalam PT setoran
modal pemegang saham, saldo laba, penyisihan saldo, dapat disajikan terpisah.
4.21. Pembentukan cadangan terkadang diharuskan oleh peraturan perundang-
undangan yang berlaku untuk memberikan perlindungan tambahan pada entitas
dan kreditornya terhadap kerugian yang ditimbulkan.
4.22. Jumlah ekuitas yang ditampilkan dalam laporan posisi keuangan bergantung
pada pengukuran aset dan liabilitas. Dalam kondisi normal, jumlah
penggabungan ekuitas hanya berkorespondensi dengan nilai pasar gabungan
saham entitas atau jumlah yang diperoleh dengan melepaskan aset neto satu per
satu.
4.23. Aktivitas komersial, industrial, dan bisnis sering dilakukan melalui beberapa
bentuk entitas perseorangan, persekutuan dan trust, dan BUMN. Kerangka
hukum dan pengaturan bagi entitas sering kali berbeda dengan hyang berlaku
bagi PT.
Kinerja
4.24. Laba digunakan sebagai ukuran kinerja atau sebagai dasar bagi ukuran lain
seperti imbal hasil investasi atau laba per saham. Unsur yang berkaitan langsung
dengan pengukuran laba adalah penghasilan dan beban.
4.25. Unsur-unsur penghasilan dan beban didefinisikan sebagai berikut:
(a) Penghasilan: kenaikan manfaat ekonomik selama suatu periode akuntansi
dalam bentuk pemasukan atau peningkatan aset atau penurunan liabilitas
yang mengakibatkan kenaikan ekuitas yang tidak berasal dari kontribusi
penanam modal.
(b) Beban adalah penurunan manfaat ekonomik selama suatu periode akuntansi
dalam bentuk pengeluaran atau berkurangnya aset atau terjadinya liabilitas
yang mengakibatkan penurunan ekuitas yang tidak terkait dengan distribusi
kepada penanam modal.
4.26. Definisi penghasilan dan beban mengidentifikasikan ciri-ciri esensial tapi
tidak menspesifikasikan kriteria yang perlu dipenuhi sebelum diakui dalam
laporan laba rugi.
4.27. Penghasilan dan beban disajikan dalam laporan laba rugi dengan cara-cara
yang berbeda sehingga menyediakan informasi yang relevan dalam membuat
keputusan ekonomik.
4.28. Perbedaan antara pos penghasilan dan beban dan penggabungan pos tersebut
dengan cara berbeda memungkinkan untuk menampilkan ukuran kinerja entitas.
Hal ini memiliki derajat cakupan yang berbeda. Contoh: laporan laba rugi dapat
menampilkan laba kotor, laba atau rugi sebelum pajak aktivitas biasa dan
sesudah pajak ativitas biasa.
Penghasilan
4.29. Definisi penghasilan meliputi pendapatan dan keuntungan. Pendapatan timbul
dalam pelaksanaan aktivitas entitas yang dikenal dengan penjual, penghasilan
jasa, bunga, deviden, royalti dan sewa.
4.30. Keuntungan merepresentasikan pos lainnya yang memenuhi definisi
penghasilan dan mungkin timbul atau tidak timbul dalam pelaksanaan aktivitas
entitas yang biasa.
4.31. Contoh keuntungan adalah pos yang timbul dalam pelepasan aset tak lancer.
Definisi penghasilan mencakup keuntungan yang belum direalisasim, contoh:
yang timbul dari revaluasi sekuritas yang dapat dipasarkan dan dari kenaikan
jumlah tercatat aset tak lancer. Keuntungan ditampilkan terpisah dalam laporan
laba rugi karena berguna untuk membuat keputusan ekonomik. Keuntungan
dalam jumlah bersih yaitu setelah dikurangi beban.
4.32. Aset dapat ditingkatkan karena penghasilan. Contoh: kas, piutang. Penghasilan
dapat berasal dari penyelesaian liabilitas.
Beban
4.33. Definisi beban mencakup kerugian dan beban yang timbul dalam aktivitas
entitas yang biasa. Contoh: beban pokok penjualan, gaji, penyusutan. Beban
berbentuk arus keluar atau berkurangnya aset kas, persediaan, dan aset tetap.
4.34. Kerugian merepresentasikan pos lain yang memenuhi definisi beban yang
mungkin timbul atau tidak timbul dari aktivitas entitas yang biasa. Kerugian
merepresentasikan menurunnya manfaat ekonomik, maka sifatnya sama dengan
beban.
4.35. Kerugian dapat timbul dari bencana kebakaran dan kebanjiran dan juga
pelepasan aset tak lancer. Definisi beban mencakup rugi yang belum direalisasi,
contoh: rugi yang timbul dari pengaruh kenaikan kurs valuta asing pinjaman
entitas dalam mata uang tersebut. Kerugian ditampilkan terpisah dalam laporan
laba rugi karena berguna untuk membuat keputusan ekonomik. Kerugian dalam
jumlah bersih yaitu setelah dikurangi penghasilan.
Penyesuaian Pemeliharaan Modal
4.36. Revaluasi aset dan liabilitas menimbulkan kenaikan atau penurunan ekuitas.
Kenaikan dan penurunan tidak dimasukkan dalam laporan laba rugi, tetapi
dimasukkan dalam ekuitas sebagai penyesuaian pemeliharaan modal atau
cadangan revaluasi.
PENGAKUAN UNSUR-UNSUR LAPORAN KEUANGAN
4.37. Pengakuan merupakan proses pembentukan suatu pos dalam laporan posisi
keuangan atau laporan laba rugi yang memenuhi definisi unsur serta kriteria
pengakuan. Hal ini dilakukan dengan menyatakan pos dalam kata-kata ataupun
dalam jumlah moneter dan mencantumkannya dalam laporan. Pos yang
memenuhi kriteria pengakuan diakui dalam laporan. Kelalaian mengakui pos
tidak bisa diralat melalui pengungkapan kebijakan akuntansi atau melalui catatan
materi penjelasan.
4.38. Pos yang memenuhi definisi suatu unsur diakui jika:
(a) Ada kemungkinan bahwa manfaat ekonomik masa depan yang berkaitan
dengan pos tersebut akan mengalir ke entitas atau dari entitas.
(b) Pos tersebut mempunyai nilai yang dapat diukur dengan andal.
4.39. Dalam menilai apakah pos memenuhi kriteria ini dan memenuhi syarat untuk
diakui dalam laporan keuangan, perlu memperhatikan pertimbangan materialitas.
Hubungan antara unsur berarti pos memenuhi definisi dan kriteria pengakuan
untuk unsur tertentu.
Probabilitas Manfaat Ekonomik Masa Depan
4.40. Konsep probabilitas digunakan dalam kriteria pengakuan yang mengacu pada
derajat ketidakpastian bahwa manfaat ekonomik masa depan yang berkaitan
dengan pos tersebut akan mengalir ke entitas atau dari entitas. Konsep ini untuk
menghadapi ketidakpastian untuk mencerminkan karakter lingkungan dimana
entitas melakukan kegiatan operasionalnya.
Kendalan Pengukuran
4.41. Kriteria pengukurana suatu pos adalah ada tidaknya biaya yang dapat diukur
dengan andal. Biaya harus diestimasi. Estimasi yang layak adalah bagian esensial
dalam penyusunan laporan keuangan tanpa mengurangi kendalannya. Ketika
estimasi yang layak tidak dilakukan maka pos tersebut tidak diakui dalam
laporan posisi keuangan atau laporan laba rugi.
4.42. Suatu pos yang pada saat tertentu tidak memenuhi kriteria pengakuan dapat
memenuhi syarat pengakuan di masa depan sebagai akibat dari perstiwa yang
terjadi kemudian.
4.43. Suatu pos yang berkarakteristik esensial suatu unsur tapi tidak memenuhi
kriteria pengakuan perlu diungkapkan dalam catatan, materi penjelasan, atau
skedul tambahan. Pengungkapan dibenarkan jika informasi relevan dalam
mengevaluasi posisi keuangan, kinerja, dan perubahan posisi keuangan entitas
oleh pengguna laporan keuangan.
Pengakuan Aset
4.44. Aset diakui dalam laporan posisi keuangan jika manfaat ekonomik masa depan
akan mengalir ke entitas dan aset mempunyai biaya yang dapat diukur dengan
andal.
4.45. Aset tidak diakui dalam laporan posisi keuangan jika pengeluaran telah terjadi
dan manfaat ekonomiknya tidak mungkin mengalir ke entitas. Maka transaksi ini
menimbulkan pengakuan beban dalam laporan laba rugi.
Pengakuan Liabilitas
4.46. Liabilitas diakui dalam laporan posisi keuangan jika pengeluaran sumber daya
yang mengandung manfaat ekonomik akan dilakukan untuk menyelesaikan
kewajiban kini dan jumlah yang harus diselesaikan dapat diukur dengan andal.
Kewajiban menurut kontrak yang belum dilaksanakan oleh kedua belah pihak
tidak diakui sebagai liabilitas dalam laporan keuangan.
Pengakuan Penghasilan
4.47. Pengakuan penghasilan terjadi bersamaan dengan pengakuan kenaikan aset
atau penurunan liabilitas.
4.48. Prosedur dianut dalam praktik untuk mengakui penghasilan. Dimaksudkan
untuk membatasi pengakuan penghasilan pada pos-pos yang dapat diukur dengan
andal dan memiliki tingkat kepastian yang cukup.
Pengakuan Beban
4.49. Pengakuan beban terjadi bersamaan dengan pengakuan kenaikan liabilitas atau
penurunan aset.
4.50. Beban diakui dalam laporan laba rugi karena hubungan langsung antara biaya
yang timbul dan perolehan pos penghasilan tertentu. Proses ini adalah pengaitan
biaya dengan pendapatan dimana melibatkan pengakuan pendapatan dan beban
secara bersamaan yang dihasilkan langsung dan bersama-sama dari transaksi
yang sama.
4.51. Jika manfaat ekonomik akan timbul selama beberapa periode akuntansi dan
hubungannya dengan penghasilan hanya dapat ditentukan secara tak langsung
maka beban diakui dalam laporan laba rugi atas prosedur alokasi yang sistematis
dan rasional. Diperlukan dalam pengakuan beban yang berkaitan dengan aset
seperti: aset tetap, good will, hak paten sehubungan dengan penyusutan.
4.52. Beban segera diakui dalam laporan laba rugi ketika pengeluaran tidak
menghasilkan manfaat ekonomik masa depan, atau tidak memenuhi syarat untuk
diakui dalam laporan posisi keuangan sebagai aset.
4.53. Beban diakui dalam laporan laba rugi saat liabilitas timbul tanpa pengakuan
aset.
PENGUKURAN UNSUR-UNSUR LAPORAN KEUANGAN
4.54. Pengukuran adalah proses penetapan jumlah moneter ketika unsur-unsur
laporan keuangan akan diakui dan dicatat dalam laporan posisi keuangan dan
laporan laba rugi.
4.55. Dasar pengukuran berbeda digunakan dalam derajat dan kombinasi berbeda
dalam laporan keuangan. Dasar pengukurannya adalah:
(a) Biaya historis. Aset dicatat sebesar jumlah kas yang dibayar untuk
memperoleh aset saat perolehan. Liabilitas dicatat sebesar jumlah yang
diterima penukar dari kewajiban pada jumlah kas yang diekspetasikan akan
dibayarkan untuk memenuhi liabilitas dalam pelaksanaan usaha.
(b) Biaya kini. Aset dicatat sebesar jumlah kas yang seharusnya akan dibayar
jika aset yang sama diperoleh sekarang. Liabilitas dicatat sebesar jumlah kas
yang tidak didiskontokan yang akan diperlukan untuk menyelesaikan
kewajiban kini.
(c) Nilai penyelesaian. Aset dicatat sebesar jumlah kas yang diperoleh sekarang
dengan menjual aset dalam pelepasan normal. Liabilitas dicatat sebesar nilai
penyelesaiannya.
(d) Nilai kini. Aset dicatat sebesar arus kas masuk neto masa depan yang
didiskontokan ke nilai sekarang pos yang diekspetasikan akan diperlukan
untuk menyelesaikan liabilitas dalam pelaksanaan usaha.
4.56. Dasar pengukuran yang lazim digunakan entitas dalam menyusun laporan
keuangan adalah biaya historis. Biasanya digabung dengan dasar pengukuran
yang lain.
KONSEP MODAL DAN PEMELIHARAAN MODAL
Konsep Modal
4.57. Konsep modal keuangan dianut oleh entitas dalam penyusunan laporan
keuangan. Menurut konsep modal keuangan, uang atau daya beli yang
diinvestasikan, modal bersinonim dengan aset neto atau ekuitas entitas. Menurut
konsep modal fisik, kemampuan usaha, modal dipandang sebagai kapasitas
produktif entitas yang didasari unit output per hari.
4.58. Pemilihan konsep modal yang tepat bagi entitas didasari pada kebutuhan
pengguna laporan keuangan. Konsep modal fisik dianut jika pengguna laporan
keuangan berkepentingan dalam kemampuan usaha entitas. Konsep yang dipilih
menunjukkan sasaran yang akan dicapai.
Konsep Pemeliharaan Modal dan Penetapan Laba
4.59. Konsep modal menciptakan dua konsep pemeliharaan modal:
(a) Pemeliharaan modal keuangan. Laba hanya diperoleh jika jumlah finansial
aset neto pada akhir periode melebihi jumlah finansial aset neto pada awal
periode. Pemeliharaan modal keuangan dapat diukur dengan satuan moneter
nominal yang konstan.
(b) Pemeliharaan modal fisik. Laba hanya diperoleh jika kapasitas produktif fisik
entitas pada akhir periode melibihi produktif fisik pada awal periode.
4.60. Konsep pemeliharaan modal berkaitan dengan bagaimana entitas
mendefinisikan modal yang ingin dipelihara. Konsep ini mengaitkan konsep
modal dan konsep laba karena memberikan dasar rujukan untuk mengukur laba,
dan juga prasyarat untuk membedakan imbal hasil atas modal entitas dan
pengembalian modal.
4.61. Konsep pemeliharaan modal fisik perlu penggunaan dasar pengukuran biaya
kini. Konsep modal keuangan tidak perlu penggunaan dasar pengukuran tertentu.
4.62. Perbedaan pokok antara dua konsep pemeliharaan modal adalah perlakuan
terhadap dampak perubahan harga aset dan liabilitas entitas. Entitas
mempertahankan modalnya jika modal pada akhir periode sama dengan modal
awal periode. Selisih lebih dari jumlah yang disyaratkan untuk memelihara
modal pada awal tahun adalah laba.
4.63. Menurut konsep pemeliharaan modal keuangan yang mendefinisikan modal
dalam satuan moneter nominal, laba adalah kenaikan dalam modal uang nominal
selama suatu periode. Kenaikan harga aset selama suatu periode secara
konvensional disebut keuntungan, secara konseptual disebut laba.
4.64. Menurut konsep pemeliharaan modal fisik yang mendefinisikan modal
kapasitas produktif fisik, laba merepresentasikan kenaikan modal selama suatu
periode.
4.65. Pemilihan dasar pengukuran dan konsep pemeliharaan modal menentukan
model akuntansi yang digunakan dalam penyusunan laporan keuangan. Model
akuntansi berbeda menunjukkan derajat relevansi dan keandalan yang berbeda
dan, manajemen harus mencari keseimbangan relevansi dan keandalan.
Kerangka konseptual berlaku untuk serangkaian model akuntansi dan
memberikan pedoman dalam penyusunan dan penyajian laporan keuangan.

Anda mungkin juga menyukai