Anda di halaman 1dari 40

LAPORAN KASUS

SEORANG ANAK LAKI-LAKI 2 TAHUN DENGAN DIARE AKUT


TANPA DEHIDRASI

Disusun oleh :
1. Andriana Wulandari (0120840004)
2. Eka Dewi Novitasari
3. Envhi Winna Amalia (0120840085)
4. Lilis Irianingsi (0130840206)
5. Mitah Silva (0120840185)
6. Ririn Andriana Ibrahim (0130840205)

BAGIAN ILMU KESEHATAN MASYARAKAT


PUSKESMAS TWANO ENTROP
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS CENDERAWASIH
JAYAPURA
2019
LEMBAR PENGESAHAN

Telah disetujui dan diterima serta dipresentasikan, Laporan Kasus yang berjudul
“SEORANG ANAK LAKI-LAKI 2 TAHUN DENGAN DIARE AKUT TANPA
DEHIDRASI” sebagai salah satu syarat untuk mengikuti ujian akhir Kepaniteraan
Klinik Madya pada SMF Ilmu Kesehatan Masyarakat yang dilaksanakan pada:

Hari : Selasa,
Tanggal : 15 Oktober 2019
Tempat : Aula Pertemuan Puskesmas Twano Entrop

Menyetujui,
Dosen Penguji/ Pembimbing

dr. Burhan Claudia Eliza


EVALUASI LAPORAN KASUS
KEPANITERAAN KLINIK ILMU KESEHATAN MASYARAKAT
No PENILAIAN NILAI KETERANGAN
1 Presentasi
1. Penyajian Presentasi
2. Penguasaan Materi
3. Slide Presentasi
2 Makalah
4. Susunan makalah
5. Isi makalah
6. Isi pembahasan kasus
3 Diskusi
7. Penguasaan materi kasus
8. Penguasaan materi di luar kasus
9. Peran aktif peserta lain
Peran aktif peserta diskusi
1. Nama :
Pertanyaan :
2. Nama :
Pertanyaan :
3. Nama :
Pertanyaan :
4 Ketrampilan Klinik
1. Teori Dasar :
2. Kemampuan/Skill :
5 Sikap
1. Kemampuan menimba ilmu/ Inisiatif
2. Disiplin Kerja
3. Kecermatan/Ketelitian Kerja
4. Kemampuan Belajar
Komentar :

FK UNCEN

1
Menyetujui,
Dosen Penguji/ Pembimbing

dr. Burhan Claudia Eliza

BAB I
STATUS PASIEN

I. IDENTITAS PASIEN
Nama : An. Z.A.S
Umur : 2 tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Nama Ayah : Tn. F
Pekerjaan Ayah : Swasta
Nama Ibu : Ny. M
Pekerjaan Ibu : Ibu Rumah Tangga
Agama : Islam
Alamat : JL. Raya kelapa II Entrop
Tanggal Pemeriksaan : 10 Oktober 2019
No. RM : 2450/04
NIK : 9171021809K70002

II. ANAMNESIS
Tanggal pemeriksaan 10 Oktober 2019

2
Alloanamnesis diperoleh dari ibu penderita tanggal 10 Oktober 2019.
A. Keluhan Utama : buang air besar (BAB) cair / mencret
B. Riwayat Penyakit Sekarang :
Pasien datang ke Puskesmas Twano di antar oleh ibu kandunganya
dengan keluhan BAB cair/ mencret. Pasien BAB cair/ mencret sebanyak
±7 kali sejak malam, kurang lebih 100ml (setengah dari aqua gelas) setiap
kali mencret. Konsistensi BAB cair dan terdapat ampas-ampas berwarna
kekuningan, lendir (-), darah (-). Menurut ibu pasien, awalnya anak mulai
rewel dan terus menangis dan tampak lemas. Ibu pasien juga mengatakan
anak mulai demam tinggi sejak mencret muncul. Riwayaat kejang
disangkal. Pasien masih bisa BAK dengan lancar, warna BAK kuning
jernih. Gejala mimisan atau gusi berdarah disangkal, keluar cairan dari
telinga disangkal, batuk-pilek disangkal, nafsu makan dan minum turun
sejak mencret semalam, muntah(+). Menurut ibu pasien, anak sempat
muntah 1x pada pagi hari sebelum ke puskesmas.
Sehari-hari menurut ibu pasien satu keluarga biasa meminum air
bersih yang telah di masak. Seluruh alat makan dicuci menggunakan air
yang bersih. Botol susu anak biasanya hanya dicuci dengan menggunakan
air biasa bukan dengan air yang mendidih.
Orang tua Pasien mengaku sejak semalam anak mencret-mencret ibu
tidak memberikan obat apa-apa, ibu hanya memberikan anak air putih
yang banyak dan pada pagi hari orang tua pasien membawa anak ke
Puskesmas Twano untuk mendapat pengobatan, Saat datang ke PKM
Twano, pasien dalam keadaan sedikit lemas, tidak rewel, akral tidak
dingin, air mata (-), dan sudah tidak terlalu panas.

C. Riwayat Penyakit Dahulu :


1. Riwayat penyakit serupa : disangkal
2. Riwayat kejang : disangkal
3. Riwayat alergi : disangkal

D. Riwayat Penyakit Keluarga

3
1. Riwayat sakit serupa (diare) : disangkal
2. Riwayat alergi : disangkal

E. Riwayat Lingkungan
1. Riwayat sakit serupa : disangkal
2. Riwayat jajan makanan kaki lima : disangkal

F. Riwayat Penyakit yang Pernah Diderita


Batuk pilek : (+)

G. Riwayat Kesehatan Keluarga


Ayah : sehat
Ibu : sehat
Saudara : sehat
H. Pemeliharaan Kehamilan dan Prenatal
Pemeriksaan di : Bidan
Frekuensi : Trimester I : 1x/ 1 bulan
Trimester II : 1x/ 1 bulan
Trimester III : 2x/ 1 bulan
Keluhan selama kehamilan : Tidak didapatkan keluhan
Obat-obatan yang diminum selama kehamilan : vitamin dan tablet
penambah darah.

I. Riwayat Kelahiran :
Pasien lahir cukup bulan di RS DOK 2, persalinan ditolong oleh bidan
dengan berat badan lahir 3000 gram dan panjang 48cm, lahir spontan,
langsung menangis, menangis kuat, usia kehamilan 40 minggu. Pasien
merupakan anak ke 2.
Kesan : kehamilan dan persalinan tidak ada kelainan

4
J. Riwayat Postnatal
Pemeliharaan post natal dilakukan di bidan sejak pasien berumur 3 hari,
dilakukan penimbangan dan pemantauan kesehatan di posyandu setiap
bulannya.

K. Status Imunisasi

JENIS 0 I II III IV
Hepatitis B 0 bulan 2 bulan 3 bulan 4 bulan  
Polio 0 bulan 2 bulan 3 bulan 4 bulan  
BCG   2 bulan      
DPT   2 bulan 3 bulan 4 bulan  
Campak         9 bulan

Kesan : imunisasi lengkap sesuai jadwal KMS.

L. Riwayat Pertumbuhan dan Perkembangan


Pasien rutin ke puskesmas tiap bulan untuk penimbangan berat badan dan
imunisasi, pasien juga memiliki KMS dan dikatakan oleh bidan tidak
pernah berada di bawah garis merah. Saat ini pasien sudah bisa melompat.
Pasien mulai merangkak usia 9 bulan, duduk usia 11 bulan, berjalan usia 1
tahun 1 bulan.
Kesan : pertumbuhan dan perkembangan sesuai usia
K. Riwayat Nutrisi dan Kebiasaan Makan Anak
- ASI diberikan sejak lahir.
- Susu formula mulai usia 6 bulan sampai usia sekarang
- Bubur susu diberikan sejak usia 6 hingga 8 bulan
- Nasi tim diberikan sejak umur 9 bulan sampai 1 tahun.
- Nasi dengan lauk dan sayur yang bervariasi. Diberikan mulai usia
1 tahun sampai sekarang, porsi 1 piring, 3kali/hari.
Kesan : pemberian makanan sesuai dengan usia

III. PEMERIKSAAN FISIK


Pemeriksaan di lakukan dimeja anamnesa MTBS

5
1. Pemeriksaan Fisik
Keadaan Umum
Keadaan umum : sedang, compos mentis, tidak tampak dehidrasi
Derajat kesadaran : compos mentis
Tanda vital
Nadi : 120 x/menit
Pernafasan : 28 x/menit
Suhu : 37,1 o C (per axiler)
Antropometri
BB : 9,8 kg
TB : 82,8 cm
Usia : 2 tahun
BB/TB = > -2 (normal)
Status gizi secara antropometri : gizi baik
2. Status Generalis
A. Kulit
Warna sawo matang, kelembaban baik
B. Kepala
Normocepal, ubun-ubun cekung (+)
C. Mata
CA (-/-) SI (-/-), pupil isokor (3mm/3mm), refleks cahaya (+/+), air mata
(+/+)
D. Hidung
Bentuk normal, nafas cuping hidung (-/-), sekret (-/-), darah (-/-)
E. Mulut
Sianosis (-), mukosa mulut kering (+)
F. Telinga
Bentuk normal, secret (-/-), serumen (-/-)
G. Tenggorok
Uvula ditengah, tonsil T1-T1, mukosa faring hiperemis (-), kripte melebar
(-)
H. Leher

6
Pembesaran KGB (-)
I. Thorax
Pulmo : Inspeksi: Pengembangan dada kanan = kiri
Palpasi : Vokal Fremitus raba kanan = kiri
Perkusi : Sonor / sonor
Auskultasi : SNV (+/+), Rho (-/-), Whz (-/-)
Cor : Inspeksi: iktus kordis tidak tampak
Palpasi : iktus kordis tidak kuat angkat
Perkusi : batas jantung kesan normal
Auskultasi : BJ I-II regular, murmur (-). Galop (-)
J. Abdomen
Inspeksi : dinding perut sejajar dinding dada, spasme (-)
Auskultasi : bising usus (+) meningkat
Perkusi : timpani
Palpasi : supel, nyeri tekan (-), turgor kulit kembali cepat
K. Ekstremitas
Akral hangat, edema (-)
Capillary Refill Time< 2”

3. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan Laboratorium tidak dilakukan

IV. RESUME
Seorang anak laki-laki, usia 2 tahun datang diantar oleh orangtuanya ke
Puskesmas Twano dengan keluhan BAB cair/mencret. BAB sejak semalam
sebelum datang ke PKM. BAB cair/ mencret sebanyak ±7 kali sejak malam,
kurang lebih 100ml (setengah dari aqua gelas) setiap kali mencret.
Konsistensi BAB cair dan terdapat ampas-ampas berwarna kekuningan, lendir
(-), darah (-). Muntah (+) 1x pagi hari sebelum ke PKM. Demam (+) sejak
mencret muncul. Anak tampak lemas dan malas makan dan minum sejak
malam.

7
VI. DAFTAR MASALAH
1. BAB cair > 7 kali
2. Nafsu makan dan minum (+) turun
3. Demam
4. muntah 1x

VII. DIAGNOSIS KERJA


1. Diare akut tanpa dehidrasi

VIII. PENATALAKSANAAN
1. Zinc 1x20 mg
2. Oralit 120 ml bila diare, 60 ml bila muntah
3. Paracetamol sirup 3x1 cth

IX. PROGNOSIS
Que ad vitam : Bonam
Que ad functionam : Bonam

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

DIARE AKUT PADA ANAK


2.1. Definisi

8
Diare akut adalah buang air besar lembek /cair bahkan dapat berupa air
saja yang frekuensinya lebih sering biasanya (biasanya dalam sehari 3 kali atau
lebih) dan berlangsung kurang dari 7 hari.

2.2 Epidemiologi
Berdasarkan laporan WHO 2003, kematian akibat diare di negara
berkembang telah turun dari 4,6 juta tahun 1982 menjadi 2,5 juta kematian pada
tahun 2003. Di Indonesia angka kematian diare juga telah turun tajam dari 40%
tahun 1972 menjadi 24,9 pada tahun 1980, 10% tahun 1985 hingga 7,4 % tahun
1996 dari semua kasus kematian. Walaupun angka kematian karena diare telah
turun, angka kesakitan karena diare tetap tinggi baik di negara maju maupun di
negara berkembang.
Di Amerika Serikat, 20-35 juta kejadian diare terjadi setiap tahunnya. Di
dunia sebesar 6 juta anak meninggal tiap tahunnya karena diare, di mana sebagian
kematian tersebut terjadi di negara berkembang. Penyakit diare adalah salah satu
penyebab utama morbiditas dan mortalitas pada anak di seluruh dunia, yang
menyebabkan 1 miliar kejadian sakit dan 3-5 juta kematian setiap tahunnya.
(Parashar,2003).
Di Indonesia dilaporkan bahwa setiap anak mengalami diare sebanyak 1-2
episode per tahun (Depkes, 2003). Berdasarkan survei demografi kesehatan
Indonesia tahun 2002-2003, prevalensi diare pada anak – anak dengan usia
kurang dari 5 tahun di Indonesia adalah : laki-laki 10,8% dan perempuan 11,2%.
Berdasarkan umur, prevalensi tertinggi terjadi pada usia 6-11 bulan(19,4%), 12-23
bulan (14,8) dan 24-35 bulan (12,0) (Biro pusat statistik, 2003).
Diare akut sampai saat ini masih merupakan masalah kesehatan, tidak saja

di negara berkembang tetapi juga di negara maju. Penyakit diare masih sering

menimbulkan KLB (Kejadian Luar Biasa) dengan penderita yang banyak dalam
waktu yang singkat.
2.3 Etiologi
1. Faktor infeksi

9
a. Infeksi enteral (infeksi saluran pencernaan makanan yang merupakan
penyebab utama diare)
 Infeksi bakteri : vibrio, E. coli, salmondla, shigella, campylo
bacter,yersinia, aeromonas, dan sebagainya
 Infeksi virus : enterovirus, adenovirus, rotavirus, astrovirus, daii
lain-lain
 Infeksi parasit : cacing (ascaris), protozoa (entamoeba
histolytica,giardia lamblia, tricomonas hominis dan jamur (candida
albicans)
b. Infeksi parenteral (infeksi diluar alat pencernaan) seperti: OMA (Otitis
Media Akut), tonsilitis, tonsilofaringitis, bronkopneumonia, ensefalitis,
dan sebagainya (sering terjadi pada bayi dan umur dibawah 2 tahun)
2. Faktor Malabsorpsi
a. Malabsorbsi karbohidrat
 Disakarida ; intoleransi laktosa, maltosa dan sukrosa
 Monosakarida: intoleransi glukosa, fruktosadan galaktosa
b. Malabsorbsi lemak
c. Malabsorbsi protein
3. Faktor makanan
Makanan besi, beracun, alergi terhadap makanan
4. Lain-lain
a. Imunodefisiensi
b. Gangguan psikologis (cemas dan takut)
c. Faktor-faktor langsung:
 KKP (Kurang Kalori Protein)
 Kesehatan pribadi dan lingkungan
 Sosioekonomi

2.4 Patofisiologi
Menurut patofisiologinya diare dibedakan dalam beberapa kategori yaitu
diare osmotik, sekretorik dan diare karena gangguan motilitas usus.

10
- Diare osmotik terjadi karena terdapatnya bahan yang tidak dapat
diabsorpsi oleh usus akan difermentasi oleh bakteri usus sehingga
tekanan osmotik di lumen usus meningkat yang akan menarik cairan.
- Diare sekretorik terjadi karena toxin dari bakteri akan menstimulasi
cAMP dan cGMP yang akan menstimulasi sekresi cairan dan
elektrolit.
- Diare karena gangguan motilitas usus terjadi akibat adanya
gangguan pada kontrol otonomik, misal pada diabetik neuropati,
postvagotomi, post reseksi usus serta hipertiroid.
Mekanisme primer yang menyebabkan diare akut adalah:
1. Rusaknya vili-vili di sekitar daerah brush boarder usus halus, yang
menyebabkan malabsorbsi yang menyebabkan diare karena gangguan
osmotik.
2. Kuman yang melepaskan toxin yang berikatan dengan enterosit reseptor yg
spesifik yang menyebabkan terlepasnya ion klorida kedalam membran
intestinal sehingga menyebabkan gangguan absorbsi sehingga menyebabkan
diare.
Patogenesis terjadinya diare yang disebabkan virus yaitu virus yang masuk
melalui makanan dan minuman sampai ke enterosit, akan menyebabkan infeksi
dan kerusakan villi usus halus. Enterosit yang rusak diganti dengan yang baru
yang fungsinya belum matang, villi mengalami atropi dan tidak dapat
mengabsorpsi cairan dan makanan dengan baik, akan meningkatkan tekanan
koloid osmotik usus dan meningkatkan motilitasnya sehingga timbul diare.
Diare karena bakteri terjadi melalui salah satu mekanisme yang
berhubungan dengan pengaturan transpor ion dalam sel-sel usus cAMP, cGMP,
dan Ca dependen. Patogenesis terjadinya diare oleh salmonella, shigella, E coli
agak berbeda dengan patogenesis diare oleh virus, tetapi prinsipnya hampir sama.
Bedanya bekteri ini dapat menembus (invasi) sel mukosa usus halus sehingga
depat menyebakan reaksi sistemik.Toksin shigella juga dapat masuk ke dalam
serabut saraf otak sehingga menimbulkan kejang. Diare oleh kedua bakteri ini
dapat menyebabkan adanya darah dalam tinja yang disebut disentri.

2.5 Manifestasi kinis

11
Mula-mula anak cengeng, gelisah, suhu tubuh naik, nafsu makan
berkurang kemudian timbul diare. Tinja mungkin disertai lendir dan darah. Warna
tinja makin lama berubah kehijauan karena bercampur dengan, daerah anus dan
sekitarnya timbul luka lecet karena sering defekasi dan tinja yang asam akibat
laktosa yang tidak diabsorbsi usus selama diare. Gejala muntah dapat timbul
sebelum atau selama diare dan dapat disebabkan karena lambung turut meradang
atau akibat gangguan keseimbangan asam basa dan elektrolit.
Bila kehilangan cairan terus berlangsung tanpa pergantian yang memadai
gejala dehidrasi mulai tampak yaitu : BB turun, turgor kulit berkurang, mata dan
ubun-ubun cekung (bayi), selaput lender bibir dan mulut, serta kulit kering. Bila
keadaan ini terus berlanjut, akan terjadi renjatan hypovolemik dengan gejala
takikardi, denyut jantung menjadi cepat, nadi lemah dan tidak teraba, tekanan
daran turun, pasien tampak lemah dan kesadaran menurun, karena kurang cairan,
deuresis berkurang (oliguria-anuria). Bila terjadi asidosis metabolik pasien akan
tampak pucat, nafas cepat dan dalam (pernafasan kusmaul).
2.6. Komplikasi Diare
Sebagai akibat diare baik akut maupun kronik akan terjadi :
1. Kehilangan cairan (dehidrasi)
Dehidrasi terjadi karena output air lebih banyak dari pada input air.
Klasifikasi tingkat dehidrasi anak dengan diare yaitu :

Penilaian Dehidrasi Menurut MTBS

Kriteria Dehidrasi menurut WHO 2000

12
2. Gangguan keseimbangan asam-basa (metabolik asidosis)
Metabolik asidosis terjadi karena :
a. Kehilangan Na-bikarbonat bersama feses
b. Adanya ketosis kelaparan. Metabolisme lemak yang tidak sempurna
sehingga benda keton tertimbun dalam tubuh.
c. Terjadi penimbunan asam laktat karena adanya anoksia jaringan.
d. Produk metabolisme yang bersifat asam meningkat karena tidak dapat
dikeluarkan oleh ginjal.
e. Pemindahan ion Na dari cairan ekstraselular ke dalam cairan intraselular.
Secara klinis asidosis dapat diketahui dengan memperhatikan pernapasan,
pernapasan bersifat cepat, teratur dan dalam yang disebut pernapasan kuszmaull.
Pernapasan ini merupakan homeostasis respiratorik yaitu usaha dari tubuh untuk
mempertahankan pH darah.

3. Hipoglikemia
Pada anak-anak dengan gizi baik/cukup, hipoglikemia ini jarang terjadi, lebih
sering terjadi pada anak yang sebelumnya sudah menderita KEP. Hal ini terjadi
karena :
a. Penyimpanan/persediaan glikogen dalam hati terganggu
b. Adanya gangguan absorbsi glukosa.
Gejala hipoglikemia dapat muncul jika kadar glukosa darah menurun sampai 40
mg% pada bayi dan 50 mg% pada anak-anak. Gejala hipoglikemia tersebut

13
berupa: lemas, apatis, peka rangsang, tremor, pucat, berkeringat, syok, kejang
sampai koma.

4. Gangguan gizi
Sewaktu anak menderita diare, sering terjadi gangguan gizi dengan akibat
terjadinya penurunan berat badan dalam waktu singkat. Hal ini disebabkan karena:
a. Makanan sering dihentikan oleh orang tua karena takut diare dan/atau
muntahnya akan bertambah berat.
b. Walaupun susu diteruskan, sering diberikan dengan pengenceran.
c. Makanan yang diberikan sering tidak dapat dicerna dan diabsorbsi dengan
baik karena adanya hiperperistaltik.
5. Gangguan sirkulasi
Sebagai akibat diare dengan/tanpa disertai muntah, dapat terjadi gangguan
sirkulasi darah berupa rejatan (shock) hipovolemik. Akibatnya perfusi jaringan
berkurang dan terjadi hipoksia dan asidosis bertambah berat. Kemudian dapat
mengakibatkan perdarahan di otak yang menimbulkan turunnya kesadaran
(soporokomatusa) dan bila tidak segera ditangani penderita dapat meninggal.

2.7. Kriteria Diagnosis


a. Anamnesis
 Lama diare berlangsung, frekuensi diare dalam sehari, warna dan
konsistensi tinja, lendir dan atau darah dalam tinja
 Muntah, rasa haus, rewel, anak lemah, kesadaran menurun, buang air
kecil terakhir, demam, sesak, kejang, kembung
 Jumlah cairan yang masuk selama diare
 Jenis makanan dan minuman yang diminum selama diare,
mengonsumsi makanan yang tidak biasa
 Penderita diare disekitarnya dan sumber air minum

b. Pemeriksaan fisik
 Keadaan umum, kesadaran, dan tanda vital

14
 Tanda utama: keadaan umum gelisah/cengeng atau
lemah/letargi/koma, rasa haus, turgor kulit abdomen menurun
 Tanda tambahan: ubun-ubun besar, kelopak mata, air mata, mukosa
bibir, mulu, dan lidah
 Berat badan
 Tanda gangguan keseimbangan asam basa dan elektrolit, seperti napas
cepat dan dalam (asidosos metabolik), kembung (hipokalemia), kejang
(hipo atau hipernatremia)
 Penilaian derajat dehidrasi dilakukan sesuai kriteria berikut:
 Tanpa dehidrasi (kehilangan cairan < 5% berat badan)
 Tidak ditemukan tanda utama dan tandda tambahan
 Keadaan umum baik, sadar
 Ubun-ubun besar tidak cekung, mata tidak cekung, air mata ada,
mukosa mulut dan bibir basah
 Turgor abdomen baik, bising usus normal
 Akral hangat

 Dehidrasi ringan sedang (kehilangan cairan 5-10% berat badan)


 Apabila didapatkan 2 tanda utama ditambah 2 atau lebih tanda
tambahan
 Keadaan umum gelisah atau cengeng
 Ubun-ubun besar sedikit cekung, mata sedikit cekung, air mata
kurang, mukosa mulut dan bibir sedikit kering
 Turgor kurang, akral hangat
 Dehidrasi berat (kehilangan cairan > 10% berat badan)
 Apabila didapatkan 2 tanda utama ditambah dengan 2 atau lebih
tanda tambahan
 Keadaan umum lemah, letargi, atau koma
 Ubun-ubun sangat cekung, mata sangat cekung, air mata tidak
ada, mukosa mulut dan bibir sangat kering
 Turgor sangat kurang dan akral dingin

15
c. Laboratorium
Pemeriksaan laboratorium lengkap pada diare akut pada umumnya
tidak diperlukan, hanya pada keadaan tertentu mungkin diperlukan
misalnya penyebab dasarnya tidak diketahui atau ada sebab-sebab lain
selain diare akut atau pada penderita dengan dehidrasi berat. Contoh :
pemeriksaan darah lengkap, kultur urine dan tinja pada sepsis atau infeksi
saluran kemih. Pemeriksaan laboratorium yang kadang-kadang diperlukan
pada saat diare akut :
Darah: darah lengkap, serum elektrolit, analisa gas darah, glukosa darah,
kultur dan kepekaan terhadap antibiotika.
Feses :
PH asam  diare osmotic
Leukosit > 5 / LPB  disentri
Hal yang dinilai pada pemeriksaan feses:
- Makroskopis : konsistensi, warna, lendir, darah, bau
- Mikroskopis : leukosit, eritrosit, parasit, bakteri

Bentuk klinis diare berdasarkan penyebabnya :

2.8. Pengobatan Diare


Prinsip penatalaksanaan penderita diare adalah:
a. Mencegah terjadinya dehidrasi
Salah satu komplikasi yang paling sering terjadi adalah dehidrasi. Mencegah
terjadinya dehidrasi dapat dilakukan mulai dari rumah dengan memberikan

16
minum lebih banyak dengan cairan rumah tangga yang dianjurkan, seperti air
tajun, kuah sayur, air sup, air teh. Bila tidak memberikan cairan rumah tangga
yang dianjurkan, berikan air matang. Jangan diberikan cairan yang
osmolaritasnya tinggi, yaitu yang terlalu manis sepeti soft drink.
b. Mengobati dehidrasi
Bila terjadi dehidrasi terutama pada anak balita, penderit harus segera dibawa
ke petugas kesehatan atau sarana kesehatan untuk mendapatkan pengobatan
yang cepat dan tepat, yaitu dengan oralit. Bila terjadi dehidrasi berat,
penderita harus segera diberikan cairan intravena dengan Ringer Laktat
sebelum dilanjutkan terapi oral.

c. Pemberian ASI / makanan


Pemberian ASI / makanan selama serangan diare bertujuan untuk
memberikan gizi pada penderita terutama bertujuan agar anak tetap kuat dan
tumbuh serta mencegah berkurangnya berat badan.

d. Pemberian Zinc
Zinc merupakan salah satu mikronutrien yang penting dalam tubuh. Lebih
dari 90 macam enzim dalam tubuh memerlukan zinc sebagai kofaktornya,
termasuk enzim superoksida dismutase (Linder,1999). Enzim ini berfungsi
untuk metabolisme radikal bebas superoksida sehingga kadar radikal bebas
ini dalam tubuh berkurang. Pada proses inflamasi, kadar radikal bebas
superoksida meningkat, sehingga dapat merusak berbagai jenis jaringan
termasuk jaringan epitel dalam usus (Cousins et al, 2006).
Zinc  yang ada dalam tubuh akan hilang dalam jumlah besar pada saat
seorang anak menderita diare. Dengan demikian sangat diperlukan pengganti
zinc yang hilang dalam proses kesembuhan seorang anak dan untuk menjaga
kesehatannya di bulan-bulan mendatang.
Mulai tahun 2004, WHO-UNICEF merekomendasikan suplemen Zinc untuk
terapi diare karena suplementasi zinc telah terbukti menurunkan jumlah hari
lamanya seorang anak menderita sakit, menurunkan tingkat keparahan
penyakit tersebut, serta menurunkan kemungkinan anak kembali mengalami
diare 2-3 bulan berikutnya.

17
Banyak uji klinik yang melaporkan bahwa suplemen Zinc sangat bermanfaat
untuk membantu penyembuhan diare. Zinc sebaiknya diberikan sampai 10-14
11
hari, walaupun diarenya sudah sembuh. Sayangnya suplemen Zinc ini
belum banyak beredar di apotek di Indonesia. Di beberapa RS besar di
Indonesia telah menggunakan suplemen Zinc dalam bentuk suspensi untuk
penatalaksanaan diare akut.
Adapun cara pemberian Tablet Zinc yaitu :
 Untuk bayi usia di bawah 6 bulan berikan setengah tablet zinc (10mg)
sekali sehari selama sepuluh hari berturut-turut.
 Untuk anak usia 6 bulan ke atas berikan satu tablet zinc (20 mg) sekali
sehari selama sepuluh hari berturut-turut.
 Larutkan tablet tersebut dengan sedikit (beberapa tetes)air matang atau
ASI dalam sendok teh.
 Jangan mencampur tablet zinc dengan oralit
 Tablet harus diberikan selama sepuluh hari penuh (walaupun diare telah
berhenti sebelum 10 hari)
 Apabila anak muntah sekitar setelah jam setelah pemberian tablet zinc,
berikan lagi tablet zinc dengan cara memberikan potongan lebih kecil dan
berikan beberapa kali hingga satu dosis penuh.
 Bila anak menderita dehidrasi berat dan memerlukan cairan infus,tetap
berikan tablet zinc segera setelah anak dapat minum atau makan.

e. Pemberian Probiotik
Probiotik adalah suatu suplemen makanan, yang mengandung bakteri atau
jamur yang tumbuh sebagai flora normal dalam saluran pencernaan manusia,
yang bila diberikan sesuai indikasi dan dalam jumlah adekuat diharapkan
dapat memberikan keuntungan bagi kesehatan dengan cara meningkatkan
kolonisasi bakteri probiotik didalam lumen saluran cerna sehingga seluruh
epitel mukosa usus telah diduduki oleh bakteri probiotik melalui reseptor
dalam sel epitel usus. Dengan mencermati penomena tersebut bakteri
probiotik dapat dipakai dengan cara untuk pencegahan dan pengobatan diare
baik yang disebabkan oleh Rotavirus maupun mikroorganisme lain,

18
speudomembran colitis maupun diare yang disebabkan oleh karena
pemakaian antibiotika yang tidak rasional (antibiotik asociated diarrhea ) dan
travellers’s diarrhea.
Terdapat banyak laporan tentang penggunaan probiotik dalam tatalaksana
diare akut pada anak. Hasil meta analisa Van Niel dkk menyatakan
lactobacillus aman dan efektif dalam pengobatan diare akut infeksi pada anak,
menurunkan lamanya diare kira-kira 2/3 lamanya diare, dan menurunkan
frekuensi diare pada hari ke dua pemberian sebanyak 1-2 kali. Kemungkinan
mekanisme efekprobiotik dalam pengobatan diare adalah : Perubahan
lingkungan mikro lumen usus, produksi bahan anti mikroba terhadap
beberapa patogen, kompetisi nutrien, mencegah adhesi patogen pada
anterosit, modifikasi toksin atau reseptor toksin, efektrofik pada mukosa usus
dan imunno modulasi.
Terdapat berbagai macam jenis probiotik yang hingga saat ini sering
digunakan sebagai suplemen. Golongan yang paling banyak digunakan adalah
Lactic Acid Bacteria (LAB). Golongan LAB dapat mengubah gula dan
karbohidrat menjadi asam laktat, yang berfungsi menurunkan kadar pH
saluran gastrointestinal, sehingga menghambat pertumbuhan bakteri patogen.
Contoh strain golongan LAB adalah Lactobacillus dan Bifidobacterium.
Sejak dipublikasikan pertama kali oleh seorang peneliti Rusia, Eli
Metchnikoff, pada awal abad 20, penelitian tentang probiotik hingga saat ini
banyak dilakukan untuk menguji kemanfaatannya pada populasi anak.
Produk komersial yang mengandung probiotik sebagai suplemen banyak
tersedia di pasaran. Kemanfaatan probiotik terutama banyak dilihat dari aspek
pencegahan dan terapi penyakit, terutama penyakit alergi dan infeksi.
Penggunaan probiotik untuk diare pada anak merupakan fokus studi yang
paling banyak dilakukan dalam penilaian kemanfaatan probiotik. Secara
teoritis, probiotik dapat mengurangi keparahan diare melalui efek kompetisi
dengan patogen, imunomodulator, meningkatkan sekresi IgA mukosa usus,
dan mengurangi kejadian intoleransi laktosa.
Pemberian probiotik terlihat bermanfaat dalam tatalaksana diare akut. Meta-
analisis yang dilakukan oleh Szajewska et al menunjukkan bahwa pemberian

19
suplemen Lactobacillus mengurangi durasi diare akut sehari lebih cepat
dibandingkan plasebo (95% CI) dengan level of evidence 1a. Efektivitasnya
terutama lebih baik pada mereka dengan etiologi rotavirus, yang merupakan
penyebab terbanyak diare akut pada anak.

f. Pemberian Antibiotik
Sebagian besar kasus diare tidak memerlukan pengobatan dengan antibiotika
oleh karena pada umumnya sembuh sendiri (self limiting). Antibiotik hanya
diperlukan pada sebagian kecil penderita diare misalnya kholera shigella,
karena penyebab terbesar dari diare pada anak adalah virus (Rotavirus).
Kecuali pada bayi berusia di bawah 2 bulan karena potensi terjadinya sepsis
oleh karena bakteri mudah mengadakan translokasi kedalam sirkulasi, atau
pada anak/bayi yang menunjukkan secara klinis gajala yang berat serta
berulang atau menunjukkan gejala diare dengan darah dan lendir yang jelas
atau segala sepsis. Anti motilitis seperti difenosilat dan loperamid dapat
menimbulkan paralisis obstruksi sehingga terjadi bacterial overgrowth,
gangguan absorpsi dan sirkulasi.
Beberapa antimikroba yang sering dipakai antara lain:
 Kolera : Tetrasiklin 12,5mg/kgBB/ dibagi 3 dosis (3 hari) atau
Erytromycin 12,5 mg/kgBB 4x sehari selama 3 hari
 Shigella : Ciprofloxacin 15 mg/kgBB 2x sehari selama 3 hari atau
Ceftriaxone 50-100 mg/kgBB 1x sehari IM selama 2-5 hari.
 Amebiasis : Metronidasol 10mg/kg/ 3x sehari selama 5 hari (10 hari pada
kasus berat), Untuk kasus berat : Dehidro emetin hidrokhlorida 1-1,5
mg/kg (maks 90mg)(im) s/d 5 hari tergantung reaksi (untuk semua umur)
 Giardiasis : Metronidazole 5mg/kgBB 3x sehari selama 5 hari.

g. Mengobati masalah lain


Obat-obatan “anti diare” dan anti muntah tidak boleh diberikan pada anak
dengan diare. Anti diare tidak dianjurkan karena belum adanya bukti mengenai
diare yang berdaya guna, sehingga penggunaan anti diare hanya menimbulkan
beban biaya.

20
h. Pemberian nasehat
Pemberian nasehat kepada orang tua anak (pengasuh) untuk segera membawa
anaknya kepada petugas kesehatan bila anak tidak membaik dalam 3 hari atau
menderita sebagai berikut:
 Buang air besar cair lebih sering
 Muntah berulang-ulang
 Rasa haus yang nyata
 Makan atau minum sedikit
 Demam
 Tinja berdarah

DIARE TANPA DEHIDRASI


- Cairan rehidrasi oralit diberikan 5-10 mL/kgBB setiap diare cair atau
berdasarkan usia, yaitu umur < 1 tahun sebanyak 50-100 ml, umur 1-5
tahun sebanyak 100-200 ml, dan umur di atas 5 tahun semaunya.
Dapat diberikan cairan rumah tangga sesuai kemauan anak. ASI harus
tetap diberikan.
- Pasien dapat dirawat di rumah, kecuali apabila terdapat komplikasi lain
(tidak mau minum, muntah terus menerus, diare frekuen dan profus)

DIARE DENGAN DEHIDRASI RINGAN SEDANG


- Cairan rehidrasi oral (CRO) hipoosmolar deberikan sebanyak 75
ml/kgBB dalam 3 jam untuk mengganti kehilangan cairan yang telah
terjadi dan sebanyak 5-10 ml/kgBB setiap diare cair
- Rehidrasi parenteral (intravena) diberikan bila anak muntah setiap
diberi minum walaupun telah diberikan dengan cara sedikit demi
sedikit atau melalui pipa nasogastrik. Cairan intravena yang diberikan
adalah ringer laktat atau KaEN 3B atau NaCl dengan jumlah cairan
dihitung berdasarkan berat badan. Status hidrasi dievaluasi secara
berkala.
- Berat badan 3-10 kg: 200 ml/kgBB/hari
- Berat badan 10-15 kg: 175 ml/kgBB/hari

21
- Berat badan > 15 kg: 135 ml/kgBB/hari
- Pasien dipantau selama proses rehidrasi sambil memberikan edukasi
kepada orangtua

DIARE DENGAN DEHIDRASI BERAT


- Diberikan cairan rehidrasi parenteral dengan ringer laktat atau ringer
asetat 100 ml/kgBB, dengan cara pemberian:
- Umur kurang dari 12 bulan: 30 ml/kgBB dalam 1 jam pertama,
dilanjutkan70 ml/kgBB dalam 5 jam berikutnya
- Umur di atas 12 bulan: 30 ml/kgBB dalam ½ jam pertama, dilanjutkan
70 ml/kgBB dalam 2,5 jam berikutnya
- Masukan cairan peroral diberikan bila pasien sudah mau dan dapat
minum dimulai dengan 5 ml/kgBB selama proses rehidrasi

Rencana Terapi A : Terapi di rumah untuk mencegah dehidrasi dan


malnutrisi
Anak-anak tanpa tanda-tanda dehidrasi memerlukan tambahan cairan dan
garam untuk mengganti kehilangan cairan dan elektrolit akibat diare. Jika ini tidak
diberikan, tanda-tanda dehidrasi dapat terjadi. (1)
Ibu harus diajarkan cara untuk mencegah dehidrasi di rumah dengan
memberikan anak lebih banyak cairan daripada biasanya, bagaimana mencegah
kekurangan gizi dengan terus memberi makan anak, dan mengapa tindakan-
tindakan ini penting. Mereka harus juga tahu apa tanda-tanda menunjukkan bahwa
anak harus dibawa ke petugas kesehatan. Langkah-langkah tersebut dirangkum
dalam empat aturan Rencana Terapi A.

Aturan 1 : Memberikan anak lebih banyak cairan daripada biasanya, untuk


mencegah dehidrasi
Cairan yang diberikan adalah cairan yang mengandung garam (oralit),
dapat juga diberikan air bersih yang matang.
Komposisi larutan oralit baru :
 Natrium klorida 2,6 gram/liter

22
 Glukosa 13,5 gram/liter
 Kalium klorida 1,5 gram/liter
 Trisodium sitrat 2,9 gram/liter
Komposisi larutan oralit lama :
 Natrium klorida 3,5 gram/liter
 Glukosa 20 gram/liter
 Kalium klorida 1,5 gram/liter
 Trisodium sitrat 2,55 gram/liter
Dengan menurunkan osmolaritas dengan mengurangi konsentrasi glukosa
dan garam (NaCl) dimaksudkan untuk menghindari hipertonisitas cairan selama
absorpsi cairan oralit.
Cairan yang mengandung garam, seperti oralit, minuman asin (seperti
minuman youghert), atau sayuran dan sup ayam dengan garam. Ajari ibu untuk
memasukan garam (kurang lebih 3g/L) pada minuman yang tidak bergaram
(seperti air matang, air teh, jus buah-buahan yang tidak diberi gula) atau sup
selama diare.
Larutan oralit yang dapat dibuat dirumah mengandung 3g/L garam dapur
(1 sendok teh penuh garam) dan 18g/L dari gula dapur (sukrosa) sangat efektif
namun tidak dianjurkan karena seringkali lupa resepnya.
Minuman yang tidak boleh diberikan ialah minuman bersoda, teh manis,
jus buah-buahan yang manis. Minuman tersebut dapat menyebabkan diare
osmotik dan hipernatremia. Sedangkan kopi tidak boleh diberikan karena bersifat
diuretik.

Umur (tahun) Jumlah Cairan Yang Harus


Diberikan
<> 50-100 ml cairan
2-10 100-200 ml
> 10 > 200 atau sebanyak yang mereka mau

Aturan 2 : Berikan tambahan zinc (10 - 20 mg) untuk anak, setiap hari
selama 10 –14 hari

23
Zinc dapat diberikan sebagai sirup atau tablet, dimana formulasinya
tersedia dan terjangkau. Dengan memberikan zinc segera setelah mulai diare,
durasi dan tingkat keparahan episode serta risiko dehidrasi akan berkurang.
Dengan pemberian zinc selama 10 sampai 14 hari, zinc yang hilang selama diare
diganti sepenuhnya dan risiko anak memiliki episode baru diare dalam 2 sampai 3
bulan ke depan dapat berkurang. (1)
Pada pedoman penatalaksanaan diare sebelumnya tidak ada anjuran untuk
memberikan zinc, namun pada pedoman penatalaksanaan diare WHO 2005 ada
anjuran seperti ini.

Aturan 3 yaitu berikan anak makanan untuk mencegah kurang gizi


Diet bayi yang biasanya harus dilanjutkan selama diare dan ditingkatkan
setelahnya. Makanan tidak boleh ditahan dan makanan anak yang biasa tidak
boleh diencerkan. pemberian ASI harus dilanjutkan. Tujuannya adalah untuk
memberikan makanan yang kaya nutrisipada anak. Sebagian besar anak-anak
dengan diare cair mendapatkan kembali nafsu makan mereka setelah dehidrasi
diperbaiki, sedangkan orang-orang dengan diare berdarah seringkali nafsu makan
tetap buruk sampai penyakitnya sembuh. Anak-anak ini harus didorong untuk
mau makan secara normal sesegera mungkin.
Ketika makanan diberikan, gizi yang cukup biasanya diserap untuk
mendukung pertumbuhan dan pertambahan berat badan. Makan juga
mempercepat pemulihan fungsi usus normal, termasuk kemampuan untuk
mencerna dan menyerap berbagai nutrisi. Sebaliknya, pada anak-anak yang
dibatasi makannya dan makanan yang diencerkan dapat menurunkan berat badan,
menyebabkan diare lebih lama dan lebih lambat memulihkan fungsi usus.
Secara umum, makanan yang sesuai untuk anak dengan diare adalah sama
dengan yang diperlukan oleh anak-anak yang sehat.
o Bayi segala usia yang menyusui harus tetap diberi kesempatan untuk menyusui
sesering dan selama mereka inginkan. Bayi sering menyusui lebih dari
biasanya dan ini harus didukung.
o Bayi yang tidak disusui harus diberikan susu biasa mereka makan (atau susu
formula) sekurang-kurangnya setiap tiga jam, jika mungkin dengan cangkir.

24
o Bayi di bawah usia 6 bulan yang diberi makan ASI dan makanan lain harus
diberikan ASI lebih banyak. Setelah anak tersebut sembuh dan meningkatnya
pasokan ASI, makanan lain harus diturunkan.
Jika anak usia minimal 6 bulan atau sudah diberikan makanan lunak, ia
harus diberi sereal, sayuran dan makanan lain, selain susu. Jika anak di atas 6
bulan dan makanan tersebut belum diberikan, maka harus dimulai selama episode
diare atau segera setelah diare berhenti. Daging, ikan atau telur harus diberikan,
jika tersedia. Makanan kaya akan kalium, seperti pisang, air kelapa hijau dan jus
buah segar akan bermanfaat.
Berikan anak makanan setiap tiga atau empat jam (enam kali sehari).
Makan porsi kecil yang Sering, lebih baik daripada makan banyak tetapi lebih
jarang. Setelah diare berhenti, dapat terus memberi makanan dengan energi yang
sama dan membrikan satu lagi makan tambahan daripada biasanya setiap hari
selama setidaknya dua minggu. Jika anak kekurangan gizi, makanan tambahan
harus diberikan sampai anak telah kembali berat badan normal-untuk-height.

Aturan 4 Bawa anak ke petugas kesehatan jika ada tanda-tanda dehidrasi


atau masalah lainnya
Ibu harus membawa anaknya ke petugas kesehatan jika anak:
• Buang air besar cair sering terjadi
• Muntah berulang-ulang
• Sangat haus
• Makan atau minum sedikit
• Demam
• Tinja Berdarah
• Anak tidak membaik dalam tiga hari.
Pedoman diare yang sebelumnya hanya mempunyai 3 aturan saja. Namun
WHO 2005 menambahkan pemberian zinc pada rencana terapi A ini.

Rencana Terapi B: Terapi rehidrasi oral untuk anak-anak dengan dehidrasi


ringan-sedang

25
Jika berat badan anak diketahui maka hal ini harus digunakan untuk
menentukan jumlah larutan yang tepat. Jumlah larutan ditentukan dari berat badan
(Kg) dikalikan 75 ml. Jika berat badan anak tidak diketahui maka penentuan
jumlah cairan ditentukan berdasarkan usia anak. Seperti yang terlihat pada tabel
2.5.
Jumlah Cairan yang Harus Diberikan Dalam 4 Jam Pertama
Usiaa <> 4 – 11 12 – 23 2 – 4 5 – 14 > 15
bulan bulan tahun tahun tahun
Berat <> 5–7.9 kg 8-10.9 kg 11- 16- > 30 kg
Badan 15.9kg 29.9kg
Jumlah 200-400 400-600 600-800 800-1200 1200- 2200-
(ml) 2200 4000
a
Digunakan apabila tidak diketahui berat badan pasien
Tabel 2.5 Pedoman Pengobatan Dehidrasi Pada Anak dan Dewasa dengan
Dehidrasi Sedang
• Jika pasien menginginkan lebih banyak oralit, maka dapat diberikan.
• Dorong ibu untuk terus menyusui anaknya.
• Untuk bayi di bawah 6 bulan yang tidak menyusui, jika menggunakan larutan
oralit WHO yang lama yang mengandung 90 mmol / L natrium, juga memberi
100-200ml air bersih selama periode ini. Namun, jika menggunakan larutan
oralit osmolaritas rendah yang baru mengandung 75mmol / L natrium, hal ini
tidak perlu menambah air bersih.
Edema (bengkak) kelopak mata adalah tanda dari over-hidrasi. Jika hal ini
terjadi, hentikan penggunaan oralit, tapi dapat diberi ASI atau air putih, dan
makanan. Jangan beri diuretik. Bila edema telah hilang, lanjutkan pemberian oralit
atau cairan rumah sesuai dengan Rencana Terapi A.
Keluaraga harus diajarkan cara memberikan larutan oralit. Larutan dapat
diberikan pada anak-anak menggunakan sendok atau cangkir. Botol minum tidak
boleh digunakan. Untuk bayi dapat digunakan pipet atau syringe. Untuk anak
<>(1)
Jika tanda-tanda dehidrasi parah telah muncul, terapi intravena (IV) harus
dimulai sesuai Rencana Terapi C.

26
Jika anak masih memiliki tanda-tanda yang menunjukkan dehidrasi
beberapa, teruskan terapi rehidrasi oral dengan mengulangi Rencana Terapi B.
Pada saat yang sama dimulai pemberian makanan, susu dan cairan lain, seperti
yang dijelaskan dalam Rencana Terapi A, dan terus menilai kembali anak.
Jika tidak ada tanda-tanda dehidrasi, harus dipertimbangkan rehidrasi telah
lengkap. Bila rehidrasi adalah lengkap:
 Turgor kulit normal
 Tidak haus
 Urin
 Anak menjadi tenang, tidak lagi mudah marah dan seringkali tertidur.
Ajarkan ibu cara untuk merawat anaknya di rumah dengan larutan oralit
dan makanan seperti pada Rencana Terapi A.
Dengan larutan oralit yang sebelumnya, tanda dehidrasi dapat menetap
atau muncul kembali selama pemberian oralit pada 5% anak-anak. Namun dengan
larutan oralit osmolaritas rendah yang baru, diperkirakan kegagalan pengobatan
sebelumnya dapat berkurang menjadi 3%, atau kurang.
Penyebab kegagalan tersering ialah:
 Intake larutan oralit yang kurang (lebih dari 15-20 ml/kg/jam), seperti yang terjadi
pada beberapa anak-anak dengan kolera
 Tidak cukup asupan larutan oralit karena kelelahan atau kelesuan
 Sering terjadi muntah-muntah yang parah.
Anak-anak tersebut harus diberikan larutan oralit dengan selang
nasogastric (NG) atau larutan Ringer laktat intravena (IV) (75 ml/kg/4jam),
biasanya dilakukan di rumah sakit.
Mulailah untuk memberikan tambahan zinc, seperti dalam Rencana terapi
A, segera setelah anak dapat makan setelah 4 jam pertama periode rehidrasi.
Kecuali untuk ASI, makanan tidak boleh diberikan selama empat jam
pertama periode rehidrasi. Namun, anak-anak yang terus dalam Rencana Terapi B
lebih dari empat jam harus diberikan makanan setiap 3-4 jam seperti yang
dijelaskan dalam Rencana terapi A. Semua anak yang lebih tua dari 6 bulan harus
diberikan makanan sebelum pulang. Ini membantu untuk menekankan kepada
para ibu pentingnya terus makan selama diare.

27
Perbedaan dari rencana terapi B antara WHO tahun 2005 dan Depkes RI
1999 ialah adanya penambahan zinc pada terapi diare menurut WHO 2005 dan
adanya perbedaan untuk menentukan jumlah cairan rehidrasi yang ditentukan
berdasarkan usia. Pedoman yang dipakai Depkes RI 1999 ialah :

Rencana Terapi C : untuk Pasien dengan Dehidrasi Berat


Pengobatan bagi anak-anak dengan dehidrasi berat adalah rehidrasi
intravena cepat, mengikuti Rencana Terapi C. Jika mungkin, anak harus dirawat
di rumah sakit. Panduan untuk rehidrasi intravena diberikan dalam tabel 2.7.
Anak-anak yang masih dapat minum, walaupun buruk, harus diberikan
oralit secara peroral sampai infus berjalan. Selain itu, ketika anak dapat minum
tanpa kesulitan, semua anak harus mulai menerima larutan oralit (sekitar 5
ml/kg/jam), yang biasanya dalam waktu 3-4 jam (untuk bayi) atau 1-2 jam (untuk
pasien yang lebih tua). Ini memberikan tambahan dasar dan potasium, yang
mungkin tidak dapat secara memadai disediakan oleh cairan infus.
Mulai diberi cairan i.v segera. Bila pasien dapat minum berikan oralit
sampai cairan i.v dimulai. Berikan 100 ml/Kg cairan Ringer Laktat (atau cairan
normal salin bila ringer laktat tidak tersedia) yang dibagi sebagai berikut:
Tabel 2.7 Jumlah pemberian cairan secara intravena pada pasien dehidrasi berat(1)
Diulangi lagi bila denyut nadi masih lemah atau tidak teraba.
Nilai kembali penderita tiap 1-2 jam .Bila rehidrasi belum tercapai
pencepat tetesan intravena. Setelah 6 jam (bayi) atau 3 jam (anak) nilai lagi
penderita mengunakan Tabel Pernilaian Kemudian pilihlah rencana terapi yang
sesuai (A,B atau C ) untuk melanjutkan terapi.
Pasien harus dinilai ulang setiap 15-30 menit sampai denyut a. radialis
teraba kuat. Setelah itu, pasien harus dinilai ulang setidaknya setiap 1 (satu) jam
untuk memastikan bahwa hidrasi membaik. Jika tidak, maka infus harus diberikan
lebih cepat.

Lihat dan rasakan untuk semua tanda-tanda dehidrasi:

28
o Jika tanda-tanda dehidrasi berat masih ada, ulangi infus cairan IV seperti yang
diuraikan dalam Rencana terapi C.
o Jika anak membaik (dapat minum), tetapi masih menunjukkan tanda-tanda dari
dehidrasi sedang, hentikan infus IV dan berikan larutan oralit selama empat
jam, sebagaimana ditetapkan dalam Rencana terapi B.
o Jika tidak ada tanda-tanda dehidrasi, ikuti Rencana terapi A. Ingatlah bahwa anak
membutuhkan terapi dengan larutan oralit sampai diare berhenti.
Jika fasilitas terapi IV tidak tersedia, tetapi dapat diberikan dalam jangka
waktu dekat (yaitu dalam waktu 30 menit), kirimlah anak untuk pengobatan IV
segera. Jika anak dapat minum, berikan ibu beberapa larutan oralit dan tunjukkan
kepadanya cara untuk memberikannya kepada anaknya selama perjalanan.
Jika terapi IV tidak tersedia di dekatnya, petugas kesehatan yang telah
dilatih dapat memberikan larutan oralit menggunakan selang Naso Gastrik,
dengan kecepatan 20 ml/kg BB /jam selama 6 (enam) jam (total 120 ml/kg BB).
Jika perut menjadi bengkak, larutan oralit harus diberikan perlahan-lahan sampai
menjadi kurang buncit.
Jika tidak bisa menggunakan selang NGT namun anak dapat minum,
larutan oralit harus diberikan melalui mulut dengan kecepatan 20 ml/kg BB/jam
selama 6 (enam) jam (total 120 ml / kg berat badan). Jika terlalu cepat, anak dapat
muntah berulang. Jika terjadi hal ini, maka memberikan larutan oralit secara lebih
lambat sampai muntah mereda.
Anak-anak menerima terapi NGT atau per oral harus dinilai ulang paling
sedikit setiap jam. Jika tanda-tanda dehidrasi tidak membaik setelah tiga jam, anak
harus segera dibawa ke fasilitas terdekat di mana terapi IV tersedia.
Kalau tidak, jika rehidrasi maju memuaskan, anak harus dinilai ulang
setelah enam jam dan keputusan pada perawatan lebih lanjut dibuat seperti yang
dijelaskan di atas untuk terapi IV yang diberikan.
Jika tidak ada fasilitas NGT dan tidak dapat dilakukan secara peroral, anak
harus segera dibawa ke fasilitas terdekat di mana terapi IV atau NGT tersedia.
Pada rencana terapi C tidak ada perbedaan antara WHO 2005 dengan
pedoman penatalaksanaan diare di Indonesia saat ini.

29
RENCANA TERAPI A
UNTUK MENGOBATI DIARE DIRUMAH
PENDERITA DIARE TANPA DEHIDRASI

30
RENCANA TERAPI B
UNTUK TERAPI DEHIDRASI RINGAN/SEDANG

31
RENCANA TERAPI C
UNTUK DEHIDRASI BERAT

32
2.9. Tatalaksana Nutrisi Pada Diare

33
Ibu perlu dibimbing tentang cara pemberian makanan yang baik pada
anak, mengajari pentingnya meneruskan pemberian makanan penuh selama diare
dan membantu usaha mereka untuk mengikuti anjuran ini. Empat kunci utama
tatalaksana gizi diare yang benar:
 Menilai status gizi
 Memberi makanan yang tepat pada saat episode diare
 Memberi makanan yang tepat pada waktu penyembuhan dengan tindak
lanjutnya.
 Komunikasi yang efektif tentang anjuran diet kepada ibu.
Pemberian ASI selama diare tidak boleh di kurangi atau di hentikan tetapi
diperbolehkan sesering atau selama anak menginginkannya. ASI harus di berikan
untuk menambah larutan oralit. Susu sapi atau formula yang biasa di terima bila
timbul dehidrasi maka pemberian susu harus di hentikan selama rehidrasi untuk
4-6 jam dan kemudian dilanjutkan lagi. Makanan lunak bila anak berumur 4 bulan
atau lebih sudah bisa menerima makanan lunak, makanan ini harus di teruskan.
Bayi umur 6 bulan atau lebih
harus mulai di berikan makanan lunak bila belum pernah di beri. Bila
timbul dehidrasi makanan ini harus di hentikan 4 – 6 jan untuk rehidrasi untuk
kemudian di lanjutkan lagi. Paling tidak separuh makanan diet harus berasal dari
makanan porsi kecil tetapi sering (6 kali atau lebih) dan mereka harus di bujuk
untuk makan.
Banyak literatur yang menyebutkan bahwa probiotik memberikan
kebaikan dalam penanganan diare akut pada bayi. Probiotik dengan pemberian
dua kali sehari selama 5 hari dipercaya terbukti memberikan kebaikan dalam
mengurangi frekuensi, serta durasi penyakit diare. Probiotik dipercaya dapat
mengurangi lama waktu kesakitan, dengan meningkatkan respon imun,
memperbaiki mukosa usus, sebagai substansi penting dalam antimikroba dan
menyeimbangan jumlah mikroba diusus. Angka penguranga dari frekuensi
defekasi secara drastis dalam <3 hari terdapat pada kelompok yang memeperoleh
probiotik dengan kelompok kontrol. Konsistensi faeces yang lebih padat dan
durasi yang lebih pendek pada kelompok probiotik. Rata-rata lama durasi diare
juga mengalami hasil yang signifikan pada kelompok probiotik.

34
2.10. Pencegahan Diare
Penatalaksanaan kasus yang benar, yang terdiri dari upaya rehidrasi oral
dan pemberian makanan dapat mengurangi efek buruk diare yang meliputi
dehidrasi, kekurangan gizi dan resiko kematian. Cara-cara lain juga dibutuhkan,
untuk mengurangi insidensi diare, yaitu intervensi yang selain mengurangi
penyebaran mikroorganisme penyebab diare juga meningkatkan resistensi anak
terhadap infeksi kuman ini.
Sejumlah intervensi telah diusulkan untuk mencegah diare pada anak,
kebanyakan meliputi cara yang berhubungan dengan cara pemberian makanan
kepada bayi, kebersihan perseorangan, kebersihan makanan, penyediaan air
bersih, pembuangan tinja yang aman dan imunisasi. Ada 7 cara diidentifikasi
sebagai sasaran untuk promosi, yaitu:
1. Pemberian ASI
2. Perbaikan makanan pendamping ASI
3. Penggunaan air bersih untuk kebersihan dan untuk minum
4. Cuci tangan
5. Penggunaan jamban
6. Pembuangan tinja bayi yang aman
7. Imunisasi campak.

Penderita yang dirawat inap harus ditempatkan pada tindakan pencegahan


enterik, termasuk cuci tangan sebelum dan sesudah kontak dengan penderita,
penggunaan jas panjang bila ada kemungkinan pencemaran dan sarung tangan bila
menyentuh bahan yang terinfeksi. Penderita dan keluarganya harus dididik
mengenai cara penularan enteropatogen dan cara-cara mengurangi penularan.

35
BAB III
PEMBAHASAN

Diare akut adalah buang air besar lembek /cair bahkan dapat berupa air saja
yang frekuensinya lebih sering dari biasanya (biasanya dalam sehari 3 kali atau
lebih) dan berlangsung kurang dari 7 hari.
Pada kasus ini berdasarkan anamnesa yang di dapatkan dari ibu pasien
bahwa pasien dengan keluhan BAB cair/ mencret. Pasien BAB cair/ mencret
sebanyak ±7 kali sejak malam, kurang lebih 100ml (setengah dari aqua gelas)
setiap kali mencret. Konsistensi BAB cair dan terdapat ampas-ampas berwarna
kekuningan, tiddak terdapat lendir ataupun darah pada feses. Hal ini sesuai
dengan teori bahwa diare akut adalah buang air besar lember/cair dengan
frekuensi lebih dari 3kali atau lebih dalam sehari. Pada kasus didapatkan anak
BAB cair sejak semalam sebanyak 7 kali dengan konsentrasi BAB cair dan
terdapat ampas-ampas.
Pada teori diare akut gejala yang muncul mula-mula anak cengeng,
gelisah, suhu tubuh naik, nafsu makan berkurang kemudian timbul diare. Tinja
mungkin disertai lendir dan darah. Gejala muntah dapat timbul sebelum atau
selama diare dan dapat disebabkan karena lambung turut meradang atau akibat
gangguan keseimbangan asam basa dan elektrolit.
Pada kasus, anak awalnya anak mulai rewel dan terus menangis dan
tampak lemas. Ibu pasien juga mengatakan anak mulai demam tinggi sejak
mencret muncul. Ibu pasien juga mengatakan anak sejak semalam malas makan
dan sempat muntah 1 kali di pagi hari saat makan pagi.
Bila kehilangan cairan terus berlangsung tanpa pergantian yang memadai
gejala dehidrasi mulai tampak yaitu : BB turun, turgor kulit berkurang, mata dan
ubun-ubun cekung (bayi), selaput lender bibir dan mulut, serta kulit kering. Bila
keadaan ini terus berlanjut, akan terjadi renjatan hypovolemik dengan gejala
takikardi, denyut jantung menjadi cepat, nadi lemah dan tidak teraba, tekanan
daran turun, pasien tampak lemah dan kesadaran menurun, karena kurang cairan,
deuresis berkurang (oliguria-anuria). Bila terjadi asidosis metabolik pasien akan
tampak pucat, nafas cepat dan dalam (pernafasan kusmaul). Pada pemeriksaan

36
fisik pada kasus ini tidak terdapat tanda-tanda seperti nafas cepat, bb menurun,
turgor kulit berkurang atau lambat, mata cekung, bibir dan mulut serta kulit juga
masih dalam batas normal. BAK anak juga lancar, berwarna kuning jernih.
Pada kasus ini di diagnosa diare akut tanpa dehidrasi sudah tepat. Dari
anamnesa dan pemeriksaan fisik anak tidak menunjukan tanda-tanda dehidrasi
ringan, sedang maupun berat.
Prinsip penatalaksanaan penderita diare adalah Mencegah terjadinya dehidrasi.
Salah satu komplikasi yang paling sering terjadi adalah dehidrasi. Mencegah
terjadinya dehidrasi dapat dilakukan mulai dari rumah dengan memberikan
minum lebih banyak dengan cairan rumah tangga yang dianjurkan, seperti air
tajun, kuah sayur, air sup, air teh. Bila tidak memberikan cairan rumah tangga
yang dianjurkan, berikan air matang. Jangan diberikan cairan yang osmolaritasnya
tinggi, yaitu yang terlalu manis sepeti soft drink. Pada kasus ini, menurut ibu
pasien, ibu sudah memberikan cairan lebih kepada anaknya dari semalam berupa
air putih yang banyak.
Menurut teori Pengobatan untuk diare akut tanpa dehidrasi adalah Cairan
rehidrasi oralit diberikan 5-10 mL/kgBB setiap diare cair atau berdasarkan usia,
yaitu umur < 1 tahun sebanyak 50-100 ml, umur 1-5 tahun sebanyak 100-200 ml,
dan umur di atas 5 tahun semaunya. Dapat diberikan cairan rumah tangga sesuai
kemauan anak. ASI harus tetap diberikan. Pada kasus ini dokter memberikan
oralit 120ml. Sesuai dengan usia anak yaitu usia 1-5 tahun diberikan sebanyak
1---200 ml. Untuk pemberian zinc untuk anak usia 6 bulan ke atas berikan satu
tablet zinc (20 mg) sekali sehari selama sepuluh hari berturut-turut. Pada kasus ini
dokter juga memberikan zinc 1x20 mg dan pemberian Paracetamol sirup 3x1 cth
bila anak masih demam.

37
DAFTAR PUSTAKA

1. Behrman, R.E et.all. Nelson Textbook of Pediatrics. 17th edition.


International Edition. Saunders 2004. p 1239-1241
2. Budiarso, Aswita.dkk. Buku Pedoman Pengendalian Penyakit Diare .
Jakarta: Departement Kesehatan R.I PPM & PLP. 2009
3. Depatemen Kesehatan. Diare Pada Anak . Kamis, 31 September 2010
www.depkes.go.id
4. Ganna, Herry. Melinda, Heda. Ilmu Kesehatan Anak Pedoman Diagnosis
dan Terapi. Edisi 3. Bandung : 2005
5. Santoso, N. Budi, Diare Pada Bayi Dan Anak, Lab/SMF. Ilmu Kesehatan
Anak FK. Unibraw/RSU Dr. Saiful Anwar Malang. 2001
6. Pusponegoro. H, dkk. Standar Pelayanan Medis Kesehatan Anak. Edisi I.
Ikatan Dokter Anak Indonesia. 2004
7. Rasad S., 2005, Radiologi Diagnostik (2nd edition), Balai Penerbit
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Jakarta
8. Staf Pengajar Ilmu Kesehatan Anak, 1985, Buku Kuliah 3 Ilmu Kesehatan
Anak. Balai Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Jakarta

38

Anda mungkin juga menyukai