Anda di halaman 1dari 28

METODE

PELAKSANAAN

PEKERJAAN : BELANJA MODAL PENGADAAN KONSTRUKSI DRAINASE

KEGIATAN : PEMBANGUNAN DRAINASE PERKOTAAN

LOKASI : 1. JL. MONUMEN EMMY SAELAN, LR. 02, KEL. GUNUNG


SARI, KEC. RAPPOCINI, DSK.
2. RW. 07 (KOMP. GUBERNUR), KEL. TIDUNG KEC.
RAPPOCINI, DSK
3. KOMP. PEMDA BLOK E RW.05, KEL. TIDUNG, KEC.
RAPPOCINI, DSK.

TAHUN ANGGARAN 2019


METODE PELAKSANAAN
PEKERJAAN : BELANJA MODAL PENGADAAN KONSTRUKSI DRAINASE
KOTA MAKASSAR, PROVINSI SULAWESI SELATAN
TAHUN ANGGARAN 2019

PENDAHULUAN
1. Umum

Tahap pelaksanaan merupakan tahapan untuk mewujudkan setiap rencana yang dibuat oleh pihak
perencana. Pelaksanaan pekerjaan merupakan tahap yang sangat penting dan membutuhkan pengaturan serta
pengawasan pekerjaan yang baik sehingga diperoleh hasil yang baik, tepat pada waktunya, dan sesuai dengan
apa yang sudah direncanakan sebelumnya.
Tahap pelaksanaan pekerjaan merupakan tahap yang menentukan berhasil tidaknya suatu
proyek, oleh karena itu perlu dipersiapkan segala sesuatu yang berhubungan dengan teknis pekerjaan,
rencana kerja, serta tenaga pelaksana khususnya tenaga ahli yang profesional yang dapat mengatur pekerjaan
dengan baik serta dapat mengambil keputusan- keputusan mengenai masalah-masalah yang ditemui di
lapangan.
Dalam pelaksanaan fisik suatu proyek bisa saja timbul masalah-masalah yang tidak terduga dan
tidak dapat diatasi oleh satu pihak saja. Untuk itulah diperlukan adanya rapat koordinasi untuk memecahkan
dan menyelesaikan masalah bersama-sama. Dalam rapat koordinasi dihadiri oleh :
• Konsultan proyek
• Koordinator dan para pelaksana
• Pihak pemilik (owner) jika diperlukan
• Pihak perencana / arsitek jika diperlukan

Hal-hal yang dibahas dan diselesaikan dalam rapat koordinasi meliputi :


• Kemajuan ( progress) pekerjaan di lapangan
• Masalah-masalah dan solusinya menyangkut pelaksanaan di lapangan
• Realisasi pelaksanaan pekerjaan yang telah dicapai dibandingkan dengan time schedule yang
telah direncanakan
• Masalah administrasi yang menyangkut kelengkapan dokumen kontrak
• Sasaran yang akan dicapai untuk jangka waktu ke depan

Dalam tahap pelaksanaan, semua pelaksanaan pekerjaan di lapangan mengikuti rencana yang
telah dibuat oleh pihak perencana. Antara lain gambar rencana dan segala detailnya, jenis Material,
dan dokumen lainnya. Tahap selanjutnya kontraktor mengerjakan shop drawing sebagai gambar
pelaksanaan dengan ruang lingkup serta detail yang lebih sempit kemudian untuk tahap akhir kontraktor
membuat as built drawing sebagai gambar akhir sesuai dengan yang ada di lapangan yang digunakan
sebagai laporan akhir .

2. Lokasi Pekerjaan

Kecamatan Rappocini Kota Makassar.


3. Deskripsi Pekerjaan

Nama Paket Pekerjaan : Belanja Modal Konstruksi Drainase (Komp. Pemda Blok E RW.05, Kel. Tidung,
Kec. Rappocini, Dsk) & (RW.07 (Komp Gubernur) Kel. Tidung, Kec. Rappocini,
Dsk) & (Jl. Monumen Emmy Saelan lr. 2, Kel. Gunung Sari, Kec. Rappocini, Dsk)
Sumber Dana : APBD Kota Makassar pada DPA Dinas Pekerjaan UmumKota Makassar Tahun
Anggaran 2019
Jangka Waktu Pelaksanaan : 105 (Seratus Lima) hari kalender sejak SPMK.
Uraian Singkat Pekerjaan : Pekerjaan konstruksi drainase pada lokasi Komp. Pemda Blok E RW.05, Kel.
Tidung, Kec. Rappocini, Dsk & RW.07 (Komp Gubernur) Kel. Tidung, Kec.
Rappocini, Dsk & Jl. Monumen Emmy Saelan lr. 2, Kel. Gunung Sari, Kec.
Rappocini, Dsk sesuai spesifikasi dan gambar

4. PengendalianProyek

Pengendalian waktu pelaksanaan proyek dilakukan dengan mengadakan rapat-rapat periodik


yang diselenggarakan setiap satu kali seminggu dan bertempat di kantor proyek (site office). Untuk
memudahkan kontrol pengendalian waktu pelaksanaan proyek dilakukan penjadwalan waktu kerja (time
schedule) yang dibuat sesuai dengan urutan pelaksanaan pekerjaan. Penjadwalan kerja dilakukan agar waktu
pelaksanaan yang telah ditentukan dapat dimanfaatkan secara optimal sehingga pekerjaan yang
dilaksanakan dapat diselesaikan tepat pada waktunya. Penjadwalan waktu kerja (Time Schedule) yang dibuat
antara lain :

Master Schedule:
Jadwal waktu pelaksanaan pekerjaan yang disusun berdasarkan urutan pekerjaan dari saat proyek
dimulai hingga proyek selesai. Dengan Master Schedule dibuat kurva-S perencanaan dan kurva-S aktual.

Monthly Schedule:
Jadwal waktu pelaksanaan pekerjaan yang disusun pada minggu terakhir setiap bulan yang berisi rencana
pelaksanaan berbagai bagian pekerjaan yang akan dilaksanakan untuk bulan berikutnya.

Weekly Schedule:
Jadwal waktu pelaksanaan pekerjaan yang disusun untuk dilaksanakan dalam waktu satu minggu.

Daily Schedule:
Rencana kerja harian yang disusun dengan mengacu pada weekly schedule.

Selain membuat Time Schedule pengendalian waktu pelaksanaan proyek juga dilakukan dengan
membuat Bar Chart dan Network Planning. Bar Chart berisi kegiatan pelaksanaan pekerjaan dan waktu
pelaksanaannya dalam waktu satuan minggu yang dikemas dalam bentuk table. Sedangkan Network Planning
dibuat untuk menggambarkan jalur- jalur yang menghubungkan satu kegiatan dengan kegiatan lainnya
dengan durasi dan waktu paling awal/akhir untuk memulai/mengakhiri kegiatan tersebut. Dengan
Network Planning dapat ditentukan kegiatan – kegiatan yang termasuk dalam Lintasan kritis (Critical
Part) yaitu kegiatan yang jika mengalami keterlambatan dapat mempengaruhi kegiatan lain.
5. PengendalianBiaya

Pengendalian biaya merupakan salah satu point perhatian tersendiri, dimana disetiap
tahapan pekerjaan akan mengeluarkan biaya untuk melaksanakannya. Pengendalian biaya biasanya
dilakukan dengan melalui system pembayaran. Dalam hal ini sebelum dilakukan pembayaran harus
dilakukan pengecekan dan perhitungan bersama dengan pihak owner, Konsultan Pengawas, dan
Konsultan Perencana. Hasil dari perhitungan bersama yang disepakati dituangkan dalam bentuk Progress
prestasi pekerjaan yang dituangkan di setiap akhir minggu, dan di berita acarakan serta di tanda tangan
bersama-sama. Pengendalian Biaya di dalam internal pelaksana sangat penting terkait dengan tingkat
prioritas, jumlah dan jenis kebutuhan material yang sudah disepakati dalam forum rapat dan RKS yang ada.

6. PengendalianMutu

Pengendalian mutu bahan/material merupakan bentuk pengawasan terhadap kesesuaian material


dengan RKS yang direncanakan. Pengendalian mutu bahan/material dilakukan oleh Quality Control
sebelum tahapan pekerjaan dimulai.
Bahan yang akan digunakan harus diusulkan terlebih dahulu dan mendapatkan persetujuan
bersama konsultan pengawas, konsultan perencana dan owner. Bahan/material yang sudah
disetujui harus tersimpan dan terdokumentasikan dengan benar, terawat dengan baik. Pengendalian
disini bersifat sebelum pelaksanaan pekerjaan. Pengendalian mutu bahan/material ini dilakukan di setiap
kedatangan material. Tahap pengendalian mutu bahan/material selanjutnya dilanjutkan dengan
tahapan pelaksanaan pekerjaan. Tahapan atau proses di setiap pekerjaan harus dilakukan dengan
metode yang benar sesuai yang disyaratkan. Di setiap tahapan yang harus dilalui dilakukan pengawasan
oleh pelaksana lapangan yang mengerti teknis pekerjaan. Kesalahan pelaksanaan akan berakibat
pada hasil kualitas pekerjaan. Kualitas hasil pekerjaan harus dituangkan dalam bentuk daftar checklist.
Pekerjaan-pekerjaan yang mutu akhirnya kurang sesuai standard harus dilakukan perbaikan sampai
mendapatkan hasil sesuai dengan standard yang diinginkan. Inti dari tahapan ini adalah selalu
dilakukan pengecekan terhadap pemakaian material, proses tahapan pekerjaan dan pengecekan akhir
pekerjaan. Tahapan pekerjaan agar sesuai yang distandarkan sebelum pelaksanaannya harus dijelaskan
dalam bentuk metode pelaksanaan masing-masing pekerjaan.
Metode pelaksanaan pekerjaan ini harus juga mempertimbangkan factor keselamatan
pekerjaan dan lingkungan sekitarnya (termasuk orang yang mungkin lalu lalang di sekitar
pekerjaan). Rambu-rambu pengamanan harus dibuat sejelas- jelasnya agar setiap orang dapat bersikap
waspada dan hati-hati. Untuk penjelasan khusus perihal K-3 lihat lampiran rencana program K-3.
Sebagai gambaran, apabila dilakukan pekerjaan galian harus dilihat jenis tanahnya. Dari jenis tanah ini
dibuatlah kemiringan galian yang dimungkinkan. Di sekitar keliling galian dibuatlah pengaman dan
rambu-rambu peringatan. Rambu-rambu peringatan dapat berupa tulisan ataupun garis/tali batas aman.
Apabila bekerja di ketinggian harus perhatikan benar-benar perancah kerja yang digunakan apakah
benar-benar kuat dan memenuhi syarat tidak. Apakah pengaman dari barang-barang jatuh sudah ada belum.
Apakah sabuk pengaman untuk pekerja sudah ada belum. Apakah rambu-rambu peringatan ada pekerjaan
di bagian atas sudah ada belum. Pertanyaan tersebut haruslah sudah terdeteksi dan terjawab sebelum
pelaksanaan pekerjaan itu sendiri.

7. ProsedurkajianUlang DokumenDan PenyiapanGambarKerja


Setelah penanda tanganan kontrak, semua jenis Gambar Pelaksanaan yang disediakan oleh
kontraktor berdasarkan gambar kontrak akan dibuat dalam bentuk format pelaksanaan yang disetujui
oleh Direksi dan akan diajukan jauh sebelumnya, sehingga Direksi dapat memeriksa dan/ atau menyetujui
tanpa mengakibatkan penundaan pelaksanaan pekerjaan di lapangan.

 Semua dokumen teknis yang menyangkut syarat-syarat material dan pelaksanaan pekerjaan akan
dipelajari dengan seksama oleh semua personel proyek, agar terjadi kesepahaman dan
penguasaan gambar/pekerjaan. Sehingga nantinya pada saat pelaksanaan semua permasalahan
yang akan terjadi pada waktu pelaksanaan proyek dapat diantisipasi sebelumnya.
 Gambar kerja akan dibuat dengan skala dan dimensi yang spesifik dan tipikal untuk
menggambarkan berbagai segi pekerjaan dan menjadi pedoman bagi pelaksana untuk dilaksanakan di
lapangan.Sebelum melaksanakan pekerjaan, gambar-gambar kerja tersebut akan diajukan beserta
urutan dan metode pelaksanaan kepada Direksi untuk mendapatkan persetujuan. Gambar
Kerja akan dipersiapkan berdasarkan Gambar Kontrak dan Spesifikasi yang dipersyaratkan, dan
akan memuat hal-hal sebagai berikut:
 Detil-detil dari setiap bagian pekerjaan yang akan dilaksanakan,
 Data topografi dan elevasi permukaan bagian pekerjaan yang diperoleh dari data perecnanaan
dan hasil survey lapangan,
 Perhitungan-perhitungan yang diperlukan,
 Jenis material yang digunakan untuk tiap bagian konstruksi.

Gambar 1 Penyiapan Gambar Kerja

Selama periode pelaksanaan, kontraktor akan menyiapkan Gambar Purna Bangunan untuk semua
jenis pekerjaan yang telah diselesaikan.
Gambar-gambar tersebut akan menunjukkan perubahan-perubahan yang disetujui sebagaimana dalam
Gambar Pelaksanaan, dengan maksud agar kondisi purna bangunan tersebut merupakan proses yang benar
dari kondisi setiap pekerjaan.
I. PEKERJAAN GALIAN TANAH LUMPUR.
1. Lingkup pekerjaan
 Peralatan kerja : sekop, pancul, gerobak sorong, ember, dan linggis
 Alat bantu kerja : pompa, waterpass, meteran, tali.
 Penyediaan tenaga kerja: mandor, pekerja dan surveyor.
 Pekerjaan meliputi : Galian Tanah Lumpur.

8. Prosedur Untuk Administrasi


 Pengajuan Request kepada direksi dan konsultan pengawas yang berisi item pekerjaan, lokasi
pekerjaan, estimasi volume, estimasi alat.
 Pengajuan request dilampirkan gambar sesuai dengan gambar kerja yang sudah disahkan.
 Pengajuan form Check list pekerjaan.

9. Rekaman Dalam Pelaksanaan Pekerjaan


Check list pekerjaan, foto pelaksanaan mulai dari kondisi 0%, 25%, 50%, 75%, dan 100%

10. Syarat-syarat Dan Pelaksanaan Pekerjaan

a) Persiapan galian tanah lumpur.


 Menyiapkan lahan yang akan digali dengan memberi penandaan pada lokasi yang
diperlukan, panjang, arah aliran dan kelandaian , sesuai gambar atau sesuai perintah
Direksi Pekerjaan.
 Terlebih dahulu membuat perkuatan-perkuatan pada kondisi yang aman. Agar penggalian
yang berdasarkan dengan pondasi pagar penduduk, tiang listrik, dll tidak terganggu dan
tidak rusak.

b) Pekerjaan galian tanah lumpur.


 Membuat garis bantu dengan tali yang diikatkan pada bowplank untuk kerapian
dan kelurusan galian tanah agar dimensi pondasi terpenuhiBuat Marking As Ruang Dan
Level Pinjaman 1 Meter.
 Mengukur saluran dengan pasangan agar diperhitungkan galian lebih untuk
memberikan ruang kerja yang cukup.
 Mengukur kemiringan lereng galian agar menghindari terjadinya keruntuhan/ longsoran.
 Menyiapkan bak ukur yang standar untuk mengukur kedalaman dari galian tanah.
 Garis/ketinggian galian harus dilaksanakan sesuai dengan centre line dan ketinggian dasar
yang direncanakan penyimpangan dari ketentuan ini, hanya dapat diberikan bila ada
persetujuan tertulis dari Direksi.
 Galian pada saluran yang telah ada harus diusahakan agar galian tidak digenangi air
dengan cara memompa, menimba atau cara-cara lainnya sesuai petunjuk Direksi
 Galian pondasi digali dengan ketentuan ukuran sesuai kebutuhan pas. pondasi kearah
memenjang /sejajar arah lajur memanjang dan melintang bangunan Ex. Galian
ditempatkan sementara disisi lubang galian dan kemudian diangkut keluar proyek dengan
menggunakan dump truck.
c) Kendali Mutu

 Pengendalian mutu mulai dari proses persi apa n, pengukur an serta penggalian
l um pu r dilakukan oleh pengawas teknik kontraktor dan pengawas teknik MK terhadap
Panjang, lebar, serta kedalaman galian tanah lumpur.
 Setiap kali galian dilakukan uji kedalaman dengan menggunakan waterpass.
 Pada galian yang cukup panjang, dianjurkan secara bertahap, agar terhindar dari bahaya
kelongsoran, genangan, kecelakaan lalu lintas, dll.
 Jika pekerjaan galian telah mendapat pesetujuan dari Direksi, maka pelaksanaharus segera
memulai pekerjaan selanjutnya dan tidak boleh membiarkan galian terbuka terlalu lama.

Gambar 2 Pekerjaan Galian Tanah Lumpur

11. Rencana K3

Pada Pekerjaan ini terdapat beberapa identifikasi bahaya dan untuk meminimalisasi
keadaan tersebut maka diperlukan pengendalian awal K3 dan Penggunaan APD (Alat Pelindung
Diri) yang akan dirangkum dibawah ini :

Akibat yang biasa


No Uraian Kerja Identifikasi Bahaya ditimbulkan Solusi
Galian Tanah Lumpur Banyaknya pecah beling,  Luka ringan /  Memasang
potongan kayu dan benda berat rambu-rambu
tajam yang bisa melukai  Luka tusuk  Menggunakan
kaki pekerja. APD dan Berhati-
hati

12. Keselamatan Kerja

Alat pelindung diri yang digunakan:


II. ANGKUTAN GALIAN.
1. Lingkup pekerjaan
 Pekerjaan ini meliputi pengadaan material : karung dan tali karung.
 Peralatan kerja : sekop, pacul, dan gerobak dorong
 Alat Bantu : Dump Truck dan Pick Up
 Penyediaan tenaga kerja: mandor, pekerja dan surveyor.
 Pekerjaan meliputi : Angkutan galian.

13. Prosedur Untuk Administrasi


 Pengajuan Request kepada direksi dan konsultan pengawas yang berisi item pekerjaan, lokasi
pekerjaan, estimasi volume, estimasi alat.
 Pengajuan request dilampirkan gambar sesuai dengan gambar kerja yang sudah disahkan.
 Pengajuan form Check list pekerjaan.

14. Rekaman Dalam Pelaksanaan Pekerjaan


Check list pekerjaan, foto pelaksanaan mulai dari kondisi 0%, 25%, 50%, 75%, dan 100%

15. Syarat-syarat Dan Pelaksanaan Pekerjaan

a) Persiapan angkutan galian.


 Menyiapkan karung dengan volume 20-25 Kg untuk dimasukkan material hasil galian.
 Menyiapkan tali karung untuk menutup karung agar material dalam karung tidak
tertumpah.
 Menyiapkan Dump Truck 4m3 atau mobil pick up untuk mengangkut material hasil
galian.

b) Pekerjaan angkutan galian.


 Material hasil galian dimasukkan kedalam karung lalu dijahit/diikat menggunakan tali
karung.
 Karung yang berisi material hasil galian lalu di angkut Dump Truck jika hasil volume
galian 1,5m³-4m3, atau menggunakan mobil pick up jika hasil galian tidak melebihi
1,5m3.

c) Kendali Mutu
 Pengendalian mutu mulai dari proses persiapan hingga pengangkutan material hasil
galian dilakukan oleh pengawas teknik kontraktor dan pengawas teknik MK terhadap
lokasi pembuangan, volume angkutan galian tanah, serta kandungan air pada materian
hasil galian.
 Setiap kali Dump Truck/Pick Up mengankut hasil galian, lokasi pembuang di siapkan
terlebih dahulu.

Gambar 3 Angkutan Galian

16. Rencana K3

Pada Pekerjaan ini terdapat beberapa identifikasi bahaya dan untuk meminimalisasi
keadaan tersebut maka diperlukan pengendalian awal K3 dan Penggunaan APD (Alat Pelindung
Diri) yang akan dirangkum dibawah ini :

Akibat yang biasa


No Uraian Kerja Identifikasi Bahaya ditimbulkan Solusi
1. Angkutan Galian Tanah Jatuhnya angkutan pada  Luka ringan/berat  Memasang
saat pengangkutan  Memar rambu-rambu
sehingga dapat melukai  Menggunakan
kaki dan tangan pekerja. APD dan Berhati -
hati

17. Keselamatan Kerja

Alat pelindung diri yang digunakan:


III. GALIAN TANAH.
1. Lingkup pekerjaan
 Peralatan kerja : sekop, pancul, gerobak sorong dan linggis
 Alat bantu kerja : pompa, waterpass, meteran, tali.
 Penyediaan tenaga kerja: mandor, pekerja dan surveyor.
 Pekerjaan meliputi : Galian Tanah Biasa.

18. Prosedur Untuk Administrasi


 Pengajuan Request kepada direksi dan konsultan pengawas yang berisi item pekerjaan, lokasi
pekerjaan, estimasi volume, estimasi alat.
 Pengajuan request dilampirkan gambar sesuai dengan gambar kerja yang sudah disahkan.
 Pengajuan form Check list pekerjaan.

19. Rekaman Dalam Pelaksanaan Pekerjaan


Check list pekerjaan, foto pelaksanaan mulai dari kondisi 0%, 25%, 50%, 75%, dan 100%

20. Syarat-syarat Dan Pelaksanaan Pekerjaan

a) Persiapan galian tanah biasa.


 Menyiapkan lahan yang akan digali dengan memberi penandaan pada lokasi yang
diperlukan, panjang, arah aliran dan kelandaian , sesuai gambar atau sesuai perintah
Direksi Pekerjaan.
 Terlebih dahulu membuat perkuatan-perkuatan pada kondisi yang aman. Agar penggalian
yang berdasarkan dengan pondasi pagar penduduk, tiang listrik, dll tidak terganggu dan
tidak rusak.

b) Pekerjaan galian tanah biasa.


 Membuat garis bantu dengan tali yang diikatkan pada bowplank untuk kerapian
dan kelurusan galian tanah agar dimensi pondasi terpenuhiBuat Marking As Ruang Dan
Level Pinjaman 1 Meter.
 Mengukur saluran dengan pasangan agar diperhitungkan galian lebih untuk
memberikan ruang kerja yang cukup.
 Mengukur kemiringan lereng galian agar menghindari terjadinya keruntuhan/ longsoran.
 Menyiapkan bak ukur yang standar untuk mengukur kedalaman dari galian tanah.
 Garis/ketinggian galian harus dilaksanakan sesuai dengan centre line dan ketinggian dasar
yang direncanakan penyimpangan dari ketentuan ini, hanya dapat diberikan bila ada
persetujuan tertulis dari Direksi.
 Galian pada saluran yang telah ada harus diusahakan agar galian tidak digenangi air
dengan cara memompa, menimba atau cara-cara lainnya sesuai petunjuk Direksi
 Galian pondasi digali dengan ketentuan ukuran sesuai kebutuhan pas. Batu kali kearah
memenjang /sejajar arah lajur memanjang dan melintang bangunan Ex. Galian
ditempatkan sementara disisi lubang galian.

c) Kendali Mutu
 Pengendalian mutu mulai dari proses persi apa n, pengukur an serta penggalian
l um pu r dilakukan oleh pengawas teknik kontraktor dan pengawas teknik MK terhadap
Panjang, lebar, serta kedalaman galian tanah lumpur.
 Setiap kali galian dilakukan uji kedalaman dengan menggunakan waterpass.
 Pada galian yang cukup panjang, dianjurkan secara bertahap, agar terhindar dari bahaya
kelongsoran, genangan, kecelakaan lalu lintas, dll.
 Jika pekerjaan galian telah mendapat pesetujuan dari Direksi, maka pelaksanaharus segera
memulai pekerjaan selanjutnya dan tidak boleh membiarkan galian terbuka terlalu lama.

Gambar 4 Galian Tanah

21. Rencana K3

Pada Pekerjaan ini terdapat beberapa identifikasi bahaya dan untuk meminimalisasi
keadaan tersebut maka diperlukan pengendalian awal K3 dan Penggunaan APD (Alat Pelindung
Diri) yang akan dirangkum dibawah ini :

Akibat yang biasa


No Uraian Kerja Identifikasi Bahaya ditimbulkan Solusi
Galian Tanah Tertusuknya kaki pekerja  Luka ringan / berat  Memasang
dengan akar pohon &  Luka tusuk rambu-rambu
pecahan pipa PDAM yang
pecah akibat adanya  Menggunakan
pekerjaan Galian Tanah. APD dan Berhati -
hati

22. Keselamatan Kerja

Alat pelindung diri yang digunakan:


IV. BONGKARAN PASANGAN BATU.
1. Lingkup pekerjaan
 Peralatan kerja : palu/godam (baja keras), pahat beton, gerobak dorong, palu keci dan linggis
 Alat bantu kerja : meteran.
 Penyediaan tenaga kerja: mandor, pekerja dan surveyor.
 Pekerjaan meliputi : Pek. Bongkaran Batu Kali.

23. Prosedur Untuk Administrasi


 Pengajuan Request kepada direksi dan konsultan pengawas yang berisi item pekerjaan, lokasi
pekerjaan, estimasi volume, estimasi alat.
 Pengajuan request dilampirkan gambar sesuai dengan gambar kerja yang sudah disahkan.
 Pengajuan form Check list pekerjaan.

24. Rekaman Dalam Pelaksanaan Pekerjaan


Check list pekerjaan, foto pelaksanaan mulai dari kondisi 0%, 25%, 50%, 75%, dan 100%

25. Syarat-syarat Dan Pelaksanaan Pekerjaan

a) Persiapan pekerjaan bongkaran batu kali.


 Mengukur volume pasangan batu kali yang akan dibongkar. Lalu menandai dengan
kapus/spidol/cat.
 Terlebih dahulu membuat perkuatan-perkuatan pada kondisi yang aman. Agar
pembongkaran yang berdasarkan dengan pondasi pagar penduduk, tiang listrik, dll tidak
terganggu dan tidak rusak.

b) Pekerjaan bongkaran pasangan batu kali.


 Membongkar pasangan dari bagian atas terlebih dahulu kemudian ke bawah pasangan.
 Pasangan dibongkar dengan hati-hati menggunakan palu/ godam, spesi yang melekat
pada batu bongkaran dibersihkan dengan pahat beton, apabila dengan pahat beton tidak
kuat maka dibersihkan dengan dipukul menggunakan palu kecil.
 Pembongkaran dibongkar dengan hati-hati diusahakan tidak merusak bahan-bahan yang
masih bisa dipergunakan dan melindungi bagian-bagian bangunan yang berhubungan
dengan pekerjaan ini.
 Pelaksanaan pembongkaran yang menyangkut fasilitas umum harus dikerjakan secepat
mungkin agar gangguan yang terjadi sekecil mungkin.
 Hasil bongkaran diletakkan dengan hati-hati agar tidak merusak jalan umum.
 Batu kali yang masih bisa digunakan akan disusun di lokasi sesuai petunjuk Direksi.
 Bongkaran yang tidak dapat dipakai lagi harus disingkirkan dan dibuang sesuai dengan
petunjuk Direksi.

c) Kendali Mutu
 Pengendalian mutu mulai dari proses persiapan hi ng ga p e m b on gka r a n
dilakukan oleh pengawas teknik kontraktor dan pengawas teknik MK terhadap volume
bongkaran pasangan batu serta lokasi yang berada di dekat fasilitas umum seperti jalan,
tiang listrik ataupun pondasi pagar penduduk.
26.
26.
26.
26.
26.
26.
26.
26.
Gambar 5Bongkaran Pasangan Batu 26.
26.
R
encana K3
Pada Pekerjaan ini terdapat beberapa identifikasi bahaya dan untuk meminimalisasi
keadaan tersebut maka diperlukan pengendalian awal K3 dan Penggunaan APD (Alat Pelindung
Diri) yang akan dirangkum dibawah ini :

Akibat yang biasa


No Uraian Kerja Identifikasi Bahaya ditimbulkan Solusi
Bongkaran Pasangan Jatuhnya Bongkaran Pas.  Luka  Memasang rambu-
Batu Batu yang biasa mengenai  ringan/berat,
Memar rambu
kaki pekerja.  Menggunakan
APD dan Berhati -
hati

27. Keselamatan Kerja


Alat pelindung diri yang digunakan:
V. BONGKAR BETON.
1. Lingkup pekerjaan
 Pekerjaan ini meliputi pengadaan material : cuka bibit (jika dibutuhkan) , dan plastik.
 Peralatan kerja : palu/godam (baja keras), pahat beton, gergaji besi, gerobak dorong, ,palu kecil
tang potong dan linggis.
 Alat bantu kerja : meteran.
 Penyediaan tenaga kerja: mandor, pekerja dan surveyor.
 Pekerjaan meliputi : Pek. Bongkaran Plat.

28. Prosedur Untuk Administrasi


 Pengajuan Request kepada direksi dan konsultan pengawas yang berisi item pekerjaan, lokasi
pekerjaan, estimasi volume, estimasi alat.
 Pengajuan request dilampirkan gambar sesuai dengan gambar kerja yang sudah disahkan.
 Pengajuan form Check list pekerjaan.

29. Rekaman Dalam Pelaksanaan Pekerjaan


Check list pekerjaan, foto pelaksanaan mulai dari kondisi 0%, 25%, 50%, 75%, dan 100%

30. Syarat-syarat Dan Pelaksanaan Pekerjaan

a) Persiapan bongkaran beton.


 Mengukur volume pasangan beton yang akan dibongkar. Lalu menandai dengan
kapus/spidol.
 Tutupi beton dengan lembaran plastik untuk menampung debu dan pecahan jika
memungkinkan.
 Memastikan ada tidaknya lokasi infrastruktur lain seperti pipa air yang dapat mengganggu
pekerjaan sebelum memulai.

b) Pekerjaan galian pondasi poer.


 Memulai pada bagian sudut pinggir beton jika memungkinkan, , kekuatan beton
meningkat pada bagian-bagian yang lebih lebar. Menggangsir, atau menggali tanah di
bawah area beton mungkin dapat membantu dalam memecahkannya dengan lebih
mudah.
 Memecahkan beton dalam jarak 5-8 cm untuk memperkecil kemungkinan mata palu
tersangkut.
 Menggunakan linggis untuk mencungkil potongan-potongan beton setelah beton terpecah-
pecah.
 Menggunakan pemotong kawat/tang pemotong jika beton disatukan oleh kawat. Dan
gergaji besi untuk memotong rangka besi beton.
 Plat-plat penutup saluran yang ada tidak perlu dibongkar bila memungkinkan untuk
diangkat/dicungkil untuk dipakai kembali.
 Pelaksanaan pembongkaran dan perbaikan yang menyangkut fasilitas umum harus
dikerjakan sedemikian rupa agar gangguan yang terjadi sekecil mungkin.
 Pembongkaran dibongkar dengan hati-hati diusahakan tidak merusak bahan-bahan yang
masih bisa dipergunakan dan melindungi bagian-bagian bangunan yang berhubungan
dengan pekerjaan ini.
 Plat beton yang masih bisa digunakan akan disusun di lokasi sesuai petunjuk Direksi.
 Bongkaran yang tidak dapat dipakai lagi harus disingkirkan dan dibuang sesuai dengan
petunjuk Direksi.

c) Kendali Mutu
 Pengendalian mutu mulai dari proses persiapan hi ng ga p e m b on gka r a n
dilakukan oleh pengawas teknik kontraktor dan pengawas teknik MK terhadap volume
bongkaran beton serta lokasi yang berada di dekat fasilitas umum seperti jalan, tiang
listrik ataupun pondasi pagar penduduk.

Gambar 6 Bongkar Beton

31. Rencana K3
Pada Pekerjaan ini terdapat beberapa identifikasi bahaya dan untuk meminimalisasi
keadaan tersebut maka diperlukan pengendalian awal K3 dan Penggunaan APD (Alat Pelindung
Diri) yang akan dirangkum dibawah ini :

Akibat yang biasa


No Uraian Kerja Identifikasi Bahaya ditimbulkan Solusi
Bongkaran Beton Jatuhnya Bongkaran Beton  Luka ringan/berat,  Memasang rambu-
yang biasa mengenai kaki  Memar rambu
pekerja.  Menggunakan
APD dan Berhati-
hati

32. Keselamatan Kerja


Alat pelindung diri yang digunakan:
VI. PASANGAN BATU DENGAN MORTAR JENIS PC-PP.
1. Lingkup pekerjaan
 Pekerjaan ini meliputi pengadaan material : batu belah (kali), semen portland, pasir pasang,
dan air.
 Peralatan kerja : sekop, sendok semen/spesi, dan meteran.
 Alat bantu kerja : Molen/Beton Mixer, gerobak dorong, ember, dan water pass.
 Penyediaan tenaga kerja: mandor, tukang , pekerja dan surveyor.
 Pekerjaan meliputi : Pasangan Batu Kali 1:4.

33. Prosedur Untuk Administrasi


 Pengajuan Request kepada direksi dan konsultan pengawas yang berisi item pekerjaan, lokasi
pekerjaan, estimasi volume, estimasi alat.
 Pengajuan request dilampirkan gambar sesuai dengan gambar kerja yang sudah disahkan.
 Pengajuan form Check list pekerjaan.

34. Rekaman Dalam Pelaksanaan Pekerjaan


Check list pekerjaan, foto pelaksanaan mulai dari kondisi 0%, 25%, 50%, 75%, dan 100%

35. Syarat-syarat Dan Pelaksanaan Pekerjaan

a) Persiapan pekerjaan pasangan pondasi batu kali dengan Mortar Jenis PC – PP Tipe N (setara
campuran 1 PC : 4 PP).
 Sebelum pekerjaan pemasangan pasangan batu kali dimulai, terlebih dahulu dilakukan
pengukuran dengan menggunakan theodolith untuk mendapatkan level pasangan batu
kali.
 Tandai hasil pengukuran dengan menggunakan patok kayu yang diberi warna cat.
 Memperhatikan prakiraan cuaca setempat dan cuaca di lokasi tiba untuk pekerjaan.
Karena batu-batu tidak boleh dipasang selama hujan atau cukup lama untuk
menghanyutkan spesi, dimana adukan yang sudah terlanjur dihampar harus dilindungi
sedemikian rupa dari hujan.

b) Pekerjaan pasangan pondasi batu kali dengan Mortar Jenis PC – PP Tipe N (setara campuran 1
PC : 4 PP).
 Gali tanah untuk lubang pasangan batu kali.
 Pastikan galian tanah untuk pasangan batu kali, ukuran lebar dan kedalaman sudah
sesuai rencana.
 Pasang patok kayu dan benang sebagai acuan leveling pasangan batu kali.
 Buat adukan untuk pasangan pondasi batu kali. Komposisi adukan untuk pasangan batu
saluran harus terdiri dari 1 SP : 4 PP dengan takaran yang sama dan dicampur dengan
air secukupnya agar mencapai kekentalan yang disetujui direksi.
 Pengadukan dilaksanakan dengan mesin pengaduk beton (molen/beton mixer), lama
pengadukan harus sampai menunjukkan homogenitas adukan sesuai dengan petunjuk
direksi. Bahan yang telah mengeras atau tercampur akan dibuang.
 Bila ada lubang galian untuk pasangan pondasi / saluran terdapat genangan air, maka
sebelum pekerjaan pasangan dimulai terlebih dahulu airnya dipompa / dikeringkan.
 Membasahi batu kali dengan air telebih dahulu sebelum dipasang. Agar tidak terjadi
penyerapan air oleh spesi
 Memasang pipa biopori pipa PVC diameter 4” dan dibenamkan kedalam tanah
sedalam 1 ( satu ) meter serta diisi dengan daun - daun kering dan permukaan atas
dipasangi ijuk setebal 10 cm dan ditutup dengan dop pipa diameter 4”, dipasang tiap 2
m’. (apabila diperlukan).
 Pekerjaan pasangan untuk dinding saluran tembok penahan tanah dilengkapi dengan
lubang-lubang untuk pipa pengaliran air tanah ( weep hole ).
 Batu kali disusun sedemikian rupa sehingga pasangan batu kali tidak mudah retak/patah
dan berongga besar, didalam pasangan sama sekali tidak boleh terdapat rongga atau celah
yang tidak terisi spesi.
 Mengecek elevasi pekerjaan pasangan batu kali apakah sudah sesuai rencana. Tebal
pasangan batu disesuaikan dengan gambar desain dengan menambahkan tebal plesteran
1,50 cm.
 Membuat Street Line ( lubang-lubang air tepi jalan / tali air ).

c) Kendali Mutu
 Pengendalian mutu mulai dari proses persiapan sampai dengan pemasangan batu kali
dilakukan oleh pengawas teknik kontraktor dan pengawas teknik MK terhadap semua
pekerjaan.
 Setiap kali pasangan pondasi dilakukan uji elevasi.
 Semua pekerjaan pemasangan batu harus di cek volume, permukaan vertical dan
horizontalnya.

Gambar 7 Pasangan Batu Dengan Mortar Jenis PC-PP


36. Rencana K3
Pada Pekerjaan ini terdapat beberapa identifikasi bahaya dan untuk meminimalisasi
keadaan tersebut maka diperlukan pengendalian awal K3 dan Penggunaan APD (Alat Pelindung Diri)
yang akan dirangkum dibawah ini :

Akibat yang biasa


No Uraian Kerja Identifikasi Bahaya ditimbulkan Solusi

1. Pasangan Batu Kali 1:4 Jatuhnya batu kali yang  Luka ringan /  Memasang
biasa mengenai kaki berat rambu-rambu
pekerja & batu kali
yang menjepit tangan  Memar  Menggunakan
pekerja. APD dan Berhati
- hati

37. Keselamatan Kerja


Alat pelindung diri yang digunakan:
VII. PLESTERAN DENGAN MORTAR JENIS PC – PP .
1. Lingkup pekerjaan
 Pekerjaan ini meliputi pengadaan material : semen portland, pasir pasang dan air.
 Peralatan kerja :, Sekop jidar aluminium, roskam dan sendok semen.
 Alat bantu kerja : Scafolding, gerobak dorong, Molen, meteran, benang lot, dan waterpass,.
 Penyediaan tenaga kerja: mandor, tukang , kepala tukang, pekerja dan surveyor.
 Pekerjaan meliputi : Pek. Plesteran 1:3.

38. Prosedur Untuk Administrasi


 Pengajuan Request kepada direksi dan konsultan pengawas yang berisi item pekerjaan, lokasi
pekerjaan, estimasi volume, estimasi alat.
 Pengajuan request dilampirkan gambar sesuai dengan gambar kerja yang sudah disahkan.
 Pengajuan form Check list pekerjaan.

39. Rekaman Dalam Pelaksanaan Pekerjaan


Check list pekerjaan, foto pelaksanaan mulai dari kondisi 0%, 25%, 50%, 75%, dan 100%

40. Syarat-syarat Dan Pelaksanaan Pekerjaan

a) Persiapan dalam pekerjaan plesteran dengan mortar jenis PC-PP tebal 1,5 cm, dengan mortar
tipe S (setara campuran 1 PC:3 PP).
 Menentukan plesteran pada pasangan batu, sesuai dengan bagian pekerjaan yang
tercantum dalam gambar pelaksanaan. Bila tidak ditentukan lain oleh Direksi, plesteran
digunakan pada bagian :
 Seluruh permukaan pasangan batu yang tidak disiar, pasangan yang
menggantung.
 Pada bagian permukaan atas dinding saluran / pondasi dan pada tepi- tepi
pasangan yang tidak disiar.
 Mengayak pasir agar batu-batu kecil tidak terikut dalam campuran plesteran.
 Menggaruk spesi pada bagian permukaan minimal 0,5 cm dan diratakan dan dibasahi agar
terjamin melekatnya plesteran.
 Membersihkan pasangan batu dari material lepas seperti kotoran, minyak dan bahan-
bahan lain yang menghalangi proses pelekatan yang baik antara plesteran dan pasangan
batu.

b) Pekerjaan plesteran dengan mortar jenis PC-PP tebal 1,5 cm, dengan mortar tipe S (setara
campuran 1 PC:3 PP).
 Pembuatan mortal plesteran dengan pencampuran adukan kering mortar dengan air
hingga homogen dan rata menggunakan adukan mekanis (molen) atau manual dalam
wadah adukan.
 Komposisi campuran plesteran digunakan 1 Pc : 3 Psr dengan tebal 15 mm untuk batu
kali, tebal 5 – 8 mm untuk beton, kecuali ditentukan lain oleh direksi.
 Membuat acuan plesteran (point) dengan ketebalan yang ditentukan pada sisi tembok
yang akan diplester dengan jarak antara 1.5 meter vertical.
 Memplester atau menghubungkan antara acuan plesteran dengan mortar lalu diratakan
dengan jidar membentuk satu garis lurus vertical.
 Setelah pekerjaan plesteran selesai lakukan penyiraman secukupnya agar tidak terjadi
keretakan pada permukaan.

c) Kendali Mutu
 Pengendalian mutu mulai dari proses persiapan hingga plesteran dilakukan oleh
pengawas teknik kontraktor dan pengawas teknik MK semua pekerjaan.
 Permukaan plesteran harus rata dan rapi sehingga memuaskan direksi.

Gambar 8 Plesteran Drainase

41. Rencana K3
Pada Pekerjaan ini terdapat beberapa identifikasi bahaya dan untuk
meminimalisasi keadaan tersebut maka diperlukan pengendalian awal K3 dan Penggunaan
APD (Alat Pelindung Diri) yang akan dirangkum dibawah ini :

Akibat yang biasa


No Uraian Kerja Identifikasi Bahaya ditimbulkan Solusi

1. Pek. Plesteran 1:3 Jatuhnya plesteran yang  Luka ringan /  Memasang


biasa mengenai kaki berat rambu-rambu
pekerja.
 Memar  Menggunakan
APD dan Berhati
- hati
42. Keselamatan Kerja
VIII. BETON K 225.
1. Lingkup pekerjaan
 Pekerjaan ini meliputi pengadaan material : Semen Portland, pasir, Batu pecah dan air bersih.
 Peralatan kerja : Sendok semen, pacul, dan palu.
 Alat bantu kerja : Molen/Beton Mixer, dan concrete vibrator.
 Penyediaan tenaga kerja: mandor, tukang , kepala tukang, pekerja dan surveyor.
 Pekerjaan meliputi : Pek. Beton K 225.

43. Prosedur Untuk Administrasi


 Pengajuan Request kepada direksi dan konsultan pengawas yang berisi item pekerjaan, lokasi
pekerjaan, estimasi volume, estimasi alat.
 Pengajuan request dilampirkan gambar sesuai dengan gambar kerja yang sudah disahkan.
 Pengajuan form Check list pekerjaan.

44. Rekaman Dalam Pelaksanaan Pekerjaan


Check list pekerjaan, foto pelaksanaan mulai dari kondisi 0%, 25%, 50%, 75%, dan 100%

45. Syarat-syarat Dan Pelaksanaan Pekerjaan

a) Persiapan dalam pekerjaan beton f’c = 19,3 MPa (K225) menggunakan molen.
 Sebelum melakukan pengecoran beton terlebih dahulu kontraktor membuat Job Mix
Formula untuk menentukan komposisi campuran yang diperlukan sehingga didapatkan
mutu beton yang sesuai dengan yang diharapkan. Job Mix Formula yang telah dibuat
kontraktor diserahkan kepada direksi maupun pengawas lapangan untuk disetujui. Pada
proyek ini untuk pekerjaan struktur menggunakan beton readymix mutu sesuai dengan
yang di persyaratkan dalam spesifikasi teknis
 Pengecoran beton dimulai setelah konsultan/direksi menyetujui untuk pengecoran beton
yang dinyatakan dalam permohonan pelaksanaan kerja.

b) Pekerjaan beton f’c = 19,3 MPa (K225) menggunakan molen.


 Periksa kekuatan acuan yang sudah dipasang /difabrikasi, semua ukuran dan
perkuatan acuan diperiksa benar dan disahkan oleh konsultan/direksi untuk
pekerjaan selanjutnya.Pasang dan rangkai potongan multiplek pada area struktur
yang akan dicor dengan perkuatan balok/kaso dan schaffolding.
 Pasang sparing pipa-pipa mekanikal dan elektrikal yang melintas area
pengecoran.
 Bersihkan seluruh permukaan dan lokasi pengecoran dari kotoran dan sampah.
 Tuang beton readymix ke dalam area pengecoran, pada saat pengecoran adukan
beton diratakan dan dipadatkan dengan vibrator sehingga beton dapat padat dan
tidak ada sarang tawon.
 Hindarkan terjadinya beton setting akibat area yang akan dicor belum siap.
 Plat beton dibuat perpias untuk memudahkan pemeliharaan
c) Kendali Mutu
 Pengendalian mutu mulai dari proses pembetonan dilakukan oleh pengawas
teknik kontraktor dan pengawas teknik MK terhadap dimensi masing-masing
beton yang ingin dibuat dan cek sesuai dengan mutu beton yang di persyarakan.
 Untuk bagian horizontal adalah setelah buka bekesting, bagian luar disemprot air
lalu dicure dengan curing compound.
 Untuk bagian vertical adalah web setelah deshuttering dinding disemprot air lalu
dicure dengan curing coumpound construction joint dicure dengan air.
 Bagian lain dicuring dengan semprotan air secara rutin selama ± 2 minggu untuk
mencegah keretakan.
 Bekesting dapat dibongkar apabila beton sudah mencapai umurnya atau telah

mencapai kekuatan untuk dapat memikul berat sendiri konstruksi.


Gambar 9 Pekerjaan Beton K 225

46. Rencana K3
Pada Pekerjaan ini terdapat beberapa identifikasi bahaya dan untuk
meminimalisasi keadaan tersebut maka diperlukan pengendalian awal K3 dan Penggunaan
APD (Alat Pelindung Diri) yang akan dirangkum dibawah ini :

Akibat yang biasa


No Uraian Kerja Identifikasi Bahaya ditimbulkan Solusi
1. Pek. Beton K 225 Tumpahnya campuran  Luka ringan /  Memasang
yang biasa mengenai berat rambu-rambu
kaki pekerja.  Memar  Menggunakan
APD dan Berhati
- hati
47. Keselamatan Kerja
Alat pelindung diri yang digunakan:
IX. BESI TULANGAN (POLOS).
1. Lingkup pekerjaan
 Pekerjaan ini meliputi pengadaan material : besi beton polos mutu U.24, kawat beton.
 Peralatan kerja : bar cutter dan bar bender.
 Alat bantu kerja : kunci besi, meteran.
 Penyediaan tenaga kerja: mandor, tukang , kepala tukang, pekerja
dan surveyor.
 Pekerjaan meliputi : Pek. Pembesian.

48. Prosedur Untuk Administrasi


 Pengajuan Request kepada direksi dan konsultan pengawas yang berisi item pekerjaan, lokasi
pekerjaan, estimasi volume, estimasi alat.
 Pengajuan request dilampirkan gambar sesuai dengan gambar kerja yang sudah disahkan.
 Pengajuan form Check list pekerjaan.

49. Rekaman Dalam Pelaksanaan Pekerjaan


Check list pekerjaan, foto pelaksanaan mulai dari kondisi 0%, 25%, 50%, 75%, dan 100%

50. Syarat-syarat Dan Pelaksanaan Pekerjaan

a) Persiapan dalam pekerjaan pembesian.


 Pelaksanaan fabrikasi besi tulangan memerlukan tempat yang cukup luas untuk menaruh,
memotong besi beton dan membengkoknya sehingga sesuai dengan gambar yang telah
disetujui.

b) Pekerjaan beton f’c = 19,3 MPa (K225) menggunakan molen.


 Pembuatanan tulangan untuk batang-batang lurus atau dibengkokkan sambungan kait,
pembuatan sengkang-sengkang disesuaikan dengan persyaratan pada Peraturan Beton
Bertulang Indonesia – 1971.
 Potong dan bentuk besi beton dengan ukuran sesuai gambar kerja.
 Rangkai besi beton dengan menggunakan kawat beton.
 Besi beton yang telah difabrikasi diberi tanda sesuai dengan penempatannya, supaya
tidak membingungkan/membuang waktu untuk saat akan dipasang.
 Penulangan harus tetap dan tidak berubah tepat selama pengecoran, begitu juga dengan
selimut beton harus dijaga tebalnya minimum 2,5 cm.
 Besi beton yang dipakai untuk proyek ini mutu dan diameter (spesifikasi) disesuaikan
dengan gambar kerja dan RKS. Serta persetujuan Direksi.

c) Kendali Mutu
 Pengendalian mutu mulai dari proses persiapan sampai dengan pabrikasi tulangan
dilakukan oleh pengawas teknik kontraktor dan pengawas teknik MK terhadap jarak antar
sengkang dan spesifikasi dan ukuran masing-masing jenis penulangan.
 Setiap kali pabrikasi tulangan dilakukan uji jarak antar sengkang dan spesifikasi besi
tulangan yang dipersaratkan di RKS.
 Besi beton harus bersih dari karat/ korosi.
 Rangkaian pembesian (diameter tulangan, tulangan pokok, tulangan tarik) serta ukuran-
ukuran lainnya harus sesuai dengan gambar rencana.

51. Rencana K3
Pada Pekerjaan ini terdapat beberapa identifikasi bahaya dan untuk
meminimalisasi keadaan tersebut maka diperlukan pengendalian awal K3 dan Penggunaan
APD (Alat Pelindung Diri) yang akan dirangkum dibawah ini :

Akibat yang biasa


No Uraian Kerja Identifikasi Bahaya ditimbulkan Solusi

1. Pek. Beton K 225 Tertusuknya kaki &  Luka ringan /  Memasang


tangan pekerja dengan berat rambu-rambu
sisa potongan besi dan
kawat beton.  Memar  Menggunakan
Gambar 10 Pekerjaan Pembesian dengan besi beton polos. APD dan Berhati
- hati
 Luka tusuk

52. Keselamatan Kerja


Alat pelindung diri yang digunakan:
X. BEKISTING.
1. Lingkup pekerjaan
 Pekerjaan ini meliputi pengadaan material : balok 5/7 kls II, multipleks tebal 12mm, paku
biasa 5-10cm, dan minyak bekisting.
 Peralatan kerja : palu dan gergaji.
 Alat bantu kerja : meteran.
 Penyediaan tenaga kerja: mandor, tukang , kepala tukang, pekerja
dan surveyor.
 Pekerjaan meliputi : Pek. Bekisting.

53. Prosedur Untuk Administrasi


 Pengajuan Request kepada direksi dan konsultan pengawas yang berisi item pekerjaan, lokasi
pekerjaan, estimasi volume, estimasi alat.
 Pengajuan request dilampirkan gambar sesuai dengan gambar kerja yang sudah disahkan.
 Pengajuan form Check list pekerjaan.

54. Rekaman Dalam Pelaksanaan Pekerjaan


Check list pekerjaan, foto pelaksanaan mulai dari kondisi 0%, 25%, 50%, 75%, dan 100%

55. Syarat-syarat Dan Pelaksanaan Pekerjaan

a) Persiapan dalam pekerjaan pembesian.


 Fabrikasi bekesting dikerjakan di lokasi proyek untuk memudahkan pengukuran dan
mempercepat pelaksanaannya, karena angkutan bekesting menjadi dekat.
 Sebelum bekesting dipasang, lakukan pengukuran dengan theodolith untuk kesikuan
dan leveling pondasi.
 Bekisting harus rapih, siku dan lurus sehingga hasil pengecoran beton dapat baik.
 Perkuatan terhadap bekisting, agar pada waktu pengecoran bekisting tidak
ambruk/runtuh.
 Fabrikasi bekesting untuk struktur beton diatas permukaan tanah seperti : kolom, balok,
plat lantai dan tangga menggunakan bahan dari multiplek dan perkuatan menggunakan
balok/kaso dan alat perancah.

b) Pekerjaan beton f’c = 19,3 MPa (K225) menggunakan molen.


 Potong dan bentuk balok 5/7 juga multipleks sesuai dengan ukuran gambar kerja.
 Pasang dan rangkai potongan balok dan multiplek pada area struktur yang akan
dicor dengan perkuatan balok/kaso.
 Cek bekesting jangan ada celah yang berakibat kebocoran.
 Pasangan bekesting harus rapih, siku dan lurus sehingga hasil pengecoran beton dapat
menghasilkan bidang yang flat/maksimal.
 Setting (pasang) besi tulangan yang telah difabrikasi ke dalam bekesting.
 Cek elevasi dan kerataan pemasangan bekesting.

c) Kendali Mutu
 Pengendalian mutu mulai dari proses persiapan sampai dengan pabrikasi
pembesian dilakukan oleh pengawas teknik kontraktor dan pengawas teknik MK
terhadap dimensi masing-masing bekisting yang ingin dibuat dan cek dari
kebocoran serta bekisting dipastikan tidak ada kontaminasi dengan dengan lumpur.
tulangan yang dipersaratkan di RKS.

56. Rencana K3
Pada Pekerjaan ini terdapat beberapa identifikasi bahaya dan untuk
meminimalisasi keadaan tersebut maka diperlukan pengendalian awal K3 dan Penggunaan
APD (Alat Pelindung Diri) yang akan dirangkum dibawah ini :

Akibat yang biasa


No Uraian Kerja Identifikasi Bahaya ditimbulkan Solusi

1. Pek. Bekisting Tertusuknya kaki &  Luka ringan /  Memasang


tangan pekerja dengan berat rambu-rambu
serpihan sisa gergaji
balok dan multipleksi  Memar  Menggunakan
yang digunakan dalam APD dan Berhati
pembuatan bekisting. - hati
 Luka tusuk

57. Keselamatan Kerja


Alat pelindung diri yang digunakan:

Anda mungkin juga menyukai