Anda di halaman 1dari 2

NAMA : LINA KUSUMA D.

NRP : 2443017011
MATA KULIAH : BIOTEKNOLOGI (C)
MATERI : Biotechnology-based biopharmaceutical products (Protein & RNA based)

 Biofarmaseutika : aplikasi bioteknologi dalam farmasi


 Biofarmaseutika sebagian besar merupakan protein terapeutik rekombinan yang diperoleh dari
proses bioteknologi dari sumber biologis seperti organ dan jaringan, mikroorganisme, cairan
hewan, atau sel yang dimodifikasi secara genetik dan organisme.
 Obat -> low-molecular mass molecules -> molekul kecil
 Biofarmaseutika -> high-molecular mass drugs -> molekul besar (contoh : protein, peptide)
 Terdapat tiga kelas Biofarmaseutika : bioreference, biosimilars, dan biobetters.
 Perlu ditekankan bahwa produk gen yang sama, yang mengkodekan urutan asam amino identik,
bisa didapat dengan ekstraksi dari jaringan hewan atau dengan DNA rekombinan teknik. Namun,
protein yang sama yang diproduksi oleh produsen yang berbeda memiliki karakteristik yang
berbeda pula.
 Bioreference : memiliki struktur yang sama persis dan menjadi protein referensi
 Biosimilars dapat menghadirkan perbedaan karena modifikasi pasca-translasi (fosforilasi,
glikosilasi) dan berbagai proses pembuatan.
 Biobetter merupakan modifikasi dari Biosimilars.
 Syarat biobetter, bernama biosuperiors -> baru-baru ini digunakan untuk therapeutic
macromolecules generasi berikutnya, yang hadir dengan sistem pengiriman obat yang lebih
efektif, dimodifikasi dengan metode kimia (mis., PEGylation) dan/atau direkayasa melalui
teknik biologi molekuler untuk menyajikan lebih baik sifat farmakologis seperti aktivitas yang
lebih tinggi, ditingkatkan stabilitas, efek samping yang lebih sedikit, dan imunogenisitas yang
lebih rendah.
 Biobetters membutuhkan original research dan pengembangan serta biayanya jauh lebih tinggi.
 Glybera merupakan produk yang dikembangkan German company UniQure yang digunakan
untuk lipoprotein lipase deficiency (LPLD). Sedangkan Strimvelis untuk adenosine deaminase
deficiency dikembangkan oleh GlaxoSmithKline (GSK).
 Rekayasa protein dapat meningkatkan aktivitas katalitik, stabilitas, imunogenisitas yang lebih
rendah, dan kerentanan terhadap proses proteolitik.
 Salah satu faktor yang memberikan kontribusi penting untuk rekayasa protein adalah
pengembangan teknik yang memungkinkan penentuan struktur tiga dimensi protein pada tingkat
atom -> X-Ray Crystallography, nuclear magnetic resonance (NMR) dan Cryoelectron
microscopy (cryo-EM).
 Teknologi manufaktur untuk biofarmasi : upstream processes dan downstream processes.
 Tujuan utama dari upstream processes adalah transformasi substrat menjadi produk metabolisme
yang diinginkan.
 Upstream processes memakai E. coli and S. cerevisiae.
 Upstream processes dapat ditumbuhkan cepat dan murah, menerima fermentasi kepadatan sel
tinggi dengan biomassa hingga 130 g / L, memiliki waktu generasi pendek, memiliki kapasitas
tinggi untuk mengakumulasi protein asing, mudah ditangani, dan merupakan organisme
fermentasi yang didirikan.
 Downstream processes -> purifikasi -> dimurnikan dari pertumbuhan di media.
 Biofarmaseutika yang diproduksi oleh mikroorganisme dari bakteri, ragi, filamnetous fungi,
serangga, dan kultur sel mamalia.
 Bakteri -> antitoksin difteri -> antitoksin yang menetralisir dari difteri.
 Ragi -> kemampuan posttranslation.
 Penggunaan molekul berasal dari sumber hewani pada abad ke-20 : insulin, growth hormone
(GH), glucagon, and asparaginase.

DAFTAR PUSTAKA
Jozala, A. F., et al, 2016, Biopharmaceuticals from Microorganisms: From Production to
Purification, Brazilian Journal of Microbiology, Vol 47S: p. 51-63.
Schmidt, F. R, 2007, From Gene To Product: the Advantage of Integrative Biotechnology, In: Gad,
S. C., editor, Handbook of Pharmaceutical Biotechnology, 1st Ed, North Carolina: Wiley-
Interscience. p. 1-52.

Anda mungkin juga menyukai