Kelompok/Kelas : 4/D4
DEPARTEMEN BIOLOGI
FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS AIRLANGGA
2020
RINGKASAN
1. Fototropisme
1. Geotropisme
Geotropi adalah gerak yang menuju ke pusat bumi; gerak ini dilakukan oleh
akar. Gerak ujung akar kepala itu kita sebut sebagai dia-geotropik atau transfersal-
geotropik (Dwijoseputro 1984). Geotropi adalah gerak akar krena adanya gaya tarik
grfitasi bumi (Prawiroharjo, S. 1991).
Geotropisme negatif dari batang geotropik postif dari akar dapat diterangaka
dengan perpindahan auxin dari pengaruh dari gaya tarik bumiTelah diketahui bahwa
jika tumbuhan diletakkan horisontal. Ujung batang akan tumbuh keatas dan ujung kar
tumbuh kebawah. Respon ini terjadi walaupun ditempat gelap; respon ini tergantung
gaya tarik bumi dan bukan cahaya. Cholodni (1942) dan went (1928) secara terpisah
menduga bahwa respon geotropisme pada batang yang terletak oleh distribusi zat
tumbuh (kemudian dikenal dengan IAA tidak merata pada sisi atas dibandingkan
denga sisi bawah dari lubang sisi bawah dari batang (Heddy, S. 1986)
Teori Cholodni-went tentang geotropisme mengajukan dugaan bahwa auxin
dipindahkan dari belahan atas batang kebelahan bawah bila bila batang diubah dari
posisi vertikal (Heddy, S. 1986) Bila respon akar dan batang tumbuhan yng diletakkan
horisontal diperbandinkan akar akan berinteraksi geotropik positif, sedang batang
geotropik negatif. Pada kedua keadaan tersebut, posisi horisontal mengakibatkan
perpindahan IAA kebelahan bawah akar dan batang. Konsentrasi yang tinggi pada
belahan bawah akar menghambat pemanjangan sel, sedangkan konsentrasi IAA di
belahan atas mendorong pemanjangan sel. Hasil akhir dari kedua pengaruh ini, akar
membengkok kebawah. Keadaan sebaliknya terjadi pada batang; konsentrasi IAA
yang tinggi pada belahan bawah batang mendorong pemanjangan sel dan konsentrasi
yang rendah pada belahan atas menurunkan pemanjangan sel (Heddy, S.
1986) Proporsi zat-zat tubuh yang berbeda mungkin merupakan penyebab insolasi
tespon tumbuh yang berbeda pada akar, batang dan organ-organ lainnya (Heddy, S.
1986)
2. Taksis
Taksis adalah: gerak seluruh tubuh atau gerak berpindah tempat bagian dari tubuh
tumbuhan yang arah berpindahnya dipengaruhi rangasangan. Gerakan yang arahnya
mendekati sumber rangsangan disebut: taksis positif. Dan yang menjauhi sumber rangsangan
taksis negative, Macam atau sumber rangsangan taksis meliputi: Cahaya, zat kimia, dan
rangsang listrik. Jika rangsangan berupa zat kimia, gerak itu disebut: kemotaksis. Jika
rangsangan yang dating berupa cahaya disebut fototaksis. Jika rangsangan berupa listrik
disebut: galuanotaksis
3. Nasti
Nasti adalah: gerak bagian tumbuhan yang arahnya tidak dipengaruhi oleh arah
datangnya rangsangan, tetapi ditentukan oleh tumbuhan itu sendiri. Gerak nasti antara lain:
Fotonasti, Niktinasti, Tigmonasti/seismonasti, Termonasti, Haptonasti, Hidronasti, Nasti
kompleks
B. GERAK ENDONOM/OTONOM.
Gerak endonom disebabkan oleh rangsangan atau factor-faktor yang diduga berasal
dari dalam tumbuhan itu sendiri. Gerak ini dikenal pula sebagi gerak spontan dari tumbuhan
karma tumbuhan melakukan gerakan secara spontan, tanpa adanya mengarah rangsangan dari
luar.
Gerak hidonom yang paling umum adalah: mutasi
Mutasi adalah: gerak ujung batang yang sedang tumbuh atau organ lain seperti daun, stolon,
tangkai bunga, dan akar yang gerakannya membentuk lintasan melingkar diudara. Gerak
endonom yang lain adalah: gerak higroshopis
Higroshopis adalah: gerak bagian tumbuhan yang disebabkan oleh tumbuhan kadarv air
didalam bagian tumbuhan.
Contohnya: pecahnya kulit buah polong-polongan, pecahnya kulit buah tumbuhan
pacar air, membuka kotak spora, tumbuhan lumut dan paku saat mengeluarkan spora
1.2 Tujuan
Melalui telaah jurnal dan pustaka mahasiswa akan:
1. Mempelajari proses pertumbuhan tanaman
2. Mempelajari cara pengukuran kecepatan tumbuh tanaman
3. Mempelajari pengaruh cahaya terhadap gerak pertumbuhan tanaman
4. Mempelajari arah gerak pertumbuhan tanaman akibat adanya gravitasi
BAB II
PEMBAHASAN
Pada praktikum yang pertama membahas tentang pertumbuhan tanamanPhaseolus
vulgaris L.Pertumbuhan adalah proses pertambahan jumlah sel dan pertambahan besar
sel.Pada tumbuhan berbiji contohnya Phaseolus vulgaris L. Tumbuhan ini termasuk kedalam
polong-polongan yang sering dijumpai di daerah Amerika Eropa dan Asia. bahkandi daerah
bukit tinggi di Nepal yang meliputi 10.529ha lahan memproduksi 15550 mt dengan
produktivitas 1477 kgha-1 dan Jumlah yang menempati hampir 21% dari total kacang yang
dibudidayakan wilayah negara Nepal.
Pada pratikum kedua membahas tentang peran fotoreseptor pada tanaman sebagai
respon terhadap cahaya. Cahaya adalah faktor paling penting yang mempengaruhi tanaman.
Panjang gelombang cahaya berkisar dari UV-A sampai cahaya merah-jauh yang dirasakan
oleh beberapa fotoreseptor untuk mengenali lingkungan cahaya. Cahaya biru menginduksi
berbagai perkembangan dan tanggapan gerakan, termasuk pertumbuhan melengkung
fototropik, pembukaan kotiledon, fotoperiodik pembungaan, daun merata, etiolasi,
pembukaan stomata, gerakan kloroplas, akumulasi antosianin, ekspresi gen, dan
penghambatan perpanjangan hipokotil. Respon tanaman terhadap cahaya, umumnya sama,
yaitu mengakibatkan terjadi respon fototropisme pada daun, batang, petioles maupun
hipokotil. Pada daun, umumnya respon fototropisme berupa pergerakan daun kearah cahaya
ataupun perubahan posisi daun menghadap cahaya dan bentuk daun yang merata. Demikian
pula yang terjadi pada batang, petioles maupun hipokotil.
Pada pratikum ketiga mengamati pengaruh Geotropisme yang merupakan respon
terhadap rangsangan terarah oleh gravitasi bumi yang melibatkan pertumbuhan perpanjangan
diferensial sehingga menyebabkan pelengkungan. Respon geotropisme pada arah
perkembangan female. perilaku geotropisme pada female axis menggambarkan orientasi
tandan, sedangkan perilaku male axis menggambarkan posisi rachis yang dideskripsikan
menjadi 5 tipe yaitu vertikal ke bawah, membentuk sudut, membentuk lengkungan, horisontal
dan tegak.
Variasi perilaku geotropisme pada buah pisang berkaitan dengan asal spesifiknya.
Perilaku buah menunjukkan respon geotropisme negatif dengan perilaku tergantung pada
posisi dimana buah muncul pada tandan. Kultivar pisang yang orientasi tandannya
menggantung mempunyai tandan buah masak berbentuk silinder, dengan perilaku buah yang
melengkung ke atas atau proksimal terhadap tanah. Sedangkan pada kultivar yang
berorientasi horisontal dan subhorisontal, buah yang muncul pada bagian atas tangkai akan
berperilaku menunjuk ke atas dan buah yang muncul di bagian bawah akan melengkung ke
atas dengan distorsi ekstrim sampai 1800 atau buah berperilaku secara transversal terhadap
tangkai.
BAB III
KESIMPULAN
Dari bahasan diatas dapat disimpulkan bahwa proses tumbuh tanaman yang dilakukan
penelitian terhadap tanaman Phaseolus vulgaris menunjukkan bahwa pertumbuhan tanaman
dipengaruhi oleh faktor internal, yaitu genotip, dan faktor esksternal atau lingkungan, yaitu
kondisi media tumbuhnya tanaman, suhu, cahaya,nutrisi, intensitas cahaya, dan kelembapan
udara, dan suhu. Kecepatan pengukuran tumbuh tanaman dapat diamati melalui pengukuran
panjang tanaman, pengukuran berat, panjang polong, dan bagian tubuh tumbuhan lainnya
yang khas setiap harinya. Pertumbuhan dipengaruhi oleh cahaya yang meghasilkan gerak
fototropisme. Pada tumbuhan terdapat fotoreseptor yang berperan dalam gerak fototropisme
yaitu fototropin dan kriptokrom yang berperan sebagai reseptor cahaya biru, serta fitokrom
berperan sebagai reseptor cahaya merah. Fotoresptor ini membuat bagian tubuh tumbuhan
seperti daun, batang, petioulus tumbuh menuju cahaya. Selain fototropisme, pertumbuhan
juga dipengaruhi geotropisme atau pergerakan tumbuhan akibat adanya gravitasi.
Geotropisme positif terdapat pada akar di mana akar tubuh menuju pusat bumi atau gaya
gravitasi, sedangkan batang mengalami geotropisme negatif karena tumbuh menjauhi pusat
bumi atau gaya gravitasi.
DAFTAR PUSTAKA
Asbur, Yenni. 2017. Peran Fotoreseptor Pada Tropisme Tanaman Sebagai Respon Terhadap
Cahaya. Agriland, 6 : 91-100.
Hapsari, Lia. 2011. Perilaku Geotropisme dan Orientasi Tanda Buah Pada Beberapa Kultivar
Pisang Indonesia. Berkas Penelitian Hayati, 7A : 119-123.
Salisbury, Frank B dan Cleon W Ross. 1995. Fisiologi Tumbuhan Jilid 1. Bandung: ITB.