Bab ini membahas mengenai (1) Spesifikasi dan Gambar Peralatan Utama,
Operasi Batch
Dimensi :
Panjang 233 cm
Diameter 233 cm
Tinggi 407 cm
Kapasitas Alat 1200 L
Bahan Konstruksi Stainless Steel
Utilitas 380 V
Intrumentasi Kompresor
4.2.1 Pallet
Tabel 12 Spesifikasi Pallet
Prinsip Kerja -
Sistem Operasi Batch
Dimensi :
Panjang 185 cm
Lebar 155 cm
Tinggi 24 cm
Kapasitas Alat 3000 Kg
Bahan Konstruksi Kayu
Utilitas -
Intrumentasi -
4.2.3 Forklift
Tabel 14 Spesifikasi Forklift
4.2.4 Handlift
Tabel 15 Spesifikasi Handlift
4.2.6 Karung
Tabel 17 Spesifikasi Karung
4.2.7 Tray
Tabel 19 Spesifikasi Tray
Bab ini menguraikan mengenai : (1) Sumber Air, (2) Sumber Energi, (3)
dalam satu hari sebesar 10.000 L untuk pencucian awal kacang, 1.000 L untuk
pencucian akhir kacang dan untuk produk kacang sangrai sebesar 1.000 L.
Penggunaan air sanitasi dalam satu minggu sebesar 10.000 L untuk CIP dan COP
untuk semua divisi. PT. Dua Kelinci menggunakan air yang berasal dari air sumur
Air yang akan digunakan melalui water treatment terlebih dahulu di awali
proses filtrasi berfungsi untuk menyaring kotoran dan padatan tersuspensi dan
partikel koloid, dan proses melewatkan air melalui lampu sinar Ultraviolet (UV)
Sumber energi PT. Dua Kelinci bersumber dari Pusat Listrik Nasional
(PLN) dengan daya listrik untuk proses pembuatan kacang garing sebesar 1.000
kVa. Sebagai cadangan sumber listrik bila terdapat gangguan dari PLN, maka
akan menggunakan generator set dengan kapasitas 6.000 kVa yang biasa
digunakan sebagai cadanagan listrik apabila listrik PLN mati atau apabila terdapat
konsleting listrik pada salah satu aliran, maka masih terdapat cadangan.
Sumber bahan bakar yang digunakan pada steam boiler untuk pembuatan
kacang sangrai pada proses pengeringan berasal dari batubara. Batubara dibakar
kacang sangrai ini menggunakan 2 jenis kemasan yaitu kemasan primer dengan
berat 180 gram dan kemasan sekunder dengan berat 5,4 kg, pengemasan primer
kardus.
5.4. Transportasi
..........
dihasilkan.
secara manual menggunakan sapu agar tidak ada sarang laba – laba dan kotoran
dengan kain lap basah agar tidak ada kotoran yang menempel.
Proses sanitasi mesin dan peralatan PT. Dua Kelinci dilakukan ketika
sebelum dan setelah proses produksi. Hal tersebut dilakukan agar produk yang
dihasilkan berkualitas baik serta menjaga agar mesin dan peralatan jugadalam
kondisi baik, dan terbebas dari kontaminasi, baik kotaminasi fisik, kimia maupun
mikrobiologi.
mingguan. Sanitasi harian merupakan sanitasi peralatan yang dilakukan setiap hari
dilakukan setiap hari sebelum dan sesudah proses produksi. Proses pembersihan
peralatan dilakukan secara Cleaning In Place (CIP). Adapun mesin dan peralatan
yang digunakan selama proses produksi yaitu cleaner tanah, mesin sortasi, mesin
Sanitasi pada mesin cleaner tanah dan mesin pencucian dilakukan secara
Cleaning In Place (CIP) menggunakan air dan sikat untuk menghilangkan sisa-
sisa tanah yang masih menempel dan kacang yang tercecer pada ayakan silinder.
dan Cleaning Out Place (COP), dimana sanitasi COP dilakukan pada bagian tray,
sisa debu, kotoran dan sisa serbuk kacang yang menempel , sedangkan sanitasi
masker, dan sepatu. Kebersihan diri dari pekerja, seperti kuku harus dalam
keadaan rapih dan bersih serta pekerja diharuskan membersihkan tangan pada saat
yang bertugas pada bagian produksi harus menggunakan baju produksi/jas lab,
sepatu, hairnet, dan masker yang bersih. Setiap masuk dan keluar ruang produksi,
dan harus bersih dan rapi. Karyawan tidak boleh menggunakan perhiasan atau
benda lain yang mudah lepas yang memungkinkan jatuh ke dalam produk,
peralatan, atau tangki area produksi. Selama bekerja di ruang produksi, karyawan
1. Limbah Padat
Limbah padat yang dihasilkan PT. Dua Kelinci berupa limbah padat
organik dan limbah padat anorganik. Limbah padat organik yang dihasilkan di
PT. Dua Kelinci antara lain: kulit kacang, kacang kopong, kulit bawang merah
dan kulit bawang putih. Kulit kacang dan kacang kopong masih memiliki nilai
jual, biasanya dijual eceran dan digunakan untuk pakan ternak, sedangkan kulit
bawang merah dan bawang putih tidak memiliki nilai jual sehingga diolah
merupakan limbah terbanyak yang dihasilkan di PT. Dua Kelinci. Limbah padat
anorganik di PT. Dua Kelinci berasal dari tong sampah, plastik sisa packaging,
pallet yang rusak, kardus bekas, dsb. Limbah ini kemudian dipilah lagi di bagian
awal untuk dipisahkan antara limbah yang masih memiliki nilai jual dan limbah
yang tidak memiliki nilai jual. Limbah yang tidak memiliki nilai jual kemudian
ditampung dalam TPS PT. Dua Kelinci. Limbah kemudian akan diambil oleh
2. Limbah Cair
Kemudian proses yang terakhir adalah aerob dengan menggunakan aerasi. Setelah
proses aerob, air hasil pengolahan limbah cair ditampung dalam waduk
penanganan asap cerobong pemanasan batu bara. Selain itu, air dari waduk
(reservoir) yang memiliki pH netral sebagian juga akan di alirkan ke bak proses
water treatment menjadi air yang lebih jernih dan bersih untuk proses cleaning
rak biji-bijian, dan sebagian air akan dibuang ke sungai apabila debit air di dalam
3. Limbah Gas
batu bara masih membawa partikel-partikel besar yang apabila terbuang bebas ke
udara akan menjadi polutan. Oleh karena itu, asap hasil pembakaran harus
ditangani agar partikel-partikel besar tidak lolos ke udara. Penanganan asap hasil
pembakaran batu bara di PT. Dua Kelinci dilakukan dengan cara menyemprotkan
Bab ini menguraikan mengenai: (1) Pengawasan Mutu Bahan Baku, (2)
dilakukan oleh Divisi Quality Control (QC) dimana setiap bahan baku yang
dimulai dari penerimaan bahan baku, penyimpanan sampai dengan bahan baku
akan digunakan. Persyaratan bahan masuk harus sesuai dengan standar mutu
untuk bahan baku maupun bahan penunjang. Penerimaan bahan baku dan bahan
Bahan baku utama yang digunakan yaitu kacang tanah. Persyaratan mutu
kacang tanah yang baik sesuai kualifikasi standar nasional (SNI 01-3921-1995)
yang dapat dibedakan menjadi 2 persyaratan yaitu umum dan khusus. Syarat
umum yang dimaksudkan adalah kacang tanah harus memiliki sifat bebas hama
penyakit, bebas bau busuk, asam, apek dan bau asing lainnya, bebas bahan kimia
serta memiliki suhu yang normal. Syarat khusus yang dimaksudkan dalam hal ini
adalah meliputi kadar air, kotoran, polong berbiiji 1, polong berbiji 3 dan
rendemen tanah yang terdapat dalam kacang. Bahan baku utama yang digunakan
adalah kacang tanah yang memiliki persyaratan yaitu seperti kacang tanah dalam
PT. Dua kelinci memiliki standar yang akan menentukan apakah kacang
dapat diterima atau tidak. Standar penerimaan kacang tanah tersebut dapat dilihat
Tabel 20. Quality Control (QC) Kacang basah PT. Dua Kelinci
Standar Penerimaan Kacang Tanah
Isi Biji Dua
Tanah Sedikit
Kacang Segar
Minimal
Standar Perbandingan
2 (Tua) : 1 (Muda)
Sumber: QC Penerimaan kacang tanah PT. Dua Kelinci
2. Sampling kacang (sebanyak 1kg) dibersihkan agar sampah dan tanah yang
adalah kacang biji dua dengan umur panen cukup (kacang tua). Sedangkan
kacang yang tidak masuk dalam perbandingan adalah kacang berbiji satu atau
lebih dari dua, serta kacang yang rusak dan kopong. Perbandingan ini
pengelompokkan antara kacang tua dan muda sama, maka dapat dikatakan
produk akhir nantinya. Standar mutu utama sebagai indikator bahan baku yang
baik yaitu kacang tanah yang segar (tidak layu), tidak bau busuk serta tidak
terdapat jamur (aflatoksin). Standar mutu bahan baku kacang tanah sesuai dengan
Persyaratan Mutu
Jenis Uji
I II III
Kadar air (%) Maks. 6 Maks. 7 Maks. 8
Butir rusak (%) Maks. 0 Maks. 1 Maks. 2
Butir belah (%) Maks. 1 Maks. 5 Maks. 10
Butir warna lain (%) Maks. 0 Maks. 2 Maks. 3
Butir keriput (%) Maks. 0 Maks. 2 Maks. 4
Kotoran (%) Maks. 0 Maks. 0,5 Maks. 3
Diameter (mm) Min. 8 Min. 7 Min. 6
Aflatoksin B1 (Ppb) Maks. 20 Maks. 20 Maks. 20
Aflatoksin total (Ppb) Maks. 35 Maks. 35 Maks. 35
Sumber : SNI 01-3921-1995
untuk bahan baku penunjang dilakukan secara fisik dan organoleptik, pengujian
secara fisik dilakukan dengan pengecekan ada atau tidaknya kontaminasi bahan
asing seperti kayu, batu dll. Sedangkan pengujian secara organoleptik dilakukan
kualitas maka bahan baku tersebut akan langsung diterima untuk diproses lebih
lanjut, tetapi bila ditemukan adanya penyimpangan kualitas maka akan ditolak
dapat diterima atau tidak. Standar penerimaan garam dapat dilihat pada Tabel 22.
Tabel 22. Quality Control (QC) garam krosok PT. Dua Kelinci
pekerja produksi yang terlibat selama proses produksi dimana pada setiap bagian
pengecekan pada mesin atau peralatan yang akan digunakan dengan melakukan
kotaminasi.
Kelinci dimulai dari proses cleaner Tanah. Pengawasan mutu yang dilakukan
yaitu dengan
Apabila hasil timbangan bahan tidak sesuai dengan ketentuan yang ada maka
akan dilakukan penimbangan ulang hingga mencapai berat yang sesuai dengan
ketentuan.
denganmengecektemperaturairbakpengerasanTemperaturyangdigunakanuntuk
denganmengecektemperaturairbakpengerasanTemperaturyangdigunakanuntuk
denganmengecektemperaturairbakpengerasanTemperaturyangdigunakanuntuk
denganmengecektemperaturairbakpengerasanTemperaturyangdigunakanuntuk
denganmengecektemperaturairbakpengerasanTemperaturyangdigunakanuntuk
denganmengecektemperaturairbakpengerasanTemperaturyangdigunakanuntuk
denganmengecektemperaturairbakpengerasanTemperaturyangdigunakanuntuk
denganmengecektemperaturairbakpengerasanTemperaturyangdigunakanuntuk
denganmengecektemperaturairbakpengerasanTemperaturyangdigunakanuntuk
dalam keadaan baik dan bersih dari kotoran serta mikrooganisme pencemar.
produk yang dihasilkan harus baik, panjang, berat, warna, aroma, diameter, rasa,
dan kode produksi, (2) Produk bebas dari kotoran atau kontaminan lain. Syarat
untuk melindungi mutu dan keamanan pangan dalam sistem pangan yang dimulai
sampai produk tersebut siap untuk dikonsumsi. Pengawasan mutu ini semakin
penting, karena semakin tinggi status sosial ekonomi konsumen maka semakin
Produk reject di PT. Serena Harsa Utama dikarenakan bentuk sosis yang
tidak sesuai, selongsong pecah dan sosis yang dihasilkan patah. Sosis reject
dikumpulkan dan dibawa oleh karyawan namun atas persetujuan pihak QC dan
HRD karena belum ada kebijakan perlakuan terhadap barang reject pihak Quality
Bab ini menguraikan mengenai : (1) Bentuk Tugas Khusus, (2) Perumusan
Masalah, (3) Metode Penyelesaian Masalah, dan (4) Hasil Tugas Khusus.
Kelinci adalah membuat HACCP Plan mengenai analisa titik kritis dari kacang
sangrai.
pencegahan dan penyimpanan rekaman data yang baik yang kini kita kenal
dengan HACCP. Oleh karena itu PT. Dua Kelinci menginginkan produk yang
pada proses pembuatan kacang sangrai menjadi tugas khusus yang diberikan oleh
pembimbing lapangan.
digunakan dalan analisa titik kritis ini menggunakan 7 langkah dan 2 prinsip yang
Tahap 7 Prinsip 2
Tentukan CCP
industri yang terlibat dalam menghasilkan produk pangan yang aman dan dapat
memonitor secara langsung kegiatan produksi. Berikut merupakan tabel tim
HACCP yang telah dibentuk kemudian menyusun deskripsi atau uraian dari
produk pangan yang akan diproduksi. Deskripsi produk yang dilakukan berupa
formulasi, proses pengolahan, daya simpan, cara distribusi, serta keterangan lain
yang berkaitan dengan produk. Deskripsi produk dapat dilihat pada Tabel...
Warna : Cokelat
Volume 180 gram
Pengemas Primer
Pengemas Sekunder
Pengemas Tersier
Kondisi Penyimpanan Suhu Ruang
Dengan menggunakan truk dan Container
Distribusi(Cara dan kondisinya)
dalam suhu ruang
Satu tahun dalam keadaan sejuk dan kering dan
Waktu Simpan/ Kadaluarsa
hindari sinar matahari langsung
Label (Terutama adanya Terdapat expired date, komposisi, cara
langsung digunakan)
Kelompok Konsumen
Umum
Pengguna Produk
(Sumber : PT. Dua Kelinci)
membantu tim HACCP dalam melaksanakan tugasnya. Diagram alir dapat dilihat
pada Gambar 5.
yang terjadi di lapangan, setelah itu tim HACCP harus memeriksa semua proses
operasinya untuk menguji dan membuktikan ketepatan dari diagram alir proses
yang telah dibuat. Bila ternyata diagram alir proses tersebut tidak tepat atau
kurang sempurna, maka harus dilakukan perubahan atau modifikasi yang sesuai
didokumentasikan.
yang tertuang di dalam dua belas langkah penerapan sistem HACCP. Analisis
penyebabnya serta menentukan peluang kejadian atau resiko (risk) dan tingkat
dilakukan guna menghasilkan produk pangan yang aman, sehat, utuh, dan halal
unsur biologi, kimia, dan fisik dalam pangan atau kondisi dari pangan yang
kimiawi, dan fisik yang dapat menyebabkan pangan menjadi tidak aman untuk
kelompok dengan bahaya sedang dan tingkat penyebaran yang luas, sedangkan
kelompok bahaya III adalah kelompok dengan bahaya sedang dan tingkat
Kelompok
Bahaya Karakteristik Bahaya
Produk-produk pangan yang tidak steril dan dibuat untuk
Bahaya A konsumsi kelompok beresiko (lansia, bayi,
immunocompromised)
Produk mengandung ingridient sensitif terhadap bahaya
Bahaya B
biologi, kimia atau fisik
Proses tidak memiliki tahap pengolahan yang terkendali
Bahaya C yang secara efektif membunuh mikroba berbahaya atau
menghilangkan bahaya kimia atau fisik
Produk mungkin mengalami rekontaminasi setelah
Bahaya D
pengolahan sebelum pengemasan
Ada potensi terjadinya kesalahan penanganan selama
Bahaya E distribusi atau oleh konsumen yang menyebabkan produk
berbahaya
Tidak ada tahap pemanasan akhir setelah pengemasan
tahap pemusnahan mikroba setelah pengemasan sebelum
Bahaya F memasuki pabrik (untuk bahan baku) atau tidak ada cara
apapun bagi konsumen untuk mendeteksi, menghilangkan
atau menghancurkan bahaya kimia atau fisik
Karakteristik Kategori
Jenis Bahaya
Bahaya Resiko
0 0 Tidak mengandung bahaya A sampai F
(+) I Mengandung satu bahaya B sampai F
(++) II Mengandung dua bahaya B sampai F
(+ + +) III Mengandung tiga bahaya B sampai F
(+ + + +) IV Mengandung empat bahaya B sampai F
(+ + + + +) V Mengandung lima bahaya B sampai F
A+ (kategori khusus)
Kategori resiko paling tinggi (semua
dengan atau tanpa VI
produk yang mempunyai bahaya A)
bahaya B-F
PeluangTerjadi l Ll Ml Hl
Lm Mm Hm*
(Reasonably likely to occur) m Lh Mh* Hh*
Keterangan :L=l=low,M=m=medium, H=h=high
berbahaya.
pengemasan atau ditangan kosumen atau tidak ada pemanasan akhir atau tahap
pemusnahan mikroba setelah pengemasan atau tidak ada cara apapun bagi
dan fisik.
Produk Kacang Sangrai dalam hal ini termasuk kategori resiko IV, artinya
memiliki 4 bahaya dari B sampai F. Resiko bahaya yang dimiliki oleh produk
Critical Control Point atau titik kendali kritis adalah suatu titik atau
prosedur dalam seluruh rantai pengolahan pangan yang jika tidak dikendalikan
(Hariyadi, 2001). CCP dapat berupa langkah proses, formulasi dan bahan baku
dan penetapannya didasarkan atas Decision Tree yang dapat dilihat pada gambar
24 dan 25.
Gambar 1. Decision Tree penetapan bahan baku
Bukan TKK
Berhenti
Prinsip 1 Prinsip 2
Bahan
Baku Justifikasi Signifikasi Bahaya
Identifikasi Bahaya Tindakan CCP/N-
Penyebab P1 P2 P3
Kimia/Biologi/Fisik Keparaha Faktor Pencegahan CCP
Bahaya Peluang
n Resiko
Terbentuk - Penetapan
K : Aflatoksin standar dan
secara alami
spesifikasi
B : Aspergillus flavus bahan dengan
Kontaminasi N-
Kacang dan Aspergillus supplier Y Y T
bahan baku M M M CCP
Tanah parasiticus - Pemeriksaan
F : Kotoran Tanah dan bahan baku
akar Terbawa dari yang datang
supplier
- Penetapan
standar dan
F : Benda asing spesifikasi
Terbawa dari N-
bahan dengan T - -
Garam (Plastik, pecahan M L H CCP
supplier supplier
genting, kerikil) - Pengamatan
secara visual,
Organoleptik
Air Sumber air L M M - Perlakuan sanitasi Y Y T N-CCP
K : Logam berat air
pabrik
- Analisis air
B : Coliform, E.coli Sumber air
pabrik
Lingkungan
F : Benda asing
pabrik
Prinsip 1 Prinsip 2
Input / Tahapan
Proses Signifikasi Bahaya CCP/
Identifikasi Bahaya Justifikasi Penyebab
Tindakan Pencegahan P1 P2 P3 P4 N-
Kimia/Biologi/Fisik Bahaya
Keparaha Faktor CCP
Peluang
n Resiko
K : Aflatoksin Terbentuk secara alami - Penetapan standar dan
B : Aspergillus flavus dan Kontaminasi bahan spesifikasi bahan dengan
Aspergillus parasiticus baku supplier
Penerimaan N-
M M M - Pemeriksaan bahan baku T T - -
Kacang CCP
yang datang
F : Kotoran Tanah dan akar Terbawa dari supplier
Pencucian
- - - - - - - - - - -
Kering I
- Penempatan penjemuran
pada area yang terpisah
F : Benda asing (Pasir, tanah, Kontaminasi - Penerapan sanitasi dan N-
Penjemuran H M L hygine pada lingkungan T T - -
akar, daun, dll) Lingkungan kerja CCP
produksi
Pencucian
- - - - - - - - - - -
Kering II
Kontaminasi sumber
K : Logam berat
air pabrik
Pencucian B : Bakteri Coliform, E.coli Kontaminasi sumber - Perlakuan sanitasi air N-
L M M T T - -
Basah air pabrik - Analisis air CCP
F : Benda asing, serangga Kontaminasi
lingkungan pabrik
K : Logam berat Kontaminasi sumber
- Perlakuan sanitasi air
air pabrik
- Analisis air
B : Bakteri Coliform, E.coli Kontaminasi sumber
Pencampuran - Pengawasan oleh QC N-
air pabrik L M M T T - -
Bumbu - Penerapan sanitasi dan CCP
F : Benda asing (Pasir, Kontaminasi
hygine pada ruang produksi
Kemasan bahan baku, lingkungan pabrik
serangga)
K : Logam berat Kontaminasi sumber - Perlakuan sanitasi air
air pabrik - Analisis air
B : Bakteri Coliform, E.coli Kontaminasi sumber - Pengawasan oleh QC
air pabrik - Penerapan sanitasi dan N-
Pengepresan L M M T T - -
F : Pecah Kulit Tekanan terlalu tinggi hygine pada ruang produksi CCP
- Pengaturan tekanan pada
proses