Jurnal
Jurnal
BAB I
PENDAHULUAN
I.3 Tujuan
1. Mengetahui terapi pembedahan pada makroglossia pada kelainan Beckwith–
Wiedemann Syndrome.
I.4 Manfaat
Menambah wawasan dan pengetahuan pembaca tentang terapi pembedahan
pada makroglossia pada kelainan Beckwith–Wiedemann Syndrome
2
BAB II
TELAAH JURNAL
2.1 Abstrak
Makroglossia diobservasi pada mayoritas pasien anak- anak yang didiagnosis
Beckwith–Wiedemann Syndrome dan diindikasikan terapi pembedahan. Studi
retrospektif selama 20 tahun digunakan untuk mengevaluasi seluruh pasien
dengan Beckwith–Wiedemann Syndrome yang mengalami perawatan pengurangan
ukuran lidah dari suatu institusi. Review literatur juga ditampilkan. Terapi
pembedahan diindikasikan dan dilaksanakan pada 23 pasien yang rata- rata
bermacam- macam dari 0- 3 subjek. Rata- rata diikuti selama 7 tahun. Indikasi
primer terapi pembedahan makroglossia yang dimasukkan adalah penonjolan
lidah yang signifikan 30% (n=7), dan kombinasi dengan permasalahan klinis 70%
(n=16). Prosedurnya dilaksanakan oleh ahli bedah yang sama dengan
menggunakan anterior, V-shaped, wedge resection technique. Dua pasien
memiliki komplikasi post operasi secara langsung. Tidak ada kekambuhan
makroglossia pada pengamatan studi ini. Laporan klinis selama follow up
menunjukkan hasil yang memuaskan posisi lidah istirahat pada semua pasien.
Review literatur menunjukkan variabel dalam indikasi pembedahan, tehnik, dan
post operatif. Hasil dari studi ini mengindikasikan bahwa anterior wedge
resection technique lebih simpel, efektif dan aman untuk terapi pembedahan pada
anak dengan diagnose Beckwith–Wiedemann Syndrome yang menderita
makroglossia.
Bentuk wajah pada BWS yaitu facial naevus flammeus, midfacial hypoplasia,
macroglossia, peningkatan lebar muka bawah dengan prominent mandible,
earlobe anterior mengerut dan lubang pantan kecil seperti bentuk skrup.
Pada analisa genetik menanamkan secara cluster H19 atau Lit1 mayoritas
pasien (80%). Dtemukan banyak kasus UniParental Disomy (UPD) dari 11p15
20%, mutasi gen CDKN1C 5-10% dan 10-15% tidak terkomfirmasi. Asosiasi
Embrionic Malignancies dan BWS mendokumentasikan bahwa tumor biasa
terjadi pada dekade 4 tahun kehidupan.
Makroglossia didifinisikan sebagai lidah istirahat dan rigid yang menonjol
diantara atau di luar gigi. Prosedur pengurangan lidah sering digunakan sebagai
terapi pasien BWS dengan makroglossia yang bisa menyebabkan berbagai
masalah atau penurunan fungsi: obstruksi jalan nafas, deglutasi, drooling, dan
kesulitan pengucapan.
Gambar 2. Anterior wedge resection technique as performed at the Academic Medical Center of
Amsterdam.
2.3 Result
Dari tahun 1990- 2010 telah ditulis tentang masalah- masalah klinis pasien
BWS yang berhubungan dengan makroglossia. Terapi konservatif makroglossia
ditunjukkan pada 31 pasien dengan gejala ringan. Pembedahan diindikasikan dan
dilakukan pada 23 pasien dengan tahunan rata-rata bervariasi dari 0 sampai 3
subjek. Di semua kasus, penulis senior melakukan operasi pengecilan lidah
menggunakan tehnik Anterior V-shaped wadge resection (AWR). Demografi
pasien ditunjukkan pada Tabel 1.
6
Tabel 1. Patient demographic and clinical data regarding tongue surgery at the Academic
Medical Center of Amsterdam between 1990 and 2010.
2.4 Discussion
Dalam BWS, makroglosia biasanya muncul saat lahir dan mungkin
memerlukan intervensi bedah dalam persentase kecil.
Penelitian ini unik yaitu dalam menggambarkan serangkaian pasien BWS
yang melakukan terapi pembedahan dan dirawat karena makroglossia pada 23
pasien. Semua prosedur dilakukan oleh ahli bedah yang sama, dengan
menggunakan tehnik yang sama. Literatur berkaitan dengan BWS dan pengobatan
bedah makroglossia terdapat 10 penelitian lain yang menggambarkan total dari 94
subyek. Sebelumnya laporan mengenai pengobatan makrolgossia pada BWS
belum termasuk komponen genetik yang mendasari. Ketika membandingkan
dengan literatur tentang genotipe BWS, distribusi genetik yang sama ditemukan
di sekitar 60% dari pasien dengan penyimpangan di salah satu cluster H19 atau
9
Lit1, sekitar 20% dari pasien dengan UPD, dan sekitar 15% dari pasien tanpa
konfirmasi molekul. Ini dapat menyebabkan asumsi bahwa perbedaan dalam
ekspresi dan tingkat keparahan makroglossia secara merata di genetic
subkelompok BWS.
Fungsi Lidah penting bagi deglutition, fonasi, respirasi, dan membasahi bibir.
Juga fungsi, sensorik lidah memainkan peran penting dalam indera perasa.
Diagnosis klinis makroglossia dilakukan berdasarkan kriteria subyektif
dengan mengevaluasi gejala seperti kesulitan respirasi dan penonjolan lidah, air
liur, fonasi, dan deglutition. Dalam pengalaman penulis BWS, lidah membesar
bervariasi dalam derajat dan keparahannya. Hemihipertrofi diamati pada 30% dari
pasien yang dikaji. Unilateral pembesaran lidah di BWS hanya dibahas dalam dua
lainnya. Dari mereka, hanya sampel survei studi yang dilakukan oleh Van Borsel
et al. mencatat 2 dari 40 responden, dengan lidah hemi-hipertrofik asimetri.
Kacker et al. dan Rimell et al. menggambarkan kasus yang parah dari saluran
napas akibat obstruksi makroglossia dan melakuakan trakeostomi pra operasi.
Obstruksi Akut jalan napas karena makroglosia tidak diamati dalam salah satu
pasien saat ini, karena itu tidak ada trakeostomi pra- operasi pengurangan lidah.
Masalah yang berhubungan dengan Sleep apnea ditemukan lima dari pasien ini,
yang kemudian menjalani evaluasi polysomnographic. Rimell et al. juga
mengamati tanda-tanda ringan gangguan saluran atas di tujuh dari sembilan
pasien yang ditindaklanjuti melampaui usia 18 bulan. Mereka menyimpulkan
bahwa hambatan dalam awal masa bayi akan berhubungan dengan pembesaran
dasar lidah, dan obstruksi yang saluran napas kemudian terjadi di masa kanak-
kanak, kemungkinan besar hasil dari tonsil dan adenoid hypertrophy. Ketika
melihat indikasi bedah, hasil ini umumnya sebanding dengan penelitian
sebelumnya. Obstruksi jalan napas akut tidak diamati dalam penulis 'pasien,
namun dilaporkan indikasi penting dalam subyek dari tiga study lainnya. Diduga
Masalah dalam penampilan adalah indikasi utama untuk operasi pengurangan
lidah 7 dari subyek ini (30%), dan memainkan berperan penting dalam indikasi
lainnya 17 pasien dioperasi, serta pasien yang disajikan oleh enam penelitian lain.
10
Dalam sebagian besar kasus penulis ' (70%), indikasi untuk operasi pengurangan
lidah didasarkan pada kombinasi lidah yang signifikan tonjolan dan penurunan
fungsional. Indikasi serupa yang dilaporkan dalam satu studi lain yang dilakukan
oleh Tomlinson et al. Khususnya selama makan, lidah membesar melapisi gigi
dapat mengakibatkan cedera berulang-ulang permukaan lidah perdarahan,
menyebabkan rasa sakit dan akhirnya penurunan pengunyahan. Pembesaran
mandibula yang berlebih menjadi sebagai indikasi bedah penting dalam
setidaknya 4 dari 10. Ini dapat dijelaskan pada waktu operasi lidah.
Tujuan operasi glossoplastic adalah untuk mengurangi ukuran lidah,
sementara mempertahankan bentuk normal lidah dan fungsi. Sebuah studi baru-
baru ini dilakukan oleh Kawafuji et al. menunjukkan bahwa makroglossia tidak
diobati dapat mengakibatkan gigitan lidah dan arch 20 gigi lebar. Rujukan Akhir
disebabkan tertundanya perawatan bedah dalam 4 kasus. Hal ini mengakibatkan
usia rata-rata dioperasi dari 19 bulan pada kelompok pasien ini.
Pengetahuan tentang anatomi lidah dan posisi dari nervus lingualis penting
untuk memungkinkan kinerja yang aman bedah pengurangan lidah untuk
pengobatan makroglossia. Sementara mengurangi lidah, penting untuk
melestarikan inferolateral neurovaskular bundel dan disaat yang sama menjaga
bentuk lidah.
Teknik bedah untuk pengobatan makroglossia banyak yang telah
dikembangkan. Menurut sebuah studi terbaru yang dilakukan oleh Hettinger et al.,
prosedur ini dapat dibagi menjadi 1 dari 6 kategori, termasuk: amputasi ujung,
AWR, Central Reduction (CR), posterior Flap excisions, excisions marjinal
(ME), dan kombinasi prosedur (CP). Hasil dari studi literatur menunjukkan
bahwa sebagian besar prosedur yang dilakukan untuk pengurangan jaringan lidah
melalui AWR atau CR. Teknik tersebut juga termasuk penghilangan submukosa,
pengurangan jaringan lidah, dan lidah menggunakan aspirator ultrasonik.
Dalam BWS, lidah diperbesar dalam tiga dimensi dan melibatkan peningkatan
panjang, lebar dan tinggi dari otot. Karena makroglossia bukan fenotipik
homogen, teknik bedah yang dirancang untuk mengurangi volume lidah harus
11
pengurangan lidah. Dalam kelompok studi ini, tidak ada kasus disfungsi saraf
lingual yang diamati selama masa tindak lanjut. Peningkatan bicara juga telah
dilaporkan sebagai akibat reduksi lidah. Hasil bicara setelah operasi lidah
mungkin mempengaruhi suara yang dibuat terutama oleh ujung lidah terhadap
gigi atas atau bawah atau langit-langit anterior. Dalam studi yang dilakukan oleh
Van Borsel et al, pasien dengan makroglossia dilaporkan memiliki masalah
artikulasi, beberapa yang bertahan setelah korektif pembedahan lidah (usia rata-
rata 1,4 tahun, kisaran 3 - 60 bulan) dengan menggunakan teknik operasi yang
berbeda. Penelitian Lain retrospektif yang dilakukan oleh Shipster et al.
ditemukan berbeda, kesalahan berbicara yang disebabkan oleh makroglossia yang
kemudian dihilangkan dengan bedah reduksi lidah menggunakan tehnik anterior
wedge reseksi atau ‘keyhole’. Masalah bicara yang diamati pada salah satu pasien
dengan keterlambatan perkembangan secara umum disebabkan oleh
komorbiditas. Tidak sespesifik masalah lainnya kemampuan bicara yang
dilaporkan dalam pasien yang ada, kemungkinan besar sebagai hasilnya intervensi
bedah awal (mayoritas pasien menjalani operasi lidah sebelum usia 2 tahun) dan,
jika diindikasikan, terapi ajuvan bicara.
Hasil ini menunjukkan bahwa AWR adalah teknik sederhana, efektif dan
aman dalam pengobatan bedah pasien pediatric yang menderita BWS dengan
makroglossia. Keterbatasan Primer studi ini termasuk sifat pengumpulan data
retrospektif. Dalam rangka untuk mengevaluasi efek pengurangan lidah dengan
benar, penulis akan menyelidiki fungsi lidah, melakukan penilaian berbicara, dan
menganalisis pertumbuhan orofacial, dalam pengaturan multidisiplin dengan
metode obyektif dan divalidasi. Analisis Detil dalam jumlah yang lebih besar dari
subyek dengan BWS dapat membantu untuk mengevaluasi dampak jangka
panjang glossectomy parsial lebih lanjut.
13
Gambar. 3. Facial appearances of BWS patients with macroglossia who underwent tongue reduction
surgery at different ages (preoperative:at surgery:postoperative). Patient A, 0.2:0.3:0.4 year;
Patient B, 0.6:0.9:1.7 year; Patient C, 0.8:0.9:5.1 years; Patient D, 4.9:5.7:6.5 years; Patient E,
4.3:4.5:7.5 years; Patient F, 0.2:0.8:12.3 years.
14
15
16
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
Gejala atau tanda-tanda yang muncul akibat Down syndrome dapat bervariasi
mulai dari yang tidak tampak sama sekali, tampak minimal sampai muncul tanda
yang khas.
Penderita dengan tanda khas sangat mudah dikenali dengan adanya
penampilan fisik yang menonjol berupa bentuk kepala yang relatif kecil dari
normal (microchephaly) dengan bagian anteroposterior kepala( bagian kepala
dari arah depan ke belakang ) mendatar. Pada bagian wajah biasanya tampak sela
hidung yang datar, mulut yang mengecil dan lidah yang menonjol keluar
(macroglossia).
Seringkali mata menjadi sipit dengan sudut bagian tengah membentuk lipatan
(epicanthal folds). Tanda klinis pada bagian tubuh lainnya berupa tangan yang
pendek termasuk ruas jari-jarinya serta jarak antara jari pertama dan kedua baik
pada tangan maupun kaki melebar.
Sementara itu lapisan kulit biasanya tampak keriput (dermatoglyphics).
Kelainan kromosom ini juga bisa menyebabkan gangguan atau bahkan kerusakan
pada sistim organ yang lain.
Karena ciri-ciri yang tampak aneh seperti tinggi badan yang relative pendek,
kepala mengecil, hidung yang datar menyerupai orang Mongolia maka sering
juga dikenal dengan Mongoloid.
Pada bayi baru lahir kelainan dapat berupa Congenital Heart Disease.
kelainan ini yang biasanya berakibat fatal di mana bayi dapat meninggal dengan
cepat. Pada sistim pencernaan dapat ditemui kelainan berupa sumbatan pada
esophagus (esophageal atresia) atau duodenum (duodenal atresia). Apabila anak
sudah mengalami sumbatan pada organ-organ tersebut biasanya akan diikuti
muntah-muntah.
sindrom down atau mereka yang hamil di atas usia 40 tahun harus dengan hati-
hati memantau perkembangan janinnya karena mereka memiliki risiko
melahirkan anak dengan sindrom down lebih tinggi.
Sindrom down tidak bisa dicegah, karena DS merupakan kelainan yang
disebabkan oleh kelainan jumlah kromosom. Jumlsh kromosm 21 yang harusnya
cuma 2 menjadi 3. Penyebabnya masih tidak diketahui pasti, yang dapat
disimpulkan sampai saat ini adalah makin tua usia ibu makin tinggi risiko untuk
terjadinya DS.
Diagnosis dalam kandungan bisa dilakukan, diagnosis pasti dengan analisis
kromosom dengan cara pengambilan CVS (mengambil sedikit bagian janin pada
plasenta) pada kehamilan 10-12 minggu) atau amniosentesis (pengambilan air
ketuban) pada kehamilan 14-16 minggu.
BAB IV
PENUTUP
4.1. Kesimpulan
Berdasarkan penelitian diatas didapatkan bahwa terapi pembedahan secara
Anterior V-shaped wadge resection adalah teknik sederhana, efektif dan aman
dalam pengobatan pasien pediatrik yang menderita kelainan makroglossia pada
pasien Beckwith–Wiedemann Syndrome.
4.2. Saran
Dalam rangka untuk mengevaluasi efek pengurangan lidah dengan benar,
penulis akan menyelidiki fungsi lidah, melakukan penilaian berbicara, dan
menganalisis pertumbuhan orofacial, dalam pengaturan multidisiplin dengan
metode obyektif dan divalidasi. Analisis Detil dalam jumlah yang lebih besar
dari subyek dengan BWS dapat membantu untuk mengevaluasi dampak jangka
panjang glossectomy parsial lebih lanjut.
21
DAFTAR PUSTAKA
Kadouch, D.J.M, Maas, S.M, Dubois, L and Horst, C.M.A. van der. 2012. Surgical
Treatment of Macroglossia in Patients with Beckwith–Wiedemann Syndrome: A
20-Year Experience and Review of The Literature. Department of Plastic and
Reconstructive Surgery, Academic Medical Center: Amsterdam, The
Netherlands.