Anda di halaman 1dari 7

Kelainan Mineral Tulang pada Anak dengan Penyakit Ginjal Kronik

Hertanti Indah Lestari, Eka Intan Fitriania, Aditiawati, Minerva Riani Kadir
Bagian Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya/RSUP Dr. Mohammad Hoesin, Palembang

Latar belakang. Penderita penyakit ginjal kronis (PGK) berisiko mengalami abnormalitas mineral, sejalan dengan penurunan laju
filtrasi glomerulus (LFG) atau peningkatan stadium PGK. Di Palembang, belum ada laporan mengenai penyakit mineral tulang
pada anak akibat penyakit ginjal kronik.
Tujuan. Penelitian ini bertujuan mengetahui kejadian penyakit mineral tulang pada anak dengan PGK.
Metode. Penelitian potong lintang untuk mengetahui kejadian penyakit mineral tulang akibat PGK, dengan pemeriksaan kadar
hormon paratiroid, kadar vitamin D, serta pemeriksaan densitas tulang. Subyek penelitian dibagi menjadi kelompok 1 (PGK stadium
1-2) dan kelompok 2 (PGK stadium 3-5).
Hasil. Dari 28 subyek penelitian, rerata usia 10,7 tahun, rasio laki-laki dan perempuan, yaitu 2,5:1. Berdasarkan stadium PGK, 14
subyek dengan stadium 1. Rerata kadar hormon paratiroid pada PGK stadium 3-5 secara bermakna lebih tinggi. Subyek dengan
PGK stadium 3-5 memiliki risiko 2x lebih besar mengalami hiperparatiroid. Kejadian defisiensi/insufisiensi vitamin D didapatkan
pada 23 subyek (82%). Kejadian defisiensi/insufisiensi vitamin D tidak berbeda bermakna di antara kedua kelompok. Penurunan
densitas tulang terjadi pada 8 subyek , 5 di antaranya osteopenia, dan 3 lainnya osteoporosis.
Kesimpulan. Semua anak dengan PGK baik stadium 1-2 maupun 3-5 menunjukkan tanda kelainan mineral tulang secara laboratorium
dan/atau densitometri. Sari Pediatri 2020;21(5):282-8

Kata kunci: PGK, CKD-MBD, kelainan mineral tulang, anak

Mineral and Bone Disorder in Children with Chronic Kidney Disease


Hertanti Indah Lestari, Eka Intan Fitriana, Aditiawati, Minerva Riani Kadir

Background. Children with Chronic Kidney Disease (CKD) are at risk of having mineral and bone disorder (CKD-MBD), in line
with a decrease in glomerular filtration rate (LFG). In Palembang, there have been no reports of CKD-MBD in children.
Objective. This study aims to know the prevalence of Mineral and Bone Disorder in children with CKD.
Methods. Cross sectional study among children age 1-18 years with CKD. We measured the level of parathyroid hormone (PTH),
vitamin D, calcium and phosphate level, bone density evaluation. The subjects were divided into CKD stage 1-2 (Group 1) and
CKD stage 3-5 (Group 2).
Results. Twenty eight subjects were included in the study; the mean age was 10.7 years, with ratio of male to female was 2.5. Based
on the CKD stage, 14 subjects had CKD stage 1. The mean PTH level and the risk of hyperparathyroidism were significantly higher
in children with CKD stage 3-5. Vitamin D deficiency/insufficiency was found in 23 subjects (82%). The proportion of vitamin D
deficiency/insufficiency was not different in both groups. Low bone density was found in 8 subjects, five were osteopenia
Conclusion. All children have bone and mineral disorders shown in the laboratory results and/or bone density evaluation. Sari
Pediatri 2020;21(5):282-8

Keywords: CKD, CKD-MBD, mineral and bone disorder, children

Alamat korespondensi: Hertanti Indah Lestari. Departemen Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran UNSRI, Jl. Jenderal Sudirman Km 3.5,
Palembang 30126.. Email: hertantilestari@unsri.ac.id

282 Sari Pediatri, Vol. 21, No. 5, Februari 2020


Hertanti Indah Lestari dkk: Kelainan mineral tulang pada anak dengan penyakit ginjal kronik

G
injal memegang peranan penting dalam dengan penyakit ginjal kronik”. Penelitian dilakukan
homeostasis mineral dan tulang dengan di bagian Ilmu Kesehatan Anak RS Muhammad
cara mengatur metabolisme kalsium, Hoesin/ FK Unsri Palembang, selama periode waktu
phospor, hormon paratiroid, dan vitamin Juli 2018 sampai Februari 2019. Subyek penelitian
D. Pada penyakit ginjal kronis (PGK), gangguan
1
adalah populasi terjangkau yang datang ke bagian Anak
pengaturan metabolisme mineral mulai terjadi sejak RSMH Palembang pada periode waktu penelitian yang
stadium awal penyakit, kemudian berlanjut, dan akan memenuhi kriteria penelitian anak usia 1–18 tahun
menyebabkan perubahan bone modelling, remodeling, dengan diagnosis Penyakit Ginjal Kronik menurut kriteria
dan pertumbuhan.2 Kidney disease improving global NKF-K/DOQI.1 Kriteria ekslusi jika terdapat infeksi
outcome (KDIGO) membuat terminologi untuk berat seperti pyelonefritis dan sepsis, penderita penyakit
kelainan sistemik akibat abnormalitas metabolisme metabolik seperti diabetes mellitus, atau keganasan.
mineral dan tulang akibat komplikasi PGK yang Pasien yang memenuhi kriteria penelitian di­
dikenal dengan istilah chronic kidney disease mineral masukkan sebagai subyek penelitian dan dibagi
bone disorder (CKD-MBD) atau diterjemahkan berdasarkan stadium PGK menjadi 2 kelompok,
sebagai “kelainan mineral tulang akibat penyakit ginjal yaitu kelompok PGK derajat I-II dan kelompok
kronik”.3,4 derajat III-V.1 Penentuan stadium PGK berdasarkan
Manifestasi klinis CKD-MBD sering muncul hasil pemeriksaan kreatinin, dan dihitung laju filtrasi
sebagai gejala nyeri tulang yang tidak spesifik dan glomerulus (LFG) dengan rumus Schwartz.
sulit dibedakan dari nyeri karena sebab lain sehingga Setelah dijelaskan oleh tim penelitian, persetujuan
seringkali tidak dikenali. Gejala awal berupa nyeri orangtua dinyatakan dengan menandatangani
yang tidak spesifik ini membuat kasus CKD-MBD formulir informed consent, dilakukan pengambilan
mungkin tidak terdiagnosis dini oleh klinisi. Diagnosis data berupa data sekunder rekam medik, meliputi
seringkali baru dapat ditegakkan saat keluhan sudah usia, jenis kelamin, diagnosis penyakit primer, riwayat
semakin berat seperti berjalan pincang, keterbatasan pengobatan kortikosteroid dan vitamin D sebelumnya.
gerak dan tidak mampu berjalan sama sekali atau bila Data primer berupa pengambilan sampel darah
anak mengalami fraktur akibat osteoporosis.1 sebanyak 10 ml untuk pemeriksaan kadar hormon
Penderita PGK berisiko untuk mengalami Paratiroid (iPTH), kadar vitamin D (25-hydroxy
abnormalitas mineral saat LFG mencapai 40-70 ml/ vitamin D, 25 OH vitamin D), kalsium, dan phospat.
min/m2. Suatu penelitian terhadap 52 anak dengan Kadar iPTH lebih dari 65 pg/mL didefinisikan sebagai
PGK melaporkan bahwa terjadi abnormalitas mineral hiperparatiroidisme. Kadar vitamin D kurang dari 30
pada 29 % pasien dengan PGK stage 2, pada 42% ng/mL didefinisikan sebagai insufisiensi vitamin D,
pasien dengan PGK stage 3 dan 79 % pada pasien dan kadar kurang dari 20 ng/mL didefinisikan sebagai
dengan PGK stage 4/5.2,5,6 defisiensi vitamin D.
Risiko untuk terjadinya kelainan mineral tulang ini Evaluasi tulang dilakukan dengan alat Bone
menjadi salah satu fokus perhatian dalam penatalaksaan Mineral Density (BMD) merk mesin Stratos (R).
pasien PGK. Diagnosis dini dan tatalaksana gangguan Alat harus dikalibrasi dengan standar dari pabrik.
metabolisme mineral dan tulang sangat penting dalam Identitas pasien dimasukkan sebelum pemeriksaan
meningkatkan kualitas hidup pasien PGK.5,6 Tujuan meliputi nama, usia, etnis, berat badan dan tinggi
penelitian ini adalah mengetahui kejadian gangguan badan. Pada saat pemeriksaan, pasien dalam posisi
mineral tulang pada anak dengan PGK, berdasarkan supinasi dengan sentrasi pada vertebrae lumbal, collum
pemeriksaan kadar hormon paratiroid, kadar vitamin femoris, dan radius ulna. Interpretasi hasil pemeriksaan
D, serta pemeriksaan densitas tulang? BMD dilakukan oleh dokter konsultan reumatologi.
Parameter yang diukur yaitu z-score. Hasil BMD
dikatakan normal jika z-score tidak lebih dari 1 SD di
Metode bawah nilai normal dewasa muda. z-score -1,0 sampai
-2,5 SD didefinisikan sebagai osteopenia (penurunan
Penelitian ini merupakan studi pendahuluan dengan massa tulang), dan z-score >-2,5 adalah osteoporosis.9
disain potong lintang yang mengetahui “penyakit Data yang diperoleh dimasukkan ke dalam tabel
mineral tulang akibat penyakit ginjal kronik pada anak induk. Data statistik diolah dengan program SPSS 17.

Sari Pediatri, Vol. 21, No. 5, Februari 2020 283


Hertanti Indah Lestari dkk: Kelainan mineral tulang pada anak dengan penyakit ginjal kronik

Data deskriptif disajikan dalam bentuk tabular dan Kelompok penelitian selanjutnya dibagi ber­
tekstular. Analisis data kontinyu dilakukan dengan dasarkan menjadi kelompok 1 (PGK stadium 1-2)
T-test. Analisis bivariat dilakukan dengan chi-square dan kelompok 2 (PGK stadium 3-5) masing-masing
test. Nilai kemaknaan yang digunakan yaitu p<0,05. 14 orang. Distribusi karakteristik subyek berdasarkan
stadium klinis tertera pada Tabel 2. Subyek yang
berusia 12 tahun dan lama sakit 5 tahun atau lebih
Hasil secara bermakna lebih banyak pada kelompok 2,
dengan OR berturut-turut 8 (95% CI 1,2 – 50) dan
Selama periode penelitian didapatkan 28 subyek 23,4 (95% CI 2,3-235).
penelitian yang memenuhi kriteria penelitian. Rerata Distribusi hasil laboratorium subyek berdasarkan
usia adalah 10,7 tahun, dengan rasio laki-laki dan stadium klinis dapat dilihat pada tabel 3. Subyek
perempuan, yaitu 2,5:1. Distribusi karakteristik subyek pada kelompok 2 secara bermakna lebih banyak yang
penelitian tertera pada Tabel 1. mengalami hipokalsemia dibandingkan pada kelom­
Berdasarkan usia onset penyakit, 13 subyek sakit pok 1, dengan OR 22 (95% CI 3,1 – 157). Begitu
mulai usia <5 tahun, dan 15 subyek sakit mulai usia 5 pula subyek pada kelompok 2 secara bermakna lebih
tahun. Berdasarkan lama sakit, 18 subyek menderita banyak yang mengalami hiperfosfatemia dibandingkan
penyakit kurang dari 5 tahun, dan 10 menderita pada kelompok 1, dengan OR 3,0 (95% CI 1,6-5,5).
penyakit sudah lebih dari 5 tahun. Berdasarkan Rerata kadar hormon paratiroid pada subyek
riwayat pengobatan, subyek bisa mendapat lebih dari penelitian (n=21) yaitu 107,53 pg/mL dengan rentang
satu macam di antara pengobatan tersebut tergantung terendah 4 pg/mL sampai tertinggi 483 mL. Rerata
diagnosis penyakit yang mendasarinya. kadar hormon paratiroid pada anak dengan PGK
stadium 3-5 adalah 165,69 pg/mL, secara bermakna
lebih tinggi dibandingkan PGK stadium 1-2 yaitu
Tabel 1. Distribusi karakteristik subyek penelitian (N=28) 13,01 pg/mL. Beda rerata tersebut secara statistik
Karakteristik subyek n % bermakna, dengan nilai p=0,037.
Usia (tahun) Tujuh dari 21 subyek (33,3%) yang diperiksa
3–5 3 10,7 hormon paratiroid mengalami hiperparatiroidisme.
6–11 17 60,7 Subyek pada kelompok 2 secara bermakna lebih
>12 8 28,6 banyak yang mengalami hiperparatiroid dibandingkan
Diagnosis etiologi pada kelompok 1, dengan OR 2,1 (95% CI 1,25
SNRS 12 42,9 – 3,68). Artinya subyek dengan PGK stadium 3-5
GNK 7 25,0
CAKUT 8 28,5
Tabel 2. Distribusi subyek berdasarkan kelompok stadium
Batu 1 3,6
klinis (N=28)
Stadium klinis
Stadium 1 14 50,0 Karakteristik Kelompok 1 Kelompok 2 p
Stadium 2 0 0 Jenis kelamin
Stadium 3 3 10,7 Laki-laki 9 11 0,339
Stadium 4 0 0 Perempuan 5 3
Stadium 5 11 39,3 Usia (tahun)
Riwayat pengobatan <12 12 6 0,023
Kortikosteroid 11 39,3 >12 2 8
Imunosupresan 13 46,4 Usia onset sakit
Suplementasi kalsium 21 75,0 (tahun)
Suplementasi vit D 14 50,0 <5 4 9 0,064
Dialisis 9 32,1 >5 10 5
Keterangan: SNRS, Sindrom nefrotik resisten steroid; Lama sakit (tahun)
CAKUT, Congenital anomalies of the kidney and urinary <5 13 5 0,02
tract; CGN, Chronic glomerulonephritis >5 1 9

284 Sari Pediatri, Vol. 21, No. 5, Februari 2020


Hertanti Indah Lestari dkk: Kelainan mineral tulang pada anak dengan penyakit ginjal kronik

memiliki risiko 2x untuk mengalami hiperparatiroid Tabel 3. Hasil laboratorium subyek (n=28)
dibandingkan subyek dengan PGK stadium 1-2. Karakteristik Kelompok 1 Kelompok 2 p
Rerata kadar vitamin D pada penelitian ini (n=28) Kadar kalsium
adalah 21,75 ng/mL, dengan nilai terendah 4 ng/mL Hipokalsemia 3 12 0,001
dan tertinggi 41 ng/mL. Defisiensi/insufisiensi vitamin Normal 11 2
D terjadi pada 23 dari 28 subyek pada penelitian ini Kadar phosphat
(82%). Proporsi subyek yang mengalami defisiensi/ Hiperphosphatemia 0 7 0,003
insufisiensi vitamin D pada kelompok 1 dan kelompok Normal 14 7
2 tidak berbeda bermakna (13/14 dan 10/14). Begitu Kadar vitamin D
pula rerata kadar vitamin D pada kelompok 1 dan Defisiensi 5 7
kelompok 2 tidak berbeda bermakna yaitu 20,99 ng/ Insufisiensi 8 3 0,139
mL dan 22,08 ng/mL. Normal 1 4
Pada Gambar 1 tertera data mengenai distribusi Kadar iPTH (n=21)
hasil pemeriksaan densitas tulang (Bone mineral Hiperparatiroidisme 0 6 0,032
density) pada 15 subyek, yang terdiri dari 11 subyek Normal 8 7
kelompok 2 dan 4 subyek pada kelompok 1. Terdapat
8 subyek dengan penurunan densitas tulang, 5 subyek
menunjukkan z-score -1 s/d -2,5 yang disebut sebagai daripada kelompok 1 (2 subyek), tetapi secara statistik
osteopenia, dan pada 3 subyek menunjukkan nilai tidak bermakna.
z-score <-2,5 yang berarti sudah terjadi osteoporosis. Diagnosis kelainan mineral tulang akibat PGK
Proporsi subyek yang mengalami penurunan densitas ditegakkan berdasarkan adanya kelainan laboratorium
tulang pada kelompok 2 (6 subyek) lebih banyak (hipokalsemia, hiperfosfatemia, defisiensi vitamin D,

Normal

Osteopenia

Osteoporosis

CKD stage 1 CKD stage 3 CKD stage 5

Gambar 1. Distribusi hasil densitometri (z-score) berdasarkan stadium PGK (n=15)

Sari Pediatri, Vol. 21, No. 5, Februari 2020 285


Hertanti Indah Lestari dkk: Kelainan mineral tulang pada anak dengan penyakit ginjal kronik

Laboratory abnormalities

10 5 3
2 2 6
Bone
abnormalities
Group 1 (N=14) Group 2 (N=14)
Bone evaluation*
Bone evaluation**

Note:
*bone density evaluation performed in 15 subjects.

Gambar 2. Proporsi kelainan laboratorium dan kelainan tulang pada kedua kelompok

hiperparatiroidisme), dan/atau berdasarkan kelainan macam. Tiga belas (46,4%) subyek pernah mendapat
tulang (penurunan densitas tulang). Pada gambar 2 terapi kortikosteroid dan imunosupresan. Sebanyak 21
dapat dilihat ilustrasi penegakan diagnosis kelainan (75%) subyek pernah mendapat suplementasi kalsium,
mineral tulang berdasarkan laboratorium dan/atau dan 14 (50%) subyek pernah mendapat terapi vitamin
densitas tulang pada kedua kelompok penelitian. D. Sembilan (32,1%) subyek saat ini menjalani dialisis
atau termasuk ke dalam PGK stadium terminal. Hasil
ini serupa dengan berbagai laporan mengenai riwayat
Pembahasan pengobatan pada pasien PGK, antara lain, pengobatan
kortikosteroid dan suplementasi vitamin D.5
Rerata usia subyek penelitian ini adalah 10,7 tahun, Pada penelitian ini terdapat 14 subyek pada
dengan usia terendah 5 tahun dan tertinggi 17 tahun. kelompok 1 (PGK stadium 1-2) dan 14 subyek
Kelompok usia terbanyak adalah usia 6 - 11 tahun pada kelompok 2 (PGK stadium 3-5). Kelompok 1
(60,7%). Jenis kelamin sebagian besar adalah laki-laki semuanya terdiri dari PGK stadium 1, dan kelompok
(71,4%) dengan rasio laki-laki dan perempuan, yaitu 2 terdiri dari 3 subyek stadium 3, dan 11 subyek
2,5:1. Berdasarkan usia onset penyakit, proporsi subyek stadium 5.
yang sakit mulai usia kurang dari 5 tahun dan di atas Pada penelitian ini, subyek yang berusia 12 tahun
5 tahun relatif sama (13 dan 15 subyek). Berdasarkan atau lebih lebih banyak mengalami stadium PGK
lama sakit, sebagian besar subyek diketahui menderita yang lebih berat (stadium 3-5), dibandingkan subyek
PGK kurang dari 5 tahun (64,3%). yang berusia di bawah 12 tahun. Begitu pula subyek
Berdasarkan penyakit yang mendasari, yang paling yang sakit selama 5 tahun atau lebih secara bermakna
banyak adalah PGK yang disebabkan oleh penyakit lebih banyak mengalami stadium PGK yang lebih
sindrom nefrotik yang resisten terhadap pengobatan berat (stadium 3-5). Hasil ini menunjukkan terdapat
kortikosteroid atau disingkat SNRS, yaitu pada 12 hubungan yang bermakna antara lama menderita sakit
subyek (42,9%). Penyebab berikutnya adalah CAKUT dengan stadium penyakit yang lebih berat. Sementara
(congenital anomaly of kidney and urinary tract) pada jenis kelamin dan usia onset sakit tidak berhubungan
8 subyek (28,5%), dan penyakit glomerulonefritis dengan kelompok stadium klinis.
kronik (GNK) pada 7 subyek (25%). Hal ini sesuai Enam dari 21 subyek yang diperiksa hormon
dengan literatur bahwa penyebab PGK pada anak yang paratiroid mengalami hiperparatiroidisme (28,6%). Se­
terbanyak adalah penyakit kelainan kongenital ginjal muanya adalah subyek pada kelompok 2. Rerata kadar
dan saluran kemih dan penyakit pada glomerulus. hormon paratiroid pada anak dengan PGK stadium 3-5
Sesuai dengan penyakit yang mendasarinya, subyek adalah 165,69 pg/mL, secara bermakna lebih tinggi
pernah mendapat riwayat pengobatan yang bermacam- dibandingkan PGK stadium 1-2 yaitu 13,01 pg/mL.

286 Sari Pediatri, Vol. 21, No. 5, Februari 2020


Hertanti Indah Lestari dkk: Kelainan mineral tulang pada anak dengan penyakit ginjal kronik

Subyek pada kelompok 2 secara bermakna lebih banyak mengalami penurunan densitas tulang, 6 di antaranya
yang mengalami hiperparatiroid dibandingkan pada adalah pada subyek dengan stadium penyakit yang
kelompok 1 (OR 2,1). Artinya subyek dengan PGK lebih berat (stadium 3-5). Terdapat 2 subyek pada PGK
stadium 3-5 memiliki risiko 2 kali untuk mengalami stadium yang awal juga telah mengalami penurunan
hiperparatiroid dibandingkan subyek dengan PGK densitas tulang, keduanya memiliki onset sakit di
stadium 1-2. Hasil ini sesuai dengan literatur bahwa bawah usia 5 tahun. Satu subyek dengan kelainan
hiperparatiroid sekunder mulai terjadi ketika terjadi kongenital ginjal sudah mengalami gangguan ginjal
penurunan LFG di bawah 60 ml/mnt/1,73m2 atau sejak dalam kandungan, dan 1 subyek SNRS yang
mulai PGK stadium 3.11 Penelitian lain yang pernah memiliki riwayat mendapat terapi kortikosteroid
melaporkan adanya hiperparatiroidisme pada PGK jangka panjang. Laporan lain juga menunjukkan
stadium yang lebih awal tidak terjadi pada penelitian penurunan densitas tulang dapat mulai terjadi sejak
ini.6 PGK stadium 2.6,14
Pada penelitian ini, defisiensi/insufisiensi vitamin D Dari 8 subyek dengan penurunan densitas tulang,
terjadi pada sebagian besar subyek, yaitu pada 23 subyek 5 di antaranya dengan z-score -1 s/d -2,5 yang disebut
(82%). Proporsi subyek yang mengalami defisiensi/ sebagai osteopenia, dan 3 lainnya dengan nilai z-score
insufisiensi vitamin D tidak berbeda antara kedua <-2,5 yang berarti sudah terjadi osteoporosis. Subyek
kelompok. Hal ini disebabkan peran ginjal pada aktivasi yang mengalami osteopenia memiliki risiko 4 kali
vitamin D aktif yang sangat penting sehingga defisiensi terjadi fraktur dibandingkan dengan subyek dengan
vitamin D juga dapat terjadi pada kasus PGK walaupun BMD normal. Pada subyek dengan osteoporosis,
pada stadium awal PGK. Kalkwarf dkk10 melaporkan risiko fraktur menjadi lebih besar, yaitu 8 kali
kejadian defisiensi vitamin D yang tinggi pada anak dibandingkan subyek dengan BMD normal. Dua dari
dengan PGK stadium 2-5 (hampir separuh dari 182 3 subyek yang mengalami osteoporosis adalah PGK
pasien dengan usia 5-21 tahun). Nigwekar11 pada stadium 5 yang disebabkan oleh hipoplastik ginjal
ulasannya menyebutkan kejadian defisiensi vitamin D dan glomerulonefritik kronik yang telah menderita
pada populasi PGK dapat mencapai 70-80%, dan dapat penyakit pada usia kurang dari 5 tahun dan lama
mulai terjadi pada PGK stadium 2. Selain penurunan sakit sudah lebih dari 5 tahun. Satu subyek lainnya
LFG, defisiensi vitamin D pada kasus PGK juga dapat adalah penderita sindrom nefrotik resisten steroid yang
disebabkan oleh bebagai faktor, antara lain, penurunan memiliki riwayat pengobatan kortikosteroid jangka
paparan sinar matahari, gangguan sintesis kolekalsiferol panjang.
di kulit akibat penyakit ginjal, hiperpigmentasi yang Kelainan tulang pada anak dengan PGK dilapor­
sering terjadi pada PGK lanjut, pembatasan diet, kan dengan berbagai metode evaluasi dan batasan
gangguan absorbsi usus akibat uremia, serta proteinuria yang berbeda-beda. Bachrach15 mengguna­kan isti­
yang disertai hilangnya vitamin D binding protein lah “kurang menurut usia” jika z-score kurang
(DBP) sehingga menyebabkan hilangnya metabolit dari -2,0 SD dari nilai yang diharapkan, dan tidak
vitamin D.11 Penelitian lain ada juga yang menunjukkan menggunakan istilah osteoporosis atau osteopenia
kadar vitamin D yang normal pada PGK stadium yang seperti pada dewasa. Denburg16 melaporkan dalam
lebih awal.6 bentuk volumetric dari pemeriksaan CortBMD yang
Walaupun terdapat riwayat suplementasi vitamin dikatakannya sebagai parameter yang lebih baik bagi
D dan kalsium pada sebagian subyek penelitian (75% populasi anak. Metode apapun yang tersedia umumnya
dan 50%), sebagian besar subyek masih mengalami dapat digunakan sebagai bagian dari tatalaksana anak
defisiensi/insufisiensi vitamin D dan hipokalsemia. dengan PGK.
Data mengenai dosis dan sudah berapa lama mendapat Semua subyek pada penelitian ini memiliki tanda
suplementasi kalsium dan vitamin D tidak tersedia kelainan mineral tulang secara laboratorium (parameter
pada penelitian ini. Namun, panduan terapi lokal yang biokimia), dengan atau tanpa tanda kelainan tulang
di­gunakan umumnya merekomendasikan suplemen­ta­si (penurunan densitas tulang). Keterbatasan penelitian
vitamin D hanya pada PGK stadium lanjut.12,13 ini adalah pemeriksaan densitas tulang hanya dilakukan
Hasil laboratorium ditunjang dengan pemeriksa­ pada 15 dari 28 subyek. Hal ini dikarenakan alat
an densitas tulang (bone mineral density), yang pemeriksaan yang rusak sehingga 10 subyek pada
menunjukkan 8 dari 15 subyek yang diperiksa kelompok 1 dan 3 subyek di kelompok 2 tidak diperiksa

Sari Pediatri, Vol. 21, No. 5, Februari 2020 287


Hertanti Indah Lestari dkk: Kelainan mineral tulang pada anak dengan penyakit ginjal kronik

densitas tulang. Sebagian besar subyek yang tidak Proust MH, dkk. Revisiting KDIGO clinical practice guideline
diperiksa adalah kelompok 1 karena panduan selama on chronic kidney disease-mineral and bone disorder. Kidney
ini baru merekomendasikan pemeriksaan BMD pada Int 2015;87:502–8.
PGK stadium lanjut. Pemeriksaan BMD rekomendasi 4. KDIGO. Clinical practice guideline update for the diagnosis,
KDIGO mulai dari PGK stadium 3 karena umumnya evaluation, prevention, and treatment of CKD-MBD. Kidney
mulai terjadi penurunan densitas tulang.1-4 Penelitian Int 2017:7;1–59.
ini juga tidak memeriksa kalsifikasi pembuluh darah 5. Tsampalieros A, Kalkwarf HJ, Wetzsteon RJ, Shults J, Zemel
dan jaringan lunak yang juga merupakan parameter BS, Foster BJ, dkk. Changes in bone structure and the muscle–
kelainan mineral tulang pada PGK. bone unit in children with chronic kidney disease. Kidney Int
Penegakan diagnosis kelainan mineral tulang 2013;83:495–502.
pada anak dengan PGK memerlukan pemeriksaan 6. Wasseling-Perry K, Pereira RC, Tseng CH, Elashoff R, Zaritsky
laboratorium dan pemeriksaan tulang yang bukan JJ, Yadin O, dkk. Early skletal and biochemical alteration
merupakan pemeriksaan rutin dan tidak selalu tersedia in pediatric chronic kidney disease. Clin J Am Soc Nephrol
di laboratorium klinik di rumah sakit. Diperlukan 2010;7:146-52.
kewaspadaan untuk mengenali risiko kelainan mineral 7. Wesseling-Perry K, Salusky IB. Chronic Kidney Disease
tulang pada anak dengan PGK sehingga dapat dilakukan Mineral and Bone Disorder in Children. Semin Nephrol
pemeriksaan dan tatalaksana yang optimal untuk 2013;33:169-79.
mempertahankan kualitas hidup anak dengan PGK. 8. Sekarwana Nanan. Chronic kidney disease. Dalam: Unit
kerja koordinasi nefrologi ikatan dokter anak Indonesia.
Kompendium Nefrologi Anak. Jakarta: Badan Penerbit Ikatan
Kesimpulan Dokter Anak Indonesia; 2011.h.215-22.
9. Cunningham J, Sprague SM, Cannata-Andia J, Coco M,
Semua subyek penelitian menunjukkan tanda kelainan Cohen-Solal M, Fitzpatrick L, dkk. Osteoporosis in Chronic
mineral tulang baik secara laboratorium dan/atau Kidney Disease. Am J Kidney Dis 2004;43:566-71.
densitometri. Hampir sepertiga yang diperiksa 10. Kalkwarf HJ, Denburg MR, Strife CF, Zemel BS, Foerster
hormon paratiroid mengalami hiperparatiroidisme, DL, Wtzsteon RJ, dkk. Vitamin D deficiency is common in
dan semuanya adalah subyek dengan PGK stadium children and adolescents with chronic kidney disease. Kidney
3-5. Anak dengan PGK stadium 3-5 memiliki Int 2012;81:690-7.
kemungkinan 2x lebih besar untuk mengalami 11. Nigwekar SU, Tamez H, Thadhani RI. Vitamin D and chronic
hiperparatiroid dibandingkan pada PGK stadium kidney disease – mineral bone disease (CKD-MBD). Bonekey
1-2. Defisiensi/insufisiensi vitamin D didapati pada Rep 2014;3:498.
sebagian besar subyek penelitian. Penurunan densitas 12. HK Yap, Resontoc, Patil. Mineral and bone disease. Dalam:
tulang terjadi pada separuh subyek yang diperiksa Children’s kidney centre. pediatric nephrology on the go.
densitas tulang, dan sebagian besar di antaranya adalah Singapore: NUH press; 2012.h.45-66.
subyek dengan PGK stadium 3-5. 13. Yap HK. Anemia, renal osteodystrophy, growth failure in
chronic renal failure. Dalam: Chiu MC, Yap HK, penyunting.
Practical paediatric nephrology an update of current practices.
Daftar pustaka Hongkong: Medcom Ltd; 2005.h.253-61.
14. Malluche HH, Porter DS, Pienkowski D. Evaluating bone
1. Warady Bradley A, Chadha Vimal. Chronic kidney disease quality in patients with chronic kidney disease. Nat Rev
in children: The global perspective. Pediatr Nephrol J Nephrol 2013;9:671-80.
2007;22:1999–2009. 15. Bachrach LK, Sills IN. Clinical report – bone densitometry
2. Wesseling-Perry K, Salusky IB. Chronic Kidney Disease in children and adolescents. Pediatrics 2011;127:189-94.
Mineral and Bone Disorder. In: Avner ED, Harmon WE, 16. Denburg MR, Tsampalieros AK, De Boer IH, Shults J,
Niaudet P, editors. Pediatric Nephrology. Berlin: Springer; Kalkwarf HJ, Zemel BS, dkk. Mineral metabolism and cortical
2009.h.1629-755. volumetric bone mineral density in childhood chronic kidney
3. Ketteler M, Elder GJ, Evenepoel P, Ix JH, Jamal SA, Lafage- disease. J Clin Endocrinol Metab 2013;98:1930-8.

288 Sari Pediatri, Vol. 21, No. 5, Februari 2020

Anda mungkin juga menyukai