Anda di halaman 1dari 30

LAPORAN

STUDI PENGEMBANGAN WILAYAH

POLA TATA GUNA LAHAN, SIRKULASI DAN KONSERVASI KOTA


CIMAHI PROVINSI JAWA BARAT.

Disusun sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan


Program Studi Sarjana Teknik Sipil

Dosen Pengampu:
Hanafi, ST., MT
NID: 4121.976.87

Oleh:
Raka Tian Nurmawan (2411171013)
Gilang Nugraha Putra (2411171023)
Dina Apriliana (2411171030)

JURUSAN TEKNIK SIPIL


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS JENDERAL ACHMAD YANI
2020
Kata Pengantar

Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas
Rahmat dan Ridho-Nya kami dapat menyelesaikan penyusunan laporan yang
sederhana ini dalam waktu yang singkat.

Tujuan penulisan laporan ini untuk memenuhi tugas mata kuliah Studi
Pengembangan Wilayah dan juga sebagai bahan pembelajaran.
Dalam penyusunan laporan ini kami banyak mendapatkan bantuan dan bimbingan
dari berbagai pihak. Untuk itu penulis menyampaikan terima kasih kepada:
1. Hanafi, ST., MT. selaku dosen mata kuliah Studi Pengembangan Wilayah
2. Teman-teman yang telah turut membantu.

Akhir kata semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi pembaca pada umumnya dan
penulis pada khusunya, penulis menyadari bahwa dalam penulisan laporan ini
masih jauh dari sempurna, untuk itu penulis menerima saran dan kritik yang bersifat
membangun demi perbaikan ke arah sempurna. Akhir kata penulis sampaikan
terima kasih.

Cimahi, 16 Maret 2020

i
Daftar Isi

Kata Pengantar ......................................................................................................... i


Daftar Isi.................................................................................................................. ii
Daftar Gambar ........................................................................................................ iv
BAB 1 Pendahuluan ....................................................................................... 1-1
1.1 Latar Belakang ...................................................................................... 1-1
1.2 Rumusan Masalah ................................................................................. 1-2
1.3 Tujuan .................................................................................................... 1-3
1.4 Manfaat .................................................................................................. 1-3
1.5 Ruang Lingkup dan Batasan Masalah ................................................... 1-3
1.6 Sistematika Penyusunan Laporan .......................................................... 1-3
BAB 2 Tinjauan Pustaka ................................................................................ 2-1
2.1 Tata Guna Lahan ................................................................................... 2-1
2.1.1 Pola Tata Guna Tanah .................................................................... 2-1
2.2 Sirkulasi Perkotaan ................................................................................ 2-6
2.2.1 Fungsi Sistem Sirkulasi Perkotaan dan Pola Sirkulasi ................... 2-7
2.2.2 Rekayasa Lalu Lintas ..................................................................... 2-8
2.2.3 Parkir .............................................................................................. 2-9
2.2.4 Rancangan Sirkulasi dan Angkutan Umum ................................... 2-9
2.2.5 Pejalan Kaki ................................................................................. 2-10
2.3 Konservasi ........................................................................................... 2-10
BAB 3 Analisa dan Pembahasan ................................................................... 3-1
3.1 Administrasi Kota Cimahi ..................................................................... 3-1
3.2 Penggunaan Lahan Kota Cimahi ........................................................... 3-2
3.3 Penduduk Kota Cimahi ......................................................................... 3-3
3.4 Pola Tata Guna Lahan Kota Cimahi...................................................... 3-3
3.4.1 Kawasan Pusat Niaga (Central Business District) ......................... 3-3
3.4.2 Grosir dan Industri Ringan (Wholesale and Light Manufacturing)3-4
3.4.3 Permukiman kelas bawah (Low-class residential) ......................... 3-4
3.4.4 Pemukiman kelas menengah (Medium-class residential) .............. 3-5
3.4.5 Pemukiman kelas atas (High-class residential) .............................. 3-6
3.4.6 Industri Berat dan Industri Pinggir Kota ........................................ 3-6
3.5 Pengembangan Lahan kedepan di Wilayah Kota Cimahi ..................... 3-6

ii
3.6 Konservasi Lahan di Kota Cimahi ........................................................ 3-7
3.7 Kondisi Sirkulasi Wilayah Kota Cimahi ............................................... 3-7
BAB 4 Kesimpulan ........................................................................................ 4-1
Daftar Pustaka ......................................................................................................... 2

iii
Daftar Gambar

Gambar 2.1 Pola Zona Sepusat / Zona Konsentrik (Concentric Zone Theory)–EW
Burgess ................................................................................................................. 2-3
Gambar 2.2 Pola Sektor (Sector Theory)–Humer Hoyt ....................................... 2-4
Gambar 2.3 Pola Pusat Lipat Ganda (Multiple Nuclei Concept)–RD MacKEnzie 2-
6
Gambar 2.4 Jalan berpotongan lurus (Gridiron/linier) ......................................... 2-7
Gambar 2.5 Jalan bengkok – lurus ....................................................................... 2-7
Gambar 2.6 Jalan Taman...................................................................................... 2-7
Gambar 2.7 Jalan Buntu ....................................................................................... 2-8
Gambar 2.8 Jalan Bebas – sambung .................................................................... 2-8
Gambar 2.9 Jalan Belok – lngkar (spiral) ............................................................ 2-8
Gambar 3.1 Peta Administrasi Kota Cimahi ........................................................ 3-1
Gambar 3.2 Peta Tata Guna Lahan Kota Cimahi ................................................. 3-2
Gambar 3.3 Perbandingan Tata Guna Lahan Kota Cimahi dengan Pola Teori Pusat
Lipat Ganda (Multiple Nuclei Concept) ............................................................... 3-3
Gambar 3.4 Peta Sirkulasi Pergerakan Kota Cimahi ........................................... 3-8

iv
BAB 1 Pendahuluan

1.1 Latar Belakang


Kota Cimahi adalah sebuah kota di Provinsi Jawa Barat, Indonesia. Kota ini terletak
di antara Kabupaten Bandung dan Kabupaten Bandung Barat. Cimahi dahulu
bagian dari Kabupaten Bandung, yang kemudian ditetapkan sebagai kota
administratif pada tanggal 29 Januari 1976. Pada tanggal 21 Juni 2001, Cimahi
ditetapkan sebagai kota otonom.

Menurut Pemerintah Kota Cimahi (2013), Kota Cimahi terletak diantara


107°30’30’’ BT- 107°34’30’’ dan 6°50’00’’- 6°56’00’’ Lintang Selatan. Luas
wilayah Kota Cimahi adalah sebesar 40,2 Km².Kota Cimahi termasuk ke dalam
wilayah Provinsi Jawa Barat dan meliputi 3 Kecamatan yang terdiri dari 15
Kelurahan, yaitu : Kecamatan Cimahi Utara terdiri dari 4 Kelurahan, Kecamatan
Cimahi Tengah terdiri dari 6 Kelurahan dan Kecamatan Cimahi Selatan terdiri dari
5 Kelurahan.
Menurut UU No. 9 Tahun 2001 dengan batas-batas wilayahnya:
1. Sebelah Utara:
Kecamatan Parongpong, Kecamatan Cisarua, dan Kecamatan Ngamprah
Kabupaten Bandung Barat
2. Sebelah Timur:
Kecamatan Sukasari, Kecamatan Sukajadi, Kecamatan Cicendo dan
Kecamatan Andir Kota Bandung
3. Sebelah Selatan:
Kecamatan Margaasih Kabupaten Bandung, Kecamatan Batujajar
Kabupaten Bandung Barat, dan Kecamatan Bandung Kulon Kota
Bandung
4. Sebelah Barat:
Kecamatan Padalarang, Kecamatan Batujajar dan Kecamatan Ngamprah
Kabupaten Bandung Barat

1-1
Kota Cimahi termasuk ke dalam wilayah Propinsi Jawa Barat dan meliputi 3
Kecamatan yang terdiri dari 15 Kelurahan, yaitu:
1. Kecamatan Cimahi Utara terdiri dari 4 Kelurahan,
2. Kecamatan Cimahi Tengah terdiri dari 6 Kelurahan dan
3. Kecamatan Cimahi Selatan terdiri dari 5 Kelurahan.

Secara geografis wilayah ini merupakan lembah cekungan yang melandai ke arah
selatan, dengan ketinggian di bagian utara ± 1,040meter dpl (Kelurahan Cipageran
Kecamatan Cimahi Utara), yang merupakan lereng Gunung Burangrang dan
Gunung Tangkuban Perahu serta ketinggian di (Kelurahan Melong Kecamatan
Cimahi Selatan) yang mengarah ke Sungai Citarum. Sungai yang melalui Kota
Cimahi adalah Sungai Cimahi, dengan anak sungainya ada lima yaitu Kali Cibodas,
Ciputri, Cimindi, Cibeureum dan Kali Cisangkan, sementara itu mata air yang
terdapat di Kota Cimahi adalah mata air Cikuda dan mata air Cisintok.
Salah satu yang dapat dijadikan indikator perkembangan kota adalah dengan terjadi
perubahan fungsi pemanfaatan lahan dari lahan yang bervegetasi menjadi lahan
terbangun atau dari lahan pertanian menjadi lahan terbangun baik yang bersifat
sebagai tempat bermukim maupun sarana prasarana seperti jalan, pusat industri ,dan
lain sebagainya. Perubahan ini tentunya sangat berpengaruh terhadap penurun
kualitas lingkungan kota yang membutuhkan ruang terbuka hijau sebagai pemasok
oksigen dan penyerap karbon yang dihasilkan dari emisi kendaraan dan industri.
Perubahan penggunaan lahan juga memiliki andil terhadap terjadinya banjir (Jaya,
2006).

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan pemaparan latar belakang penelitian ini maka dapatdisusun perumusan
masalah sebagai berikut:
1. Bagaimana penggunaan tanah di kota Cimahi?
2. Bagaimana pola tata guna lahan di kota Cimahi?
3. Bagaimana pengaruh wilayah konservasi di kota Cimahi?
4. Bagaimana kondisi sirkulasi di kota Cimahi?

1-2
1.3 Tujuan
Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini nantinya adalah:
1. Menentukan penggunaan tanah di kota Cimahi.
2. Menentukan pola tata guna lahan di kota Cimahi.
3. Menentukan pengaruh wilayah konservasi di kota Cimahi.
4. Menentukan kondisi sirkulasi di kota Cimahi.
5. Menentuka inovasi penggunaan lahan di kota Cimahi.

1.4 Manfaat
Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini antara lain:
1. Menjadi informasi awal tentang perkembangan lahan permukiman yang
terjadi di Cimahi yang dapat digunakan dalam evaluasi penggunaan
lahan oleh instansi terkait.
2. Sebagai data pendukung bagi pengambil kebijakan untuk melakukan
pengembangan kota sehingga dampak negatif yang mungkin terjadi
akibat adanya perubahan penggunaan dalam rangka pembangunan
daerah dapat diminimalkan.

1.5 Ruang Lingkup dan Batasan Masalah


Ruang lingkup dan batasan masalah dalam penelitian ini meliputi hal-hal sebagai
berikut:
1. Studi dilakukan dalam wilayah Kota Medan
2. Studi dilakukan hanya sebatas pada analisis kota.

1.6 Sistematika Penyusunan Laporan


Secara garis besar sistematika penyusunan laporan ini adalah sebagai berikut :
BAB 1 Pendahuluan
Berisi tentang latar belakang, rumusan masalah, tujuan, manfaat, ruang lingkup dan
Batasan masalah dan sistematika penyusunan laporan.
BAB 2 Tinjauan Pustaka
Berisi tentang teori yang akan digunakan didalam laporan ini.
BAB 3 Analisa dan Pembahasan

1-3
Berisi tentang pembahasan inti masalah permasalahan studi.
BAB 4 Kesimpulan
Berisi tentang kesimpulan dan saran

1-4
BAB 2 Tinjauan Pustaka

2.1 Tata Guna Lahan


Tata Guna Lahan (land use) adalah upaya merencanakan penggunaan lahan dan
pembagian wilayah dalam suatu kawasan untuk pengkhususan fungsi-fungsi
tertentu, semisal fungsi pemukiman, perdagangan, industri, dll.

2.1.1 Pola Tata Guna Tanah


Pola tata guna lahan dibagi menjadi 3 teori yaitu:
1. Teori Zona Sepusat / Zona Konsentrik (Concentric Zone Theory)–EW
Burgess
Teori Zona Sepusat / Zona Konsentrik meyakini bahwa perkembangan kota
dimulai dari pusatnya yang kemudian meluas ke wilayah yang jauh dari pusat
akibat peningkatan penduduk. Interaksi antara penggunaan lahan dan
manusia, baik dalam segi ekonomi, sosial, ataupun politik membentuk
beberapa zona konsentris. Contoh kota dengan teori konsentris adalah
Chicago, London, Kalkuta, Adelaide, dan sebagian besar kota-kota di
Indonesia.

Asumsi Teori Konsentris:


1) Populasi dengan sosial budaya yang heterogen
2) Industri komersil menjadi basis ekonomi
3) Persaingan ruang untuk zona ekonomi dan ruang pribadi (private
ownership)
4) Perluasan area dan peningkatan populasi kota
5) Transportasi dinilai mudah, cepat, dan murah di setiap zona kota
6) Pusat kota untuk pusat kegiatan ekonomi sehingga ruang di dekat
pusat menjadi terbatas dan bernilai tingg

Susunan Ruang Kota Teori Konsentris


a. Zona Pusat Kegiatan (Central District Business)
Ciri-ciri:

2-1
1) Inti kota
2) Intensitas yang tinggi untuk kegiatan komersil dan pemerintahan
(gedung perkantoran, pertokoan, dan lain-lain)
3) Nilai harga jual atau sewa tanah tinggi
4) Populasi untuk permukiman sangat sedikit
5) Aksesibilitas mudah dan laju orang masuk/keluar jumlahnya besar
setiap harinya
b. Zona Peralihan (Transition Zone)
Ciri-ciri:
1) Terikat dengan Zona Pusat Kegiatan
2) Populasi penduduknya heterogen dan tidak stabil baik di
permukiman atau kegiatan sosial ekonomi
3) Daerah dengan berpenduduk miskin
4) Kualitas lingkungan permukiman memburuk -> sering ditemukan
daerah slum atau permukiman penduduk kumuh
5) Dapat diubah menjadi komplek industri manufaktur, perhotelan,
apartemen, dan lain-lain -> untuk rencana pembangunan kota
6) Tingkat kejahatan dan penyakit tertinggi di kota
c. Zona Permukiman Kelas Proletar (Low-Class Residential atau
Workingmen’s Homes)
Ciri-ciri:
1) Kondisi permukimannya lebih baik -> umumnya rumah-rumah kecil
atau rumah susun
2) Populasi penduduknya merupakan para pekerja dengan
berpenghasilan kecil (buruh)
3) Transportasi dapat dikatakan masih relatif mudah dan murah menuju
tempat bekerja
d. Zona Kelas Menengah (Medium-Class Residential Zone)
Ciri-ciri:
1) Permukiman untuk para pekerja dengan berpenghasilan menengah
2) Kondisi permukiman lebih baik dibandingkan kelas proletar ->
permukiman horizontal ataupun permukiman vertikal (apartemen)

2-2
3) Lokasinya strategis dengan pusat perbelanjaan sudah hampir sama
kondisinya dengan yang berada di pusat kota
e. Zona Penglaju (Commuters Zone)
Ciri-ciri:
1) Memasuki daerah belakang (hinterland) -> daerah batas desa – kota
2) Penduduknya tinggal di pinggiran kota tetapi bekerjanya di kota
3) Biaya transportasi relatif tinggi menuju CBD dibandingkan dengan
zona lain.
4) Pendapatan penduduknya relatif tinggi

Gambar 2.1 Pola Zona Sepusat / Zona Konsentrik (Concentric Zone Theory)–EW
Burgess
Sumber: Google

2. Teori Sektor (Sector Theory)–Humer Hoyt


Kritik pertama mengenai teori konsentris dilakukan oleh Hoomer Hoyt
(1939). Penelitian yang dilakukan oleh Hoyt berdasarkan akan pemetaan rata-
rata nilai sewa permukiman untuk setiap blok di setiap kota. Asumsi yang
digunakan adalah adanya variasi penggunaan lahan di sekitar pusat kota
(CBD Zone), lalu berkembang dan masing-masing meluas ke zona lain.
Pengelompokkan penggunaan lahan kota menjulur seperti irisan kue tar dan
sifatnya lebih bebas.

Hoyt juga mengungkapkan bahwa persaingan spasial bukan satu-satunya


sumber perkembangan kota, tetapi juga faktor kondisi geografis, rute
transportasi, dan kekerabatan sosial. Kelemahan teori ini adalah mengabaikan

2-3
jenis penggunaan lahan lain selain permukiman. Contoh kota dengan teori
sektoral antara lain California, Alberta, Boston, dan Calgary.

Asumsi Teori Sektoral


1) Daerah-daerah dengan harga jual atau sewa tanah tinggi biasanya
terletak di luar kota
2) Daerah-daerah dengan harga jual atau sewa tanah rendah merupakan
jalur-jalur yang memanjang dari pusat ke perbatasan kota
3) Zona pusat sebagai daerah pusat kegiatan

Susunan Ruang Kota Teori Sektoral


1) Zona I: Pusat Kota (Central District Business), meliputi perkantoran,
pusat perbelanjaan, dan lain-lain
2) Zona 2: Daerah Manufaktur, terdapat Kawasan industri ringan dan
perdagangan
3) Zona 3: Permukiman Kelas Rendah, berada di dekat pusat kota dan
terdapat kawasan murbawisma (tempat tinggal kaum buruh)
4) Zona 4: Permukiman Kelas Menengah, berada agak jauh dari pusat
kota atau sektor industri dan terdapat kawasan madyawisma (tempat
tinggal kaum menengah)
5) Zona 5: Permukiman Kelas Atas, terdapat kawasan adiwisma
(tempat tinggal kaum atas)

Gambar 2.2 Pola Sektor (Sector Theory)–Humer Hoyt


Sumber: Google

2-4
3. Teori Pusat Lipat Ganda (Multiple Nuclei Concept)–RD MacKEnzie
Teori konsentris dan sektoral mendapat kritikan yang dikemukakan oleh
Chauncy Harris dan Edward L. Ullman (1945). Mereka berpendapat bahwa
teori struktur ruang kota tidak sesederhana seperti teori-teori sebelumnya.
Teori inti ganda merupakan hasil dari pengamatan yang menunjukkan bahwa
sebagian kota besar tidak tumbuh hanya dengan satu inti, melainkan adanya
beberapa inti yang terpisah. Inti-inti tersebut berkembang sesuai dengan
penggunaan lahannya yang fungsional dan keuntungan ekonomi menjadi
dasar pertimbangan. Harris dan Ullman juga berpendapat bahwa
perkembangan kota juga melihat kepada situs kota dan sejarahnya sehingga
tidak ada urutan yang teratur.

Asumsi Teori Inti Ganda


1) Perbedaan akan fasilitas yang dibutuhkan untuk kegiatan tertentu,
misalnya kegiatan industry
2) Aktivitas yang serupa dapat dikelompokkan bersama untuk
keuntungan ekonomi sehingga munculnya beberapa zona khusus
untuk perekonomian
3) Aktivitas perekonomian dan nilai pendapatan yang berbeda
menyebabkan adanya pemisahan zona untuk tempat tinggal
Susunan Ruang Kota Teori Inti Ganda
1) Zona 1: Pusat Kota atau CBD
2) Zona 2: Daerah Grosir dan Manufaktur, digunakan untuk kawasan
niaga dan industri ringan
3) Zona 3: Permukiman Kelas Rendah, digunakan untuk kawasan
murbawisma
4) Zona 4: Permukiman Kelas Menengah, digunakan untuk kawasan
madyawisma Zona 5: Permukiman Kelas Tinggi, digunakan untuk
kawasan adiwisma
5) Zona 6: Daerah Manufaktur Berat, sebagai pusat industri berat
6) Zona 7: Daerah Luar CBD, pisat niaga lain di pinggiran kota
7) Zona 8: Permukiman Suburban, merupakan upakota untuk kawasan
madyawisma dan adiwisma

2-5
8) Zona 9: Daerah Industri Suburban, merupakan upakota untuk
kawasan industry

Gambar 2.3 Pola Pusat Lipat Ganda (Multiple Nuclei Concept)–RD MacKEnzie
Sumber: Google

2.2 Sirkulasi Perkotaan


Adapun definisi sirkulasi adalah sebagai berikut:
1. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (Sugono, 2008:1361), sirkulasi
adalah suatu peredaran.
2. Menurut Cryill M. Haris (1975) menyebutkan bahwa sirkulasi merupakan
suatu pola lalu lintas atau pergerakan yang terdapat dalam suatu area atau
bangunan. Di dalam bangunan, suatu pola pergerakan memberukan
keluwesan, pertimbangan ekonomis, dan fungsional.
3. Tali yang terlihat dan menghubungkan ruang-ruang dalam suatu bangunan
atau tali yang menghubungkan deretan ruang dalam dan ruang luar secara
bersama-sama (D.K. Chink, 1973).

Sirkulasi menggambarkan sebua pola pergerakan, baik kendaraan maupun pejalan


kaki diatas dan disekitar tapak yang berpengaruh terhadap lamanya dan beban
puncak bagi lalu lintas kendaraan dan pergerkan pejalan kaki. Sirkulasi merupakan
gerak terusan ruang. Jalan sirkulasi diartikan sebagai tali yang terlihat
menghubungkan ruang - ruang dalam maupun ruang luar.

2-6
2.2.1 Fungsi Sistem Sirkulasi Perkotaan dan Pola Sirkulasi
Memungkinkan pergerakan manusia dan barang, dari satu lokasi ke lokasi lainnya
di wilayah perkotaan dengan berbagai maksud perjalanan, berbagai rute dan
berbagai alat transportasi.

Adapun beberapa jenis pola sirkulasi, yaitu :


1. Jalan berpotongan lurus (Gridiron/linier)

Gambar 2.4 Jalan berpotongan lurus (Gridiron/linier)


Sumber: Google
2. Jalan bengkok – lurus

Gambar 2.5 Jalan bengkok – lurus


Sumber: Google
3. Jalan Taman

Gambar 2.6 Jalan Taman


Sumber: Google

2-7
4. Jalan Buntu

Gambar 2.7 Jalan Buntu


Sumber: Google
5. Jalan Bebas – sambung

Gambar 2.8 Jalan Bebas – sambung


Sumber: Google
6. Jalan Belok – lngkar (spiral)

Gambar 2.9 Jalan Belok – lngkar (spiral)


Sumber: Google

2.2.2 Rekayasa Lalu Lintas


Rencana jalan perkotaan sudah tidak memadai menampung lalu lintas sehingga
diperlukan metoda untuk mengendalikan operasi kendaraan; perhitungan dan
pengelolaannya disebut “Rekayasa Lalu lintas”.

2-8
Rekayasa Lalu lintas Mencakup sarana-sarana diantaranya: lampu lalu lintas
persimpangan jalan, pembatasan dan pelarangan parkir di pinggir jalan, pengaturan
arus searah, dan sebagainya. Rekayasa Lalu lintas bukan pemecahan yang
sesungguhnya dari masalah sirkulasi tetapi merupakan pengganti pemecahan atau
tindakan cepat untuk keadaan darurat.

2.2.3 Parkir
Perjuangan manusia untuk mencapai kecepatan telah berhasil, namun timbul
masalah baru yaitu tidak cukup ruang untuk memperlambat dan berhenti. Jenis
Parkir yang ada di perkotaan secara umum dibagi menjadi 2 (dua) jenis, yaitu:
1. Parkir pinggir jalan (on street parking), area parkir menggunakan sebagian
badan jalan
2. Parkir di luar jalan (off street parking), area parkir menggunakan daerah
khusus di lua rbadan jalan (taman parkir, basement, dsb).

2.2.4 Rancangan Sirkulasi dan Angkutan Umum


Mencakup jaringan jalan dan rute angkutan umum jalan raya, jalan kereta api,
bandar udara dan jalan air dan fasilitas pendukungnya (terminal,stasion) sebagai
tempat perpindahan antar moda.

Angkutan umum merupakan permasalahan yang kontroversial karena memerlukan


subsidi yang besar. Apabila sistem dirancang setelah kota berkembang akan
memerlukan biaya yang sangat tinggi. Jenis angkutan umum antara lain: bus, trem,
kereta listrik, kereta api, pesawat udara dan sebagainya Kegagalan terbesar
angkutan umum biasanya karena terdiri dari kelompok-kelompok operasi yang
tidak terpadu tanpa saling transfer atau perpindahan antar moda. Karena terdiri dari
berbagai moda maka diperlukan rencana yang komprehensif dan terkoordinasi
dengan melibatkan kerjasama politis antar kota untuk kepentingan bersama. Yang
termasuk kedalam angkutan umum antara lain:
1. Kereta
Kereta Merupakan alat transportasi yang cocok untuk jarak sedang antarkota, yang
merupakan saingan mobil dan pesawat memerlukan rute dengan kelandaian atau
kemiringan yang tidak terlalu ekstrim (cenderung datar).

2-9
2. Pesawat Udara
Biasanya fasilitas terminal diletakkan di pinggiran, sehingga hubungan dari bandar
udara ke tujuan di dalam kota menjadi masalah yang besar dari pada waktu terbang
antarkota. Lokasi bandara dalam hubungannya dengan urbanisasi merupakan hal
kritis mengingat factor keselamatan dan kebisingan.
3. Pelabuhan
Awalnya pelabuhan dunia merupakan pusat kegiatan transportasi dan jantung dari
kebudayaan yang berkembang, pelabuhan di kaitkan dengan pusat perdagangan dan
titik-titik distribusis emua pertukaran.
4. Sepeda
Menjadi kaitan yang penting dalam mata rantai transportasi, karena telah
dipergunakan selama bertahun-tahun dan berkembang penggunaannya untuk
kesehatan dan rekreasi.

2.2.5 Pejalan Kaki


Manusia awalnya melakukan perpindahan dengan berjalan kaki setelah
berkembangnya pengetahuan maka penggunaan hewan, mekanisasi dan terus
meningkat dalam modernisasi mengakibatkan meningkatnya mobilitas mekani
suntuk orang banyak. Dewasa ini kebanyakan kita jarang berjalan kaki, apabila
kondisi angkutan umum yang tidak memadai maka alat transportasi pribadi menjadi
penting, meskipun di beberapa wilayah menjadi tidak praktis karena diperlukan
lahan parkir. Dengan meningkatnya motorisasi perlu perhatian perencana kota
untuk merancang sistem transportasi yang memberikan keamanan dan kenyamanan
bagi pejalan kaki seperti jalur khusus pejalan kaki, pagar pengaman trotoar, dan
sebagainya.

2.3 Konservasi
Dengan meningkatnya komersialisme dan urbanisasi, maka konservasi telah
menjadi unsur yang diperlukan dalam rencana umum kota. Hilangnya ruang terbuka
lebih sering ditentukan oleh “penggunaan dengan nilai ekonomis lebih tinggi”.
Ruang terbuka mencakupl ahan luas yang memisahkan perkembangan kota dari
kawasan pedesaan dan mencakup taman regional, lahan pertanian, Kawasan hutan,

2-10
sungai, laut, danau atau luasan dengan dimensi yang cukup untuk menyediakan
kebutuhan bernafas yang kontras dengan kemacetan di kota.

Dengan adanya perkembangan teknologi dan pertumbuhan jumlah penduduk dunia


telah menyebabkan meningkatnya kebutuhan akan ruang dan pada giliran
selanjutnya tanpa adanya pemikiran yang komprehensif mengenai wilayah telah
terjadi kerusakan keseimbangan alam dan pencemaran lingkungan,misalnya:
1. Eksploitasi berlebihan yang merusak sumber daya alam.
2. Sampah lingkungan akibat konsumsi yang berlebihan.
3. Pengalihan lahan pertanian dan penyangga air menjadi Kawasan tempat
tinggal.

Konservasi dalam hal ini mengandung arti perlindungan sumber daya dan tanah
terbuka serta pelestarian daerah perkotaan. Melaksanakan kebijakan konservasi
melalui pembagian zona peraturan perpetakan dan pengelolaan pertumbuhan akan
membantu mencegah perluasan daerah perkotaan kekawasan pertanian.

Kadang kala konservasi hanya diterapkan pada kawasan pertanian hutan (Kawasan
liar) saja, padahal perlindungan atas lingkungan perkotaan adalah penting pula. Bila
tidak berhati-hati dengan yang satu maka akan rusak kedua-duanya. Kota dan
daerah belakangnya berkaitan, dimana tanpa daerah pertanian dan hutan maka
kebutuhan dasar hidup akan makanan, pakaian dan rumah tidak bisa dipenuhi
kecuali secara sintetis.

Pencemaran atmosfir oleh asap, telah menyebabkan penurunan kualitas lingkungan,


dimana sumber pencemaran adalah: penyulingan minyak, industri, tempat
pembakaran dan mobil/kendaraan bermotor yang dinyatakan sebagai sumber utama
Pencemaran air akibat limbah industri, insektisida dan limbah minyak dsb
mengancam kehidupan dilingkungan tersebut. Bahwa factor penunjang kehidupan
kita dibumi adalah biosfir yang terdiri dari tanah, air dan udara bersama-sama
dengan energi matahari yang harus kita lestarikan.

2-11
BAB 3 Analisa dan Pembahasan

3.1 Administrasi Kota Cimahi


Batas administratif kota cimahi Sebelah utara Kota Cimahi adalah Kecamatan
Parongpong, Kecamatan Cisarua dan Kecamatan Ngamprah Kabupaten Bandung
Barat, Sebelah timur Kecamatan Sukasari, Kecamatan Sukajadi, Kecamatan
Cicendo dan Kec. Andir Kota Bandung, Sebelah selatan Kecamatan Marga Asih,
Kecamatan Batujajar, Kabupaten Bandung Barat dan Bandung Kulon Kota
Bandung, Sebelah Barat adalah Kecamatan Padalarang, Kecamatan Batujajar dan
Kecamatan Ngamprah Kabupaten Bandung Barat.

Secara geografis wilayah ini merupakan lembah cekungan yang melandai ke arah
selatan, dengan ketinggian di bagian utara ± 1,040 meter dpl ( Kelurahan Cipageran
Kecamatan Cimahi Utara), yang merupakan lereng Gunung Burangrang dan
Gunung Tangkuban Perahu serta ketinggian di bagian selatan sekitar ± 685 meter
dpl (Kelurahan Melong Kecamatan Cimahi Selatan) yang mengarah ke Sungai
Citarum. Sungai yang melalui Kota Cimahi adalah Sungai Cimahi dengan debit air
rata-rata 3.830 l/dt, dengan anak sungainya ada lima yaitu Kali Cibodas, Ciputri,
Cimindi, Cibeureum dan Kali Cisangkan (496 l/dt), sementara itu mata air yang
terdapat di Kota Cimahi adalah mata air Cikuda dengan debit air 4 l/dt dan mata air
Cisintok (93 l/dt).

Gambar 3.1 Peta Administrasi Kota Cimahi

3-1
3.2 Penggunaan Lahan Kota Cimahi
Awalnya Kota Cimahi diarahkan untuk dapat berfungsi sebagai kota pendidikan
militer, pusat perdagangan dan jasa, daerah industri serta pemukiman dan
perumahan sekaligus wilayah penyangga Kota Bandung. Luas Kota Cimahi secara
keseluruhan mencapai 4.103,73 Ha dengan penggunaan lahan diperuntukan sebagai
berikut:
1. Pemukiman mencapai 1.609 Ha (39,21%);
2. Lahan militer 375 Ha (9,14%);
3. Industri 700 Ha (17,06%);
4. Pesawahan 326 Ha (7,94%);
5. Tegalan 382 Ha (9,31%);
6. Kebun Campuran 367 Ha (8,94%);
7. Pusat Perdagangan 140 Ha (3,41%) dan
8. lahan yang dipergunakan untuk lain-lain mencapai 204,73 Ha (4,99%).

Berdasarkan fungsi kota secara umum, Kec. Wilayah Cimahi Utara jenis
kegiatannya diarahkan untuk perumahan, pendidikan dan pelayanan umum. Kec.
Cimahi Tengah, jenis kegiatannya diarahkan untuk perdagangan dan jasa,
pemerintahan serta pendidikan. Kec. Cimahi Selatan, jenis kegiatannya diarahkan
untuk Industri, perumahan, pendidikan dan pelayanan umum.

Gambar 3.2 Peta Tata Guna Lahan Kota Cimahi


Sumber: Google

3-2
3.3 Penduduk Kota Cimahi
Berdasarkan hasil sensus tahun 2000, jumlah penduduk Kota Cimahi mencapai
442.549 jiwa dengan jumlah usia produktif 192.109 jiwa dengan komposisi, jenis
kelamin laki-laki 219.474 jiwa dan perempuan 223.075 jiwa. Secara geografis,
yang bermukim di Kec. Cimahi Utara sebanyak 109.150 jiwa, Kec. Cimahi Tengah
142.474 jiwa dan Kec. Cimahi Selatan 190.925 jiwa.

Jumlah penduduk yang mencapai 442.549 jiwa tersebut tercatat penduduk yang
masuk katagori miskin atau Pra Keluarga Sejahtera (pra KS) yang jumlahnya
mencapai 79.659 jiwa. Tingkat pertumbuhan penduduk mencaapai 2 % per tahun
dengan kepadatan penduduk rata-rata 1.331 jiwa/km.
3.4 Pola Tata Guna Lahan Kota Cimahi
Bentuk pola tata guna tanah kota Cimahi sendiri masuk kedalam pola tata guna
tanah dengan teori pusat lipat ganda (Multiple Nuclei Concept)–RD MacKEnzie
atau struktur kota dengan pusat kegiatan yang tidak berpusat pada satu kawasan
saja serta terdapat banyak pusat kota dan letaknya tidak persis ditengah kota dan
tidak selalu berbentuk bundar serta pusat bisnis tidak memusat di satu titik. Hal ini
dapat diuraikan dari susunan dari pola teori pusat lipat ganda dibawah ini:

Gambar 3.3 Perbandingan Tata Guna Lahan Kota Cimahi dengan Pola Teori Pusat
Lipat Ganda (Multiple Nuclei Concept)
Sumber: Google

3.4.1 Kawasan Pusat Niaga (Central Business District)


Pusat niaga Kota Cimahi terletak di Cimahi Tengah yaitu di jalan Gandawijaya
yang berada di dekat Alun-Alun Kota Cimahi. Hal ini terlihat dari berderetnya

3-3
pertokoan dengan beraneka ragam jenis. Selain itu, terdapat pula pusat perbelanjaan
mall dan pasar tradisional (Pasar Antri).

Selain di jalan Gandawijaya, pusat niaga di Kota Cimahi terletak di jalan Cimindi
Kelurahan Cibeureum. Kawasan pusat niaga ini agak diluar (outlying business
district) karena letaknya yang berada di perbatasan Kota Cimahi dan Kota
Bandung.Serupa dengan jalan Gandawijaya, Jalan Cimindi memiliki karakter
bangunan niaga yang heterogen dan terdapat pasar tradisional Cimindi. Hanya saja
aktivitas perekonomian jauh lebih banyak di CBD Gandawijaya.

3.4.2 Grosir dan Industri Ringan (Wholesale and Light Manufacturing)


Kawasan grosir, industri ringan (wholesale, light manufacturing) Kota Cimahi
terletak di Cimahi Tengah, Khususnya Baros, Setiamanah, dan Cigugur Tengah
(Pemerintah kota Cimahi,2013). Kegiatan industri di Kota Cimahi di dominasi oleh
industri tekstil, sandang dan kulit yaitu sebesar 28% dari jumlah industri kecil yang
ada. Dikawasan ini terdapat grosir-grosir mulai dari kebutuhan sehari-hari hingga
produk pakaian produksi lokal. Hal yang mendukung banyaknya grosir di kawasan-
kawasan ini adalah lokasinya yang berada di jalan utama Kota Cimahi yang
menghubungkan Padalarang-Bandung.
Industri ringan kota Cimahi, terdapat di Sebagian perbatasan Cimahi Tengah dan
Cimahi Utara. Jenis Produk yang dihasilkan beragam mulai dari Oleh-oleh hingga
kerajinan tangan yang sebagian besar adalah bisnis yang dilakukan beberapa
kelompok masyarakat. Lokasi yang tidak terlalu jauh dari pusat niaga dan dekat
dengan pasar menjadi acuan produsen memilih lokasi ini (Halaman Kuning
Indonesia, 2012).

3.4.3 Permukiman kelas bawah (Low-class residential)


Permukiman kelas menengah ke bawah di Kota Cimahi berada di sekitar daerah
industri berat. Sebagian besar permukiman menengah ke bawah berada di daerah
Cimahi Selatan seperti di Kelurahan Cibeber, perbatasan Cigugur Tengah sampai
ke Kelurahan Utama, dan perbatasan Cibeureum sampai ke Kelurahan Melong.

3-4
Letak industri Kota Cimahi yang sebagian besar berada di Cimahi Selatan
menyebabkan tingkat kepadatan permukiman yang tinggi. Hal ini terlihat dari
jumlah penduduk Cimahi Selatan yang lebih tinggi di banding Kecamatan Cimahi
Utara dan Cimahi Tengah. Cimahi Selatan memiliki jumlah penduduk 238.792 jiwa
atau sekitar 42,54 persen jumlah populasi penduduk Kota Cimahi (Pemerintah Kota
Cimahi,2014).

Jumlah penduduk yang lebih tinggi di banding Kelurahan yang lain menyebabkan
permukiman dengan rumah yang kecil dan padat serta cenderung kumuh. selain itu,
adanya agglomerasi industri berdampak pada sulitnya sumber air bersih di
kecamantan ini. Oleh karena itu permukiman High-class residential tidak memilih
membangun di Kecamatan ini.

Kepadatan permukiman dapat disebabkan karena banyaknya pekerja industri yang


tinggal di daerah ini. Pada umumnya, para pekerja bukan penduduk asli melainkan
pendatang yang menyewa tempat tinggal agar memiliki akses lebih dekat ke tempat
bekerja.

3.4.4 Pemukiman kelas menengah (Medium-class residential)


Permukiman kelas menengah tampak terlihat di dekat CBD dan sebagian Kelurahan
Cimahi Utara dan seluruh Cimahi Tengah. Luas permukiman yang cukup dan lokasi
yang berada di dataran lebih tinggi dari Kecamantan Cimahi Selatan menyebabkan
sebagian besar kawasan dijadikan permukiman kelas menengah dengan fasilitas
yang cukup memadai.

Di kawasan permukiman kelas menengah Kota Cimahi berbatasan langsung dengan


grosir atau industri ringan yang berada di sepanjang jalan raya utama Kota Cimahi.
Permukiman kelas menengah pada umumnya memiliki akses lebih dekat terhadap
kegiatan perekonomian Kota Cimahi. Hal ini dikarenakan Kota Cimahi hanya
memiliki satu jalan raya utama Sehingga kegiatan perekonomian khususnya grosir
banyak terpusat di sepanjang Jalan Raya Cimahi.

3-5
3.4.5 Pemukiman kelas atas (High-class residential)
Di Cimahi Utara Khususnya Kelurahan Cipageran, dapat ditemui beberapa
permukiman kelas atas yang memiliki fasilitas memadai, dijaga keamanan sehingga
lebih aman, tenang dan akses ke pusat niaga lebih mudah.

Permukiman kelas atas yang sangat mementingkan fasilitasnya bahkan memiliki


lokasi yang strategis dengan memiliki akses pintu keluar langsung ke jalan raya
utama kota. Dengan lokasi yang lebih tinggi dari kawasan industri menjadikan
permukiman kelas atas memiliki sumber air bersih dengan kualitas baik. Sebagian
contoh pemukiman kelas atas di Kota Cimahi adalah perumahan Kotamas dan
Cipageran Asri.

3.4.6 Industri Berat dan Industri Pinggir Kota


Industri berat kota cimahi cenderung beragglomerasi di Kelurahan Leuwigajah.
Dimana disekitarnya terdapat permukiman-permukiman padat yang biasa ditempati
oleh pekerja di sekitar industri. Dengan hasil berupa mesin-mesin logam dasar.

Di Kota Cimahi, industrinya di dukung oleh industri pinggir kota, contoh sederhana
yang dapat dilihat adalah industri-industri yang berada di Padalarang dan Batujajar
yang menopang pula kebutuhan di Kota Cimahi dan kawasan sekitarnya.

3.5 Pengembangan Lahan kedepan di Wilayah Kota Cimahi


Upaya penataan yang kini sedang dan akan dilaksanakan sebagai perubahan status
pemerintahan Pemkot Cimahi memprioritaskan beberapa program yang
diantaranya, penyusunan perencanaan umum berupa RTRW, Poldas, Properda dan
Renstan. Selain itu juga tidak kalah pentinggya upaya peningkatan pelayanan pada
masyarakat dari segi aspek fisik, ekonomi, sosial dan budaya.

Saat ini tengah dan sedang berjalan adalah pembentukan DPRD Kota Cimahi
berserta fasilitasnya yang selama ini belum tersedia berupa gedung dan perangkat
sekretariatnya. Selain itu Pemkot Cimahi secara berkesinambungkan membenahi
personil, fasilitas perkantoran.

3-6
3.6 Konservasi Lahan di Kota Cimahi
Pada Kota Cimahi terdapat lahan yang bersifat konservasi, dimana lahan tersebut
merupakan lahan berkawasan hijau dan berpemukiman rendah serta jauh dari
kawasan industry serta polusi dari lalu lintas Kawasan tersebut berada pada:
1. Kelurahan Cipageran
2. Kelurahan Citereup
3. Kelurahan Cimahi
4. Kelurahan Padasuka
Pengaruh wilayah konservasi diatas terhadap lahan sekitar yaitu tidak
diperbolehkan membangun industri, pariwisata maupun perumahan di kawasan
wilayah konservasi. Bentuk pelaksanaan tersebut dengan memperketat Ijin
Mendirikan Bangunan (IMB) di kawasan konservasi dikarenakan wilayah
konservasi tersebut berfungsi sebagai kawasan hijau.

3.7 Kondisi Sirkulasi Wilayah Kota Cimahi


Pola pergerakan sirkulasi di Kota Cimahi dapat dibedakan menjadi 2 bagian besar
yaitu pergerakan eksternal dan pergerakan internal.
1. Pergerakan eksternal adalah pergerakan yang didefenisikan sebagai
pergerakan yang berasal dari luar wilayah perencanaan atau pergerakan yang
menuju keluar wilayah perencanaan. Sistem transportasi darat di Kota Cimahi
memiliki tiga poros utama yang melayani pergerakan 116 regional, yaitu jalan
nasional yang berfungsi menghubungkan Kota Bandung dan Kota Jakarta,
jalan tol Cileunyi–Padalarang-Purwakarta, serta jalur kereta api Bandung –
Jakarta. Perhubungan darat sangat dibutuhkan dan memegang peranan yang
sangat penting dalam melayani kebutuhan masyarakat terutama dalam
menggerakkan roda perekonomian di wilayah kota.
2. Pergerakan internal adalah pergerakan yang didefenisikan sebagai pergerakan
yang terjadi dalam wilayah perencanaan itu sendiri. Dalam hal ini adalah
pergerakan antar kecamatan di Kota Cimahi. Adapun Sistem jaringan
prasarana transportasi jalan di Kota Cimahi terdiri atas:
a. Jaringan jalan arteri primer menghubungkan:
1) Kota Cimahi dengan Kota Bandung,

3-7
2) Kota Cimahi dengan Kabupaten Bandung Barat
Jaringan jalan arteri primer yang dimaksud adalah jalan Nasional 3
menuju Kota Bandung dan Kabupaten Bandung Barat.
b. Jalan Kolektor Jaringan jalan kolektor sekunder menghubungkan:
1) Kawasan sekunder 2 ke kawasan sekunder 2
2) Kawasan sekunder 2 ke kawasan sekunder 3.

Gambar 3.4 Peta Sirkulasi Pergerakan Kota Cimahi


Sumber: Google

3-8
BAB 4 Kesimpulan

Kota Cimahi adalah kota dengan guna lahan perkotaan yang mendekati teori
Multiple Nuclei. Kota Cimahi mendekati teori Multiple Nuclei karena Kota Cimahi
memiliki pusat bisnis lebih dari satu yaitu pusat bisnis di Jalan Gandawijaya dan
Pusat bisnis yang agak diluar di Jalan Cimindi.
Pemukiman kelas atas kota cimahi sedikit berbeda dengan model yang
dikemukakan oleh Harris dan Ullman. Pusat niaga tidak berbatasan langsung
dengan outlying business distrik. Pemukiman kelas atas justru barbatasan langsung
dengan central business district. Meski demikian, pemukiman kelas atas Kota
Cimahi masih serupa dengan model Harris dan Ullman, yaitu tidak berbatasan
langsung dengan pemukiman kelas menengah dan industri berat.
Kawasan konservasi lahan di kota Cimahi terletak pada; 1. Kelurahan Cipageran;
2. Kelurahan Citereup; 3. Kelurahan Cimahi; 4. Kelurahan Padasuka.
Pola pergerakan sirkulasi di Kota Cimahi dapat dibedakan menjadi 2 bagian besar
yaitu pergerakan eksternal dan pergerakan internal.

4-1
Daftar Pustaka

Christi Maria. 2014. Identifikasi Guna Lahan Perkotaan Di Cimahi [Skripsi].


Bandung (ID): Universitas Komputer Indonesia.
Tanius Sebastian. 2017. Gambaran Umum Penggunaan Lahan di Kota Cimahi
[Skripsi]. Bandung (ID): Universitas Pasundan.
Selayang Pandang. 2017. Pemerintah Provinsi Jawa Barat Kota Cimahi di
https://jabarprov.go.id/index.php/pages/id/1064 (Akses 16 Maret 2020).
Angi Permana. 2019. Sejarah Kota Cimahi di https://angipermana.top/sejarah-kota-
cimahi/ (Akses 16 Maret 2020).

Anda mungkin juga menyukai