Dosen Pengampu:
Hanafi, ST., MT
NID: 4121.976.87
Oleh:
Raka Tian Nurmawan (2411171013)
Gilang Nugraha Putra (2411171023)
Dina Apriliana (2411171030)
Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas
Rahmat dan Ridho-Nya kami dapat menyelesaikan penyusunan laporan yang
sederhana ini dalam waktu yang singkat.
Tujuan penulisan laporan ini untuk memenuhi tugas mata kuliah Studi
Pengembangan Wilayah dan juga sebagai bahan pembelajaran.
Dalam penyusunan laporan ini kami banyak mendapatkan bantuan dan bimbingan
dari berbagai pihak. Untuk itu penulis menyampaikan terima kasih kepada:
1. Hanafi, ST., MT. selaku dosen mata kuliah Studi Pengembangan Wilayah
2. Teman-teman yang telah turut membantu.
Akhir kata semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi pembaca pada umumnya dan
penulis pada khusunya, penulis menyadari bahwa dalam penulisan laporan ini
masih jauh dari sempurna, untuk itu penulis menerima saran dan kritik yang bersifat
membangun demi perbaikan ke arah sempurna. Akhir kata penulis sampaikan
terima kasih.
i
Daftar Isi
ii
3.6 Konservasi Lahan di Kota Cimahi ........................................................ 3-7
3.7 Kondisi Sirkulasi Wilayah Kota Cimahi ............................................... 3-7
BAB 4 Kesimpulan ........................................................................................ 4-1
Daftar Pustaka ......................................................................................................... 2
iii
Daftar Gambar
Gambar 2.1 Pola Zona Sepusat / Zona Konsentrik (Concentric Zone Theory)–EW
Burgess ................................................................................................................. 2-3
Gambar 2.2 Pola Sektor (Sector Theory)–Humer Hoyt ....................................... 2-4
Gambar 2.3 Pola Pusat Lipat Ganda (Multiple Nuclei Concept)–RD MacKEnzie 2-
6
Gambar 2.4 Jalan berpotongan lurus (Gridiron/linier) ......................................... 2-7
Gambar 2.5 Jalan bengkok – lurus ....................................................................... 2-7
Gambar 2.6 Jalan Taman...................................................................................... 2-7
Gambar 2.7 Jalan Buntu ....................................................................................... 2-8
Gambar 2.8 Jalan Bebas – sambung .................................................................... 2-8
Gambar 2.9 Jalan Belok – lngkar (spiral) ............................................................ 2-8
Gambar 3.1 Peta Administrasi Kota Cimahi ........................................................ 3-1
Gambar 3.2 Peta Tata Guna Lahan Kota Cimahi ................................................. 3-2
Gambar 3.3 Perbandingan Tata Guna Lahan Kota Cimahi dengan Pola Teori Pusat
Lipat Ganda (Multiple Nuclei Concept) ............................................................... 3-3
Gambar 3.4 Peta Sirkulasi Pergerakan Kota Cimahi ........................................... 3-8
iv
BAB 1 Pendahuluan
1-1
Kota Cimahi termasuk ke dalam wilayah Propinsi Jawa Barat dan meliputi 3
Kecamatan yang terdiri dari 15 Kelurahan, yaitu:
1. Kecamatan Cimahi Utara terdiri dari 4 Kelurahan,
2. Kecamatan Cimahi Tengah terdiri dari 6 Kelurahan dan
3. Kecamatan Cimahi Selatan terdiri dari 5 Kelurahan.
Secara geografis wilayah ini merupakan lembah cekungan yang melandai ke arah
selatan, dengan ketinggian di bagian utara ± 1,040meter dpl (Kelurahan Cipageran
Kecamatan Cimahi Utara), yang merupakan lereng Gunung Burangrang dan
Gunung Tangkuban Perahu serta ketinggian di (Kelurahan Melong Kecamatan
Cimahi Selatan) yang mengarah ke Sungai Citarum. Sungai yang melalui Kota
Cimahi adalah Sungai Cimahi, dengan anak sungainya ada lima yaitu Kali Cibodas,
Ciputri, Cimindi, Cibeureum dan Kali Cisangkan, sementara itu mata air yang
terdapat di Kota Cimahi adalah mata air Cikuda dan mata air Cisintok.
Salah satu yang dapat dijadikan indikator perkembangan kota adalah dengan terjadi
perubahan fungsi pemanfaatan lahan dari lahan yang bervegetasi menjadi lahan
terbangun atau dari lahan pertanian menjadi lahan terbangun baik yang bersifat
sebagai tempat bermukim maupun sarana prasarana seperti jalan, pusat industri ,dan
lain sebagainya. Perubahan ini tentunya sangat berpengaruh terhadap penurun
kualitas lingkungan kota yang membutuhkan ruang terbuka hijau sebagai pemasok
oksigen dan penyerap karbon yang dihasilkan dari emisi kendaraan dan industri.
Perubahan penggunaan lahan juga memiliki andil terhadap terjadinya banjir (Jaya,
2006).
1-2
1.3 Tujuan
Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini nantinya adalah:
1. Menentukan penggunaan tanah di kota Cimahi.
2. Menentukan pola tata guna lahan di kota Cimahi.
3. Menentukan pengaruh wilayah konservasi di kota Cimahi.
4. Menentukan kondisi sirkulasi di kota Cimahi.
5. Menentuka inovasi penggunaan lahan di kota Cimahi.
1.4 Manfaat
Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini antara lain:
1. Menjadi informasi awal tentang perkembangan lahan permukiman yang
terjadi di Cimahi yang dapat digunakan dalam evaluasi penggunaan
lahan oleh instansi terkait.
2. Sebagai data pendukung bagi pengambil kebijakan untuk melakukan
pengembangan kota sehingga dampak negatif yang mungkin terjadi
akibat adanya perubahan penggunaan dalam rangka pembangunan
daerah dapat diminimalkan.
1-3
Berisi tentang pembahasan inti masalah permasalahan studi.
BAB 4 Kesimpulan
Berisi tentang kesimpulan dan saran
1-4
BAB 2 Tinjauan Pustaka
2-1
1) Inti kota
2) Intensitas yang tinggi untuk kegiatan komersil dan pemerintahan
(gedung perkantoran, pertokoan, dan lain-lain)
3) Nilai harga jual atau sewa tanah tinggi
4) Populasi untuk permukiman sangat sedikit
5) Aksesibilitas mudah dan laju orang masuk/keluar jumlahnya besar
setiap harinya
b. Zona Peralihan (Transition Zone)
Ciri-ciri:
1) Terikat dengan Zona Pusat Kegiatan
2) Populasi penduduknya heterogen dan tidak stabil baik di
permukiman atau kegiatan sosial ekonomi
3) Daerah dengan berpenduduk miskin
4) Kualitas lingkungan permukiman memburuk -> sering ditemukan
daerah slum atau permukiman penduduk kumuh
5) Dapat diubah menjadi komplek industri manufaktur, perhotelan,
apartemen, dan lain-lain -> untuk rencana pembangunan kota
6) Tingkat kejahatan dan penyakit tertinggi di kota
c. Zona Permukiman Kelas Proletar (Low-Class Residential atau
Workingmen’s Homes)
Ciri-ciri:
1) Kondisi permukimannya lebih baik -> umumnya rumah-rumah kecil
atau rumah susun
2) Populasi penduduknya merupakan para pekerja dengan
berpenghasilan kecil (buruh)
3) Transportasi dapat dikatakan masih relatif mudah dan murah menuju
tempat bekerja
d. Zona Kelas Menengah (Medium-Class Residential Zone)
Ciri-ciri:
1) Permukiman untuk para pekerja dengan berpenghasilan menengah
2) Kondisi permukiman lebih baik dibandingkan kelas proletar ->
permukiman horizontal ataupun permukiman vertikal (apartemen)
2-2
3) Lokasinya strategis dengan pusat perbelanjaan sudah hampir sama
kondisinya dengan yang berada di pusat kota
e. Zona Penglaju (Commuters Zone)
Ciri-ciri:
1) Memasuki daerah belakang (hinterland) -> daerah batas desa – kota
2) Penduduknya tinggal di pinggiran kota tetapi bekerjanya di kota
3) Biaya transportasi relatif tinggi menuju CBD dibandingkan dengan
zona lain.
4) Pendapatan penduduknya relatif tinggi
Gambar 2.1 Pola Zona Sepusat / Zona Konsentrik (Concentric Zone Theory)–EW
Burgess
Sumber: Google
2-3
jenis penggunaan lahan lain selain permukiman. Contoh kota dengan teori
sektoral antara lain California, Alberta, Boston, dan Calgary.
2-4
3. Teori Pusat Lipat Ganda (Multiple Nuclei Concept)–RD MacKEnzie
Teori konsentris dan sektoral mendapat kritikan yang dikemukakan oleh
Chauncy Harris dan Edward L. Ullman (1945). Mereka berpendapat bahwa
teori struktur ruang kota tidak sesederhana seperti teori-teori sebelumnya.
Teori inti ganda merupakan hasil dari pengamatan yang menunjukkan bahwa
sebagian kota besar tidak tumbuh hanya dengan satu inti, melainkan adanya
beberapa inti yang terpisah. Inti-inti tersebut berkembang sesuai dengan
penggunaan lahannya yang fungsional dan keuntungan ekonomi menjadi
dasar pertimbangan. Harris dan Ullman juga berpendapat bahwa
perkembangan kota juga melihat kepada situs kota dan sejarahnya sehingga
tidak ada urutan yang teratur.
2-5
8) Zona 9: Daerah Industri Suburban, merupakan upakota untuk
kawasan industry
Gambar 2.3 Pola Pusat Lipat Ganda (Multiple Nuclei Concept)–RD MacKEnzie
Sumber: Google
2-6
2.2.1 Fungsi Sistem Sirkulasi Perkotaan dan Pola Sirkulasi
Memungkinkan pergerakan manusia dan barang, dari satu lokasi ke lokasi lainnya
di wilayah perkotaan dengan berbagai maksud perjalanan, berbagai rute dan
berbagai alat transportasi.
2-7
4. Jalan Buntu
2-8
Rekayasa Lalu lintas Mencakup sarana-sarana diantaranya: lampu lalu lintas
persimpangan jalan, pembatasan dan pelarangan parkir di pinggir jalan, pengaturan
arus searah, dan sebagainya. Rekayasa Lalu lintas bukan pemecahan yang
sesungguhnya dari masalah sirkulasi tetapi merupakan pengganti pemecahan atau
tindakan cepat untuk keadaan darurat.
2.2.3 Parkir
Perjuangan manusia untuk mencapai kecepatan telah berhasil, namun timbul
masalah baru yaitu tidak cukup ruang untuk memperlambat dan berhenti. Jenis
Parkir yang ada di perkotaan secara umum dibagi menjadi 2 (dua) jenis, yaitu:
1. Parkir pinggir jalan (on street parking), area parkir menggunakan sebagian
badan jalan
2. Parkir di luar jalan (off street parking), area parkir menggunakan daerah
khusus di lua rbadan jalan (taman parkir, basement, dsb).
2-9
2. Pesawat Udara
Biasanya fasilitas terminal diletakkan di pinggiran, sehingga hubungan dari bandar
udara ke tujuan di dalam kota menjadi masalah yang besar dari pada waktu terbang
antarkota. Lokasi bandara dalam hubungannya dengan urbanisasi merupakan hal
kritis mengingat factor keselamatan dan kebisingan.
3. Pelabuhan
Awalnya pelabuhan dunia merupakan pusat kegiatan transportasi dan jantung dari
kebudayaan yang berkembang, pelabuhan di kaitkan dengan pusat perdagangan dan
titik-titik distribusis emua pertukaran.
4. Sepeda
Menjadi kaitan yang penting dalam mata rantai transportasi, karena telah
dipergunakan selama bertahun-tahun dan berkembang penggunaannya untuk
kesehatan dan rekreasi.
2.3 Konservasi
Dengan meningkatnya komersialisme dan urbanisasi, maka konservasi telah
menjadi unsur yang diperlukan dalam rencana umum kota. Hilangnya ruang terbuka
lebih sering ditentukan oleh “penggunaan dengan nilai ekonomis lebih tinggi”.
Ruang terbuka mencakupl ahan luas yang memisahkan perkembangan kota dari
kawasan pedesaan dan mencakup taman regional, lahan pertanian, Kawasan hutan,
2-10
sungai, laut, danau atau luasan dengan dimensi yang cukup untuk menyediakan
kebutuhan bernafas yang kontras dengan kemacetan di kota.
Konservasi dalam hal ini mengandung arti perlindungan sumber daya dan tanah
terbuka serta pelestarian daerah perkotaan. Melaksanakan kebijakan konservasi
melalui pembagian zona peraturan perpetakan dan pengelolaan pertumbuhan akan
membantu mencegah perluasan daerah perkotaan kekawasan pertanian.
Kadang kala konservasi hanya diterapkan pada kawasan pertanian hutan (Kawasan
liar) saja, padahal perlindungan atas lingkungan perkotaan adalah penting pula. Bila
tidak berhati-hati dengan yang satu maka akan rusak kedua-duanya. Kota dan
daerah belakangnya berkaitan, dimana tanpa daerah pertanian dan hutan maka
kebutuhan dasar hidup akan makanan, pakaian dan rumah tidak bisa dipenuhi
kecuali secara sintetis.
2-11
BAB 3 Analisa dan Pembahasan
Secara geografis wilayah ini merupakan lembah cekungan yang melandai ke arah
selatan, dengan ketinggian di bagian utara ± 1,040 meter dpl ( Kelurahan Cipageran
Kecamatan Cimahi Utara), yang merupakan lereng Gunung Burangrang dan
Gunung Tangkuban Perahu serta ketinggian di bagian selatan sekitar ± 685 meter
dpl (Kelurahan Melong Kecamatan Cimahi Selatan) yang mengarah ke Sungai
Citarum. Sungai yang melalui Kota Cimahi adalah Sungai Cimahi dengan debit air
rata-rata 3.830 l/dt, dengan anak sungainya ada lima yaitu Kali Cibodas, Ciputri,
Cimindi, Cibeureum dan Kali Cisangkan (496 l/dt), sementara itu mata air yang
terdapat di Kota Cimahi adalah mata air Cikuda dengan debit air 4 l/dt dan mata air
Cisintok (93 l/dt).
3-1
3.2 Penggunaan Lahan Kota Cimahi
Awalnya Kota Cimahi diarahkan untuk dapat berfungsi sebagai kota pendidikan
militer, pusat perdagangan dan jasa, daerah industri serta pemukiman dan
perumahan sekaligus wilayah penyangga Kota Bandung. Luas Kota Cimahi secara
keseluruhan mencapai 4.103,73 Ha dengan penggunaan lahan diperuntukan sebagai
berikut:
1. Pemukiman mencapai 1.609 Ha (39,21%);
2. Lahan militer 375 Ha (9,14%);
3. Industri 700 Ha (17,06%);
4. Pesawahan 326 Ha (7,94%);
5. Tegalan 382 Ha (9,31%);
6. Kebun Campuran 367 Ha (8,94%);
7. Pusat Perdagangan 140 Ha (3,41%) dan
8. lahan yang dipergunakan untuk lain-lain mencapai 204,73 Ha (4,99%).
Berdasarkan fungsi kota secara umum, Kec. Wilayah Cimahi Utara jenis
kegiatannya diarahkan untuk perumahan, pendidikan dan pelayanan umum. Kec.
Cimahi Tengah, jenis kegiatannya diarahkan untuk perdagangan dan jasa,
pemerintahan serta pendidikan. Kec. Cimahi Selatan, jenis kegiatannya diarahkan
untuk Industri, perumahan, pendidikan dan pelayanan umum.
3-2
3.3 Penduduk Kota Cimahi
Berdasarkan hasil sensus tahun 2000, jumlah penduduk Kota Cimahi mencapai
442.549 jiwa dengan jumlah usia produktif 192.109 jiwa dengan komposisi, jenis
kelamin laki-laki 219.474 jiwa dan perempuan 223.075 jiwa. Secara geografis,
yang bermukim di Kec. Cimahi Utara sebanyak 109.150 jiwa, Kec. Cimahi Tengah
142.474 jiwa dan Kec. Cimahi Selatan 190.925 jiwa.
Jumlah penduduk yang mencapai 442.549 jiwa tersebut tercatat penduduk yang
masuk katagori miskin atau Pra Keluarga Sejahtera (pra KS) yang jumlahnya
mencapai 79.659 jiwa. Tingkat pertumbuhan penduduk mencaapai 2 % per tahun
dengan kepadatan penduduk rata-rata 1.331 jiwa/km.
3.4 Pola Tata Guna Lahan Kota Cimahi
Bentuk pola tata guna tanah kota Cimahi sendiri masuk kedalam pola tata guna
tanah dengan teori pusat lipat ganda (Multiple Nuclei Concept)–RD MacKEnzie
atau struktur kota dengan pusat kegiatan yang tidak berpusat pada satu kawasan
saja serta terdapat banyak pusat kota dan letaknya tidak persis ditengah kota dan
tidak selalu berbentuk bundar serta pusat bisnis tidak memusat di satu titik. Hal ini
dapat diuraikan dari susunan dari pola teori pusat lipat ganda dibawah ini:
Gambar 3.3 Perbandingan Tata Guna Lahan Kota Cimahi dengan Pola Teori Pusat
Lipat Ganda (Multiple Nuclei Concept)
Sumber: Google
3-3
pertokoan dengan beraneka ragam jenis. Selain itu, terdapat pula pusat perbelanjaan
mall dan pasar tradisional (Pasar Antri).
Selain di jalan Gandawijaya, pusat niaga di Kota Cimahi terletak di jalan Cimindi
Kelurahan Cibeureum. Kawasan pusat niaga ini agak diluar (outlying business
district) karena letaknya yang berada di perbatasan Kota Cimahi dan Kota
Bandung.Serupa dengan jalan Gandawijaya, Jalan Cimindi memiliki karakter
bangunan niaga yang heterogen dan terdapat pasar tradisional Cimindi. Hanya saja
aktivitas perekonomian jauh lebih banyak di CBD Gandawijaya.
3-4
Letak industri Kota Cimahi yang sebagian besar berada di Cimahi Selatan
menyebabkan tingkat kepadatan permukiman yang tinggi. Hal ini terlihat dari
jumlah penduduk Cimahi Selatan yang lebih tinggi di banding Kecamatan Cimahi
Utara dan Cimahi Tengah. Cimahi Selatan memiliki jumlah penduduk 238.792 jiwa
atau sekitar 42,54 persen jumlah populasi penduduk Kota Cimahi (Pemerintah Kota
Cimahi,2014).
Jumlah penduduk yang lebih tinggi di banding Kelurahan yang lain menyebabkan
permukiman dengan rumah yang kecil dan padat serta cenderung kumuh. selain itu,
adanya agglomerasi industri berdampak pada sulitnya sumber air bersih di
kecamantan ini. Oleh karena itu permukiman High-class residential tidak memilih
membangun di Kecamatan ini.
3-5
3.4.5 Pemukiman kelas atas (High-class residential)
Di Cimahi Utara Khususnya Kelurahan Cipageran, dapat ditemui beberapa
permukiman kelas atas yang memiliki fasilitas memadai, dijaga keamanan sehingga
lebih aman, tenang dan akses ke pusat niaga lebih mudah.
Di Kota Cimahi, industrinya di dukung oleh industri pinggir kota, contoh sederhana
yang dapat dilihat adalah industri-industri yang berada di Padalarang dan Batujajar
yang menopang pula kebutuhan di Kota Cimahi dan kawasan sekitarnya.
Saat ini tengah dan sedang berjalan adalah pembentukan DPRD Kota Cimahi
berserta fasilitasnya yang selama ini belum tersedia berupa gedung dan perangkat
sekretariatnya. Selain itu Pemkot Cimahi secara berkesinambungkan membenahi
personil, fasilitas perkantoran.
3-6
3.6 Konservasi Lahan di Kota Cimahi
Pada Kota Cimahi terdapat lahan yang bersifat konservasi, dimana lahan tersebut
merupakan lahan berkawasan hijau dan berpemukiman rendah serta jauh dari
kawasan industry serta polusi dari lalu lintas Kawasan tersebut berada pada:
1. Kelurahan Cipageran
2. Kelurahan Citereup
3. Kelurahan Cimahi
4. Kelurahan Padasuka
Pengaruh wilayah konservasi diatas terhadap lahan sekitar yaitu tidak
diperbolehkan membangun industri, pariwisata maupun perumahan di kawasan
wilayah konservasi. Bentuk pelaksanaan tersebut dengan memperketat Ijin
Mendirikan Bangunan (IMB) di kawasan konservasi dikarenakan wilayah
konservasi tersebut berfungsi sebagai kawasan hijau.
3-7
2) Kota Cimahi dengan Kabupaten Bandung Barat
Jaringan jalan arteri primer yang dimaksud adalah jalan Nasional 3
menuju Kota Bandung dan Kabupaten Bandung Barat.
b. Jalan Kolektor Jaringan jalan kolektor sekunder menghubungkan:
1) Kawasan sekunder 2 ke kawasan sekunder 2
2) Kawasan sekunder 2 ke kawasan sekunder 3.
3-8
BAB 4 Kesimpulan
Kota Cimahi adalah kota dengan guna lahan perkotaan yang mendekati teori
Multiple Nuclei. Kota Cimahi mendekati teori Multiple Nuclei karena Kota Cimahi
memiliki pusat bisnis lebih dari satu yaitu pusat bisnis di Jalan Gandawijaya dan
Pusat bisnis yang agak diluar di Jalan Cimindi.
Pemukiman kelas atas kota cimahi sedikit berbeda dengan model yang
dikemukakan oleh Harris dan Ullman. Pusat niaga tidak berbatasan langsung
dengan outlying business distrik. Pemukiman kelas atas justru barbatasan langsung
dengan central business district. Meski demikian, pemukiman kelas atas Kota
Cimahi masih serupa dengan model Harris dan Ullman, yaitu tidak berbatasan
langsung dengan pemukiman kelas menengah dan industri berat.
Kawasan konservasi lahan di kota Cimahi terletak pada; 1. Kelurahan Cipageran;
2. Kelurahan Citereup; 3. Kelurahan Cimahi; 4. Kelurahan Padasuka.
Pola pergerakan sirkulasi di Kota Cimahi dapat dibedakan menjadi 2 bagian besar
yaitu pergerakan eksternal dan pergerakan internal.
4-1
Daftar Pustaka