Anda di halaman 1dari 13

Jurnal Folium Vol. 1 No.

1 (2017), 1- 13
EISSN 2599-3070

Efek Residu Berbagai Macam Pengelolaan Sisa Tanaman Tebu


dan Pemupukan N dan S Terhadap Pertumbuhan, Hasil dan
Gula Tanaman Tebu Keprasan (Saccharum officinarum L.)
1 1 2
Nurhidayati , Anis Sholihah , Murdian Evan Hadiyono
1
Fakultas Pertanian, Universitas Islam Malang Jl. Mayjen Haryono No. 193, Malang 65144,
2
Alumni Fakultas Pertanian Universitas Islam Malang
alamat korespondensi : nht_unisma@yahoo.com

Abstrak

Pengelolaan residu dalam budidaya tanaman sangat penting untuk mempertahankan


produktivitas tanah. Penelitian ini bertujuan mengetahui efek residu dari berbagai
macam pengelolaan sisa tanaman tebu dan pemupukan N dan S yang berasal dari
ammonium sulfat, urea dan gypsum terhadap pertumbuhan, hasil tebu dan gula pada
tanaman keprasan. Penelitian ini merupakan percobaan pot di lapangan menggunakan
Rancangan Acak Kelompok (RAK) Faktorial yang terdiri dari 2 faktor. Faktor I adalah
dosis dan sumber pupuk N dan S (P) yang terdiri dari 4 taraf yaitu P1=ammonium sulfat
500 kg ha⁻¹ (100 N kg ha⁻¹ + 120 S kg ha⁻¹), P2=ammonium sulfat 700 kg.ha⁻¹ (100 N
kg ha⁻¹ + 120 S kg ha⁻¹), P3=urea 225 kg ha⁻¹ + gypsum 1040 kg ha⁻¹ (100 N kg ha⁻¹ +
120 S kg ha⁻¹), P4=urea 312 kg ha⁻¹ + gypsum 1460 kg ha⁻¹ (140 N kg ha⁻¹ + 168 S kg
ha⁻¹). Faktor II adalah macam pengelolaan residu yang terdiri dari 4 taraf yaitu
M1=residu dibakar, M2= residu dibenamkan ke dalam tanah, M3= residu dibiarkan di
permukaan tanah, M4=residu dikomposkan. Setiap perlakuan diulang tiga kali. Variabel
yang diamati meliputi tinggi tanaman, diameter batang, jumlah batang, jumlah batang
produktif, hasil tebu dan gula. Hasil penelitian ini menunjukkan manajemen residu yang
memberikan pertumbuhan tertinggi adalah residu yang dikomposkan dan
dikombinasikan dengan pemupukan urea 312 kg ha⁻¹ + gypsum 1460 kg ha⁻¹,
sedangkan perlakuan yang memberikan hasil bobot tebu per pot dan per ha tertinggi
(4,86 kg per pot dan 121,42 kg ha⁻¹) adalah aplikasi pupuk ammonium sulfat 700 kg
ha⁻¹ dengan manajemen residu dikomposkan. Hasil ini menyarankan bahwa untuk
meningkatkan produktifitas tebu perlu dilakukan manajemen residu dikomposkan.

Kata kunci : efek residu, sisa tanaman tebu, tebu keprasan

Abstract
Management of residues in plant cultivation is very important for maintaining soil
productivity. This study aims to determine the residual effects of various management
of sugarcane crop residues and N and S fertilization which derived from ammonium
sulfate, urea and gypsum on growth, cane and sugar yield at the second plant (ratoon
cane). This study was a field experiment using a randomized block design (RAK)
Factorial; treatment consists of two factors, namely P1 = 500 kg ha⁻¹ ammonium
sulfate (100 N kg ha⁻¹ + 120 S kg ha⁻¹), d2 = P2 = 700 kg ha⁻¹ ammonium sulfate (100
N kg ha⁻¹ + 120 S kg ha⁻¹), P3 = 225 kg ha⁻¹ urea + gypsum kg ha⁻¹ 1040 (100 + 120
S N kg ha⁻¹ kg ha⁻¹), P4 = 312 kg ha⁻¹ urea + gypsum kg ha⁻¹ 1460 (140 + 168 S N
kg.ha⁻¹ kg ha⁻¹). The second factor, namely M1 = the residue is burned, M2 = the
residue is incorporated into the soil, M3 = the residue is put on the soil surface, M4 =
the residue is. Each treatment was repeated three times. Observed variables were
plant height, stem diameter, number of stems, number of productive stems, cane and
sugar yield. The results of this study indicated that the residue management which

1
Jurnal Folium Vol. 1 No. 1 (2017), 1- 13
EISSN 2599-3070

gave the highest growth was composted residue which combined with application of
urea 312 1460 kg.ha⁻¹ + gypsum kg.ha⁻¹, while the treatment which gave the highest
cane yield by 4.86 kg per pot and 121.42 kg.ha⁻¹ was application of ammonium sulfate
fertilizer 700 kg.ha⁻¹ wihich combined with the composted residue management.These
results suggest that to increase the productivity of sugarcane. is needed the residue
management.

Keywords: residual effect, the residue of the sugarcane crop, ratoon cane

Pendahuluan tingkat rendemen tebu. Nuryanti (2007)


melaporkan tingkat rendemen tebu
Pada umumnya lahan untuk usaha
yang dihasilkan pola tanam awal lebih
tebu seterusnya akan ditanami tebu.
banyak dibandingkan tanaman tebu
Sistem penanaman monokultur ini
dengan pola tanam keprasan. Selain
dalam jangka panjang dapat
hasil yang berbeda, biaya yang
menurunkan kualitas tanah karena
bahan organik terus menurun. dikeluarkan untuk masing-masing pola

Nurhidayati et al,( 2011) melaporkan tanam tersebut juga berbeda. Pola


keprasan lebih menguntungkan
bahwa kandungan bahan organik tanah
daripada pola tanam awal, dimana
lahan tebu di Kabupaten Malang rata–
rata 1,44% yang tergolong masih biaya bibit dan biaya tenaga kerja lebih
besar pada pola tanam awal, selain itu
rendah. Rendahnya kandungan bahan
pola tanam awal memerlukan biaya
organik ini dipengaruhi oleh pola tanam
penanamansementara pola keprasan, b
yang banyak dilakukan oleh petani
iaya yang dikeluarkan hanya untuk men
tebu. Pola tanam yang dilakukan petani
selama ini terdiri dari pola tanam awal gganti tanaman yang telah mati (penyul

dan pola tanam keprasan. Pola tanam aman).

awal merupakan pola tanam tebu yang Disamping masalah pola tanan

dimulai dari penanaman bibit sistem budidaya tebu yang dilakukan


petani selama ini masih sangat
sedangkan pola keprasan yaitu pola
tergantung pada pupuk terutama pupuk
tanam di mana panen dapat dilakukan
kimia sehingga dosis pupuk benar–
beberapa kali dalam masa sekali
benar mempengaruhi hasil panen.
tanam. Pola tanam keprasan biasa
Pupuk yang biasa digunakan petani
dilakukan maksimal sampai 3 kali dan
biasanya lahan yang digunakan petani tebu adalah pupuk amonium sulfat.

yaitu lahan sawah dan lahan tegalan. Penggunaan pupuk amonium sulfat
berdampak negatif terhadap sifat tanah
Masing-masing pola tanam
memberikan hasil yang berbeda untuk karena dapat mengasamkan tanah

2
Jurnal Folium Vol. 1 No. 1 (2017), 1- 13
EISSN 2599-3070

pada pengukuran akhir penanaman adalah iklim. Kondisi iklim yang paling
tebu dibandingkan dengan yang berperan dan sangat berkaitan dengan
menggunakan campuran urea+gypsum masalah ketersediaan air bagi tanaman
(Nurhidayati et al., 2013). Urea tebu adalah curah hujan dan laju
termasuk pupuk nitrogen, urea dibuat penguapan air. Curah hujan memiliki
dari gas amoniak dan gas asam arang. jumlah dan penyebaran yang tidak
Persenyawaan kedua zat tersebut merata dalam setiap tahunnya. Jumlah
menghasilkan pupuk urea dengan dan penyebaran curah hujan tersebut
kandungan N 46% (Lingga dan akan berpengaruh terhadap
Marsono, 2006). Sedangkan kapur pertumbuhan dan perkembangan
gypsum berbentuk bubuk dan berwarna tanaman tebu (Yusuf, 2010). Perlakuan
putih mengandung 30% Ca, 53% S dan pupuk urea ditambah gypsum yang
sedikit Mg yang bermanfaat dikombinasikan dengan aplikasi residu
menetralisir tanah yang terganggu di permukaan tanah sama dengan
karena kadar garam yang tinggi penggunaan mulsa yang berperan
(Novizan, 2005). sebagai penutup tanah dan dapat
Pada sistem budidaya tebu selain menjaga kelembaban tanah dan pada
menghasilkan gula, juga berpotensi akhirnya aktivitas mikroorganisme di
menghasilkan pupuk organik yang dalam tanah meningkat. Oleh karena
berasal dari seresah tebu. Berdasarkan itu untuk mempertahankan kelembaban
penelitian yang dilakukan Toharisman tanah di lahan tebu diperlukan
(1991) bahwa seresah tebu hasil pengelolaan residu yang bermanfaat
tebangan dilahan dapat mencapai 20- dalam mempertahankan kelembaban
25 kg.ha⁻¹. Nurhidayati (2013) tanah dan kandungan bahan organik
melaporkan bahwa seresah tebu dapat tanah, sehingga kesuburan fisik dan
mencapai 10-15% dari total biomassa kimia tanah dapat dipertahankan.
tebu, sehingga perlu mengembangkan Namun fakta dilapang, petani tebu
tebu lahan kering dimana di saat ini selalu membakar residu tebu dengan
petani banyak menghadapi sejumlah alasan untuk mempercepat
kendala terutama sifat tanah yang pembersihan lahan. Pembakaran
kurang sesuai untuk pertumbuhan seresah dengan jumlah yang sangat
tanaman semusim. Keberhasilan usaha besar dapat menyebabkan kehilangan
budidaya tebu di lahan kering selalu bahan organik dalam jumlah besar,
dibatasi dengan faktor alam yang sulit namun jika dimanfaatkan sebagai
dikendalikan, salah satu faktor ini pupuk organik dapat mempertahankan

3
Jurnal Folium Vol. 1 No. 1 (2017), 1- 13
EISSN 2599-3070

kandungan C organik tanah. ha⁻¹), P2=ammonium sulfat 700 kg ha⁻¹


Nurhidayati dan Basit, (2014) (100 N kg ha⁻¹ + 120 S kg ha⁻¹),
melaporkan bahwa aplikasi seresah P3=urea 225 kg ha⁻¹ + gypsum 1040 kg
tebu dapat meningkatkan laju ha⁻¹ (100 N kg ha⁻¹ + 120 S kg ha⁻¹),
mineralisasi N akibat aktivitas cacing P4=urea 312 kg ha⁻¹ + gypsum 1460 kg
tanah. Sehingga tebu pada lahan ha⁻¹ (140 N kg ha⁻¹ + 168 S kg ha⁻¹).
kering perlu menerapkan teknologi Faktor II adalah macam pengelolaan
pengelolaan seresah tebu menjadi residu yang terdiri dari 4 taraf yaitu
kompos sehingga dapat bermanfaat. M1=residu dibakar, M2=residu
Penelitian ini bertujuan untuk dibenamkan ke dalam tanah, M3=residu
mengetahui efek residu dari berbagai dibiarkan di permukaan tanah,
macam pengelolaan sisa tanaman tebu M4=residu dikomposkan. Dari dua
dan pemupukan N dan S yang bersal faktor tersebut diperoleh 16 kombinasi
dari ammonium sulfat, urea dan perlakuan ditambah 1 perlakuan kontrol
gypsum terhadap pertumbuhan, hasil (tanpa pemupukan N dan S dan tanpa
tebu dan gula pada tanaman keprasan. pengelolaan residu). Tiap-tiap
kombinasi perlakuan diulang 3 kali.
Bahan Dan Metode Pelaksanaan Percobaan
Tempat dan waktu penelitian Penelitian ini merupakan lanjutan
Penelitian ini dilaksanakan di penelitian tahap pertama dengan
Kebun Percobaan Fakultas Pertanian, perlakuan yang telah dijelaskan
Universitas Islam Malang dengan sebelumnya. Oleh karena itu dalam
ketinggian tempat 450 dpl. Penelitian ini penelitian ini tidak dilakukan persiapan
dilaksanakan mulai bulan Agustus 2015 media tanam lagi dan langsung
sampai Maret 2016, dengan suhu rata- dilanjutkan dengan pengeprasan tebu
rata harian 25°C dan curah hujan rata- setelah dilakukan pemanenan.
rata 200 mm. Pengeprasan bertujuan agar tanaman
Metode penelitian tebu yang telah ditebang dapat tumbuh
Penelitian ini menggunakan seragam. Pengeprasan dilakukan pada
Rancangan Acak Kelompok (RAK) 7 hari setelah penebangan tebu
yang tersusun secara Faktorial yang pertama, tanaman dikepras pada
terdiri dari 2 faktor. Faktor I dosis dan pangkal batangnya. Manajemen residu
sumber pupuk N dan S yang terdiri dari telah diaplikasikan pada periode
4 taraf yaitu P1=ammonium sulfat 500 penanaman tebu pertama, dimana
kg ha⁻¹ (100 N kg ha⁻¹ + 120 S kg residu tebu yang berupa seresah

4
Jurnal Folium Vol. 1 No. 1 (2017), 1- 13
EISSN 2599-3070

dedaunan diambil dari lahan tebu pembumbunan pada umur 2 bulan dan
dipersiapkan dan diaplikasikan sesuai 4 bulan, penyiangan bila ada gulma
macam perlakuan yang telah yang tumbuh dan pengelentekan daun
ditentukan. Pengomposan residu kering pada umur 5 bulan. Penyiraman
dilakukan selama 1 bulan. Residu dilakukan bila tidak terjadi hujan.
diaplikasikan satu minggu sebelum Pemanenan dilakukan dengan cara
penanaman tebu pertama. Selain menebang pangkal batang tebu pada
manajemen residu juga diaplikasikan saat masak awal yaitu umur 7 bulan
biochar residu tebu dengan cara kemudian pucuk-pucuk daun tebu
dicampur secara merata dengan tanah dipisahkan dan ditimbang secara
untuk seluruh pot percobaan kecuali terpisah.
kontrol. Biochar diaplikasikan dengan Variabel Pengamatan
-1
dosis yang sama yaitu 5 ton ha untuk Pertumbuhan tanaman diamati
semua perlakuan. Aplikasi biokompos dengan beberapa peubah tumbuh yaitu
dan gypsum untuk perlakuan tinggi batang, diiameter, jumlah batang,
pemupukan dilakukan 3 hari setelah jumlah batang produktif. Interval
pengeprasan, cara aplikasi dilakukan pengamatan dilakukan 1 bulan sekali.
dengan mencampur dengan tanah Peubah hasil yang diamati meliputi
secara merata. Pemberian gypsum bobot tebu, bobot total biomassa, bobot
hanya dilakukan pada perlakuan yang kering total biomassa, kadar gula dan
menggunakan pupuk tersebut. Aplikasi hasil gula. Kadar gula diukur dengan
pupuk ammonium sulfat dan urea cara mengamati nilai pol dan brix hasil
dilakukan 2 tahap yaitu pada umur 4 gilingan contoh dengan menggunakan
minggu setelah dikepras separuh dosis alat refractometer. Angka potensi
dan separuh dosis pada 4 minggu rendemen diperoleh dari perkalian
setelah pemupukan pertama, antara nilai nira dengan faktor perah.
sedangkan pupuk phonska hanya Hasil gula : merupakan hasil perkalian
diberikan 1 kali pada umur 4 minggu potensi bobot tebu dengan kadar gula.
setelah kepras untuk seluruh perlakuan Analisis Statistik
dengan dosis 400 kg.ha⁻¹. Data hasil pengukuran yang
Pemeliharaan meliputi penyiraman dikumpulkan dianalisis ragam (Uji F)
pada awal pertumbuhan setiap 3 hari pada taraf 5%. Bila terdapat pengaruh
sekali untuk mengetahui tingkat stres nyata dilanjutkan dengan uji BNJ 5%
terhadap air pada tanaman akibat untuk membandingkan tiap-tiap
adanya manajemen residu, perlakuan.

5
Jurnal Folium Vol. 1 No. 1 (2017), 1- 13
EISSN 2599-3070

Hasil Dan Pembahasan dikomposkan) cenderung memberikan


Efek Residu Pengelolaan Sisa pertumbuhan tanaman tertinggi, tetapi
Tanaman Tebu Dan Pemupukan N
tidak berbeda nyata pada semua
Dan S Terhadap Pertumbuhan
Tanaman Tebu Keprasan perlakuan kecuali perlakuan P₁M₁
(ammonium sulfat 500 kg.ha⁻¹, residu
Hasil analisis ragam menunjukkan
tebu dibakar) (Tabel 1). Perlakuan P4M4
perlakuan yang diujikan secara umum
(urea 312 kg ha⁻¹+ gypsum 1460 kg
memberikan pengaruh interaksi nyata
ha⁻¹, residu tebu dikomposkan) juga
terhadap tinggi tanaman. Hasil uji BNJ
memiliki diameter terbesar dan jumlah
5% terhadap rata-rata tinggi tanaman
batang terbanyak (Tabel 2 dan 3).
disajikan pada Tabel 1.
Perlakuan P4M4 (urea 312 kg ha⁻¹ +
gypsum 1460 kg ha⁻¹, residu

Tabel 1. Rata–rata tinggi tanaman (cm) tebu keprasan akibat interaksi perlakuan
pemupukan N dan S dan manajemen residu

Tinggi Tanaman pada umur (bsk)


Perlakuan
1 2 3 4 6 7
KONTROL 15,33 17,33 25,00 54,67 100,33 138,33
tn tn tn
P₁M₁ 18,67ab 22,67ab* 26,00a 41,33a 121,67ab* 159,33ab*
tn tn
P₁M₂ 20,67ab* 25,67bc* 29,00ab 44,33ab 139,33ab* 166,33b*
tn
P₁M₃ 25,00b* 26,33bc* 39,00b* 63,33bc 146,33b* 174,67b*
tn
P₁M₄ 20,67ab* 25,00bc* 37,33b* 52,00ab 141,33ab* 155,67ab*
tn tn tn
P₁M₁ 18,00ab 22,33ab* 35,00b* 50,33ab 126,67ab 146,00ab
tn
P₂M₂ 22,67b* 26,33bc* 39,67b* 68,00bc 140,00ab* 164,00b*
tn tn
P₂M₃ 18,33ab 21,67ab* 36,00b* 59,33bc 145,67b* 168,33b*
P₂M₄ 20,67ab* 27,67bc* 39,67b* 69,33bc* 156,00b* 173,67b*
tn
P₃M₁ 25,33b* 26,67bc* 48,67c* 68,67bc* 124,33ab* 145,33ab
tn tn
P₃M₂ 18,67ab 21,67ab* 38,33b* 58,33bc 155,67b* 174,00b*
tn
P₃M₃ 20,67ab* 26,33bc* 40,00b* 73,67bc* 120,33a* 139,67a
tn
P₃M₄ 20,00ab* 24,00b** 34,67b* 64,33bc 139,33ab* 165,33b*
tn tn tn tn tn
P₄M₁ 17,00a 19,33a 25,67a 54,67ab 122,33ab* 148,33ab
tn tn tn
P₄M₂ 19,33ab 21,33ab* 35,33b* 65,00bc 124,67ab* 153,33ab
tn
P₄M₃ 20,33ab* 28,67c* 39,67b* 61,67bc 159,00b* 179,00b*
P₄M₄ 19,67ab* 24,00b* 39,00b* 75,33c* 159,00b* 168,67b*
BNJ 5% 1,00 0,86 1,39 3,15 4,63 3,96
DUNNET
1,42 1,22 1,97 4,46 6,55 5,60
5%
Keterangan : Angka yang didampingi huruf yang sama pada kolom yang sama menunjukkan
tidakberbeda nyata pada uji BNJ 5%, *: Nyata pada Uji Dunnet 5% terhadap kontrol, tn :
Tidak nyata pada Uji Dunnet 5% dibanding kontrol

6
Jurnal Folium Vol. 1 No. 1 (2017), 1- 13
EISSN 2599-3070

Tabel 2. Rata–rata diameter datang (cm) tebu keprasan akibat interaksi perlakuan
pemupukan N dan S dan manajemen residu

Diameter batang pada umur (bsk)


Perlakuan
1 2 3 4 5 6 7
KONTROL 0,88 1,11 1,37 1,54 2,09 2,09 2,38
tn tn tn tn tn tn
P1M1 0,98ab 1,46ab* 1,60a 1,88ab 2,07ab 2,20a 2,43a
tn tn tn
P1M2 0,98ab 1,65b* 1,74ab 2,04ab* 2,54ab 2,66ab* 2,92ab*
tn
P1M3 1,01ab 1,76b* 2,18b* 2,33b* 2,77b* 3,10b* 3,17b*
tn tn tn tn tn
P1M4 1,05ab 1,38ab 1,55a 1,72a 2,53ab 3,20b* 3,37b*
tn tn tn tn tn tn
P2M1 0,91a 1,51ab* 1,61a 1,77a 2,22ab 2,53ab 2,77ab
tn
P2M2 1,17ab* 1,90b* 1,92ab* 2,05ab* 2,61b* 2,95b 3,26b*
tn tn tn
P2M3 1,10ab 1,80b* 1,85ab* 1,94ab 2,41ab 2,80b* 3,37b*
tn tn tn tn
P2M4 1,15ab* 1,42ab 1,71ab 1,96ab 2,55b 2,78b* 3,30b*
tn tn tn tn tn
P3M1 1,22b* 1,43ab 1,69ab 1,87ab 2,17ab 2,62ab* 2,89ab
tn tn tn tn
P3M2 1,10ab 1,41ab 1,78ab* 1,91ab 2,36ab 2,79b* 3,05ab*
tn tn
P3M3 1,06ab 1,73b* 2,12b* 2,33b* 2,41ab 2,88b* 3,13b*
tn
P3M4 1,13ab 1,91b* 2,25b* 2,33b* 2,81b* 3,29b* 3,41b*
tn tn tn tn tn tn tn
P4M1 0,97ab 1,22a 1,56a 1,68a 1,91a 2,22a 2,59ab
tn tn tn tn tn tn tn
P4M2 1,02ab 1,27ab 1,57a 1,79ab 2,01ab 2,37ab 2,71ab
tn tn tn tn
P4M3 1,13ab 1,42ab 1,78ab* 1,99ab 2,48ab 2,65ab* 3,18b*
tn
P4M4 1,32b* 1,63ab* 1,90ab* 2,15ab* 2,52ab 2,68ab* 3,47b*
BNJ 5% 0,05 0,07 0,09 0,10 0,12 0,10 0,12
DUNNET 5% 0,08 0,11 0,12 0,15 0,17 0,15 0,17
Keterangan : Angka yang didampingi huruf yang sama pada kolom yang sama menunjukkan
tidakberbeda nyata pada uji BNJ 5%, *: Nyata pada Uji Dunnet 5% terhadap kontrol, tn :
Tidak nyata pada Uji Dunnet 5% dibanding kontrol

Tabel 3.Rata–rata jumlah batang tebu keprasan akibat interaksi perlakuan pemupukan
N dan S dan manajemen residu

Jumlah Batang Tanaman pada umur (bsk)


Perlakuan
1 2 3 4 5 6 7
KONTROL 7,67 13,33 15,00 16,00 9,33 6,67 6,67
tn tn tn tn
P1M1 7,00a 11,67 15,00 18,00ab 13,00ab* 10,00ab* 9,67ab*
tn tn tn tn
P1M2 8,67ab 10,67 15,00 18,33ab 13,33ab* 10,67ab* 10,33ab*
tn tn tn tn tn
P1M3 9,00ab 13,00 16,00 16,33a 11,67a 10,33ab* 9,67ab*
tn tn tn
P1M4 10,00ab 15,67 17,00 19,00ab* 13,67ab* 9,33ab* 9,33ab*
tn tn tn tn tn
P2M1 9,00ab 13,00 17,67 18,67ab 11,67a 9,00a* 9,00a*
tn tn tn
P2M2 9,67ab* 12,33 16,33 17,33ab 13,00ab* 10,33ab* 9,33ab*
tn tn tn
P2M3 11,33ab* 13,33 16,00 17,67ab 13,33ab* 10,67ab* 10,00ab*
tn tn tn
P2M4 11,67b 14,33 19,00 20,00b* 15,00b* 12,33b* 10,67b*
tn tn tn tn
P3M1 8,67ab 10,33 15,67 16,67ab 13,33ab* 10,67ab* 9,00a*
tn tn tn tn
P3M2 8,67ab 10,33 14,67 16,33a 13,00ab* 10,33ab* 9,67ab*
tn tn tn tn
P3M3 8,33ab 12,67 16,33 18,33ab 12,67ab* 10,33ab* 10,33ab*
tn tn tn
P3M4 7,67ab 13,33 16,67 19,33ab* 13,33ab* 11,00b* 11,00b*
tn tn tn tn
P4M1 7,33ab 13,67 15,00 16,33a 12,33ab* 10,00ab* 10,00ab*
tn tn tn
P4M2 8,67ab 13,33 18,00 20,67b* 14,67b* 11,00b* 11,00b*
tn tn tn
P4M3 10,67ab* 15,00 16,33 18,00ab 13,00ab* 11,00b* 11,00b*
tn tn
P4M4 11,67b* 15,67 19,00 20,33b* 14,00ab* 11,67b* 11,67b*
BNJ 5% 0,88 0,77 TN 0,67 0,55 0,38 0,27
DUNNET 5% 0,95 1,09 1,56 0,94 0,77 0,53 0,39
Keterangan : Angka yang didampingi huruf yang sama pada kolom yang sama menunjukkan tidak
berbeda nyata pada uji BNJ 5%, *: Nyata pada Uji Dunnet 5% terhadap kontrol, tn : Tidak
nyata pada Uji Dunnet 5% dibanding kontrol

7
Jurnal Folium Vol. 1 No. 1 (2017), 1- 13
EISSN 2599-3070

Tabel 4. Rata–rata jumlah batang produktif tebu keprasan akibat interaksi perlakuan
pemupukan N dan S dan manajemen residu

Perlakuan Jumlah Batang produktif


KONTROL 4,67
tn
P₁M₁ 6,00
P₁M₂ 6,67*
P₁M₃ 7,33*
P₁M₄ 8,33*
P₁M₁ 7,33*
P₂M₂ 7,00*
P₂M₃ 7,00*
P₂M₄ 8,33*
P₃M₁ 7,00*
P₃M₂ 8,00*
P₃M₃ 7,33*
P₃M₄ 8,67*
P₄M₁ 8,33*
P₄M₂ 8,00*
P₄M₃ 8,33*
P₁M₁ 9,33*
Dunnet 5% 1,71
Keterangan : * : Nyata pada uji dunnet 5%, tn :Tidak nyata pada uji dunnet 5 %.

Hasil uji dunnet 5% terhadap tebu diyakini dapat meningkatkan


jumlah batang produktif menunjukkan kualitas tanah (Singh et al., 2010).
semua perlakuan yang dicobakan Kompos merupakan bahan
berpengaruh nyata dibanding kontrol pembenah tanah yang mampu
kecuali P₁M₁ (ammonium sulfat 500 mensuplai ketersediaan hara bagi
kg.ha⁻¹, residu tebu dibakar) (Tabel 4). tanaman dengan meningkatkan
Manajemen residu yang diletakkan aktivitas mikroorganisme tanah dalam
di permukaan dan yang dikomposkan peningkatan kesuburan tanah, kompos
memperlihatkan pertumbuhan yang juga mempunyai peran memperbaiki
lebih baik dibandingkan dengan yang sifat fisik tanah dengan mengikat
lain dan kontrol. Hal ini menunjukkan partikel-partikel tanah (Murbandono,
bahwa residu yang dikomposkan 2008). Novizan (2007) menambahkan
memiliki peran penting dalam bahwa kompos memiliki peran penting
meningkatkan ketersediaan hara yang dalam peningkatan kesuburan tanah
mudah diserap oleh tanaman sehingga baik dalam memperbaiki sifat fisik,
tanaman tebu tumbuh dengan lebih biologi maupun kimia tanah.
baik akibat membaiknya kualitas tanah. Dekomposisi seresah memberikan
Pemanfaatan dan pengolahan seresah kontribusi peningkatan kandungan
humus dalam tanah yang berdamak

8
Jurnal Folium Vol. 1 No. 1 (2017), 1- 13
EISSN 2599-3070

positif terhadap KTK tanah dan Kelembaban tanah yang baik


ketersediaan hara dalam tanah bagi sangat berpengaruh besar dalam
tanaman. Kompos juga mampu efektivitas pemupukan urea + gypsum
memperbaiki struktur tanah dan pada tanah. Hal ini dikarenakan unsur
meningkatkan peran mikroorganisme N yang terdapat pada pupuk urea
tanah dalam menyediakan hara penting sifatnya higroskopis sehingga N
bagi tanaman dan membantu tanaman menjadi mudah larut dan mudah
untuk menyerap hara dengan mudah diserap oleh tanaman (Lingga dan
dalam menunjang proses pertumbuhan Marsono, 2008).
tanaman. Peningkatan kandungan
bahan organik dalam tanah dapat Efek Residu Pengelolaan Sisa
Tanaman Tebu Dan Pemupukan N
meningkatkan populasi dan aktivitas
Dan S Terhadap Hasil Tanaman Tebu
mikroorganisme dalam tanah yang
Perlakuan P₄M₄ (urea 312 kg.ha⁻¹+
memiliki peran penting dalam mengatur
gypsum 1460 kg.ha⁻¹,residu tebu
ketersediaan hara dalam tanah dan
mengurangi resiko pencucian hara dikomposkan) secara umum (Tabel 5)
menunjukkan hasil yang tebu tertinggi,
dalam tanah (Pastor et al., 1984).
Perlakuan pupuk urea + gypsum sedangkan perlakuan yang
memberikan hasil terendah terdapat
yang dikombinasikan dengan aplikasi
residu dipermukaan tanah memberikan pada perlakuan P₄M₁ (urea 312 kg

hasil yang cukup tinggi. Hal ini ha⁻¹+ gypsum 1460 kg ha⁻¹ residu tebu

disebabkan aplikasi residu di dibakar). Berdasarkan hasil uji dunnet

permukaan sama dengan penggunaan 5% hasil tebupada perlakuan yang

mulsa yang berperan sebagai penutup menggunakan residu dan pemupukan

tanah yanag dapat menjaga N dan S memberikan perbedaan yang

kelembaban tanah sehingga aktivitas nyata dibandingkan dengan kontrol.

mikroorganisme di dalam tanah Pada pengukuran bobot total biomassa

meningkatkan. Adanya mulsa juga pada perlakuan P₁M₄(ammonium Sulfat

dapat mengurangi tingkat penguapan 500 kg ha-1, residu tebu dikomposkan),

pada tanah, melindungi tanah dari erosi P₂M₃ (amonium sulfat 700 kg ha⁻¹,

yang disebabkan oleh air hujan dan residu tebu dipermukaan),

angin sehingga tanah tetap dalam P₂M₄(ammonium Sulfat 700 kg ha⁻¹,

kondisi yang baik (Khera dan Kukal, residu tebu dikomposkan), P₄M₃(urea

1994; Rao,1994; Govarets, 2007). 312 kg ha⁻¹+ gypsum 1460 kg ha-1,


residu tebu di permukaan) dan P₄M₄

9
Jurnal Folium Vol. 1 No. 1 (2017), 1- 13
EISSN 2599-3070

(urea 312 kg ha⁻¹+ gypsum 1460 menunjukkan hasil yang terbaik.


kgnha⁻¹, residu tebu dikomposkan)
Tabel 5. Rata–rata hasil tanaman tebu keprasan akibat interaksi perlakuan pemupukan
N dan S dan manajemen residu

Bobot Bobot
Bobot
Biomassa Kering Bobot Berat Kering
tebu (kg Bobot tebu
Perlakuan -1
pot )
Total Total -1
(ton ha )
biomassa Biomassa /
-1 -1 -1 -1
(kg pot ) (kg pot ) (ton ha ) ((ton ha )

KONTROL 1,70 2,29 0,93 42,46 57,29 23,20


P₁M₁ 2,71ab* 3,33ab* 1,30a* 67,83ab* 83,25ab* 32,58ab*
P₁M₂ 3,22ab* 4,22ab* 1,65ab* 80,44ab* 105,44ab* 41,30ab*
P₁M₃ 3,32ab* 4,62bc* 1,88bc* 82,92ab* 115,42bc* 47,07bc*
P₁M₄ 4,13bc* 5,40c* 2,15bcd* 103,33bc* 135,08c* 53,69bc*
P₁M₁ 3,14ab* 4,13ab* 1,67ab* 78,40ab* 103,15ab* 41,64ab*
P₂M₂ 3,53b* 4,50bc* 1,81b* 88,17b* 112,50bc* 45,25bc*
P₂M₃ 4,44bc* 5,65c* 2,22bcd* 110,97bc* 141,22c* 55,48c*
P₂M₄ 4,86c* 5,77c* 2,27cd* 121,42c* 144,25c* 56,74c*
P₃M₁ 2,73ab* 3,60ab* 1,43ab* 68,17ab* 89,92ab* 35,74ab*
P₃M₂ 2,89ab* 4,29b* 1,73ab* 72,25ab* 107,33b* 43,26b*
P₃M₃ 3,85bc* 4,40bc* 1,72ab* 96,33bc* 110,08bc* 43,11ab*
P₃M₄ 4,22bc* 5,35bc* 2,11bcd* 105,58bc* 133,67bc* 52,82bc*
P₄M₁ 2,43a* 3,20a* 1,29a* 60,71a* 80,05a* 32,32a*
P₄M₂ 2,86ab* 3,67ab* 1,47ab* 71,50ab* 91,83ab* 36,78ab*
P₄M₃ 4,38bc* 5,54c* 2,16bcd* 109,52bc* 138,61c* 54,12bc*
P₄M₄ 4,65c* 5,97c* 2,39d* 116,19c* 149,19c* 59,65c*
BNJ 5% 0,17 0,20 0,08 4,46 5,14 2,10
DUNNET 0,25 0,29 0,12 6,32 7,26 2,97
Ketarangan Angka yang didampingi huruf yang sama pada kolom yang sama menunjukkan
tidakberbeda nyata pada uji BNJ 5%, *: Nyata pada Uji Dunnet 5% terhadap kontrol, tn :
Tidak nyata pada Uji Dunnet 5% dibanding kontrol

Perlakuan P₂M₃ (ammonium Sulfat mineralisasi hara dalam tanah. Residu


700 kg ha⁻¹, residu tebu dipermukaan), tebu merupakan sisa tanaman yang
P₂M₄ (ammonium Sulfat 700 kg ha-1, mempunyai nisbah C/N yang tinggi,
residu tebu dikomposkan), dan sehingga perlu waktu pengomposan
P₄M₄(urea 312 kg ha⁻¹+ gypsum 1460 terlebih dahulu agar C/N ratio menjadi
kg ha⁻¹, residu tebu dikomposkan) rendah dan bahan organik dari sisa
memberikan berat kering total tebu dapat termineralisasi serta dapat
biomassa tertinggi. dimanfaatkan oleh tanaman (Heal et
Jumlah dan komposisi sisa al., 1997).
tanaman yang dikembalikan ke tanah Cahyani (1996) menambahkan
secara langsung sebagai pupuk bahwa pemanfaatan kompos sebagai
merupakan variabel-variabel penting bahan pembenah tanah dapat
dalam mengatur imobilisasi ataupun meningkatkan KTK pada tanah

10
Jurnal Folium Vol. 1 No. 1 (2017), 1- 13
EISSN 2599-3070

sehingga unsur hara di dalam tanah Efek Residu Pengelolaan Sisa


Tanaman Tebu Dan Pemupukan N
dapat tersedia bagi tanaman.
Dan S Terhadap Kadar Gula Dan
Penambahan kompos 10 ton ha-1 pada Hasil Gula
Kadar gula yang tinggi
tanah masam mampu meningkatkan
ditemukan pada perlakuan P₃M₃ (Urea
15,18 % KTK tanah dari 17,44 menjadi
225 kg ha⁻¹, residu tebu di permukaan
20,08 cmol (+) kg-1 tanah (Cahyani,
1996). Menurut Hakim (2008) kompos dan ditambahkan gypsum 1040 kg

dapat menggantikan hampir 50% ha⁻¹) (Tabel 6), namun tidak berbeda

kebutuhan pupuk anorganik dan nyata dengan perlakuan P₁M₄, P₂M₃,

mampu meningkatkan kesuburan tanah dan P₄M₂.perlakuan P1M4 (ammonium

sehingga tingkat produktivitas tanaman sulfat 500 kg ha⁻¹, residu tebu

juga meningkat. Kompos juga berperan dikomposkan), P₂M₃ (ammonium sulfat

dalam meningkatkan aktivitas 700 kg ha⁻¹, residu tebu dipermukaan),

mikroorganisme tanah dalam proses P₃M₃ (urea 225 kg ha⁻¹+ gypsum 1040
ketersediaan hara-hara penting bagi kg ha⁻¹, residu tebu dipermukaan) dan
tanaman seperti N, P, K, Ca dan Mg P₄M₂ (urea 312 kg ha⁻¹+ gypsum 1460
pada tanah sehingga meningkatkan kg ha⁻¹, residu tebu dibenamkan)
produktivitas pada tanaman. menunjukkan hasil yang terbaik.

Tabel 6. Rata–rata kadar gula dan hasil gula tanaman tebu keprasan akibat interaksi
perlakuan pemupukan N dan S dan manajemen residu
-1 -1
Perlakuan Kadar gula (%) Hasil Gula (kg pot ) Hasil Gula (ton ha )
KONTROL 11,55 0,20 4,90
tn tn tn
P₁M₁ 9,27a 0,25a 6,30a
tn
P₁M₂ 10,26bc 0,33b* 8,25b*
tn
P₁M₃ 9,18a 0,30ab* 7,62ab*
tn
P₁M₄ 11,28d 0,47c* 11,66c*
tn
P₁M₁ 9,47a 0,30ab* 7,42ab*
tn
P₂M₂ 9,49a 0,33b* 8,37b*
tn
P₂M₃ 11,29d 0,50c* 12,53c*
tn
P₂M₄ 10,72c 0,52c* 13,05c*
tn
P₃M₁ 10,67c 0,29ab* 7,28ab*
tn
P₃M₂ 10,12b 0,29ab* 7,31ab*
tn
P₃M₃ 11,68d 0,45c* 11,25c*
tn
P₃M₄ 10,80cd 0,46c* 11,41c*
tn tn tn
P₄M₁ 10,62bc 0,26ab 6,45ab
tn
P₄M₂ 11,41d 0,33ab* 8,15ab*
tn
P₄M₃ 10,66bc 0,47c* 11,67c*
tn
P₄M₄ 10,50bc 0,49c* 12,22c*
BNJ 5% 0,14 0,01 0,49
DUNNET 5% 0,20 0,02 0,69
Ketarangan : Angka yang didampingi huruf yang sama pada kolom yang sama menunjukkan
tidakberbeda nyata pada uji BNJ 5%, *: Nyata pada Uji Dunnet 5% terhadap kontrol, tn :
Tidak nyata pada Uji Dunnet 5% dibanding kontrol

11
Jurnal Folium Vol. 1 No. 1 (2017), 1- 13
EISSN 2599-3070

Hasil uji Dunnet 5% antara keseimbangan suhu tanah dan lapisan


perlakuan dengan kontrol pada semua udara di dekat tanah.
perlakuan memperlihatkan kadar gula Kompos sangat bermanfaat bagi
yang tidakberbeda nyata dibandingkan proses pertumbuhan tanaman. Kompos
dengan kontrol. tidak hanya mensuplai unsur hara bagi
Hasil uji BNJ 5% menunjukkan tanaman, selain itu kompos juga
bahwa perlakuan yang cenderung memperbaiki struktur tanah kering dan
memberikan hasil gula yang tinggi ladang serta menjaga fungsi tanah,
adalah perlakuan P₂M₄ (ammonium sehingga suatu tanaman dapat tumbuh
sulfat 700 kg ha⁻¹, residu tebu dengan baik. Selain itu untuk
dikomposkan). Namun tidak berbeda menyediakan unsur hara bagi tanaman,
nyata dengan perlakuan P₁M₄, P₂M₃, memperbaiki struktur tanah,
P₃M₃, P₃M₄, P₄M₃dan P₄M₄. Hal ini meningkatkan aktivitas biologi tanah
menunjukkan bahwa aplikasi campuran (Lafran, 2009). Dengan demikian dapat
pupuk urea dan gypsum yang setara disimpulkan bahwa perlakuan residu
700 kg ha⁻¹ ammonium sulfat yang tanaman yang dikomposkan dan yang
dikombinasikan dengan manajemen diaplikasikan pada permukaan tanah
residu dipermukaan juga memberikan atau sebagai mulsa mampu
hasil tidak berbeda nyata dengan P₂M₄. meningkatkan ketersediaan N dan S
Hal ini menunjukkan bahwa walaupun bagi tanaman, sehingga pertumbuhan
menggunakan pupuk ammonium sulfat dan hasil serta kualitas hasil tanaman
hasil tebu tetap tinggi asalkan menjadi meningkat.
dikombinasikan dengan manajemen
residu dimana seresah tebu Kesimpulan dan Saran
dikomposkan. Pemulsaan adalah Manajemen residu tebu yang
penutupan permukaan tanah dengan dikomposkan dan yang diaplikasikan di
bahan-bahan sisa tanaman (serasah) permukaan tanah memberikan efek
seperti potongan-potongan daun, positif terhadap pertumbuhan tanaman
ranting, dan serbuk gergaji. Hasil akhir tebu. Perlakuan P2M4 (ammonium sulfat
dari proses ini adalah terbentuknya 700 kg ha⁻¹, residu tebu dikomposkan)
pupuk serasah. Menurut Prasetyo memperlihatkan bobot tebu tertinggi
(2014), pemulsaan dan pupuk serasah yaitu sebesar 4,86 kg pot-1 atau 121,42
berfungsi untuk menghambat ton ha⁻¹, dengan bobot biomassa total
pertumbuhan gulma, menjadi sumber 5,97 kg pot-1 dan 149,19 ton ha⁻¹, BK
bunga tanah atau humus, dan menjaga biomassa total 2,39 kg pot-1 atau 59,65

12
Jurnal Folium Vol. 1 No. 1 (2017), 1- 13
EISSN 2599-3070

ton ha⁻¹. Perlakuan P3M3 (ammonium 978-602-7957-39-8. Aditya


Media. Malang. 109 hal.
sulfat 700 kg ha⁻¹,residu tebu
Nurhidayati and A. Basit. 2014.
dipermukaan) menunjukkan hasil Contributions of Pontoscolex
corethrurus on N mineralization
terbaik pada kadar gula 11,68%,
of organic matters from sugar
sedangkan P2M4 (ammonium sulfat 700 agro – industry waste in different
quality. Proceedings
kg ha⁻¹, residu tebu dikomposkan) International Conference On
memperlihatkan hasil gula 0,5 kg pot-1 Agriculture : 2013. ISBN : 978-
602-9372-57-1.
atau 13,05 ton ha⁻¹. Hasil ini Novizan, 2005. Petunjuk Pemupukan
menyarankan bahwa dalam budidaya yang Efektif. Jakarta. Penebar
Swadaya. Hal. 205-210.
tanaman tebu pengelolaan residu Novizan, 2007. Petunjuk pemupukan
sangat dibutuhkan untuk yang efektif. Agromedia
pustaka. Jakarta. Hal. 36-38.
mempertahankan produktivitas Pastor, J., J.D. Aber, and C.A.
tanaman tebu berikutnya. Mc.Claugherty, J.M. Melillo,
1984. Above-ground productin
and N and P cycling along a
Daftar Pustaka nitrogen mineralization gradient
on Blackhawk Island,
Khera, K. L. and S.S. Kukal, 1994. Soil Wisconsin. Ecology 65: 256-
and water conservation throught 268.
crop cover and residu Prasetyo, B. 2014. Pengembangan
th
management, 8 ISCO Pertanian Organik.
conference: soil and water http://potretpertanian.blogspot.c
conservation: challenges and om /2014/05/ pengembangan-
opportunities, 1994, New Delhi. pertanian-organik.html. Diakses
1295-1304. tanggal 2 September 2016.
Lafran H., 2009. Pembuatan Pupuk
Kompos dari Limbah Rumah Singh, R., D. Bardgett, P. Smith, and
Tangga. Titian Ilmu : Bandung. D.S.Reay.2010. Microorganisms
56 hal. and climate change: terrestrial
Lingga, P.M. 2008. Petunjuk feedbacks and mitigation
penggunaan pupuk. Penebar options. Nature Reviews
swadaya. Jakarta, hal. 206-211. Microbiology. 8: 779-790.
Nuryani, 2007. Peningkatan efisiensi Toharisman, A. 1991 . Pengelolaan
pemupukan n pada tanaman Tebu Berkelanjutan. Pusat
tebu melalui rekayasa khelat Penelitian Perkebunan Gula
urea-humat. Jurnal Ilmu Tanah (P3GI). Pasuruan. Jawa Timur.
Dan Lingkungan. 7 (2): 92-102 Yusuf, R. F 2010. Kultur Kalas.
Nurhidayati. 2013. Biodiversitas Cacing http://fheeyraredzqiiy.wordpress.
Tanah dan Dampaknya com/2010/06/03/kultur-kalus/.
Terhadap Kualitas Tanah di Diakses 16 september 2015.
Lahan Tebu, Monograf ISBN :

13

Anda mungkin juga menyukai