Kata kunci: gejala kelelahan, kepuasan kerja, keselamatan dan kesehatan kerja
ABSTRACT
Forest management activities are activities that are considered dangerous and
risky. The implementation of occupational safety and health (OSH) through OSH
management system will create a safe, healthy, and comfortable working
environment. Consequently, it becomes more productive and efficient, and thus
assuring quality work. This study aimed to identify the OSH system condition, job
satisfaction, cumulative fatigue symptoms and nutritional status of employees at PT
Dasa Intiga. Research data was taken from interviews based on a prepared
questionnaires. The resut showed that as much as 28.89% of respondents had had
working accident(s) and the most frequently occurring one was motorcycle
accident. Waist pain, stiffness in the neck and shoulders, and lower back pain were
grievance that often reported. The result of binary logistic regression analysis
showed that factors that influence job satisfaction were the employment contract
and working tools. Symptoms of cumulative fatigue of workers at PT Dasa Intiga
were dominantly the physical aspect, followed with the mental aspect and the social
aspect. The level of energy sufficiency and nutritional status of the respondents
were normal.
Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Kehutanan
pada
Departemen Manajemen Hutan
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas
segala karunia-Nya sehingga skripsi ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih
dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Februari hingga April 2016 ini
adalah keselamatan dan kesehatan kerja, dengan judul Kondisi Keselamatan dan
Kesehatan Kerja Pekerja Kehutanan di IUPHHK-HA PT Dasa Intiga Kalimantan
Tengah.
Terimakasih penulis ucapkan kepada Ibu Dr Efi Yuliati Yovi, SHut MLife
Env Sc selaku pembimbing yang telah banyak memberi saran dan pengarahan.
Ucapan terima kasih juga disampaikan kepada seluruh kerabat Manajemen Hutan
49 atas kritik, saran dan dorongan semangatnya sehingga skripsi ini dapat
diselesaikan. Disamping itu, penghargaan penulis sampaikan kepada staf PT Dasa
Intiga yang telah membantu selama pengumpulan data. Ungkapan terimakasih juga
disampaikan kepada orang tua, serta seluruh keluarga, atas segala doa dan kasih
sayangnya.
Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.
DAFTAR TABEL vi
DAFTAR GAMBAR vi
DAFTAR LAMPIRAN vi
PENDAHULUAN 1
Latar Belakang 1
Perumusan Masalah 2
Tujuan Penelitian 2
Manfaat Penelitian 2
Ruang Lingkup Penelitian 2
METODE 2
Lokasi dan Waktu Penelitian 2
Alat dan Bahan 3
Pemilihan dan Jumlah Responden 3
Pengumpulan Data 3
Prosedur Analisis Data 3
HASIL DAN PEMBAHASAN 6
Kondisi Kerja dan K3 6
Kepuasan Kerja 11
Gejala Kelelahan Kumulatif 14
Strategi Pengembangan Sistem Manajemen K3 19
Asupan Gizi 21
SIMPULAN DAN SARAN 23
Simpulan 23
Saran 23
DAFTAR PUSTAKA 24
RIWAYAT HIDUP 27
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Perumusan Masalah
Tujuan Penelitian
Manfaat Penelitian
Ruang lingkup dalam penelitian ini adalah kegiatan pengelolaan pada hutan
alam. Pekerja yang dikaji adalah pekerja setingkat supervisor dan pekerja pada
bidang lain seperti perencanaan lapangan, persemaian, penebangan, penyaradan,
pengangkutan, Sumber Daya Manusia (SDM), serta administrasi dan TUK (Tata
Usaha Kayu).
METODE
Alat yang digunakan dalam proses pengambilan data yaitu: alat tulis, kamera,
termometer digital, kuesioner, dan laptop yang dilengkapi dengan software
Microsoft Office, excel 2016 dan software SPSS versi 2.1. Bahan yang digunakan
dalam penelitian ini adalah data personal responden, kondisi K3, kepuasan kerja,
asupan gizi dan keluhan gejala kelelahan kumulatif dari pekerja kehutanan di PT
Dasa Intiga.
Pengumpulan Data
Kepuasan Kerja
Kepuasan kerja dianalisis melalui kuesioner yang menanyakan kepuasan
kerja seseorang terhadap peubah bebas yang dinilai dengan skala Likert. Menurut
Davis dan Newstrom (1996) diacu dalam Anggraeni (2004) kepuasan kerja
merupakan perasaan yang berhubungan dengan pekerjaan melibatkan aspek-aspek
seperti upah atau gaji yang diterima, periode kerja, hubungan dengan pegawai
lainnya, suasana dan lingkungan pekerjaan, penempatan kerja, dan jenis kerja,
sedangkan perasaan yang berhubungan dengan dirinya, antara lain umur, kondisi
kesehatan, kemampuan, dan pendidikan. Oleh Karena itu, dalam analisis peubah
terikat yaitu kepuasan kerja dan peubah bebas yaitu jenis pekerjaan, gaji, jenis
kontrak kerja, alat kerja, fasilitas kerja, aksesibilitas, dan lokasi kerja. Kuantifikasi
penilaian skala Likert dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Skor 5 adalah sangat puas,
2. Skor 4 adalah puas,
3. Skor 3 adalah cukup puas,
4. Skor 2 adalah tidak puas, dan
5. Skor 1 adalah sangat tidak puas.
Faktor-faktor yang diduga memengaruhi kepuasan kerja dianalisis
menggunakan regresi logistik biner. Skala Likert yang telah dibentuk
disederhanakan menjadi dua kategori, yaitu 1 (puas) dan 0 (tidak puas). Apabila
peubah responnya terdiri atas dua kategori yaitu Y = 1 (sukses) dan Y = 0 (gagal),
metode regresi logistik yang dapat diterapkan adalah regresi logistik biner (Agresti
1990 diacu dalam Sari 2013). Regresi logistik adalah prosedur pemodelan yang
diterapkan untuk memodelkan peubah respon (Y) yang bersifat kategorik
berdasarkan satu atau lebih peubah prediktor (X) (Sari 2013).
Pengujian terhadap parameter model dilakukan untuk memeriksa peranan
peubah penjelas yang ada didalam model. Menurut Hosmer dan Lemeshow (2000)
untuk mengetahui peran seluruh peubah penjelas didalam model secara bersama-
sama maka digunakan statistik uji G. Hipotesis uji G yang diuji yaitu:
H0 : semua peubah penjelas tidak berpengaruh terhadap kepuasan kerja.
H1 : paling sedikit ada satu peubah penjelas yang berpengaruh terhadap kepuasan
kerja.
Pengambilan keputusan pada uji G ini yaitu terima H0 apabila nilai-p > α dan
tolak H0 apabila nilai-p < α, sedangkan α merupakan tingkat kepercayaan yang
digunakan sebesar 95 % (0.05). Selanjutnya dapat dilihat keragaman dari model
yang dilihat dari Nagelkerke R Square. Kemudian dilakukan uji Hosmer dan
Lemeshow yang dilakukan untuk menentukan apakah model yang dibentuk sudah
tepat atau tidak. Hipotesis uji Hosmer dan Lemeshow yang diuji yaitu:
H0 : Model kepuasan kerja layak untuk digunakan.
H1 : Model kepuasan kerja tidak layak untuk digunakan.
Pengambilan keputusan pada uji Hosmer dan Lemeshow ini yaitu terima H0
apabila nilai-p > α dan tolak H0 apabila nilai-p < α, sedangkan α merupakan tingkat
5
Asupan Gizi
Asupan gizi dianalisis menggunakan metode food recall melalui kuesioner
yang disajikan pada 3 orang responden dengan 3 jenis pekerjaan yang berbeda.
Responden diminta data tinggi badan, berat badan dan asupan gizi atau makanan
yang telah dikonsumsi oleh responden selama 24 jam terakhir selama 7 hari. Data
konsumsi selanjutnya dikonversi menggunakan tabel Daftar Komposisi Bahan
Makanan (DKBM) untuk mengetahui kandungan zat gizi dari makanan yang
dikonsumsi. Menurut Hardinsyah dan Briawan (1994) diacu dalam Subarna (2012)
nilai kandungan zat gizi dapat diperoleh dengan rumus:
𝐵𝑗 𝐵𝐷𝐷𝑗
𝐾𝐺𝑖𝑗 = ∑( ×𝐺𝑖𝑗× )
100 100
6
Keterangan:
KGij = jumlah zat gizi i dari setiap jenis pangan j
Bj = berat pangan j (gram)
Gij = kandungan zat gizi i dari pangan j
BDDj = persen jumlah pangan j yang dapat dimakan
𝑘𝑜𝑛𝑠𝑢𝑚𝑠𝑖
𝑇𝐾𝐺 = ( )×100
𝑘𝑒𝑐𝑢𝑘𝑢𝑝𝑎𝑛 𝑔𝑖𝑧𝑖 𝑎𝑘𝑡𝑢𝑎𝑙
Konsumsi merupakan rata-rata dari asupan gizi aktual. Kecukupan gizi aktual
merupakan standar asupan zat gizi yang harus diperoleh menurut berat badan aktual
dibandingkan dengan berat badan standar yang terdapat pada Angka Kecukupan
Gizi (AKG) kemudian dikali dengan asupan zat gizi standar yang terdapat pada
AKG. Untuk mengetahui status gizi dapat diperoleh dengan rumus (Anggraeni
2012):
𝐵𝐵 (𝑘𝑔)
𝐼𝑀𝑇 =
𝑇𝐵 (𝑐𝑚)2
Keterangan:
IMT = Indeks massa tubuh
BB = Berat badan aktual
TB = Tinggi badan aktual
Hyang dan termasuk dalam DAS Kapuas (Sub DAS Kuatan dan Sub DAS Hyang).
Letak geografis yang berada di garis khatulistiwa ini mengakibatkan suhu pada
lingkungan kerja PT Dasa Intiga tinggi. Tabel 1 menunjukkan bahwa suhu di
lingkungan kerja PT Dasa Intiga melebihi suhu nikmat kerja yang dianjurkan. Suhu
yang dianjurkan di tempat kerja yaitu sekitar 24−26 °C dan kelembaban 65−95 %,
suhu tersebut merupakan suhu nikmat kerja di Indonesia (Suma’mur 1996 diacu
dalam Siswantiningsih 2010). Berikut merupakan tabel hasil pengukuran suhu dan
kelembaban udara di PT Dasa Intiga.
Suhu tertinggi ada pada camp tarik, hal tersebut karena letak camp berada
pada tengah lapang yang kosong tidak tertutup vegetasi. Suhu terendah ada pada
camp cabang, karena lokasi camp berada di lembah bukit, di sekitar camp tersebut
juga terdapat arboretum sehingga menciptakan suhu sejuk pada pagi hari. Suhu
maksimal pada setiap tempat yang diukur umumnya terjadi pada siang hari, ketika
panas matahari sedang memuncak, sedangkan suhu mínimum pada setiap tempat
yang diukur terjadi pada pagi hari. Bekerja pada lingkungan diluar zona nyaman
akan mempercepat kelelahan kerja seseorang (Santoso 2004 diacu dalam Susanto
2015).
Kondisi Responden
Pekerja PT Dasa Intiga sebagian besar berjenis kelamin laki-laki yaitu
sebanyak 43 responden dan 2 responden berjenis kelamin perempuan. Pekerja yang
berjenis kelamin perempuan kebanyakan bekerja pada bagian persemaian,
sedangkan bagian lainnya adalah laki-laki. Status pernikahan responden lebih dari
setengahnya sudah menikah, selain itu ada yang bercerai dan ada yang masih bujang.
Pendidikan terakhir responden terlihat sebanyak 57.78 % lulusan SMA atau lebih
tinggi, sebanyak 33.33 % lulusan SMP dan sisanya merupakan lulusan SD atau
dibawahnya.
Menurut Putra (2012), tenaga kerja dibedakan menjadi 2, yaitu tenaga kerja
dan bukan tenaga kerja. Pekerja yang tergolong sebagai tenaga kerja ialah
penduduk yang berumur didalam batas usia kerja. Batas usia kerja versi Bank Dunia
adalah antara 15 hingga 64 tahun (Dumairy 1996). Usia seluruh responden pekerja
PT Dasa Intiga lebih dari 15 tahun yang berarti sudah tergolong dalam tenaga kerja.
Lebih dari setengah responden di PT Dasa Intiga memiliki kontrak kerja musiman
dan yang lainnya tetap. Pekerja musiman rata-rata pada pekerja lapang seperti
operator chainsaw, asisten chainsaw, operator bulldozer dan asisten bulldozer, serta
8
Kecelakaan Kerja
Kecelakaan adalah kejadian tak terduga dan tidak diharapkan serta
mengakibatkan kerugian hilangnya hari kerja satu hari atau lebih (Suma’mur 1993).
Kecelakaan terjadi secara tidak terduga. Kecelakaan akibat kerja adalah kecelakaan
yang terkait dengan hubungan kerja perusahaan. Kecelakaan kerja di sektor
kehutanan sangat tinggi oleh karena itu perlu ditangani dengan serius, hal ini
dikarenakan kecelakaan kerja dapat menyebabkan banyak kerugian baik bagi
pekerja maupun bagi perusahaan. Selain kecelakaan kerja, dikenal juga kejadian
hampir celaka atau near-miss accidents, yaitu sebuah situasi yang hampir
menyebabkan kecelakaan. Yoshimura dan Acar (2004) menyatakan bahwa dalam
mengidentifikasi faktor risiko terhadap kecelakaan kerja membutuhkan informasi
mengenai kejadian hampir celaka. Kejadian hampir celaka dapat berpotensi
menjadi kecelakaan kerja yang sebenarnya sehingga hal ini penting untuk diketahui.
Menurut ILO (1998) pelaporan, pencatatan, pemberitahuan dan penyelidikan
tentang kecelakaan dan penyakit akibat kerja harus dikerjakan untuk:
9
Tabel 3 dibawah ini menunjukkan jenis kecelakaan kerja, near miss accident
yang terjadi pada periode tahun 2013−2015.
Tabel 3 Jenis kecelakaan kerja, near miss accident dan hari kerja hilang periode
tahun 2013−2015
Jumlah kejadian Hari kerja hilang
No Jenis kecelakaan
(kali) (hari)
1 Jatuh dari sepeda motor 7 60,0,0,0,0,0,0
2 Tersengat lebah 6 2,0,0,0,0,0
3 Kena parang 2 30, 30
Tabrakan antara mobil logging
4 2 150,0
dengan mobil lain
5 Hampir tertimpa pohon 2 0,0
6 Mobil logging menabrak orang 1 0
7 Chainsaw tertindih pohon 1 0
8 Kena seling 1 0
Jenis kecelakaan kerja yang umumnya terjadi adalah jatuh dari sepeda motor.
Kecelakaan yang tergolong besar ini terjadi karena lingkungan kerja PT Dasa Intiga
memiliki tekstur berpasir, hal ini menyebabkan ban mudah slip. Menurut
RKUPHHK PT Dasa Intiga, lingkungan kerja di PT Dasa Intiga yaitu memiliki
bentuk wilayah datar sampai landai dengan kelas kelerengan berkisar dari 0−15 %
dan ketinggian tempat berkisar antara 100−300 mdpl serta memiliki suhu rata-rata
yang diatas suhu nikmat kerja yang dianjurkan. Jenis tanahnya terdiri atas 2 jenis
ordo yaitu podsolik merah kuning dan podsol. Kejadian jatuh dari motor
menyebabkan 1 responden mengalami kerugian sebanyak 60 hari kerja hilang.
Responden menyebutkan kejadian tersebut sudah berlangsung lama, sekitar tahun
2013, dan luka yang diterimanya adalah bahu retak, sehingga membutuhkan waktu
60 hari untuk penyembuhan. Kecelakaan yang umumnya terjadi selanjutnya adalah
10
tersengat lebah, hal tersebut terjadi ketika musim berbunga yang menyebabkan 2
hari kerja hilang. Pekerja yang umumnya sering tersengat lebah adalah pekerja
pemanenan, karena pada saat itu penebang menebang pohon yang terdapat sarang
lebah diatasnya. Jenis kecelakaan ini tergolong kedalam jenis kecelakaan kecil,
namun seharusnya pekerja tidak menurunkan tingkat kewaspadaannya terhadap
lingkungan karena pekerjaan dibidang kehutanan merupakan jenis pekerjaan yang
berbahaya yang memiliki risiko kecelakaan yang tinggi (Yovi 2007).
Kecelakaan selanjutnya adalah terkena parang yang menyebabkan 2
responden harus libur selama 30 hari. Responden menyebutkan bahwa kejadian
tersebut terjadi karena dirinya kurang waspada, hal ini sejalan dengan pernyataan
Fadillah (2010) yang menyatakan bahwa kasus kecelakaan yang terjadi biasanya
karena pekerja yang kurang hati-hati. Kecelakaan yang berat lainnya adalah
tabrakan antara mobil logging dengan mobil lain yang menyebabkan patah kaki
sehingga sebanyak 150 hari kerja hilang. Kejadian tersebut terjadi pada tahun 2013
dan 2014 karena kondisi cuaca yang tidak menentu menyebabkan operator sulit
untuk memprediksinya. Kecelakaan lainnya yang menimpa mobil truk logging
adalah mobil logging menabrak orang, responden tidak mengalami luka sehingga
tidak mengurangi hari kerja namun orang yang ditabrak mengalami luka yang
cukup parah.
Kesehatan Kerja
Lalu (2005) menyatakan bahwa kesehatan kerja adalah bagian dari ilmu
kesehatan yang bertujuan agar tenaga kerja memperoleh keadaan kesehatan yang
sempurna baik fisik, mental maupun sosial. Menurut Kuswana (2016) kesehatan
kerja adalah suatu keadaan seorang pekerja yang terbebas dari gangguan fisik dan
mental sebagai akibat pengaruh interaksi pekerjaan dan lingkungannya. Kesehatan
merupakan unsur penting bagi manusia untuk dapat melakukan suatu pekerjaan.
Pekerjaan apapun yang dilakukan tidak akan maksimal jika kesehatan berkurang,
sehingga berakibat pada menurunnya produktivitas.
Jenis keluhan yang terdapat pada Tabel 4 merupakan jenis keluhan yang
umumnya dirasakan oleh pekerja kehutanan (Yovi dan Prajawati 2015).
Berdasarkan Tabel 4 jenis keluhan yang paling banyak dirasakan responden
terdapat dapat pada sakit pinggang yaitu sebesar 55.56 %, hal tersebut terjadi karena
posisi tubuh responden dalam melakukan pekerjaannya tetap atau tidak banyak
bergerak sehingga meyebabkan sakit ketika berubah posisi. Kebanyakan resonden
melakukan pekerjaannya dengan posisi duduk, membungkuk, dan jongkok.
Keluhan kedua yang banyak dirasakan oleh responden adalah kaku pada leher atau
pundak yaitu sebesar 51.11 %. Keluhan selanjutnya yang juga banyak dirasakan
oleh responden adalah nyeri punggung bawah yaitu sebesar 46.67 %. Menurut Yovi
dan Prajawati (2015) pekerja bagian penebangan, pembagian batang, dan
penyaradan manual memiliki risiko tinggi terkena Musculosceletal Disorders
(MSDs). Hal tersebut terjadi karena pekerja melakukan dengan posisi tubuh yang
tidak nyaman dan dilakukan secara berulang ditambah dengan beban kerja yang
tinggi. Hal ini sesuai dengan pernyataan Colantony et al. (2012) bahwa MSDs
disebabkan oleh mengangkat beban berat, posisi tubuh yang salah dan gerakan yang
berulang.
Kondisi pendengaran responden hampir semua normal. Meskipun tidak
semua responden bekerja dibagian yang menyebabkan kebisingan seperti bagian
11
Kepuasan Kerja
sikap positif pekerja terhadap pekerjaan dan segala sesuatu yang dihadapi di
lingkungan kerjanya. Pekerja akan merasa puas dalam bekerja apabila aspek-aspek
pekerjaan seperti upah atau gaji yang diterima, periode kerja, hubungan dengan
pegawai lainnya, suasana dan lingkungan pekerjaan, penempatan kerja, dan jenis
kerja dan aspek-aspek dirinya seperti umur, kondisi kesehatan, kemampuan, dan
pendidikan menyokong dan sebaliknya jika aspek-aspek tidak menyokong, maka
pekerja akan merasa tidak puas.
Ada banyak faktor yang dapat memengaruhi kepuasan kerja, untuk melihat
faktor mana saja yang memengaruhi kepuasan kerja dilakukan analisis regresi
logistik biner. Hasil analisis dengan menggunakan 7 peubah penjelas menghasilkan
nilai-p pada Uji G sebesar 0.001, yang berarti tolak H0, hal tersebut menunjukkan
bahwa setidaknya ada satu peubah penjelas yang berpengaruh signifikan terhadap
kepuasan kerja pada taraf nyata 0.05. Keragaman dari model kepuasan kerja dapat
terlihat dari nilai Nagelkerke R Square yaitu sebesar 0.608, artinya keragaman
kepuasan kerja seorang pekerja dapat dijelaskan oleh model sebesar 60.8 % dan
sisanya sebesar 39.2 % dijelaskan oleh variabel lain diluar model.
Hasil pengujian Hosmer dan Lemeshow menghasilkan nilai signifikansi
sebesar 0.606 yang berarti terima H0, hal tersebut menunjukkan bahwa model
kepuasan kerja layak untuk dipakai. Tabel 6 menunjukkan seberapa besar model
mampu memprediksikan kepuasan kerja secara tepat.
seorang pekerja akan meningkat apabila memakai alat yang telah disediakan oleh
perusahaan.
Selain kepuasan kerja, ada juga ketidakpuasan kerja. Ketidakpuasan pekerja
yang paling tinggi ada diaksesibilitas, yaitu sebanyak 13 responden atau 28.89 %.
Banyak dari responden mengeluhkan aksesibilitas karena lokasi tempat kerja yang
jauh dari rumah, jauh dari pedesaan, perkotaan, pasar dan minimnya angkutan
transportasi. Ketidakpuasan selanjutnya adalah gaji dan fasilitas kerja yang
mempunyai nilai sama yaitu 11 responden atau 24.44 %.
(%)NF3 Keterangan:
50
- NF2-1, NF6 dan NF2-2
NF5-2 40 NF2-1 merupakan kelelahan aspek
30
20
fisik
10 - NF1, NF2-1 dan NF5-2
NF5-1 0 NF6 merupakan kelelahan aspek
mental
- NF3 dan NF4 merupakan
kelelahan aspek sosial
NF1 NF2-2 Gejala kelelahan
seluruh responden
NF4
Gejala kelelahan yang paling dominan adalah aspek fisik, terlihat pada
Gambar 1 bahwa NF2-1, NF6 dan NF2-2, memiliki nilai lebih dari 30 %. NF2-1
yaitu kelelahan umum yang paling menonjol dari aspek fisik. Kemudian diikuti oleh
aspek mental dan yang paling rendah adalah aspek sosial. Aspek mental yang paling
dominan adalah NF5-1 yaitu perasaan cemas, karena sebagian besar responden
merupakan pendatang.
16
(%) NF3
50 Keterangan:
40 - NF2-1, NF6 dan NF2-2
NF5-2 NF2-1 merupakan kelelahan
30
20
aspek fisik
- NF1, NF2-1 dan NF5-2
10
merupakan kelelahan
NF5-1 0 NF6
aspek mental
- NF3 dan NF4 merupakan
kelelahan aspek sosial
NF1 NF2-2 <10 tahun
≥10 tahun
NF4
30 Perencanaan
Regu penebang
20
Pengangkutan
10
Penyaradan
Administrasi dan
TUK
0 HRD/SDM
Supervisor
Menurut Yoshimura dan Acar (2004) kepuasan kerja merupakan faktor penting
dalam kelelahan kumulatif pekerja kehutanan dan dengan meningkatkan kepuasan
kerja akan mengurangi kelelahan kumulatif.
keempat base camp tersebut yang menjadi pembeda adalah fasilitasnya. Fasilitas
pada base camp induk, cabang dan pembinaan hutan lebih lengkap dibandingkan
dengan base camp tarik. Fasilitas yang disediakan pada base camp induk, cabang
dan pembinaan hutan diantaranya adalah air, listrik meskipun hanya malam hari,
kantin, sarana olah raga, hiburan seperti TV bersama dan fasilitas lainnya. Berbeda
dengan fasilitas yang ada pada base camp tarik, pada base camp tarik air tersedia
pada sungai terdekat, tidak semua camp tarik terdapat listrik. Pekerja yang
menempati base camp tarik adalah pekerja bidang pemanenan, penyaradan, dan
kupas kulit. Fasilitas pada base camp patut untuk diperhatikan oleh perusahaan
karena kenyamanan dan ketersediaan fasilitas dasar untuk hidup pada tempat
tinggal turut memengaruhi kepuasan kerja (Ngadiputra 2015).
Base camp di tempatkan didekat lokasi kerja, sehingga pekerja tidak perlu
berjalan jauh untuk menuju ke tempat kerja. Sebagian besar pekerja menuju ke
tempat kerjanya masing-masing membutuhkan waktu 5−10 menit dengan berjalan
kaki. Berbeda dengan pekerja pada bagian penebang dan bagian penyarad, mereka
membutuhan waktu 30−60 menit dengan menaiki bulldozer untuk sampai ke petak
tebang, semakin jauh petak tebangnya maka akan semakin lama juga waktu yang
ditempuhnya. Selanjutnya pada pekerja pengangkutan membutuhkan waktu 30−60
menit dengan menggunakan logging truk, tergantung dari jauhnya TPn dan TPK.
Sebagian besar pekerja tidak mengeluhkan mengenai kondisi tersebut, sebaliknya
pekerja senang karena mereka tidak perlu berjalan jauh untuk menuju tempat kerja
sehingga ketika sampai ditempat kerja kondisi fisik tetap segar.
Selain melakukan penelitian, peneliti juga menanyakan saran perbaikan yang
perlu dilakukan oleh perusahaan pada responden yang diharapkan dapat
meningkatkan kesejahteraan pekerja sehingga produktivitas perusahaan meningkat,
seperti terlihat pada Tabel 9.
Tabel 9 Saran perbaikan responden kepada perusahaan
Saran Perbaikan Jumlah (orang) Persentase (%)
Fasilitas lainnya diperbaiki dan dilengkapi 12 26.67
Gaji/upah 6 13.33
Fasilitas komunikasi, seperti tower sinyal 5 11.11
Fasilitas transportasi 2 4.44
Adakan pelatihan 1 2.22
Penerangan jalan 1 2.22
seperti asisten chainsaw dan asisten bulldozer. Saran perbaikan selanjutnya adalah
fasilitas komunikasi 11.11 %. Lokasi perusahaan yang jauh dari desa dan perkotaan
menyebabkan sinyal komunikasi minim. Komunikasi hanya dilakukan dengan
menggunakan HT (Handy Talky) atau alat komunikasi radio untuk
mengkoordinasikan pekerjaan pada setiap bagian. Pekerja yang umumnya
merupakan pendatang mengeluhkan kondisi tersebut, karena tidak dapat
menghubungi keluarganya karena tidak terdapat sinyal ponsel. Saran lainnya yang
diajukan responden adalah fasilitas transportasi, adakan pelatihan dan penerangan
jalan, persentase masing-masing berurutan adalah 4.44 %, 2.22 % dan 2.22 %.
Transportasi menjadi salah satu sarana penting untuk mobilisasi jarak jauh.
Terbatasnya sarana transportasi menyebabkan beberapa bagian pekerjaan menunda
untuk menyelesaikan pekerjaannya. Saran peneliti adalah perusahaan menambah
sarana transportasinya agar produktivitas perusahaan meningkat. Salah seorang
responden menyarankan adakan pelatihan, hal tersebut dirasa penting agar pekerja
mempunyai ilmu tambahan yang sesuai dengan jenis pekerjaannya sehingga risiko
kecelakaan menjadi minim dan produtivitas menigkat. ILO (1998) menyatakan
bahwa sebelum penugasan awal suatu tugas spesifik semua pekerja harus menjalani
pelatihan yang sesuai. Pelatihan yang efektif menjadi bagian dari kebijakan
keselamatan kerja.
Asupan Gizi
Tabel 10 Sebaran asupan energi dan tingkat kecukupan energi berdasarkan jenis
pekerjaan
Jenis Pekerjaan
Asupan Energi Operator Asisten Asisten
Chainsaw Chainsaw Bulldozer
Min (kkal) 2117 1939 1969
Max (kkal) 3501 2652 3230
Mean (kkal) 2669 2245 2311
Kebutuhan Energi (kkal) 2583 2329 2293
Tingkat Kecukupan Energi (%) 103 96 101
IMT merupakan alat yang sederhana untuk memantau status gizi orang
dewasa (Anggraeni 2012). Berdasarkan Tabel 11, IMT operator chainsaw, asisten
chainsaw dan asisten bulldozer berurutan adalah 20.38, 20.96 dan 18.75. Status gizi
dari ketiga responden adalah normal, dilihat dari IMT yang berada pada ≥
18.5−24.9. Batasan IMT yang digunakan untuk menilai status gizi menurut Depkes
(2013) adalah kurus (< 18.5), normal (≥ 18.5−24.9), berat badan lebih (≥ 25−27)
dan obesitas (≥ 27). Hasil penelitian yang dilakukan oleh Yovi (2007) menunjukkan
bahwa beban kerja yang diterima oleh pekerja kehutanan mencapai 71 % dari
kapasitas kerja seseorang. Semakin tinggi VdotO2 semakin tinggi pula energi yang
dibutuhkan untuk melakukan pekerjaan. Ketiga jenis pekerjaan yang menjadi
23
responden bekerja tidak hanya mengangkat beban yang berat, lingkungan kerja
yang tidak nyaman juga diduga dapat memengaruhi berkurangnya energi.
Berdasarkan hasil diatas didapatkan bahwa tingkat kecukupan energinya
dikategorikan normal. Hal tersebut menunjukkan bahwa asupan gizi sehari-harinya
sudah mampu untuk memenuhi kebutuhan energi yang dia pakai untuk bekerja. Zat
gizi berperan dalam penyediaan energi, proses pertumbuhan, perbaikan jaringan,
pengaturan serta pemeliharaan proses fisiologis dan biokimia di dalam tubuh
(Tejasari 2003).
Simpulan
Saran
1. Saran kepada pengelola untuk lebih giat lagi membudayakan pemakaian APD
secara menyeluruh sebagai salah satu upaya perlindungan K3 pekerja.
2. Saran kepada pengelola untuk meninjau dan merealisasikan perbaikan yang
disampaikan oleh pekerja.
3. Penelitian selanjunya dengan topik serupa diharapkan dilakukan pada semua
jenis pengelolaan hutan dan tersebar diseluruh Indonesia agar terlihat kondisi K3
nasional dibidang kehutanan.
24
DAFTAR PUSTAKA
Republik Indonesia. 2012. Peraturan Pemerintah No.50 Tahun 2012 tentang Sistem
Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja. Jakarta (ID): Sekretariat
Kabinet RI.
Rivai V. 2006. Manajemen Sumber Daya Manusia untuk Perusahaan. Jakarta (ID):
PT. Raja Grafindo Persada.
Saputra D. 2012. Analisis hubungan keselamatan dan kesehatan kerja (k3) terhadap
kepuasan kerja karyawan Di PT Dystar Colours Indonesia [skripsi]. Bogor
(ID): Fakultas Ekonomi dan Manajemen. Institut Pertanian Bogor.
Sari I P. 2013. Analisis minat siswa sma ibrahimy sukorejo melanjutkan ke IAII
Sukorejo menggunakan regresi logistik biner dan multi korespondensi
[skripsi]. Bogor (ID): Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam.
Institut Pertanian Bogor.
Setiawan S. 2010. Analisis kompetensi pekerja dan pengusaha terhadap
keselamatan dan kesehatan kerja bidang pemanenan kayu di KPH Cianjur
Perum Perhutani Unit III Jawa Barat dan Banten [skripsi]. Bogor (ID):
Fakultas Kehutanan. Institut Pertanian Bogor.
Siswantiningsih K A. 2010. Perbedaan denyut nadi sebelum dan sesudah bekerja
pada iklim kerja panas di Unit Workshop PT. Indo Acidatama Tbk Kemiri,
Kebakkramat, Karanganyar [laporan khusus]. Surakarta (ID): Fakultas
Kedokteran. Universitas Sebelas Maret.
Subarna A. 2012. Analisis pengeluaran dan pola konsumsi pangan serta
hubungannya dengan status gizi mahasiswa penerima Beasiswa Etos Jawa
Barat [skripsi]. Bogor (ID): Fakultas Ekologi Manusia. Institut Pertanian
Bogor.
Sulistyadi K dan Lisa S S. 2003. Perancangan Sistem Kerja dan Ergonomi. Jakarta
(ID): Jurusan Teknik Industri, Fakultas Teknik, Universitas Sahid.
Suma’mur P K. 1988. Higene Perusahaan dan Kesehatan Kerja. Jakarta (ID): PT.
Saksama.
Suma’mur P K. 1989. Ergonomi untuk Produktivitas Kerja. Jakarta (ID): CV. Hji
Masagung.
Suma’mur P K. 1993. Keselamatan Kerja dan Pencegahan Kecelakaan. Jakarta
(ID): CV. Haji Masagung.
Supariasa I D N, Bakri B dan Fajar I. 2001. Penilaian Status Gizi. Jakarta (ID):
Penerbit buku kedokteran EGC.
Supriatna. 2015. Kondisi keselamatan dan kesehatan kerja pekerja kehutanan di
IUPHHK-HT PT. Wirakarya Sakti, Jambi [skripsi]. Bogor (ID): Fakultas
Kehutanan. Institut Pertanian Bogor.
Susanto. 2015. Pengaruh iklim kerja panas terhadap kelelahan pada pekerja bagian
sizing PT. Iskandar Indah Printing Textile Surakarta [Skripsi]. Surakarta (ID):
Fakultas Ilmu Kesehatan. Universitas Muhammadiyah Surakarta.
Tejasari. 2003. Nilai Gizi Pangan. Yogyakarta (ID): Graha ilmu.
Widiastuti T. 2014. Identifikasi kondisi lingkungan kerja dan persepsi pekerja
industri mebel kayu jati terhadap perlindungan k3 di Kabupaten Jepara
[skripsi]. Bogor (ID): Fakultas Kehutanan. Institut Pertanian Bogor.
Wignjosoebroto S. 2003. Ergonomi Studi Gerak dan Waktu. Surabaya (ID): Guna
Widya.
26
RIWAYAT HIDUP