Anda di halaman 1dari 43

LAPORAN AKHIR

KEPERAWATAN KESEHATAN KERJA


PADA INDUSTRI RUMAH TANGGA “ANYAMAN IBU DEDE”
WILAYAH RW 11 DESA JAYARAGA
KECAMATAN TAROGONG KIDUL KOTA GARUT

Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas pada Stase Keperawatan Komunitas
Program Profesi Ners Angkatan XXXV

Disusun Oleh :
Kelompok RW 11

Yayat Fajar Hidayat 220112170539


Cecilia Eldina Putri 220112170541
Gadis Pratiwi Priyono 220112170546
Latifa Adlu 220112170526
Siti Sarah Fadhilah 220112170517
Dewi Sartika 220112170564
Nur Alfiyah 220112170560

PROGRAM PROFESI NERS ANGKATAN XXXIV


FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS PADJADJARAN
BANDUNG
2018
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas berkat
rahmat-Nya lah penulis dapat menyelesaikan penyusunan Laporan Akhir Keperawatan
Kesehatan Kerja pada Industri Rumah Tangga “Anyaman Ibu Dede” Wilayah RW.11
Desa Jayaraga Kecamatan Tarogong Kidul Kabupaten Garut.
Penyusunan laporan akhir ini dibuat sebagai salah satu tugas dan syarat untuk
menyelesaikan tugas pada Stase Keperawatan Komunitas Program Profesi Ners
Angkatan XXXV Fakultas Keperawatan Universitas Padjadjaran.
Dalam penyusunan laporan akhir ini penulis ucapkan terima kasih yang sebesar-
besarnya kepada pihak-pihak yang telah membantu dalam penyelesaian laporan akhir
ini, terkhusus kepada:
1. Bapak Ahmad Yamin selaku dosen pembimbing mata kuliah pada Stase
Keperawatan Komunitas yang telah meluangkan waktu, tenaga, dan pikiran
untuk dapat menyelesaikan tugas ini.
2. Ketua RW dan RT serta para ibu-ibu kader yang telah membantu kami dalam
proses pengumpulan data.
3. Teman-teman satu kelompok RW.11 Desa Jayaraga serta teman-teman Program
Profesi Ners Angkatan XXXV Fakultas Keperawatan Universitas Padjadjaran.
4. Masyarakat RW.11 Desa Jayaraga yang telah menyisihkan waktunya dan
memberikan informasi yang dibutuhkan.
5. Semua pihak yang terkait dalam proses penyelesaian tugas ini yang tidak dapat
disebutkan satu per satu.
Dalam penyelesaian laporan akhir ini, penulis menyadari masih banyak
kekurangan sehingga penulis menerima saran dan kritik yang membangun untuk
perbaikan kedepannya. Semoga laporan akhir ini dapat memberikan manfaat bagi
penulis khususnya dan para pembaca.

Garut, September 2018

Kelompok RW. 11

1
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Permasalahan


Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi akibat kemajuan dunia
modern era globalisasi yang tengah berlangsung pesat, dengan signifikan membawa
perubahan besar sehingga membawa sektor industri untuk terus berkembang dalam
peningkatan produksi dan menjadikan peranserta aspek kesehatan dan keselamatan
kerja menjadi penilaian prioritas utama dalam upaya peningkatan produktivitas
kerja (Moeadi, 2006). Produktivitas yang baik akan memberikan dampak terhadap
kemajuan manusia guna diandalkan untuk memenuhi tuntuta perusahaan. Di
Indonesia sepanjang 2017, menurut statistik terjadi peningkatan kecelakaan kerja
sekira 20 persen dibandingkan 2016 secara nasional. (Direktur Pelayanan BPJS
Ketenagakerjaan Krishna Syarif, 2018). Para pekerja di Indonesia dilaporkan
menderita penyakit-penyakit seperti : asma, alergi kulit, kanker, keracunan bahan
kimia, keracunan makanan, gangguan otot dan tulang dan penyakit lainnya.
Upaya promotif berupa penyuluhan, pelatihan dan peningkatan pengetahuan
tentang upaya hidup sehat dalam bekerja. Upaya preventif yakni kegiatan
pencegahan terhadap resiko kesehatan. Upaya kuratif lebih menekankan pada angka
absensi karena sakit dan angka kesakitan. Upaya rehabilitatif lebih menekankan
upaya penyembuhan dan pemeliharaan kesehatan setelah sakit. Dalam disiplin
kesehatan kerja upaya promotif dan preventif lebih mengemuka dengan tidak
mengabaikan aspek kuratif dan rehabilitatif. Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3)
menjadi salah satu upaya untuk mengurangi risiko terjadinya kesakitan, kecelakaan
dan kematian akibat kerja. Perawat okupasional merupakan salah satu anggota dari
disiplin ilmu kesehatan yang memiliki spesifikasi untuk melakukan praktek K3
dalam lingkungan kerja. Bentuk pelayanan K3 meliputi upaya preventif, promotif,
kuratif dan rehabilitatif yang secara holistik dilakukan untuk menciptakan
lingkungan kerja yang produktif (Efendi, F & Makhfudli., 2009).
Peningkatan angka kecelakaan kerja membuktikan belum optimalnya
penerapan K3 dalam lingkungan kerja. Sejauh ini, penerapan K3 hanya dilakukan
pada perusahaan besar dengan jumlah karyawan banyak. Namun, untuk jenis usaha

2
3

seperti industri rumah tangga pun harus tetap menerapkan kesehatan dan
keselamatan kerja. Industri rumah tangga yaitu perusahaan prosuksi kecil yang
dilakukan di lingkungan perumahan. Dikatakan sebagai perusahaan kecil karena
jenis kegiatan ekonomi ini dipusatkan di rumah (Efendi, F & Makhfudli., 2009).
Pelaksanaan program kesehatan kerja di industri rumah tangga saat ini masih sangat
kurang dengan ditandai oleh kurangnya pengetahuan para pemilik atau pekerja
industri rumah tangga mengenai kesehatan dan keselamatan kerja. Belum ada
program pemantauan, atau pendidikan kesehatan dari Puskesmas sebagai unit
layanan kesehatan terdekat mengenai K3 pada pekerja maupun pemilik industri
rumah tangga.
Industri rumah tangga “ANYAMAN IBU DEDE” merupakan salah satu
industri rumah tangga yang terdapat di wilayah RW 11 Desa Jayaraga. Industri ini
bergerak di bidang kerajinan tangan yang berdiri sejak tahun 1988. Pada studi
pendahuluan, kami menemukan bahwa tidak pernah ada pemantauan maupun
penyuluhan mengenai kesehatan kerja dari Puskesmas setempat. Pemilik home
industry juga mengatakan bawa industri rumah tangga ini harus mendapatkan
perbaikan yang mendukung kesejahteraan para pekerja. Oleh karena itu, kami
tertarik untuk melakukan asuhan keperawatan kepada para pekerja dan pemilik
usaha mengenai kesehatan kerja di industri rumah tangga “ANYAMAN IBU
DEDE” di RW 11 Desa Jayaraga.

1.2 Tujuan Penulisan


1.2.1 Tujuan Umum
Memperoleh pengalaman secara nyata dalam memberikan asuhan
keperawatan dalam upaya peningkatan kesehatan kerja karyawan industri
rumah tangga “ANYAMAN IBU DEDE”.
1.3.1 Tujuan Khusus
1. Mampu mengidentifikasi masalah kesehatan pada para karyawan
industri rumah tangga “ANYAMAN IBU DEDE”.
2. Mampu mengidentifikasi perencanaan keperawatan yang dapat
diterapkan pada para pekerja industri rumah tangga “ANYAMAN IBU
DEDE”.
4

3. Mampu mengimplementasikan perencanaan yang telah dibuat dalam


mengatasi masalah kesehatan pada pekerja industri rumah tangga
“ANYAMAN IBU DEDE”.
4. Mampu mengevaluasi hasil implementasi terhadap pekerja industri
rumah tangga “ANYAMAN IBU DEDE”.

1.3 Metode Penulisan


Dalam pembuatan laporan ini penulis menggunakan studi lapangan dan studi
kepustakaan.

1.4 Sistematika Penulisan


Penulisan laporan ini menggunakan sistematika penulisan sebagai berikut:
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
1.2 Tujuan Penulisan
1.3 Metode Penulisan
1.4 Sistematika Penulisan
BAB II TINJAUAN TEORITIS
BAB III LAPORAN PELAKSANAAN ASUHAN KEPERAWATAN
3.1 Pengkajian
3.2 Analisa Data
3.3 Perencanaan
3.4 Implementasi dan Evaluasi
BAB IV PEMBAHASAN
BAB V SIMPULAN DAN SARAN
5.1 Simpulan
5.2 Saran
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
BAB II
TINJAUAN TEORITIS

2.1 Landasan Teori


1. Pengertian
Keselamatan kerja adalah proses merencanakan dan mengendalikan
situasi yang berpotensi menimbulkan kecelakaan kerja melalui persiapan
prosedur operasi standar yang menjadi acuan dalam bekerja (Rika Ampuh
Hadiguna, 2009). Prabu Mangkunegara (2001) mendefinisikan kesehatan kerja
adalah kondisi bebas dari gangguan fisik, mental, emosi atau rasa sakit yang
disebabkan lingkungan kerja.
Kesehatan kerja adalah semua upaya untuk menyerasikan kapasitas kerja,
beban kerja agar setiap pekerja dapat bekerja secara sehat tanpa membahayakan
dirinya sendiri maupun masyarakat yang ada di sekelilingnya (Depkes, 2008).
Program Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) adalah suatu sistem yang
dirancang untuk menjamin keselamatan yang baik pada semua personel di
tempat kerja agar tidak menderita luka maupun menyebabkan penyakit di tempat
kerja dengan mematuhi/ taat pada hukum dan aturan keselamatan dan kesehatan
kerja, yang tercermin pada perubahan sikap menuju keselamatan di tempat kerja
(Rijuna Dewi, 2006). Menurut Rizky Argama (2006), program Keselamatan dan
Kesehatan Kerja (K3) adalah suatu sistem program yang dibuat bagi pekerja
maupun pengusaha sebagai upaya pencegahan (preventif) timbulnya kecelakaan
dan penyakit kerja akibat hubungan kerja dalam lingkungan kerja dengan cara
mengenali hal-hal yang berpotensi menimbulkan kecelakaan dan penyakit kerja
akibat hubungan kerja, dan tindakan antisipatif bila terjadi hal demikian.
2. Langkah-langkah Manajerial Keperawatan Kerja
Dalam pelaksanaan kesehatan kerja memerlukan langkah-langkah
manajerial untuk menjamin kesehatan dan keselamatan pekerja. Langkah-
langkah Usaha Kesehatan Kerja (UKK) merupakan langkah utama dalam
manajemen keperawatan okupasi. UKK yang dapat dilakukan di perusahaan
adalah (Efendi, F & Makhfudli., 2009):

5
6

a. Pencegahan dan pemberantasan penyakit-penyakit dan kecelakaan-


kecelakaan akibat kerja.
b. Pemeliharaan dan peningkatan kesehatan tenaga kerja.
c. Perawatan dan mempertinggi efisiensi dan daya produktivitas tenaga kerja.
d. Pemberantasan kelelahan tenaga kerja.
e. Meningkatkan kegairahan serta kenikmatan kerja.
f. Perlindungan masyarakat sekitar perusahaan dari bahaya-bahaya
pencemaran yang berasal dari perusahaan.
g. Perlindungan masyarakat luas dari bahaya-bahaya yang mungkin
ditimbulkan oleh produk-produk industri.
h. Pemeliharaan dan peningkatan higiene dan sanitasi perusahaan seperti
kebersihan, pembuangan limbah, sumber air bersih dan sebagainya.
3. Tujuan
a. Tujuan Umum
Meningkatkan derajat kesehatan pekerja agar diperoleh tenaga kerja yang
sehat dan produktif.
b. Tujuan Khusus
1) Agar masyarakat pekerja dapat mencapai keadaan kesehatan yang
sebaik-baiknya baik fisik, mental maupun sosial.
2) Agar masyarakat sekitar perusahaan terlindung dari bahaya pencemaran
perusahaan.
3) Agar hasil produksi perusahaan tidak membahayakan masyarakat
konsumen.
4) Meningkatkan efisiensi dan produktifitas pekerja sehingga
meningkatkan produksi perusahaan (Rachman, 1990).
4. Sasaran
Dengan memperhatikan berapa luasnya masyarakat pekerja yang harus
dilayani, maka upaya kesehatan diarahkan kepada tenaga kerja dan lingkungan
kerja yang bersifat teknis dalam menunjang pertumbuhan ekonomi, tetapi
kurang memperoleh pelayanan kesehatan yang memadai (Efendi, F &
Makhfudli, 2009).
7

5. Tipe Gangguan Pekerjaan dan Kecelakaan Akibat Kerja


Dalam Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Nomor: PER-
01/MEN/1981 dicantumkan 30 jenis penyakit, sedangkan pada Keputusan
Presiden RI Nomor 22/1993 tentang Penyakit yang Timbul Karena Hubungan
Kerja memuat jenis penyakit yang sama dengan tambahan penyakit yang
disebabkan bahan kimia lainnya termasuk bahan obat (Efendi, F & Makhfudli.,
2009). Dari 31 jenis penyakit yang timbul akibat kerja ada beberapa jenis
penyakit yang berpotensi terjadi pada home industry Anyaman Ibu Dede, yaitu:
a. Penyakit paru dan saluran pernapasan (bronkopulmoner) atau byssinosis
yang disebabkan oleh debu dan serbuk bambu sisa pemotongan.
b. Penyakit yang disebabkan oleh gerakan mekanik (kelainan-kelainan otot,
urat, tulang, persendian, dan pembuluh darah tepi atau saraf tepi).
Tipe gangguan kecelakaan pada pekerja menurut Kusuma, I. J., &
Darmastuti, I. (2010), adalah bisa kelelahan dan posisi duduk.
a. Kelelahan
Beberapa penyebab kelelahan pada industri adalah intensitas dan lamanya
kerja fisik atau mental, lingkungan (iklim, pencahayaan, dan kebisingan),
irama circardian, masalah psikis (seperti tanggung jawab, pikiran dan
konflik), penyakit yang dialami dan nutrisi. Gejala kelelahan yang penting
perasaan letih, mengantuk, pusing, dan tidak enak dalam bekerja. Gejala
kelelahan lainnya adalah semakin lamban dalam berpikir, menurunnya
kewaspadaan, persepsi yang lemah dan lambat, tidak semangat bekerja,
penurunan kinerja tubuh dan mental. Apabila kelelahan tidak disembuhkan,
suatu saat akan menjadi kelelahan kronis yang menyebabkan meningkatnya
ketidakstabilan psikis, depresi, tidak semangat dalam bekerja, dan
meningkatnya kecenderungan sakit.
b. Sikap tubuh
Sikap tubuh dalam pekerjaan sangat dipengaruhi oleh bentuk, susunan,
ukuran, dan tata letak peralatan, penempatan alat petunjuk, cara
memperlakukan peralatan seperti macam gerak, arah, dan kekuatan. Ada
beberapa hal yang harus diperhatikan berkaitan dengan sikap tubuh dalam
melakukan pekerjaan, yaitu semua pekerjaan hendaknya dilakukan dalam
8

sikap duduk atau berdiri secara bergantian. Lalu semua sikap tubuh yang
tidak alami harus dihindarkan. Seandainya hal ini tidak memungkinkan,
hendaknya diusahakan agar beban statis diperkecil. Tempat duduk harus
dibuat sedemikian rupa sehingga tidak membebani melainkan dapat
memberikan relaksasi pada otot yang sedang tidak dipakai untuk bekerja
dan tidak menimbulkan penekanan pada bagian tubuh (paha). Hal ini
dimaksudkan untuk mencegah terjadinya gangguan sirkulasi darah dan
sensibilitas pada paha, mencegah keluhan kesemutan yang dapat
mengganggu aktivitas. Pada posisi duduk, berat badan seseorang secara
parsial ditopang oleh tempat duduk tetapi konsumsi energi dan ketegangan
saat posisi duduk lebih tinggi bila dibandingkan dengan posisi berbaring
karena tangan bisa bergerak bebas tapi ruang gerak sangat terbatas oleh luas
tempat duduk.
6. Tingkat Pencegahan Gangguan Kesehatan dan Kecelakaan Akibat Kerja
Berikut ini adalah penerapan konsep lima tingkatan pencegahan penyakit
(five level of prevention diseases) pada penyakit akibat kerja (Efendi, F &
Makhfudli., 2009).
a. Peningkatan Kesehatan (Health Promotion)
Kegiatan yang dapat dilakukan adalah pendidikan kesehatan kepada pekerja,
peningkatan dan perbaikan gizi pekerja, perkembangan kejiwaan pekerja
yang sehat, penyediaan perumahan pekerja yang sehat, rekreasi bagi pekerja,
penyediaan tempat dan lingkungan kerja yang sehat, pemeriksaan sebelum
bekerja, perhatian terhadap faktor-faktor keturunan.
b. Perlindungan Khusus (Spesifik Protection)
Kegiatan yang dapat dilakukan adalah pemberian imunisasi, higiene kerja
yang baik, sanitasi lingkungan kerja yang sehat, perlindungan diri terhadap
bahaya-bahaya pekerjaan, pengendalian bahaya akibat kerja agar dalam
keadaan aman, perlindungan terhadap faktor karsinogen, menghindari sebab-
sebab alergi, perserasian manusia (pekerja) dengan limbah sisa produksi
9

c. Diagnosa Dini dan Pengobatan yang Tetap (Early Diagnosis and


promptreatment)
1) Mencari tenaga kerja baik perorangan atau kelompok terhadap gangguan-
gangguan penyakit tertentu.
2) General check up secara teratur terhadap pekerja dengan tujuan:
- Mengobati dan mencegah proses penyakit
- Mencegah penularan penyakit
- Mencegah komplikasi
3) Penyaringan
d. Pencegahan Kecacatan (Disability Limitation)
Kegiatan yang dilakukan berupa pengobatan yang adekuat untuk mencegah
dan menghentikan proses penyakit, perawatan yang baik, penyediaan
fasilitas untuk membatasi kecacatan dan mencegah kematian.
e. Pemulihan (Rehabilitation)
Kegiatan yang dilakukan adalah latihan dan pendidikan untuk melatih
kemampuan yang ada, pendidikan masyarakat untuk menggunakan tenaga
cacat, penempatan tenaga cacat secara selektif, terapi kerja di rumah sakit,
menyediakan tempat kerja yang dilindungi.
7. Upaya-upaya Pencegahan Penyakit Akibat kerja
Berikut adalah upaya pencegahan penyakit akibat kerja menurut Effendy
(1998):
a. Substitusi
Substitusi yaitu mengganti bahan-bahan yang berbahaya dengan bahan-
bahan yang kurang berbahaya atau tidak berbahaya sama sekali, misalnya
karbon tetraklorida diganti triklor-etilen.
b. Ventilasi Umum
Yaitu mengalirkan udara sebanyak-banyaknya menurut perhitungan ke
dalam ruang kerja, agar bahan-bahan berbahaya ini lebih rendah dari kadar
yang membahayakan, yaitu kadar pada nilai ambang batas.
c. Ventilasi Keluar Setempat
Adalah alat yang dapat mengisap udara dari suatu tempat kerja tertentu, agar
bahan-bahan yang berbahaya dari tempat tersebut dapat dialirkan keluar.
10

d. Isolasi
Adalah dengan cara mengisolasi proses perusahaan yang membahayakan,
misalnya isolasi tempat membuat anyaman sehingga kecelakaan yang
disebabkannya menurun dan tidak menjadi gangguan pada pekerja.
e. Pakaian/Alat Pelindung
Alat pelindung dalam pekerjaan dapat berupa, kacamata, masker, helm,
sarung tangan, sepatu atau pakaian khusus yang didesain untuk pekerjaan
tertentu.
f. Pemeriksaan Sebelum Bekerja
Yaitu pemeriksaan kesehatan pada calon pekerja untuk mengetahui apakah
calon pekerja tersebut sesuai dengan pekerjaan yang akan diberikan baik
fisik maupun, mentalnya.
g. Pemeriksaan Kesehatan Secara Berkala
Adalah pemeriksaan kesehatan yang dilakukan secara berkala terhadap
pekerja, apakah ada gangguan kesehatan yang timbul akibat pekerjaan yang
dilakukan. Dapat dilakukan setiap 6 bulan sekali atau 1 tahun sekali, atau
disesuaikan dengan kebutuhan.
8. Peran Perawat pada Program Kesehatan Kerja
Dalam melaksanakan peran, fungsi dan tugasnya perawat kesehatan yang
bekerja di sektor kerja tetap menggunakan pendekatan proses keperawatan
sebagai suatu pendekatan ilmiah, disamping melaksanakan tugas-tugas lain
yang berkaitan dengan pemeliharaan kesehatan pekerja. Peran perawat dalam
kesehatan kerja adalah :
a. Mengkaji Masalah Kesehatan Pekerja
- Mengumpulkan data para pekerja yang mencakup biodata, riwayat
penyakit yang lalu, masalah-masalah kesehatan dan perawatan pekerja
saat ini
- Menganalisa masalah kesehatan dan keperawatan pekerja
- Menentukan masalah kesehatan pekerja
- Menyusun prioritas masalah
b. Menyusun Rencana Asuhan Keperawatan Pekerja
- Merumuskan tujuan
11

- Menyusun rencana tindakan


- Menyusun kriteria keberhasilan
c. Melaksanakan Pelayanan Kesehatan dan Keperawatan Terhadap Pekerja
- Penyuluhan kesehatan pada pekerja
- Memberikan asuhan keperawatan di klinik sesuai dengan perencanaan
dan masalah yang dihadapi pekerja
- Kolaborasi dengan dokter dalam melakukan tindakan medik dan
pengobatan
- Melakukan pertolongan pertama pada kecelakaan
- Melakukan rujukan medik ke rumah sakit bila terjadi keadaan gawat
darurat
d. Penilaian
- Menilai hasil asuhan keperawatan yang berpedoman kepada tujuan
- Membandingkan hasil dengan tujuan yang dirumuskan
9. Tugas-Tugas Perawat Kesehatan di Perusahaan
a. Pengawasan terhadap lingkungan pekerja
b. Memelihara fasilitas kesehatan perusahaan
c. Membantu dokter dalam pemeriksaan kesehatan pekerja
d. Membantu dalam penilaian keadaan kesehatan pekerja
e. Merencanakan dan melaksanakan kunjungan rumah dan perawatan di rumah
kepada pekerja dan keluarga pekerja yang mempunyai masalah
f. Ikut menyelenggarakan pendidikan higiene perusahaan dan kesehatan kerja
terhadap pekerja
g. Turut ambil bagian dalam usaha keselamatan kerja
h. Pendidikan kesehatan mengenai keluarga berencana terhadap pekerja dan
keluarga pekerja
i. Membantu usaha penyelidikan kesehatan kerja
j. Mengkoordinasi dan mengawasi pelaksanaan hiperkes (Effendy, 1998).

10. Tugas Perawat Kesehatan Puskesmas


Tugas perawat puskesmas menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republik
Indonesia Nomor 75 Tahun 2014, adalah sebagai berikut:
12

a. Puskesmas mempunyai tugas melaksanakan kebijakan kesehatan untuk


mencapai tujuan pembangunan kesehatan di wilayah kerjanya dalam rangka
mendukung terwujudnya kecamatan sehat.
b. Puskesmas berwenang untuk:
- Melaksanakan perencanaan berdasarkan analisis masalah kesehatan
masyarakat dan analisis kebutuhan pelayanan yang diperlukan
- Melaksanakan advokasi dan sosialisasi kebijakan kesehatan
- Melaksanakan komunikasi, informasi, edukasi, dan pemberdayaan
masyarakat dalam bidang kesehatan
- Menggerakkan masyarakat untuk mengidentifikasi dan menyelesaikan
masalah kesehatan pada setiap tingkat perkembangan masyarakat yang
bekerjasama dengan sektor lain terkait
- Melaksanakan pembinaan teknis terhadap jaringan pelayanan dan
upaya kesehatan berbasis masyarakat
- Melaksanakan peningkatan kompetensi sumber daya manusia
Puskesmas
- Memantau pelaksanaan pembangunan agar berwawasan kesehatan
- Melaksanakan pencatatan, pelaporan, dan evaluasi terhadap akses,
mutu, dan cakupan Pelayanan Kesehatan
- Memberikan rekomendasi terkait masalah kesehatan masyarakat,
termasuk dukungan terhadap sistem kewaspadaan dini dan respon
penanggulangan penyakit
- Menyelenggarakan Pelayanan Kesehatan dasar secara komprehensif,
berkesinambungan dan bermutu
- Menyelenggarakan Pelayanan Kesehatan yang mengutamakan upaya
promotif dan preventif
- Menyelenggarakan Pelayanan Kesehatan yang berorientasi pada
individu, keluarga, kelompok dan masyarakat
- Menyelenggarakan Pelayanan Kesehatan yang mengutamakan
keamanan dan keselamatan pasien, petugas dan pengunjung
- Menyelenggarakan Pelayanan Kesehatan dengan prinsip koordinatif
dan kerja sama inter dan antar profesi
13

- Melaksanakan pencatatan, pelaporan, dan evaluasi terhadap mutu dan


akses Pelayanan Kesehatan
- Melaksanakan peningkatan kompetensi Tenaga Kesehatan
- Mengoordinasikan dan melaksanakan pembinaan fasilitas pelayanan
kesehatan tingkat pertama di wilayah kerjanya
- Puskesmas dapat berfungsi sebagai wahana pendidikan Tenaga
Kesehatan.
11. Upaya Kesehatan Kerja di Puskesmas
1. Identifikasi Masalah
a. Pemeriksaan kesehatan meliputi pemeriksaan awal, pemeriksaan
berkala, perhatian khusus pada organ tubuh yang mungkin terkena
penyakit akibat kerja.
b. Pemeriksaan kasus adalah pemeriksaan terhadap penderita yang datang
berobat ke puskesmas atau yang dirujuk oleh kader kesehatan.
c. Peninjauan temapat kerja untuk menentukan akibat kerja dan masalah
yang dihadapi di tempat kerja baik bahaya fisik, kimia, biologis,
maupun fisiologis.
2. Kegiatan Pencegahan
a. Penyuluhan kesehatan/latihan mengenai bahaya penyakit akibat kerja,
latihan tata kerja yang benar, dan cara menghindar bahaya akibat kerja
(bahaya bahan kimia dan zat-zat lainnya.
b. Kegiatan ergonomik bertujuan untuk mencapai kesesuaian antara alat
keja dengan pekerjaan agar tidak terjadi stres fisik akibat kerja.
c. Kegiatan monitoring bahaya akibat kerja yang dilakukan oleh anggota
kelompok kerja yang dilatih untuk mendeteksi pencemaran zat kimia,
pestisida dan lain-lain.
d. Perbaikan mesin/alat kerja ditujukan pada industri kecil dan pada
pemaparan/pencemaran karena bahan-bahan produksi.
e. Pemakaian alat pelindung yang disesuaikan dengan jenis pekerjaan dan
bahaya yang dihadapi serta dilakukan untuk mencegah penyakit dan
kecelakaan akibat kerja.
14

3. Kegiatan Pengobatan
a. Pendekatan sistem organ tubuh yaitu pengobatan yang ditujukan pada
orga tubuh yang terkena misalnya alat pendengaran, paru-paru, kulit, dan
sebagainya.
b. Pendekatan jenis pemaparan dengan cara menetapkan jenis pemaparan
yang dialami pekerja serta kemungkinan akibat patologinya. Pengobatan
secara spesifik ditujukan untuk mengatasi bahaya akibat kerja.
4. Kegiatan Pemulihan
a. Bertujuan untuk memulihkan fungsi alat tubuh yang cedera akibat
penyakit dan kecelakaan kerja.
b. Mengidentifi kasus yang membutuhkan pemulihan dan merujuknya ke
rumah sakit atau pusat rehabilitasiuntuk mendapatkan petunjuk teknis dan
melakukan hal-hal teknis yang dapat dilaksanakan oleh puskesmas.
5. Kegiatan Rujukan
a. Rujukan medik terhadap kasus-kasus yang tidak dapat ditangani oleh
puskesmas untuk keperluan pengobatan lebih lanjut dan rehabilitasi.
b. Rujukan kesehatan ditujukan terhadap pencemaran lingkungan yang dapat
dirujuk ke Balai Teknis Kesehatan Lingkungan (BTKL), Pusat
Laboratorium Kesehatan Departemen Kesehatan, BalaiHiperkes Depnaker
(Effendy, 1998).
2.2 Asuhan Keperawatan Kesehatan Kerja
1. Pengkajian
Pengkajian dalam kesehatan kerja menurut Buku Panduan Profesi Ners
Keperawatan Komunitas (2018), meliputi:
a. Biologi Manusia
Meliputi karakteristik usia dan jenis kelamin, masalah-masalah kesehatan
yang bersifat genetik dari pekerja, fungsi fisik dengan mengidentifikasi
berbagai sistem tubuh.
b. Lingkungan
Aspek lingkungan meliputi berbagai potensial hazard yang bisa
menyebabkan gangguan kesehatan akibat kerja yang meliputi hazard fisik,
biologi, kimia, psikososial, dan ergonomi.
15

c. Gaya Hidup
Pengkajian tentang gaya hidup meliputi pola konsumsi makanan, aktivitas
dan istirahat, penampilan pada saat bekerja, serta penggunaan alat
pelingdung diri (APD).
d. Sistem Kesehatan
Pengkajian sistem kesehatan meliputi sistem pelayanan kesehatan baik yang
terdapat di perusahaan maupun di luar perusahaan (rujukan), program
pengawasan (monitoring) terkait dengan keselamatan kerja, kebijakan dan
program promosi kesehatan yang ada di perusahaan, keterbatasan dan upaya
promosi dan protesi, sistem pelayanan kesehatan pada keluarga pekerja.
2. Analisa data
Analisis dan pembahasan adalah dengan menjabarkan sumber-sumber dan
akar penyebab dari permasalahan yang mengakibatkan kecelakaan kerja maupun
ganggun proses itu terjadi. Adapun langkah-langkah dalam analisis dan
pembahasan ini menurut Sari, R. P. D. (2015) adalah:
a. Melakukan analisis terhadap akar penyebab terjadinya kecelakaan kerja
maupun gangguan proses kerja yang terjadi.
b. Melakukan analisis penilaian risiko sehingga diperoleh rekomendasi
perbaikan yang sesuai bahkan dapat diterapkan pada objek penelitian
tersebut.
3. Diagnosa Keperawatan
Kesehatan Diagnosis keperawatan ialah respon individu pada masalah
kesehatan baik yang aktual maupun potensial. Diagnosa keperawatan komunitas
akan memberikan gambaran tentang masalah dan status kesehatan masyarakat
baik yang nyata dan yang mungkin terjadi. Diagnosa ditegakkan berdasarkan
tingkat rekreasi komunitas terhadap stresor yang ada.
Selanjutnya dirumuskan dalam tiga komponen, yaitu problem/masalah (P),
etiology atau penyebab (E), dan symptom atau manifestasi/data penunjang (S)
(Mubarak, 2005).
a. Problem: merupakan kesenjangan atau penyimpangan dari keadaan
normal yang seharusnya terjadi.
16

b. Etiologi: penyebab masalah kesehatan atau keperawatan yang dapat


memeberikan arah terhadap intervensi keperawatan.
c. Symptom: tanda atau gejala yang tampak menunjang masalah yang terjadi.
4. Perencanaan
Perencanaan keperawatan merupakan penyusunan rencana tindakan
keperawatan yang akan dilaksanakan untuk mengatasi masalah sesuai dengan
diagnosis keprawatan yang sudah ditentukan dengan tujuan terpenuhinya
kebutuhan pasien. Perencanaan intervensi yang dapat dilakukan berkaitan
dengan diagnosa keperawatan komunitas yang muncul diatas adalah (Mubarak,
2005):
a. Lakukan pendidikan kesehatan tentang penyakit
b. Lakukan demonstrasi ketrampilan cara menangani penyakit
c. Lakukan deteksi dini tanda-tanda gangguan penyakit
d. Lakukan kerja sama dengan ahli gizi dalam mennetukan diet yang tepat
e. Lakukan olahraga secara rutin
f. Lakukan kerja sama dengan pemerintah atau aparat setempat untuk
memperbaiki lingkungan komunitas
g. Lakukan rujukan ke rumah sakit bila diperlukan
5. Pelaksanaan
Pelaksanaan merupakan tahap realisasi dari rencana asuhan keperawatan
yang telah disusun. Dalam pelaksanaannya tindakan asuhen keperawatan harus
bekerjasama dengan angoota tim kesehatan lain dalam hal melibatkan pihak
puskesmas, bidan desa, dan anggota masyarakat (Mubarak, 2005). Perawat
bertanggung jawab dalam melaksanakan tindakan yang telah direncanakan yang
bersifat (Efendi, 2009), yaitu:
a. Bantuan untuk mengatasi masalah gangguan penyakit
b. Mempertahankan kondisi yang seimbang dalam hal ini perilaku hidup sehat
dan melaksanakan upaya peningkatan kesehatan
c. Mendidik komunitas tentang perilaku sehat untuk mencegah gangguan
penyakit
d. Advocat komunitas yang sekaligus memfasilitasi terpenuhinya kebutuhan
komunitas
17

6. Evaluasi
Evaluasi memuat keberhasilan proses dan keberhasilan tindakan
keperawatan. Keberhasilan proses dapat dilihat dengan membandingkan antara
proses dengan dengan pedoman atau rencana proses tersebut.
Sedangkan keberhasilan tindakan dapat dilihat dengan membandingkan
tingkat kemandirian masyarakat dalam perilaku kehidupan sehari-hari dan
tingkat kemajuan masyarakat komunitas dengan tujuan yang sudah ditentukan
atau dirumuskan sebelumnya (Mubarak, 2005).
Adapun tindakan dalam melakukan evaluasi adalah:
a. Menilai respon verbal dan nonverbal komunitas setelah dilakukan intervensi
b. Menilai kemajuan oleh komunitas setelah dilakukan intervensi keperawatan
c. Mencatat adanya kasus baru yang dirujuk ke rumah sakit
BAB III
PELAKSAAN ASUHAN KEPERAWATAN

3.1 Pengkajian
Demografi Pemilik
Nama : Ny. D
Alamat : Cikopo RT 001 RW 11 Desa jayaraga
Pendidikan Terakhir : SD
Telepon : 089663860189
Profil Perusahaan
Nama Perusahaan : Anyaman Ibu Dede
Alamat : Cikopo RT 001 RW 11 Desa jayaraga, Garut
No. Telp :-
Kepemilikan : Milik sendiri
Jumlah Pegawai : 7 orang
Omset Perbulan : Rp 2.000.000-3.000.000,-
Upah Pekerja : < UMR (100 besek = Rp 35.000)
1. Biologi Manusia
Berdasarkan hasil wawancara dengan pemilik dan pekerja, diketahui
bahwa jumlah pekerja yang bekerja dalam industri ini berjumlah 7 orang
dikelompokkan berdasarkan usia, jenis kelamin, dan masalah-masalah
kesehatan yang dimiliki.
1.1 Karakteristik Usia (Depkes, 2009)
Tabel 1. Karakteristik Usia
No. Kategori Frekuensi (f) Presentase (%)

1. Remaja awal (12-16) 0 0


2. Remaja akhir (17-25) 1 14.2

3. Dewasa awal (26-35) 2 28.6

4. Dewasa akhir (36-45) 2 28.6


5. Lansia awal (46-55) 2 28.6

18
19

Berdasarkan tabel 1 di atas, para pekerja lebih banyak dalam kategori


dewasa awal, dewasa akhir, dan lansia awal 28,6% dan kategori remaja
akhir hanya 14,2%.
1.2 Karakteristik Jenis Kelamin
Tabel 2. Karakteristik Jenis Kelamin
No. Kategori Frekuensi (f) Presentase (%)
1. Laki-laki 4 57.2

2. Perempuan 3 42.8

Berdasarkan tabel 2 tersebut, pekerja laki-laki 57.2% lebih banyak


daripada pekerja perempuan 42.8%.

1.3 Karakteristik Masalah-Masalah Kesehatan


Tabel 3. Karakteristik Masalah-Masalah Kesehatan
No. Kategori Frekuensi (f) Presentase (%)
1. Pusing 2 28.6

2. Pegal-pegal 1 14.2

3. Kurang Tidur 3 57

4 Batuk ( 3 bln terakhir) 1 14.2

Berdasarkan tabel 3 di atas, sebesar 57% pekerja memiliki keluhan


kurang tidur, sebesar 28,6% mengalami kurang tidur dan mengeluh pusing,
dan 14,2% mengalami pegal-pegal dan batuk.
2. Lingkungan
a. Hazard fisik
Home Industry Anyaman ibu Dede didirikan sekitar 30 tahun yang lalu
yaitu sekitar tahun 1988. Letak home industry ini berada di sekitar rumah
warga yang berada di RT 01/ RW 11 Desa Jayaraga, Kecamatan Tarogong
Kidul, Kabupaten Garut. Luas wilayah 58 m2. Fasilitas yang dimiliki oleh
home industry ini adalah: kipas angin, toilet serta dapur yang dapat
digunakan oleh para pekerja. Hasil observasi menunjukkan bahwa ruangan
kerja banyak yang berdebu dan para pekerja memiliki kebiasaan merokok
saat bekerja. Alat yang digunakan pada home industry ini adalah bambu
20

mentahan, golok, pisau, kain lap, kertas amplas, dan penggaris. Bahaya
yang mungkin terjadi adalah jika serbuk dari bambu terhirup ke pernapasan,
masuk ke dalam mata atau membuat luka pada tangan. Kejadian seperti itu
jarang terjadi di home industry, adapun yang pernah terjadi hanya batuk-
batuk kemudian hilang.
b. Biologi
Jumlah pekerja dalam industri ini ada 7 orang yang terdiri dari 4 orang laki-
laki dan 3 orang perempuan. Para pekerja bekerja dengan sistem borongan
sehingga tidak ada aturan jam dalam bekerja, asalkan target terpenuhi. Para
pekerja diberi upah kerja jika targetan yang ditetapkan memenuhi target dan
tidak ada tambahan upah saat lembur. Masalah kesehatan yang sering
dikeluhkan oleh pekerja adalah kurang tidur dan sebagian kecil mengeluh
batuk. Namun, sampai saat dilakukan pengkajian, pekerja mengatakan
bahwa belum ada keluhan lain selain kurang tidur.
c. Kimia
Limbah yang dihasilkan dari home industry ini adalah sisa bambu hasil
olahan. Limbah tersebut nantinya dikumpulkan dan dibakar untuk perapian
sehingga tidak menimbulkan pencemaran limbah.
d. Psikososial
Hubungan antara pemilik dan pekerja baik. Para pekerja juga memiliki
hubungan yang baik dengan pekerja lainnya. Warga sekitar industri pun
tidak merasa terganggu dengan adanya home industri disekitar rumah.
e. Ergonomi
Para pekerja yang berada di anyaman ibu dede posisi tubuh saat bekerja
adalah duduk. Bahaya yang dapat ditimbulkan apabila pekerja terlalu lama
duduk dapat menyebabkan kelelahan serta gangguan kesehatan akibat
ergonomi seperti nyeri sendi.
3. Gaya Hidup
a. Pola Konsumsi Makan
Berdasarkan hasil wawancara dengan para pekerja disini, para pekerja
mengatakan membawa makanan masing-masing dari rumah atau dapat
memasak di tempat kerja karena ada dapur. Menu makanan yang dimakan
21

para pekerja adalah nasi, lauk pauk, dan sayur. Tidak sering pemilik industri
juga suka membawa makanan untuk para pekerjanya dan makan siang
bersama.
b. Aktivitas dan Istirahat
Para pekerja diberikan waktu istirahat bebas oleh pemilik home industry
yang terpenting target yang di terima harus tercapai.
c. Penampilaan pada Saat Bekerja
Tidak ada seragam atau pakaian khusus yang dipakai saat bekerja. Para
pekerja memakai pakaian biasa yang mereka miliki.
d. Penggunaan Alat Pelindug Diri (APD)
Hasil wawancara dengan pemilik home industry ini, tidak ada aturan yang
jelas terkait penggunaan alat pelindung diri (APD). Kotak P3K juga belum
tersedia. Alat yang digunakan untuk bekerja di home industry ini bisa saja
menimbulkan kecelakaan, namun sejauh ini belum ada kecelakaan kerja
yang terjadi. Idealnya, penggunaan APD pada home industry ini adalah
penggunaan masker untuk menghindari bahaya yang dapat ditimbulkan
karena terpapar debu/serat bambu untuk mencegah terjadinya penyakit
saluran pernafasan, serta penggunaan sarung tangan untuk mencegah risiko
tangan terluka dan berdarah akibat terkena sayatan bambu pada saat proses
penghalusan bambu.
4. Sistem Kesehatan
a. Sistem Pelayanan Kesehatan
Tidak ada fasilitas pelayanan kesehatan secara khusus untuk para pekerja.
Namun, bila ada pekerja yang sakit, pemilik industri memberikan waktu
libur agar pekerja pergi memeriksakan dirinya ke puskesmas.
b. Program Pengawasan (Monitoring) Keselamatan Kerja
Tidak ada program khusus untuk keselamatan kerja para pekerja atau
menghindari kecelakaan kerja.
c. Kebijakan dan Promosi Kesehatan
Baik pemilik maupun para pekerja mengatakan bahwa di industri ini belum
ada promosi kesehatan ataupun penyuluhan terkait kesehatan di industri ini.
d. Keterbatasan dalam Upaya Promosi dan Proteksi
22

Dalam industri ini, belum ada upaya untuk promosi dan proteksi diri seperti
belum tersedianya alat pelindung diri (APD) untuk para pekerja.
e. Sistem Pelayanan Kesehatan pada Keluarga Pekerja
Para pekerja di sini tidak diberikan asuransi kesehatan secara khusus baik
untuk pekerja beserta keluarga pekerja. Namun, bila pekerja disini ada yang
sakit, pemilik industri biasanya membiayai pengobatan pekerja.
f. Hasil Pemeriksaan Tekanan Darah
Tabel 4. Hasil Pemeriksaan Tekanan Darah Para Pekerja
No. Nama Pekerja Hasil TD (mmHg)
1. Dede 90/60

2. Aten 130/80

3. Hanbal 130/90

4. Entin 140/80

5. Odang 130/90

6. Santi 120/80

7. Ade 160/80

Berdasarkan tabel 4 di atas, menunjukkan bahwa 2 orang pekerja (28,6%)


memiliki hasil tekanan darah hipertensi dan 5 (71,4%) pekerja memiliki tekanan
darah normal.
23

3.2 Analisa Data dan Diagnosa Keperawatan


1. Analisa Data
Berdasarkan hasil pengkajian yang telah dilakukan pada tanggal 26
September 2018, masalah kesehatan kerja yang diambil berdasarkan data adalah
sebagai berikut:
Data Etiologi Masalah
DO : Kurangnya pengetahuan mengenai Resiko terjadi
penggunaan APD peningkatan kecelakaan
- Ruangan tempat produksi banyak
↓ kerja
debu
- Limbah bambu menghasilkan Ventilasi buruk, bambu
debu/serat tajam menghasilkan debu/ serat tajam,
- Ventilasi di ruang produksi kurang Banyak pekerja merokok didalam
- Sirkulasi ruangan tidak memadai ruangan
untuk pekerja ↓
- Udara terjebak di dalam ruangan Udara kotor masuk ke saluran
- Pekerja tidak ada yang menggunakan pernapasan
masker ↓
- Banyak pekerja merokok didalam Peningkatan kecelakaan kerja
ruangan
- Pekerja tidak menggunakan sarung
tangan saat memotong dan
menghaluskan bambu
DS :
- Sebagian pekerja mengaku
mengalami ISPA 3 bulan terakhir
- Pekerja mengatakan disediakan
masker, namun tidak digunakan
karena tidak terbiasa.
- Beberapa pekerja mengalami batuk-
batuk
- Pekerja mengatakan tidak
menggunakan sarung tangan karena
terasa ribet dan tidak leluasa saat
bekerja

2. Diagosa Keperawatan
Resiko peningkatan kecelakaan kerja berhubungan dengan ketidakmauan
penggunaan APD ditandai dengan banyak pekerja yang tidak menggunakan
APD: sarung tangan, masker, ventilasi buruk, luas bangunan tidak memadai,
bambu menghasilkan debu/serat tajam, dan banyak pekerja merokok di dalam
ruangan.
24

3.3 Perencanaan

Teknik Evaluasi
output/Outcome

Keterangan
Indikator

P. Jawab
Prioritas

Aktifitas

Standar/
Masalah

Kriteria
Tempat
Tujuan

Srategi

Waktu

Biaya
I Setelah diberikan Mahasiswa  Mahasiswa  Pekerja 1. Menanyakan Dewi Jum’at, Home Rp Persiapan
pendidikan melibatkan memberikan mampu kembali Sartika 28 /09/ Industry 35.000,-
kesehatan 1X 60 pemilik dan penyuluhan K3 menyebutkan tentang 2018 Anyaman 1. Mahasiswa
Menit kecelakaan seluruh dan APD kembali materi yang pukul Bambu Media: menyiapkan
Poster dan materi
kerja tidak terjadi pekerja  Mahasiswa materi K3 dan telah 10:00- Ibu Dede
dengan kriteria dalam mendemonstrasik cara disampaikan 11:00 RW 11 APD penyuluhan
hasil : kegiatan an penggunaan penggunaan terkait K3 WIB Desa (masker) 2. Membuat SAP
penyuluhan APD (masker) APD. dan APD Jayaraga materi
 Pekerja dan 2. Mendemons kegiatan
mengerti penggunaan trasikan 3. Membuat
tentang APD. kembali kontrak waktu
keselamatan penggunaan pelaksanaan
kerja dan APD kegiatan
penggunaan (masker)
APD Pasca
oleh pekerja Pelaksanaan
 Meningkatkan
kepatuhan 1. Evaluasi
penggunaan kegiatan.
APD pekerja Kegiatan
selama bekerja selesai tepat
waktu
25

PELAKSANAAN
RENCANA KEGIATAN KEPERAWATAN KOMUNITAS
(PRE-PLANNING APD)

I. Nama Kegiatan
Penyuluhan APD
II. Latar Belakang
Berdasarkan hasil pengkajian terhadap pekerja, ventilasi bangunan sangat
minim yang berisiko akan menimbulkan berbagai masalah kesehatan selain
itu juga bambu yang digunakan untuk produksi menghasilkan debu/serat
tajam serta keseluruhan pekerja laki-laki merokok di dalam ruangan.
III. Tujuan
1. Pekerja mengerti tentang penggunaan APD
2. Meningkatkan kepatuhan penggunaan APD pekerja selama bekerja
IV. Stategi
Mahasiswa melibatkan pemilik dan seluruh pekerja dalam kegiatan
penyuluhan dan penggunaan APD.
V. Kegiatan
1. Penyuluhan APD
2. Demonstrasi penggunaan APD (masker)
VI. Indikator Output/Outcome
Pekerja mampu menyebutkan kembali materi cara penggunaan APD
VII. Teknik Evaluasi
1. Menanyakan kembali tentang materi yang telah disampaikan terkait APD
2. Mendemonstrasikan kembali penggunaan APD (masker) oleh pekerja
VIII. Penanggung Jawab
Dewi Sartika
IX. Waktu
Jum’at, 28 September 2018 10.00-11.00 WIB
X. Tempat
Home industry Anyaman Ibu Dede Cikopo RT 01 RW 11
XI. Pembiayaan
Rp 35.000,-
Media: Poster dan APD (masker)
XII. Standar Kegiatan
Persiapan
1. Mahasiswa menyiapkan materi penyuluhan
2. Membuat pre planning materi kegiatan
3. Membuat kontrak waktu pelaksanaan kegiatan
Pasca Pelaksanaan
1. Evaluasi kegiatan
2. Kegiatan selesai tepat waktu
26

LAPORAN KEGIATAN KEPERAWATAN KOMUNITAS


(IMPLEMENTASI PRE-PLANNING K3 DAN APD)

I. Nama Kegiatan
Penyuluhan K3 dan APD
II. Latar Belakang
Berdasarkan hasil pengkajian terhadap pekerja, pengetahuan pekerja tentang
keselamatan kerja sangat rendah, begitu juga ventilasi bangunan sangat
minim yang berisiko akan menimbulkan berbagai masalah kesehatan selain
itu juga bambu yang digunakan untuk produksi menghasilkan debu/serat
tajam serta keseluruhan pekerja laki-laki merokok di dalam ruangan.
III. Tujuan
1. Pekerja mengerti tentang keselamatan kerja dan penggunaan APD
2. Meningkatkan kepatuhan penggunaan APD pekerja selama bekerja
IV. Stategi
Mahasiswa melibatkan pemilik dan seluruh pekerja dalam kegiatan
penyuluhan dan penggunaan APD.
V. Kegiatan
1. Penyuluhan K3 dan APD
2. Demonstrasi penggunaan APD (masker)
VI. Indikator Output/Outcome
Pekerja mampu menyebutkan kembali materi K3 dan cara penggunaan APD
VII. Teknik Evaluasi
1. Menanyakan kembali tentang materi yang telah disampaikan terkait K3
dan APD
2. Mendemonstrasikan kembali penggunaan APD (masker) oleh pekerja
VIII. Penanggung Jawab
Dewi Sartika
IX. Waktu
Jum’at, 28 September 2018 10.00-11.00 WIB
X. Tempat
Home industry Anyaman Ibu Dede Cikopo RT 01 RW 11
27

XI. Pembiayaan
Rp 35.000,-
Media: Poster dan APD (masker)
XII. Standar Kegiatan
Persiapan
1. Mahasiswa menyiapkan materi penyuluhan
2. Membuat pre planning materi kegiatan
3. Membuat kontrak waktu pelaksanaan kegiatan
Pasca Pelaksanaan
1. Evaluasi kegiatan
2. Kegiatan selesai tepat waktu
XIII. Kesimpulan dan Saran
Pemilik dan pekerja home industry “ANYAMAN IBU DEDEH” kooperatif
saat mengikuti penyuluhan tentang K3 dan penggunaan APD.
Saran yang dapat diberikan untuk home industry ini adalah tersedianya APD
(masker) untuk menghindari resiko gangguan kesehatan dan memaksimalkan
ventilasi serta adanya larangan merokok saat bekerja.
XIV. Lampiran
BAB IV
PEMBAHASAN

Berdasarkan hasil pengkajian yang dilakukan di Home Industry


“ANYAMAN IBU DEDEH” RW 11 Desa Jayaraga Kecamatan Tarogong Kidul
Kota Garut, ditemukan beberapa masalah kesehatan, seperti para pekerja belum
pernah mendapatkan pendidikan kesehatan terkait Kesehatan Keselamatan Kerja
(K3), penggunaan APD. Keluhan yang dikemukakan oleh pekerja seperti pusing,
pegal-pegal, dan batuk. Para pekerja bekerja dengan posisi duduk tanpa senderan
kursi. Begitu juga ventilasi bangunan sangat minim yang berisiko akan
menimbulkan berbagai masalah kesehatan, padahal banyak debu atau serbuk dari
bambu hasil anyaman yang cukup tajam dan menusuk.
Berdasarkan hasil pengkajian tersebut, masalah yang diangkat adalah:
1. Resiko peningkatan kecelakaan kerja berhubungan dengan
ketidakmauan penggunaan APD ditandai dengan banyak pekerja yang
tidak menggunakan APD: masker, ventilasi buruk, luas bangunan tidak
memadai, bambu menghasilkan debu/serat tajam, dan banyak pekerja
merokok didalam ruangan.
Implementasi yang dilakukan adalah memberikan pendidikan
kesehatan tentang Kesehatan Keselamatan Kerja (K3) dan Penggunaan APD.
Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) adalah upaya perlindungan yang
ditujukan agar tenaga kerja dan orang lainnya di tempat kerja/perusahaan
selalu dalam keadaan selamat dan sehat, serta agar setiap sumber produksi
dapat digunakan secara aman dan efisien (Kepmenaker Nomor
463/MEN/1993). Pengertian lain menurut OHSAS 18001:2007, keselamatan
dan kesehatan kerja (K3) adalah kondisi dan faktor yang mempengaruhi
keselamatan dan kesehatan kerja serta orang lain yang berada di tempat kerja.
Berdasarkan Undang-undang Ketenagakerjaan No.13 Tahun 2003 pasal 87,
bahwa setiap perusahaan wajib menerapkan sistem manajemen keselamatan
dan kesehatan kerja yang terintegrasi dengan sistem manajemen perusahaan.
Menurut Mangkunegara (2004), tujuan keselamatan dan kesehatan
kerja (K3) adalah:

28
29

1. Agar setiap pegawai mendapat jaminan keselamatan dan kesehatan kerja


baik secara fisik, sosial, dan psikologis.
2. Agar setiap perlengkapan dan peralatan kerja digunakan sebaik-baiknya
selektif mungkin.
3. Agar semua hasil produksi di pelihara keamanannya.
4. Agar adanya jaminan atas pemeliharaan dan peningkatan kesehatan gizi
pegawai.
5. Agar meningkatnya kegairahan, keserasian kerja, dan partisipasi kerja.
6. Agar terhindar dari gangguan kesehatan yang disebabkan oleh lingkungan
atas kondisi kerja.
7. Agar setiap pegawai merasa aman dan terlindungi dalam bekerja.
Aspek-aspek Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) yang harus
diperhatikan oleh perusahaan antara lain adalah sebagai berikut (Anoraga,
2005):
a. Lingkungan kerja
Lingkungan kerja merupakan tempat dimana seseorang atau karyawan
dalam beraktifitas bekerja. Lingkungan kerja dalam hal ini menyangkut
kondisi kerja, seperti ventilasi, suhu, penerangan dan situasinya.
b. Alat kerja dan bahan
Alat kerja dan bahan merupakan suatu hal yang pokok dibutuhkan oleh
perusahaan untuk memproduksi barang. Dalam memproduksi barang,
alat-alat kerja sangatlah vital yang digunakan oleh para pekerja dalam
melakukan kegiatan proses produksi dan di samping itu adalah bahan-
bahan utama yang akan dijadikan barang.
c. Cara melakukan pekerjaan
Setiap bagian-bagian produksi memiliki cara-cara melakukan pekerjaan
yang berbeda-beda yang dimiliki oleh karyawan. Cara-cara yang
biasanya dilakukan oleh karyawan dalam melakukan semua aktivitas
pekerjaan, misalnya menggunakan peralatan yang sudah tersedia dan
pelindung diri secara tepat dan mematuhi peraturan penggunaan
peralatan tersebut dan memahami cara mengoperasionalkan peralatan.
30

Faktor-faktor yang mempengaruhi Keselamatan dan Kesehatan Kerja


(K3) adalah sebagai berikut (Budiono dkk, 2003):
1. Beban kerja. Beban kerja berupa beban fisik, mental dan sosial, sehingga
upaya penempatan pekerja yang sesuai dengan kemampuannya perlu
diperhatikan.
2. Kapasitas kerja. Kapasitas kerja yang banyak tergantung pada
pendidikan, keterampilan, kesegaran jasmani, ukuran tubuh, keadaan gizi
dan sebagainya.
3. Lingkungan kerja. Lingkungan kerja yang berupa faktor fisik, kimia,
biologik, ergonomik, maupun psikososial.
Prinsip-prinsip yang harus dijalankan perusahaan dalam menerapkan
keselamatan dan kesehatan kerja (K3) adalah sebagai berikut (Sutrisno dan
Ruswandi, 2007):
1. Adanya APD (Alat Pelindung Diri) di tempat kerja.
2. Adanya buku petunjuk penggunaan alat dan atau isyarat bahaya.
3. Adanya peraturan pembagian tugas dan tanggung jawab.
4. Adanya tempat kerja yang aman sesuai standar SSLK (syarat-syarat
lingkungan kerja) antara lain tempat kerja steril dari debu,kotoran, asap
rokok, uap gas, radiasi, getaran mesin dan peralatan, kebisingan, tempat
kerja aman dari arus listrik, lampu penerangan cukup memadai, ventilasi
dan sirkulasi udara seimbang, adanya aturan kerja atau aturan
keprilakuan.
5. Adanya penunjang kesehatan jasmani dan rohani ditempat kerja.
6. Adanya sarana dan prasarana yang lengkap ditempat kerja.
7. Adanya kesadaran dalam menjaga keselamatan dan kesehatan kerja.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan
Home industry “ANYAMAN IBU DEDEH” milik Ny. D ini sudah
berjalan + 30 tahun dan sudah mampu menghasilkan produk yang dapat
dikirim ke kota sekitaran Garut seperti Tasikmalaya, Bandung, dan Cirebon.
Dari hasil pengkajian yang dilakukan di Home Industri “ANYAMAN IBU
DEDEH” RW 11 Desa Jayaraga Kecamatan Tarogong Kidul Kota Garut ini
menemukan bahwa home industry ini memiliki pekerja sebanyak 7 orang
yang dibayar dengan targetan yang di capai. Para pekerja disini kebanyakan
laki-laki dengan usia dewasa. Tidak banyak keluhan yang sering dikeluhkan
oleh para pekerja, contohnya seperti pusing kepala. Para pekerja juga belum
pernah medapatkan pendidikan kesehatan terkait kesehatan kerja. Untuk itu,
diagnosa kesehatan kerja yang terdapat di home industry yaitu resiko
peningkatan kecelakaan kerja berhubungan dengan ketidakmauan
penggunaan APD ditandai dengan banyak pekerja yang tidak menggunakan
APD: masker, ventilasi buruk, luas bangunan tidak memadai, bambu
menghasilkan debu tajam, dan banyak pekerja merokok didalam ruangan.
Sehingga implementasi yang dilakukan untuk diagnosa tersebut adalah
dengan memberikan pendidikan kesehatan terkait Kesehatan Keselamatan
Kerja (K3) dan penggunaan Alat Pelindung Diri (APD).

5.2 Saran
Saran yang dapat diberikan untuk home industry seperti Aras Makmur
ini, antara lain:
1. Ketersediaan dan penggunaan APD seperti masker harus digunakan
untuk mencegah terjadinya gangguan kesehatan seperti gangguan
pernapasan.
2. Para pekerja selalu menerapkan posisi yang baik saat bekerja agar
terhindar dari cedera fisik.

31
32

3. Para pekerja disarankan untuk selalu memeriksakan kesehatan ke


pelayanan kesehatan secara rutin tiap 1-3 bulan sekali.
4. Adanya larangan untuk merokok saat bekerja untuk mencegah terjadinya
kecelakaan kerja.
5. Memaksimalkan ventilasi untuk menambah kenyamanan para pekerja.
DAFTAR PUSTAKA

Anoraga, P. (2005). Psikologi Kerja. Jakarta: Rineka Cipta.


Budiono, M. Sugeng. (2003). Bunga Rampai Hiperkes dan Kesehatan Kerja.
Semarang: UNDIP.
Buku Panduan Profesi Ners. (2018). Keperawatan Komunitas. Fakultas
Keperawatan Universitas Padjadjaran.
Departemen Kesehatan Republik Indonesia. (2008). “Prinsip Dasar Kesehatan
Kerja”. www.depkes.go.id, diakses tanggal 14 Maret 2018
Departemen Kesehatan Republik Indonesia. (2009). “Kategori Usia”.
www.depkes.go.id, diakses tanggal 14 Maret 2018.
Efendi, Ferry dan Makhfudli. (2009). Keperawatan Kesehatan Komunitas Teori
dan Praktik dalam Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika.
Effendy, Nasrul. (1998). Dasar-Dasar Keperawatan Kesehatan Masyarakat.
Edisi 2. Jakarta: EGC.
International Labour Organization. (2013). Keselamatan dan Kesehatan Kerja di
Tempat Kerja: Sarana untuk Produktivitas Pedoman pelatihan untuk
manajer dan pekerja, Modul Lima. International Labour Office. Jakarta:
ILO.
Iqbal Mubarak, Wahit (2005). Pengantar Keperawatan Komunitas. Jakata:
Penerbit Sagung Seto.
Kusuma, I. J., & Darmastuti, I. (2010). Pelaksanaan Program Keselamatan dan
Kesehatan Kerja Karyawan PT Bitratex Industries Semarang. Universitas
Diponegoro: Semarang. http://eprints. undip. ac. id/15260/1/Ibrahim Jati
Kusuma. pdf.(10 Maret 2012).
Mangkunegara, Anwar P. 2004. Manajemen Sumber Daya Manusia Perusahaan.
Bandung: Remaja Rsodakarya.
Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 75 Tahun 2014 Tentang
Pusat Kesehatan Masyarakat.
Peraturan Menteri Tenaga Kerja Nomor Per01/MEN/1981 tentang Kewajiban
Melapor Penyakit Akibat Kerja.
Sari, R.P.D,2015 Analisis Kecelakaan Kerja Dengan Menggunakan Metoda
Hazard and Operability Study (HAZOP).
Setiawan, A. (2014). Model Senam Pekerja untuk Meningkatkan Produktivitas
Kerja Buruh. Media Ilmu Keolahragaan Indonesia, 4(1).
Sugeng, B. (2003). Higene Peusahaan dan Kesehatan Kerja. Jakarta: Haji
Masagung.
Sutrisno dan Ruswandi. (2007). Prosedur Keamanan, Keselamatan & Kesehatan
Kerja. Sukabumi: Yudhistira.

33
LAMPIRAN
1. Lampiran SAP

SATUAN ACARA PENYULUHAN


KESEHATAN KESELAMATAN KERJA (K3) DAN
PENGGUNAAN ALAT PELINDUNG DIRI (APD)

Topik : Kesehatan Keselamatan Kerja (K3) dan Penggunaan Alat


Pelindung Diri (APD)
Sasaran : Para Pekerja Home Industry Anyaman Ibu Dede
Hari/Tanggal : Jum’at, 28 September 2018
Waktu : Pukul 10.00 – 11.00 WIB
Alokasi Waktu : 60 menit
Tempat : Home Industry Anyaman Ibu Dede Rt.01 RW 11 Desa Jayaraga

1. Tujuan Instruksional Umum (TIU)


Setelah mengikuti kegiatan penyuluhan terkait kesehatan keselamatan kerja
(K3) dan penggunaan Alat Pelindung Diri (APD) diharapkan para pekerja
mengerti tentang K3 dan penggunaan APD.
2. Tujuan Instruksional Khusus (TIK)
Setelah mengikuti kegiatan penyuluhan 1x60 menit diharapkan para pekerja
dapat:
a. Menjelaskan kembali pengertian, tujuan, aspek, faktor, dan prinsip K3.
b. Menjelaskan kembali pengertian, tujuan, dan manfaat penggunaan APD.
c. Mendemonstrasikan ulang cara penggunaan APD (masker).
3. Pokok Bahasan
Kesehatan Keselamatan Kerja (K3) dan Penggunan Alat Pelindung Diri
(APD)
4. Sub Pokok Bahasan
a. Pengertian, tujuan, aspek, fungsi dan prinsip dari K3
b. Pengertian, tujuan, dan manfaat penggunaan APD
c. Demonstrasi penggunaan APD
5. Materi Penyuluhan
(Terlampir)

34
35

6. Metode
Ceramah, diskusi, dan demonstrasi
7. Media
Materi Poster dan alat peraga masker, PPT
8. Strategi Pelaksanaan
Strategi yang digunakan dalam penyampaian penyuluhan ini berupa ceramah
dan demostrasi penggunaan masker yang diakhiri dengan diskusi tanya jawab,
dimana pemberi informasi menjelaskan materi melalui poster yang
dilanjutkan dengan tanya jawab dan evaluasi. Mahasiswa melibatkan pemilik
dan seluruh pekerja dalam kegiatan penyuluhan dan penggunaan APD.
9. Kegiatan Penyuluhan
Tahap /
No Kegiatan Penyuluhan Kegiatan Sasaran Metode Media
Waktu
1. Pembukaan: - Memberi salam pembukaan - Menjawab Ceramah
10 menit - Memperkenalkan diri - Memperhatikan
- Menjelaskan pokok bahasan dan - Memperhatikan
tujuan penkes
- Apersepsi dengan menanyakan - Menjawab
tentang K3 dan APD
2. Pelaksanaan : - Menjelaskan kembali pengertian, - Memperhatikan Ceramah dan Poster
30 menit tujuan, aspek, faktor, dan prinsip - Memperhatikan demonstrasi PPT
K3 - Memperhatikan
- Menjelaskan kembali pengertian, dan dapat
tujuan, dan manfaat penggunaan mengulangi apa
APD yang di Alat peraga
- Mendemonstrasikan ulang cara demonstrasikan (masker)
penggunaan APD (masker)

3. Tanya jawab - Mempersilahkan peserta untuk - Mengajukan Diskusi Poster


dan Evaluasi mengajukan pertanyaan pertanyaan
: 15 menit - Menanyakan kembali apa yang - Menjawab PPT
sudah di jelaskan kepada peserta pertanyaan
- Mendemonstrasikan ulang cara - Melakukan
penggunaan APD (masker) oleh penggunaan APD
peserta (masker)
- Menyimpulkan bersama sama hasil
penkes - Mendengarkan
4. Terminasi : - Mengucapkan terimakasih atas - Mendengarkan Ceramah
5 menit partisipasi
- Mengucapkan salam penutup - Menjawab salam

10. EVALUASI
a. Para pekerja dapat menjelaskan kembali pengertian, tujuan, aspek,
faktor, dan prinsip K3.
36

b. Para pekerja dapat menjelaskan kembali pengertian, tujuan, dan manfaat


penggunaan APD.
c. Para pekerja dapat mendemonstrasikan ulang cara penggunaan APD
(masker).

Materi

Keselamatan Kesehatan Kerja (K3) dan Alat Perlindung Diri (APD)

1. Definisi Keselamatan Kesehatan Kerja (K3)


Keselamatan dan kesehatan kerja (K3) adalah upaya perlindungan yang
ditujukan agar tenaga kerja dan orang lainnya di tempat kerja/perusahaan selalu
dalam keadaan selamat dan sehat, serta agar setiap sumber produksi dapat
digunakan secara aman dan efisien (Kepmenaker Nomor 463/MEN/1993).
Pengertian lain menurut OHSAS 18001:2007, keselamatan dan kesehatan kerja
(K3) adalah kondisi dan faktor yang mempengaruhi keselamatan dan kesehatan
kerja serta orang lain yang berada di tempat kerja. Menurut Hadiningrum
(2003), keselamatan dan kesehatan kerja (K3) adalah pengawasan terhadap
orang, mesin, material, dan metode yang mencakup lingkungan kerja agar
pekerja tidak mengalami cidera. Menurut Widodo (2015), kesehatan dan
keselamatan kerja (K3) adalah bidang yang terkait dengan kesehatan,
keselamatan, dan kesejahteraan manusia yang bekerja di sebuah institusi
maupun lokasi proyek.
Berdasarkan Undang-undang Ketenagakerjaan No.13 Tahun 2003 pasal
87, bahwa setiap perusahaan wajib menerapkan sistem manajemen
keselamatan dan kesehatan kerja yang terintegrasi dengan sistem manajemen
perusahaan.
Program keselamatan dan kesehatan kerja (K3) dilaksanakan karena tiga
faktor penting sebagai berikut (Moekijat, 2004):
a. Berdasarkan perikemanusiaan. Pertama-tama para manajer akan
mengadakan pencegahan kecelakaan kerja atas dasar perikemanusiaan
yang sesungguhnya. Mereka melakukan demikian untuk mengurangi
sebanyak-banyaknya rasa sakit dari pekerjaan yang diderita luka serta
keluarga.
37

b. Berdasarkan Undang-Undang. Ada juga alasan mengadakan program


keselamatan dan kesehatan kerja berdasarkan Undang-Undang federal,
Undang-Undang Negara Bagian dan Undang-Undang kota tentang
keselamatan dan kesehatan kerja dan sebagian mereka melanggarnya akan
dijatuhi hukuman denda.
c. Berdasarkan Ekonomi. Alasan ekonomi untuk sadar keselamatan kerja
karena biaya kecelakaan dampaknya sangat besar bagi perusahaan.

2. Tujuan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)


Berdasarkan Undang-undang No.1 Tahun 1970 tentang Keselamatan
Kerja, bahwa tujuan keselamatan dan kesehatan kerja (K3) yang berkaitan
dengan peralatan, landasan tempat kerja dan lingkungan tempat kerja adalah
mencegah terjadinya kecelakaan dan sakit akibat kerja, memberikan
perlindungan pada sumber-sumber produksi sehingga dapat meningkatkan
efisiensi dan produktivitas.
Menurut Mangkunegara (2004), tujuan keselamatan dan kesehatan kerja
(K3) adalah:
a. Agar setiap pegawai mendapat jaminan keselamatan dan kesehatan kerja
baik secara fisik, sosial, dan psikologis.
b. Agar setiap perlengkapan dan peralatan kerja digunakan sebaik-baiknya
selektif mungkin.
c. Agar semua hasil produksi di pelihara keamanannya.
d. Agar adanya jaminan atas pemeliharaan dan peningkatan kesehatan gizi
pegawai.
e. Agar meningkatnya kegairahan, keserasian kerja, dan partisipasi kerja.
f. Agar terhindar dari gangguan kesehatan yang disebabkan oleh lingkungan
atas kondisi kerja.
g. Agar setiap pegawai merasa aman dan terlindungi dalam bekerja.
38

3. Aspek, Faktor dan Prinsip Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)


Aspek-aspek Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) yang harus
diperhatikan oleh perusahaan antara lain adalah sebagai berikut (Anoraga,
2005):
a. Lingkungan kerja
Lingkungan kerja merupakan tempat dimana seseorang atau karyawan
dalam beraktifitas bekerja. Lingkungan kerja dalam hal ini menyangkut
kondisi kerja, seperti ventilasi, suhu, penerangan dan situasinya.
b. Alat kerja dan bahan
Alat kerja dan bahan merupakan suatu hal yang pokok dibutuhkan oleh
perusahaan untuk memproduksi barang. Dalam memproduksi barang, alat-
alat kerja sangatlah vital yang digunakan oleh para pekerja dalam
melakukan kegiatan proses produksi dan di samping itu adalah bahan-
bahan utama yang akan dijadikan barang.
c. Cara melakukan pekerjaan
Setiap bagian-bagian produksi memiliki cara-cara melakukan pekerjaan
yang berbeda-beda yang dimiliki oleh karyawan. Cara-cara yang biasanya
dilakukan oleh karyawan dalam melakukan semua aktivitas pekerjaan,
misalnya menggunakan peralatan yang sudah tersedia dan pelindung diri
secara tepat dan mematuhi peraturan penggunaan peralatan tersebut dan
memahami cara mengoperasionalkan peralatan.
Faktor-faktor yang mempengaruhi Keselamatan dan Kesehatan Kerja
(K3) adalah sebagai berikut (Budiono dkk, 2003):
a. Beban kerja. Beban kerja berupa beban fisik, mental dan sosial, sehingga
upaya penempatan pekerja yang sesuai dengan kemampuannya perlu
diperhatikan.
b. Kapasitas kerja. Kapasitas kerja yang banyak tergantung pada
pendidikan, keterampilan, kesegaran jasmani, ukuran tubuh, keadaan gizi
dan sebagainya.
c. Lingkungan kerja. Lingkungan kerja yang berupa faktor fisik, kimia,
biologik, ergonomik, maupun psikososial.
39

Prinsip-prinsip yang harus dijalankan perusahaan dalam menerapkan


keselamatan dan kesehatan kerja (K3) adalah sebagai berikut (Sutrisno dan
Ruswandi, 2007):
a. Adanya APD (Alat Pelindung Diri) di tempat kerja.
b. Adanya buku petunjuk penggunaan alat dan atau isyarat bahaya.
c. Adanya peraturan pembagian tugas dan tanggung jawab.
d. Adanya tempat kerja yang aman sesuai standar SSLK (syarat-syarat
lingkungan kerja) antara lain tempat kerja steril dari debu,kotoran, asap
rokok, uap gas, radiasi, getaran mesin dan peralatan, kebisingan, tempat
kerja aman dari arus listrik, lampu penerangan cukup memadai, ventilasi
dan sirkulasi udara seimbang, adanya aturan kerja atau aturan
keprilakuan.
e. Adanya penunjang kesehatan jasmani dan rohani ditempat kerja.
f. Adanya sarana dan prasarana yang lengkap ditempat kerja.
g. Adanya kesadaran dalam menjaga keselamatan dan kesehatan kerja.

Referensi
1. Widodo, S. (2015). Manajemen Pengembangan Sumber Daya Manusia.
Jakarta: Pustaka pelajar.
2. Moekijat. (2004). Manajemen Lingkungan Kerja. Bandung: Mandar Maju.
3. Mangkunegara, A P. (2004). Manajemen Sumber Daya Manusia
Perusahaan. Bandung: Remaja Rsodakarya.
4. Anoraga, P. (2005). Psikologi Kerja. Jakarta: Rineka Cipta.
5. Budiono, M S. (2003). Bunga Rampai Hiperkes dan Kesehatan Kerja.
Semarang: UNDIP.
6. Sutrisno dan Ruswandi. (2007). Prosedur Keamanan, Keselamatan &
Kesehatan Kerja. Sukabumi: Yudhistira.
40

Materi
Alat Pelindung Diri

Alat Pelindung Diri (APD) adalah suatu alat yang mempunyai kemampuan
untuk melindungi seseorang yang fungsinya mengisolasi sebagian atau seluruh
tubuh dari potensi bahaya di tempat kerja. Tujuan penggunaan APD adalah
sebagai berikut:

1. Melindungi seluruh/sebagian tubuh terhadap kemungkinan


bahaya/kecelakaan kerja (Terhirup atau tertusuk sisa bambu olahan).
2. Menciptakan lingkungan kerja yang aman dan tidak berisiko menimbulkan
masalah kesehatan bagi pekerja (pusing, infeksi saluran napas, dan pegal-
pegal).
3. Meningkatkan efektivitas dan produktivitas kerja.

Jenis APD dan Manfaat Penggunaannya


1. Masker
Melindungi pernapasan dari debu-debu atau serat benang yang bertebaran
atau polusi udara akibat asap rokok dan di lingkungan kerja. Tanpa masker
pekerja dapat mengalami risiko gangguan pernapasan seperti infeksi saluran
napas yang biasanya ditandai dengan batuk, beringus, bersin dan sesak napas.
2. Sarung Tangan
Melindungi pekerja dari luka tangan karena benda-benda keras, luka gores,
terkena bahan kimia berbahaya, dan luka sengatan. Tanpa sarung tangan
pekerja berisiko mengalami luka pada tangan yang akan mengganggu
produktifitas dalam bekerja.
3. Penutup Kepala
Mengurangi kontak kepala langsung dengan limbah kain. Tanpa penutup
kepala, memungkinkan adanya kontak lingkungan luar dengan kepala/rambut
dan sebaliknya.
Referensi:
1. Summamur. (2005). Kesehatan kerja. Jakarta: widia medika.
2. Wahyuni, D., Syadziwini, NS., & Khairunnisa. (2014). Aspek kesehatan dan
keselamatam kerja pada pekerja sablon. Fakultas Kedokteran Universitas
Hasanudin.
2. Lampiran Foto Kegiatan

Anda mungkin juga menyukai