Best Practice Guru
Best Practice Guru
JUDUL:
PEMBELAJARAN TEKNIK PENULISAN BERITA MELALUI INQUIRI DAN MEDIA MAJALAH SEKOLAH DI
SMK NEGERI 1 SURAKARTA
Oleh:
Esti Suryani, M.Pd
NIP. 196902282008012015
Guru SMK Negeri 1 Surakarta
Jawa Tengah
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Guru bagi penulis merupakan pekerjaan yang sangat menyenangkan hingga setelah menyelesaikan
pendidikan di SMAN 2 Cilacap, melanjutkan ke perguruan tinggi tahun 1988 UAD/IKIP Muhamadiyah
Yogyakarta di FPBS/PBSI Yogjakarta. Tahun 1994 penulis mulai menjadi GTT di SMA Batik 1
Surakarta. Mengajar pelajaran Bahasa Indonesia dan mengampu ekstrakurikuler teater.
Tahun 2004 penulis lolos dalam seleksi ujian sebagai guru bantu. Alhamdulillah, Awal tahun 2010
penulis menerima SK PNS. Tahun 2010 penulis berhasil meraih Magister Pendidikan (M.Pd). Selain
mengajar, di sekolah penulis membimbing pembuatan majalah sekolah, membimbing lomba bidang
sastra dan membimbing siswa dalam penulisan karya tulis ilmiah.
Melanjutkan studi ke jenjang yang lebih tinggi bukan berarti penulis melalaikan kewajiban sebagai
ibu dan istri. Penulis tetap mengurus keperluan keluarga dengan baik dan tanggung-jawab. Penulis
juga tetap melaksanakan Tupoksi sebagai pendidik. Di sela-sela proses pembelajaran, penulis tetap
lengkap membuat perangkat pembelajaran di awal semester, mengajar, melakukan evaluasi dan
analisis hasil pembelajaran. Penulis juga terbuka membantu teman-teman guru dalam menyusun
perangkat pembelajaran, melakukan penilaian, memahami strategi pembelajaran, dan membuat
Best Practic ataupun PTK. Penulis juga mencoba melakukan penelitian untuk meningkatkan
kreatifitas sekaligus meningkatkan hasil balajar pada pembelajaran Bahasa Indonesia
Berawal dari sikap peserta didik dan guru yang merasa kesulitan ketika dimunculkan ide tentang
pembuatan majalah sekolah. Penulis sering mendengar banyak pernyataan yang sering diutarakan
peserta didik ketika ditanya mengenai pembuatan majalah sekolah. Hal ini dikarenakan tidak ada
materi dalam mata pelajaran secara khusus mengenai pembuatan majalah sekolah. Pembelajaran
Bahasa Indonesia terdapat materi teks berita tetapi sifatnya hanya sampai pada mereproduksi
belum ada tindak lanjut sampai pada penerbitan majalah.
Belum lagi anggapan peran majalah sekolah sebagai media pengajaran bahasa Indonesia belum
mendapat perhatian secara luas dikalangan guru bidang studi. Masih langka, bahkan belum ada yang
merintis pengelolaan majalah praktis yang berkaitan dengan kegiatan ekstrakulikuler bahasa
Indonesia. Penyebabnya karena kurang kreativitas guru untuk memodifikasi bentuk majalah yang
sudah lama menjadi tren di sekolah (Barung, 1998: 98).
Tiada kata terlambat untuk kemajuan pendidikan di Indonesia termasuk dalam pembuatan majalah
sekolah. Untuk itu penulis dalam best practice ini mencoba menyampaikan pengalaman sederhana
tetapi sangat menarik dilengkapi dengan pemecahan masalah. “Pembelajaran Teknik Penulisan
Berita Melalui Inquiri dan Media Majalah Sekolah” yang tepat dapat menjadi salah satu solusinya.
Jika penulisan berita sudah baik maka akan dengan mudah menerbitkan dalam sebuah majalah
sekolah. Hal ini tentu harus didukung oleh sarana-prasarana penunjang dari sekolah. .
SMK NEGERI 1 Surakarta sebagai tempat penulis mengabdi sebagai guru tidak memiliki ekskul
jurnalistik. Hal itu tidak berarti harus menutup pintu untuk memiliki majalah sekolah. Sebab secara
substansi juga diajarkan dalam setiap mata pelajaran, baik bahasa Indonesia, bahasa Jawa, maupun
bahasa Inggris. Yang terpenting, adakah kemauan sekolah untuk membuatnya. Tentunya kemauan
ini tidak hanya dari guru bahasa Indonesia saja, tetapi harus didukung berbagai komponen sekolah,
mulai dari kepala sekolah, seluruh guru, karyawan, komite sekolah, orang tua siswa, dan siswa itu
sendiri.
B. Pendekatan Penyelesaian Masalah
Pemecahan masalah harus disesuaikan dengan pokok penyebab permasalahan sehingga benar-
benar efektif. Permasalahan utama yang menjadi pemikiran penulis adalah kurangnya kemampuan
peserta didik Untuk memecahkan masalah tersebut, penulis menerapkan “Pembelajaran Teknik
Penulisan Berita Melalui Inquiri dan Media Majalah Sekolah”
C. Tujuan Penulisan
Berdasarkan Rumusan masalah dan pendekatan penyelesaian masalah yang sudah diuraikan di atas
maka, tujuannya sebagai berikut.
1. Untuk mengetahui teknik penulisan berita melalui inquiri.
2. Untuk mengetahui cara penerbitan media majalah sekolah.
D. Manfaat
1) Secara Teoritis:
a. Bagi peserta didik dapat memahami teknik dalam hal memperoduksi teks berita yang baik
yang dapat diterbitkan di majalah.
b. Dapat mengaplikasikan teori yang diperoleh pada pembelajaran di kelas.
2) Secara Praktis
Dapat menjadi alat penyampaian informasi dan wawasan tentang berita dan media berita sekaligus
dalam mempromosikan sekolah pada masyarakat pembaca.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Kajian Teori
Pembahasan suatu masalah akan lebih tepat dan akurat apabila dilandasi oleh beberapa teori yang
terkait dengan pokok permasalahan. Permasalahan yang akan dibahas untuk dicari pemecahannya
dalam tulisan ini adalah masalah pembelajaran, teknik penulisan berita, inquiri, dan media majalah
sekolah. Berikut ini dipaparkan teori yang terkait dengan masalah tersebut.
1. Pengertian Pembelajaran
Pembelajaran adalah suatu kombinasi yang tersusun, meliputi unsur-unsur manusiawi, material,
fasilitas, perlengkapan, dan prosedur yang saling mempengaruhi untuk mencapai tujuan
pembelajaran (Oemar Hamalik, 2001: 57). Menurut Tarigan dan Akhlan (1996: 4) pembelajaran
adalah proses belajar. Pembelajaran merupakan proses belajar yang dilakukan oleh siswa dalam
memahami materi kajian yang tersirat dalam pembelajaran. Pembelajaran bersinonim dengan istilah
proses belajar, kegiatan belajar, atau pengalaman belajar. Pembelajaran menjadi titik tolak dalam
merancang, merencanakan, dan mengevaluasi proses belajar mengajar.
Akhlan Husein dan Rahman (1996: 3) berpendapat bahwa pembelajaran mengandung pengertian
sebagai suatu proses, cara, menjadikan orang atau makhluk hidup belajar. Makhluk hidup yang di
maksud adalah siswa, yaitu warga belajar yang mempunyai tugas belajar.
Oemar Hamalik (2003: 57) juga mengemukakan ada tiga pengertian pembelajaran berdasarkan teori
belajar, yaitu: 1) pembelajaran adalah upaya mengorganisasi lingkungan untuk menciptakan kondisi
belajar para peserta didik; 2) pembelajaran adalah upaya mempersiapkan anak didik untuk menjadi
warga masyarakat yang baik; dan 3) pembelajaran adalah suatu proses membantu siswa
menghadapi kehidupan masyarakat sehari-hari.
Tarigan dan Akhlan (1996: 13-14) menambahkan, ciri-ciri atau kriteria pembelajaran, khususnya
pembelajaran bahasa Indonesia sebagai berikut: 1) pembelajaran bahasa Indonesia harus memiliki
pijakan tertentu sebagai dasar pengembangannya, misalnya pelajaran yang lalu, pengalaman siswa,
atau peristiwa-peristiwa penting; 2) pembelajaran bahasa Indonesia harus meningkatkan
keterampilan berbahasa siswa; 3) pembelajaran bahasa Indonesia meningkatkan kreativitas daya
pikir dan daya nalar siswa; 4) pembelajaran bahasa Indonesia hendaknya bervariasi; 5) pembelajaran
bahasa Indonesia meningkatkan kepekaan siswa terhadap keindahan bahasa dan ragam atau variasi
bahasa Indonesia; 6) pembelajaran bahasa Indonesia meningkatkan interaksi siswa-guru-siswa; 7)
pembelajaran bahasa Indonesia memungkinkan siswa mengalami berbagai kegiatan berbahasa yang
sesuai dengan situasinya; 8) pembelajaran bahasa Indonesia meningkatkan pengetahuan dan sikap
positif terhadap bahasa Indonesia; dan 9) hasil pembelajaran dapat dinilai.
Gino, dkk (1995: 30) menyatakan istilah “pembelajaran” sama dengan “instruction” atau
“pengajaran” yang berarti cara (perbuatan) mengajar atau mengajarkan. Pengajaran berarti
perbuatan belajar (oleh siswa) dan mengajar (oleh guru). Belajar mengajar merupakan dua konsep
yang tidak bisa dipisahkan. Jadi, belajar mengajar menunjuk pada proses interaksi guru dan siswa
pada saat proses pembelajaran, atau dengan kata lain belajar mengajar sebagai proses terjadi
manakala terdapat interaksi antara guru sebagai pengajar dengan siswa sebagai pelajar.
Dari pernyataan di atas, proses pembelajaran merupakan suatu kegiatan yang melibatkan
beberapa komponen, seperti guru, siswa, materi, metode, media, dan evaluasi.
Ada 3 ciri-ciri yang terkandung dalam sistem pembelajaran, yaitu:
a. Rencana, ialah penataan ketenagaan, material, prosedur, yang merupakan unsur-unsur sistem
pembelajaran, dalam suatu rencana khusus.
b. Saling ketergantungan (independence) antara komponen pembelajaran yang serasi dalam suatu
keseluruhan, yang bersifat esensial dan masing-masing memberikan sumbangannya kepada sistem
pembelajaran.
c. Tujuan, sistem pembelajaran mempunyai tujuan tertentu yang hendak dicapai. Tujuan utama
sistem pembelajaran adalah agar siswa belajar. Salah satu komponen yang sangat penting dalam
proses belajar-mengajar yakni tujuan, karena semua komponen dalam sistem pembelajaran
dilaksanakan atas dasar pencapaian tujuan belajar.
Bloom (dalam Waluyo, 2002: 162-167) membagi tujuan belajar menjadi tiga, yaitu:
1) Kawasan Kemampuan Kognitif. Kemampuan kognitif meliputi lima tingkatan, yaitu:
a) Pengetahuan, yang meliputi: pengetahuan akan hal khusus, kejadian khusus, tentang cara dan
alat, arah dan urutan, penggolongan dan kategori, kriteria, metodologi, serta pengetahuan tentang
prinsip dan generalisasi.
b) Pemahaman, yang meliputi: terjemahan, penafsiran, dan perhitungan atau ramalan.
c) Analisis, yang meliputi: analisis unsur, analisis hubungan, dan analisis prinsi-prinsip
organisasional.
d) Sintesis, yang meliputi: hasil komunikasi, hasil dari rencana atau rangkaian kegiatan yang
diusulkan, dan asal mula dari rangkaian hubungan abstrak.
e) Evaluasi, yang meliputi: pertimbangan mengenai kejadian internal, dan pertimbangan mengenai
kriteria eksternal.
2) Kawasan Kemampuan Afektif. Kemampuan afektif meliputi lima
tingkatan, yaitu:
a) Menerima, menyangkut minat siswa terhadap sesuatu, misalnya menerima pelajaran
apresiasi puisi yang ditandai dengan minat atau perhatian positif yang dimiliki siswa terhadap
apresiasi puisi.
b) Responding, artinya ikut berpartisipasi secara aktif dalam suatu kegiatan, misalnya dalam
kegiatan apresiasi puisi.
c) Menaruh penghargaan, pada tingkat ini siswa mampu memberikan penilaian terhadap puisi
yang akan atau sudah dibacakan.
d) Mengorganisasikan sistem nilai. Nilai-nilai dalam diri seseorang bersifat kompleks dan saling
terkait, sehingga menjadi suatu sistem nilai.
e) Mengadakan karakterisasi nilai. Kemampuan tertinggi dalam kawasan afektif yaitu
mengkarakterisasikan nilai-nilai, maksudnya nilai-nilai itu sudah menjadi karakterisasi yang siap
untuk menjadi tingkah laku seseorang.
3) Kawasan Kemampuan Psikomotorik. Kemampuan psikomotorik meliputi lima tingkatan, yaitu:
a) Persepsi, yaitu proses kesadaran akan perubahan setelah keaktifan alat indra. Persepsi meliputi:
stimulasi, menyentuh bentuk sesuatu, merasakan sesuatu, membau dan memegang, serta
mendiskriminasi tanda-tanda.
b) Kesiapan, yaitu kemampuan membedakan persepsi yang masuk. Kesiapan meliputi: kesiapan
mental, fisik, dan emosional.
c) Respon terpimpin, yaitu kemampuan mencatat dan membuat laporan. Respon terpimpin
meliputi: imitasi, trial and error, mengikuti, serta mengadakan eksperimen.
d) Mekanisme, yaitu penggunaan skill dalam aktivitas kompleks. Mekanisme meliputi: memilih,
merencanakan, melatih, serta merangkaikan.
e) Respon yang kompleks, yaitu penggunaan skill berdasarkan pengalaman. Respon yang kompleks
meliputi: adaptasi, penggunaan skill untuk profesi, serta melaporkan atau menjelaskan.
Selain komponen dan ciri-ciri yang terdapat dalam pembelajaran, ada juga beberapa faktor
yang menjadi penentu keberhasilan dalam proses belajar mengajar. Gino, dkk. (1995: 36-39)
mengungkapkan bahwa suatu proses pembelajaran dikatakan berhasil apabila tujuan yang telah
ditentukan dalam proses pembelajaran telah tercapai. Keberhasilan pencapaian tujuan
pembelajaran dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain:
1) Minat Belajar
Minat artinya kecenderungan yang agak menetap, di mana si subjek merasa tertarik dan
senang berkecimpung dalam kegiatan suatu bidang. Untuk menarik minat siswa dalam mengikuti
proses pembelajaran, hendaknya guru memilih media dan metode pembelajaran yang sekiranya
menarik bagi siswa, misalnya dengan mengajak siswa untuk belajar di lapangan atau di luar kelas.
2) Motivasi Belajar
Motivasi diartikan sebagai suatu dorongan yang timbul pada diri seseorang secara sadar atau tidak
untuk melakukan suatu tindakan untuk mencapai tujuan tertentu. Untuk meningkatkan motivasi
siswa dalam mengikuti pelajaran, guru dapat menempuh jalan sebagai berikut:
a) Menghadapkan siswa pada hal-hal yang menantang, misalnya dengan jalan mengadakan
penelitian, penyelidikan, percobaan, membuat sesuatu, dan kegiatan yang lain yang sekiranya dapat
memotivasi siswa.
b) Membantu siswa yang kurang pandai dalam pelajaran, mendorongnya agar bisa lebih maju dan
mau berusaha untuk bisa mengikuti perkembangan teman-temannya yang lain yang memiliki
pemahaman lebih. Bagi siswa yang sudah dapat mengikuti pelajaran dengan baik, guru harus bisa
memotivasinya agar mau berusaha untuk lebih baik lagi dan mau membantu temannya yang masih
kurang mampu dalam pelajaran.
3) Bahan Belajar
Bahan belajar merupakan isi dalam pembelajaran. Bahan atau materi yang digunakan dalam
pembelajaran harus disesuaikan dengan tujuan yang akan dicapai oleh siswa, dan harus sesuai
dengan karakteristik siswa agar diminati oleh siswa.
d. Prinsip Keterbukaan
Inquiri menyediakan siswa beraneka ragam pengalaman konkrit dan pembelajaran aktif yang
mendorong dan memberikan ruang dan peluang kepada siswa untuk mengambil inisiatif dalam
mengembangkan keterampilan pemecahan masalah, pengambilan keputusan, dan penelitian
sehingga memungkinkan mereka menjadi pebelajar sepanjang hayat.
e. Tugas Guru dan Murid dalam Metode Inquiri
Metode inquiri merupakan metode pembelajaran yang berupaya menanamkan dasar-dasar
berpikir ilmiah pada diri siswa, sehingga dalam proses pembelajaran ini siswa lebih banyak belajar
sendiri, mengembangkan kreativitas dalam memecahkan masalah. Siswa benar-benar ditempatkan
sebagai subjek yang belajar. Peranan guru dalam pembelajaran dengan metode inquiri adalah
sebagai pembimbing dan fasilitator. Tugas guru adalah memilih masalah yang perlu disampaikan
kepada kelas untuk dipecahkan. Namun dimungkinkan juga bahwa masalah yang akan dipecahkan
dipilih oleh siswa. Tugas guru selanjutnya adalah menyediakan sumber belajar bagi siswa dalam
rangka memecahkan masalah. Bimbingan dan pengawasan guru masih diperlukan, tetapi intervensi
terhadap kegiatan siswa dalam pemecahan masalah harus dikurangi (Sagala, 2004). Inquiri melibat
komunikasi yang berarti tersedia suatu ruang, peluang, dan tenaga bagi siswa untuk mengajukan
pertanyaan dan pandangan yang logis, obyektif, dan bermakna, dan untuk melaporkan hipotesis
mereka. Tugas guru adalah menyediakan ruang untuk memberikan kesempatan kepada siswa
mengembangkan hipotesis dan secara terbuka membuktikan kebenaran hipotesis yang diajukannya.
Peran utama seorang guru dalam proses pembelajaran inquiri menutrut Gulo, 2002) adalah :
1) Motivator. Memberi rangsangan supaya siswa aktif dan gairah berpikir.
2) Fasilitator. Menunjukkan jalan keluar jika ada hambatan dalam proses berpikir siswa.
3) Penanya. Menyadarkan siswa dari kekeliruan yang mereka perbuat dan memberi keyakinan pada
diri sendiri.
4) Aministrator. Bertanggung jawab terhadap seluruh kegiatan didalam kelas.
5) Pengarah. Memimpin arus kegiatan berpikir siswa pada tujuan yang diharapkan.
6) Manajer. Mengelola sumber belajar, waktu, dan organisasi kelas.
7) Rewarder. Memberi penghargaan pada prestasi yang dicapai dalam rangka pening katan
semangat inquiri pada siswa
f. Kelebihan Inquiri
1) Siswa aktif dalam kegiatan belajar, sebab ia berpikir sebab ia berfikir dan menggunakan
kemampuan untuk hasil akhir.
2) Perkembangan cara berpikir ilmiah, seperti menggali pertanyaan, mencari jawaban, dan
menyimpulkan / memperoses keterangan dengan metode inquiri dapat dikembangkan seluas-
luasnya.
3) Dapat melatih peserta didik untuk belajar sendiri dengan positif sehingga dapat mengembangkan
pendidikan demokrasi.
g. Kelemahan Inquiri
1) Belajar mengajar dengan metode inquiri memerlukan kecerdasan peserta didik yang tinggi.
Bila anak kurang cerdas, hasilnya kurang
efektif.
2) Metode inquri kurang cocok pada peserta didik tingkat dasar.
3. Hakikat Berita
a. Pengertian Berita
Sesuai Kamus Besar Bahasa Indonesia – KBBI (2001: 140), Berita adalah cerita atau keterangan
mengenai kejadian atau peristiwa yang hangat; kabar; laporan; pemberitahuan; pengumuman. A.M.
Hoeta Soehoet: 23 menyampaikan pengertian (definisi) berita, sebagai berikut:
1) Berita adalah keterangan mengenai peristiwa atau isi pernyataan manusia.
2) Berita bagi seseorang adalah keterangan mengenai peristiwa atau isi pernyataan menusia yang
perlu baginya untuk mewujudkan filsafat hidupnya.
3) Berita bagi suatu surat kabar adalah keterangan mengenai peristiwa atau isi pernyataan yang
perlu bagi pembacanya untuk mewujudkan filsafat hidupnya.
Menurut Jani Yosef (2009; 27-32), Sebagian ahli komunikasi berpendapat ”nilai berita ” juga
disebut sebagai ”nilai jurnalistik”. Terdapat 3 (tiga ukuran utama) dalam menentukan apakah suatu
fakta layak dijadikan berita, yaitu di antaranya :
1) Penting. Kata penting mengandung dua pengertian, pertama ialah orang penting (orang ternama)
dan peritiwa penting. Media sering mengangkat peristiwa ataupun kegiatan yang dialami oleh orang
penting menjadi sebuah berita.
2) Menarik. Kriteria umum nilai berita merupakan acuan yang dapat digunakan oleh para jurnalis,
yaitu pada wartawan dan editor untuk menyeleksi berita yang layak disajikan atau terbit. Secara
manusiawi, hal ”apa saja” atau ”siapa saja” yang memiliki nilai menarik dapat menimbulkan ” rasa
ingin tahu” seseorang.
3) Human interest. Segala sesuatu yang memiliki nilai ”menyentuh insane manusia”, yang dapat
menggugah perasaan seseorang dan membangkitkan rasa simpati khalayak. Contoh PMKS
( Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial) yang tinggal di kolong jembatan dan ”minim” akan
tingkat pendidikannya.
4) Kedekatan. Suatu peristiwa yang terjadi dekat dengan khalayak, baik dekat secara geografis
maupun emosional (kekerabatan). Contoh kasus Lapindo di Sidoarjo. Masalah ini mempunyai daya
tarik secara geografis dan emosional dari khalayak di wilayah Jawa dan Sekitarnya.
5) Ketegangan. Suatu peristiwa yang belum terselesaikan, akan tetapi akan menimbulkan kejadian
lainnya. Contoh kasus Manohara, yang sampai dengan saat ini masih dalam ketegangan akan
kebebasanya.
6) Kemajuan. Suatu peritiwa yang berprestasi dalam segala bidang kehidupan di suatu negara,
seperti prestasi gemilang anak bangsa di Pekan Raya Jakarta (PRJ ) dalam ajang lomba dan kreasi
siswa SMK.
7) Berdampak Luas (impact). Kriteria lainnya dapat dipertimbangkan memiliki nilai berita ialah
”akibat” dari suatu peritiwa, keputusan atau kebijakan lembaga tertentu. Contoh kasus BBM (Bahan
Bakar Minyak) yang mengalami kenaikan harga, tentang konversi minyak tanah ke elpiji dan
kebijakan lainnya. Hal ini berdampak luas kepada seluruh insan masyarakat, baik. itu berdampak
positif maupun negatif.
8) Aktual. Unsur aktual sangatlah penting dalam kegiatan jurnalistik, khususnya dalam proses
produksi berita ”Aktualitas”. Berkembangnya teknologi saat ini, menyebabkan aktualitas memiliki
tingkatan aktualnya mulai dari paling aktual, cukup aktual, dan kurang aktual.
Masri Sareb Putra (2006; 24-25), menyatakan dalam teknik peliputan berita itu mencakup 3
Tahapan, yakni :
1) Reportase (pencarian), wartawan mendatangi lokasi peristiwa atau kejadian. Setiba di lapangan,
wartawan segera mengumpulkan data dan informasi sebanyak- banyaknya.
2) Wawancara, sebelum melakukan wawancara dengan narasumber. Wartawan harus menyediakan
alat tulis dan tape recorder, kemudian merumuskan pertanyaan. Setelah itu. wartawan melakukan
tanya jawab dengan saksi mata dan sumber lainya yang terkait dalam suatu peristiwa. Namun
apabila informasi yang didapat saat liputan belum cukup, maka wartawan dapat mencari data dari
tempat lain atau pihak-pihak terkait.
3) Riset Kepustakaan dan Kantor Berita. Untuk memperdalam isi berita, wartawan dapat mencari
kelengkapan berita dari riset kepustakaan dan kantor berita. Seperti menggunakan fasilitas internet,
makalah dan kliping, atau dengan cara membeli berita dari kantor berita.Teknik peliputan ini
ditentukan setelah adanya rapat proyeksi. Dalam rapat ini, para redaktur akan memberi penugasan
kepada wartawan untuk mencari, menggali, dan mendapatkan informasi dari narasumber.
Mengenai unsur penulisan berita yang dikenal dengan 5W+1H.
Jani Yosef ( 2009: 122), menyatakan rumusan 5W+1H, terdiri atas :
What : Menginformasikan apa yang terjadi.
Who : Menginformasikan siapa yang terkait dengan peristiwa.
Why : Menginformasikan kenapa atau mengapa ha itu terjadi.
Where : Menginformasikan di mana kejadian atau peristiwa itu terjadi.
Whe : Kapan peristiwa terjadi dan kapan pernyataan itu disampaikan.
How : Bagaimana peristiwa itu terjadi.
4. Hakikat Majalah
Pengertian Majalah adalah sebuah media publikasi atau terbitan secara berkala yang memuat
artikel–artikel dari berbagai penulis (Assegaff, 1983). Selain memuat artikel, Majalah juga merupakan
publikasi yang berisi cerita pendek, gambar, review, ilustrasi atau fitur lainnya yang mewarnai isi dari
majalah. Oleh karena itu, majalah dijadikan salah satu pusat informasi bacaan yang sering dijadikan
bahan rujukan oleh para pembaca dalam mencari sesuatu hal yang diinginkannya. http://www.e-
jurnal.com/2013/12/pengertian-majalah.html
Menurut Kanis Barung, Djony Herfan, dan Joko Pinurbo (1998: 14-15) Arti penting majalah
pengelolaan majalah sekolah dalam pengajar bahasa Indonesia.
a. Siswa dilatih menulis berbagai bentuk tulisan dengan memakai berbagai ragam bahasa
Indonesia yang sesuai dengan rubrik yang tersedia. Dalam majalah sekolah ada beberapa rubrik,
misalnya rubrik informasi atau berita yang memungkinkan siswa menggunakan ragam bahasa
jurnalistik, rubrik opini yang memberikan kesempatan kepada siswa untuk berlatih menggunakan
ragam bahasa ilmiah, rubrik hiburan yang memungkinkan siswa memperoleh kesempatan
menerapkan penggunaan ragam bahasa.
b. Lewat majalah sekolah dipublikasikan karya cipta siswa, seperti puisi, cerita pendek, cerita
bergambar, dan cerita bersambung.
c. Kegiatan permajalahan dapat juga melatih siswa untuk terampil berbicara (dan menyimak)
sesuai dengan konteks komunikasi. Untuk itu, pengadaan bahan penerbitan dapat dilakukan melalui
reportase. Dengan demikian, siswa harus mewawancarai beberapa tokoh yang yang menjadi sumber
berita atau atau sumber bahan tulisan. Tentu saja efek lain dapat meningkatkan kebiasaan siswa
berani berkomunikasi (secara resmi) dengan orang lain. Lagi-lagi ragam bahasa yang dipakai harus
sesuai dengan status orang yang yang dihadapi. Dengan kata lain, secara tidak sengaja siswa berlatih
menggunakan ragam bahasa Indonesia yang baik dan benar.
Berdasarkan beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa Majalah adalah salah satu
jenis dari media massa. Majalah terdiri dari sekumpulan kertas cetakan yang disatukan. Tulisan-
tulisan di dalam majalah dibuat bukan oleh tulisan tangan, namun oleh suatu mesin cetak. Tidak ada
ketentuan baku dalam penyusunan isi sebuah majalah. Majalah biasanya berisi berbagai macam
topik tulisan yang sesuai dengan tujuan dan topik dari majalah yang bersangkutan. Bukan hanya
terdapat tulisan, di dalam majalah juga ada gambar-gambar yang bertujuan sebagai ilustrasi dari
tulisan dan juga bertujuan untuk membuat isi majalah menjadi cantik dan menarik. Gambar-gambar
tersebut bisa berbentuk gambar orang, gambar benda, atau gambar kartun.
B. Waktu dan Tempat Pelaksanaan
1. Waktu Pelaksanaan
“Pembelajaran Teknik Penulisan Berita Melalui Inquiri dan Media Majalah Sekolah di SMK NEGERI 1
Surakarta” ini sudah penulis terapkan pada saat pembelajaran Bahasa Indonesia di XII-AK 1
semester ganjil di tahun 2015/2016.
2. Tempat Pelaksanaan
“Pembelajaran Teknik Penulisan Berita Melalui Inquiri dan Media Majalah Sekolah di SMK NEGERI 1
Surakarta ” penulis terapkan di SMK NEGERI 1 Surakarta.
Gambar 7. Proses Lay out untuk cover majalah oleh peserta didik
e. Pracetak.
Pada masa ini, pembuatan majalah 75 persen hampir jadi. Ibarat foto, tinggal membuat filmnya.
Dalam tahap ini, pengelola dihadapkan pilihan apakah menggunakan film atau kalkir. Film pun ada
dua pilihan yaitu separasi atau hitam putih.Pilihan ini tergantung dari kemampuan pengelola
majalah sekolah. Kalau ingin bagus, bisa berbentuk film yang separasi. Tetapi kalau dananya
terbatas, bisa menggunakan kalkir. Dalam pengamatan penulis, banyak pengelola majalah sekolah
menggunakan film separasi untuk cover, sedangkan halaman isi menggunakan kalkir. Hal ini
ditempuh dengan pertimbangan penghematan pengeluaran dana dan kualitasnya tidak begitu jelek.
Dalam hal ini penulis bekerjasama dengan pihak majalah didik untuk membantu mewujudkan
sebuah majalah jadi
Gambar 8 Pracetak dan cetak bekerjasama dengan wartawan
f. Kelima, pencetakan.
Ini adalah tahapan terakhir, dan sangat menentukan kualitas cetak majalah. Karenanya, redaksi
harus hati-hati memilih percetakan yang betul-betul berpengalaman. Selain itu, perlu diperjelas
waktu selesai pencetakan. Jangan sampai waktunya meleset dari keinginan pengelola. Setelah
kelima hal itu dilakukan, bukan berarti pekerjaan pengelola majalah selesai. Adalah yang tidak kalah
penting, yakni membagi majalah ke tangan pembaca.
2. Pembelajaran Berakhir dengan Menghasilkan Produk yang Di dokumentasikan dalam Bentuk
Majalah Sekolah.
Produk hasil pembelajaran sudah selesai dibuat dilanjutkan dengan mengkomunikasikan kepada
pembaca dalam hal ini adalah peserta didik. Selain presntasi di kelas penulis lebih mewujudkan
dalam pemuatan di majalah sekolah. dengan memanfaatkan media majalah sekolah peserta didik
dapat menyalurkan kemampuan kreatifitasnya secara maksimal.
Bentuk cover majalah sekolah yang penulis buat beserta peserta didik dengan cover depan dan
cover belakang. Pembuatan Cover dibuat dengan memanfaatkan ap;ikasi Corel sebagai berikut:
3. “Pembelajaran Teknik Penulisan Berita Melalui Inquiri dan Media Majalah Sekolah di SMK
NEGERI 1 Surakarta” Berhasil Meningkatkan Hasil Belajar Peserta Didik
Untuk memperoleh hasil belajar yang maksimal dan akurat, penulis mengadakan ulangan sebanyak 2
kali. Ulangan pertama dilaksanakan penulis tanpa memanfaatkan metode inquiri dan media majalah
sekolah. Peserta didik mengikuti pembelajaran sesuai dengan buku Bahasa Indonesia Ekspresi Diri
dan Akademik, Terbitan Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia tahun 2014.
Dilengkapi dengan lembar kerja dari guru dalam hal ini adalah penulis. Pada ulangan yang kedua
penulis dalam pembelajaran memanfaatkan metode inquiri dan media majalah sekolah.
Hasil yang dicapai setelah melakukan pembelajaran melalui inquiri dan media majalah sekolah dapat
dilihat dengan cara membandingkan hasil ulangan sebelum menggunakan metode inquiri dan media
majalah sekolah dilaksanakan dengan hasil ulangan setelah guru menerapkan metode pembelajaran
inquiri dan media majalah sekolah. Berikut daftar nilai peserta didik sebelum dan sesudah
mamanfaatkan Inquiri dan media majalah sekolah
DAFTAR NILAI PESERTA DIDIK XII AK-1
SEBELUM MELALUI INQUIRI DAN MEDIA MAJALAH
No.
NIS
Nama Siswa
Nilai
1
11343
51
2
11344
Afini Multiningsih
50
3
11345
64
4
11346
64
5
11348
Astri Novitasari
52
6
11349
64
7
11350
60
8
11351
Dimah Widyaningsih
63
9
11352
50
10
11353
52
11
11354
50
12
11355
Herma Nugrahaningsih
65
13
11356
64
14
11357
Ismiyatun
64
15
11358
52
16
11359
62
17
11360
50
18
11361
Nur Anisah
62
19
11362
Nur Syamsiyah
61
20
11363
49
21
11364
Pratiwi Nugraheni
52
22
11365
50
23
11366
52
24
11367
52
25
11368
Resa Ramadani
50
26
11369
52
27
11370
Riska Melina
51
28
11371
Siti Qomariyah
62
39
11372
Sri Utami
64
30
11373
63
31
11374
64
Rata-rata
54
Nilai tertinggi
65
Nilaiterendah
49
Tabel 1: Nilai sebelum melalui inquiri dan majalah sekolah
NIS
Nama Siswa
Nilai
1
11343
83
2
11344
Afini Multiningsih
82
3
11345
84
4
11346
90
5
11348
Astri Novitasari
82
6
11349
11350
80
8
11351
Dimah Widyaningsih
83
9
11352
77
10
11353
80
11
11354
76
12
11355
Herma Nugrahaningsih
90
13
11356
84
14
11357
Ismiyatun
84
15
11358
75
16
11359
82
17
11360
75
18
11361
Nur Anisah
82
19
11362
Nur Syamsiyah
81
20
11363
79
21
11364
Pratiwi Nugraheni
75
22
11365
75
23
11366
77
24
11367
80
25
11368
Resa Ramadani
75
26
11369
77
27
11370
Riska Melina
75
28
11371
Siti Qomariyah
75
39
11372
Sri Utami
80
30
11373
79
31
11374
80
Rata-rata
80
Nilai tertinggi
90
Nilai terendah
70
Berdasarkan data di atas, Tampak bahwa rata-rata nilai peserta didik naik dari rata-rata
54 sebelum menggunakan inquiri dan media majalah menjadi rata-rata 80 setelah menggunakan
inquiri dan media majalah. Nilai tertinggi juga mengalami peningkatan darai 5.4 menjadi 80.
Disamping itu peserta didik juga semakin antusias dalam memproduksi penulisan berita dilanjutkan
dengan mengkomunikasikan baik melalui presentasi di kelas maupun melalui media majalah
sekolah.
F. Faktor Pendukung
1. Dalam Pembelajaran Bahasa Indonesia
a. Ruangan kelas sebagai tempat penulisan naskah berita dalam pembelajaran di kelas cukup
nyaman, proporsional, dan nyaman.
b. Tersedianya LCD di setiap ruang kelas.
c. Kepala sekolah yang selalu mendukung upaya peningkatan kreatifitas, kualitas, dan inovasi
pembelajaran, misalnya mengadakan supervisi kelas hingga pemberian tindak lanjut.
d. Teman-teman guru yang selalu siap diajak berdiskusi tentang pembelajaran demi kemajuan
peserta didik.
e. Peserta didik yang memiliki jiwa dan semangat yang tinggi untuk berkembang dan maju.
G. Alternatif Pengembangan
“Pembelajaran Teknik Penulisan Berita Melalui Inquiri dan Media Majalah Sekolah”
merupakan perpaduan yang harmonis antara teknik penulisan strategi pembelajaran dan media
sebagai tempat untuk mengkomunikasikan hasil karya peserta didik. Penulis sebagai guru mata
pelajaran bahasa Indonesia di kelas sekaligus sebagai pembimbing dalam penulisan naskah berita di
majalah sekolah selalu memberikan bimbingannya dengan semangat tinggi saat dibutuhkan oleh
peserta. Terutama dalam pencarian berita, peserta didik harus sudah tertanam dengan kuat
semangat inquiri. Dimana peserta didik didik harus melaksanakan tugas mencari bahan pemberitaan
dengan modal beberapa pertanyaan untuk melakukan wawancara dengan narasumber.
Pembelajaran dengan strategi inquiri dibutuhkan kemampuan berpikir peserta didik, sejauh
mana siswa beraktivitas mencari dan menemukan sesuatu. Pada inquiri ini yang dinilai adalah proses
menemuka sendiri hal baru dan proses adaptasi yang berkesinambungan secara tepat dan serasi
antara hal baru dengan struktur kognitif yang telah dimiliki siswa. Pada akhirnya akan memperoleh
hasil berupa artikel berita yang layak terbit.
Jadi alternatif pengembangan “Pembelajaran Teknik Penulisan Berita Melalui Inquiri dan Media
Majalah Sekolah” terletak pada kemampuan berpikir peserta didik merupakan unsur untak yang
harus ada pada semua peserta didik. Pengembangan metode Inquiri dalam menemukan berita
terletak pada bagaimana guru mampu mengarahkan strategi pembelajaran aktif ini dengan
mengkombinasikan dengan media pembelajaran sesuai dengan karakteristik peserta didik, kondisi
ruang belajar dan karakteristik materi ajar. Karena model, metode, teknik dan media pembelajaran
tidak selalu tepat untuk materi yang berbeda. Selain itu guru diakhr pembelajaran dapat melengkapi
juga dengan memberikan penghargaan dan penguatan pada peserta didik di dalam pembelajaran.
Bentuk penghargaan dan penguatan dapat dikembangkan guru sesuai dengan karakter peserta didik.
Dalam hal ini satu penghargaan dapat termuat dalam majalah merupakan satu kebanggaan
tersendiri bagi peserta didik.
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil kreatifitas peserta didik yang dicapai, peningkatan pemahaman terhadap
teknik penulisan dan langkah-langkah menerbitkan majalah serta semangat peserta didik meningkat.
Peningkatan tersebut berdampak baik pada peserta didik dalam hasil pembelajaran di kelas. Hal ini
dikarenakan menggunakan teknik penulisan berita melalui Inquiri dan media majalah sekolah, maka
dapat disimpulkan bahwa melalui metode inquiri dan media majalah sekolah ini sangat sesuai untuk
diterapkan dalam pembelajaran penulisan berita pada kelas XII AK-1 semester ganjil 2015/2016.
B. Rekomendasi
1. Bagi guru, hendaknya menerapkan metode inquiri dalam pembelajaran dengan pengembangan
pada teknik dan media pembelajaran yang disesuaikan dengan kondisi kelas, karakteristik peserta
didik, dan karakteristik materi ajar. Guru harus selalu memberikan penguatan dan penghargaan
kepada peserta didik, baik ketika berhasil ataupun gagal dalam menyelesaikan masalah/tugas.
Metode inquiri diterapkan pada semua mata pelajaran di luar Bahasa Indonesia.
2. Bagi guru Bahasa Indonesia yang membimbing penulisan majalah, bisa menerapkan metode
inquiri ini dalam pembimbingan disesuaikan dengan situasi dan kondisi tempat dan karakteristik
peserta didik.
3. Bagi Kepala Sekolah, hendaknya menyarankan semua guru untuk menerapkan metode inquiri
agar peserta didik dapat memperoleh pengalaman langsung dalam pembelajaran, baik di dalam
maupun di luar kelas (outdoor learning). Kepala sekolah hendaknya juga memberikan dukungan
penuh bagi guru yang malakukan upaya peningkatan kualitas sekolah, baik secara materiil maupun
immaterial.
DAFTAR PUSTAKA
Akhlan Husein dan Rahman. 1996. Perencanaan Pengajaran Bahasa. Jakarta:
Depdikbud.
Barung, Kanis, dkk. Dasar- Dasar Penerbitan Majalah Sekolah. Jakarta: 1998. Grasindo,
Dahar, R.W., dan Liliasari. 1986. Interaksi belajar mengajar IPA. Jakarta:
Universitas Terbuka Jakarta.
Gino, dkk. 2000. Belajar dan Pembelajaran I. Surakarta: Universitas Sebelas Maret Press.
Putra, Masri Sareb. 2006. Teknik Menulis Berita dan Feature. Jakarta: PT. Indeks Kelompok
Gramedia.
Tarigan, Djago dan Akhlan Husen. 1996. Rancangan Pelaksanaan Pembelajaran Bahasa Indonesia
SMTP. Jakarta: Depdikbud,