Anda di halaman 1dari 6

KELOMPOK 9:

Azzahra Tania Saraswati 2016230036

Kevin Rafanio 2016230182

Sri Surya Indriyati 2016230123

Lulu Nur Fajriah 2017230194

M Apridiaz Valian A 2017230223

Syifa Fahira 2017230234

Niken Aulia Febrina 2019231001

HASIL REVIEW KELOMPOK 5

TEKNIS PENULISAN:

1. Pada bagian cover cukup ditulis tahun, tidak perlu menggunakan bulan.
2. (KATA PENGANTAR) “Maka,pada kesempatan kali ini,” kurang spasi.
3. (KATA PENGANTAR) “Pemakalah” lebih baik diganti kata menjadi “Penulis”
sebagaimana diawal Kata Pengantar dimulai.
4. (DAFTAR ISI) Pada bagian 4.3.5 kata “#MeToo Movement” tidak di italic.
5. (LATAR BELAKANG) “hukum. (Siegel, 2003, hal 3)”, “Title VII of the Civil Rights Act
of 1964.(Siegel, 2003, hal.8)”, body notes seharusnya diletakkan sebelum titik.
6. “( Siegel, 2003, hal 3)” ada spasi tambahan.
7. “( Siegel, 2003, hal 3) Pelecehan” tidak adanya titik (kecuali jika body note tersebut
untuk kalimat di sampingnya, jika iya maka body note seharusnya diletakkan pada akhir
kalimat tersebut sebelum titik.
8. “kepadanya.Pelecehan” kurang spasi.
9. Hampir pada seluruh makalah penulisan “#MeToo Movement” tidak menggunakan italic.
10. Pada awal kalimat halaman 2, “berkembang diberbagai negara” dihapus spasi 1 kali agar
masih satu paragraf dengan kalimat sebelummya (tidak membentuk paragraf baru).
11. Pada 1.3, “mengetahuimengenai” kurang spasi.
12. Pada 1.4, “internasional yang ada” kurang titik pada akhir kalimat.
13. Pada 1.5, “unit. analisis” ada titik yang tidak perlu.
14. Pada 2.1, “(Asmaeny Azis, Feminisme Profetik (Yogyakarta: Kreasi Wacana, 2007)”
body note cukup menyertakan nama akhir penulis, tahun, dan halaman.
15. “2007).Teori” kurang spasi.
16. “masyarakat.. Gerakan” kelebihan titik.
17. Feminisme tidak berhubungan dengan rasisme.
18. “Sebuah kepercayaan bahwa kondisi perempuan merupakan bentuk dari konstruksi social
sehingga dapat diubah” kata yang ditebalkan lebih baik diganti dengan “sosial” atau
“social construct” dengan italic.
19. Pada awal kalimat halaman 4 perlu dihapus spasi 1 kali agar sinkron dengan paragraf di
halaman selanjutnya.
20. Pada halaman 5 terdapat typo “jenik”.
21. Pada halaman 5 “Feminist Thought” tidak menggunakan italic.
22. “(Khoirunnisa, Amalia Puspa. 2014)” cukup nama akhirnya saja.
23. Typo dalam kata “Ideologii”.
24. “tiap” bukanlah kata baku.
25. “AdvokasiTransnasional” kurang spasi.
26. “Network (TAN)” kurang spasi.
27. “isu,yang” kurang spasi.
28. “yangditandai” kurang spasi.
29. “perempuan,kesehatan bayi” kurang spasi.
30. “(Keck & Sikkink, 1999, p. 89)” body note Indonesia tidak menggunakan “p” melainkan
“hal”.
31. Pada halaman 7 terdapat typo, “dar isumber”
32. “leverage politics” tidak menggunakan italic.
33. “diteliti. (Nazir, 2014, hal 43)” body note seharusnya sebelum titik.
34. “(Nazir, 2014, hal 43) Metode” kurang titik.
35. “Femonena” tidak perlu huruf besar.
36. “S.Lincoln” kurang spasi.
37. “naturalistic” tidak italic.
38. “setting” tidak italic.
39. “personal experience”, dan “life story” tidak italic.
40. “(case study)Studi kasus” kata case study seharusnya italic dan kurang spasi dan titik
dengan kata selanjutnya.
41. Pada halaman 9, “Mengetahui” tidak perlu menggunakan huruf besar.
42. “metode deskriptif kualitatif” (?)
43. Pada halaman 11, “dalampenelitian”, “yangmencakup”, “denganmembawa”, “&Sikkink”,
“taktikgerakan”, “gerakan.TAN”, “perhatian,dan”, “isu.TAN”, “konsepjaringan”,
“danberpengetahuan”, “93).Kemunculan”, “kegiatanmereka”, “padanegara”,
“untukmemperkuat” kurang spasi.
44. Pada halaman 12, “yangmendorong”, “ketikamereka”, “informasi,mendapatkan”,
“berbeda,memperbanyak”, “93).Faktor”, “kontakinternasionaL”, “dalammencapai”,
“dancepat”, “yangmenjelaskan”, “audiensterutama”, “kemampuanmenyerukan”,
“sepertipemerintah”, “memegangprinsip”, “tujuanperubahan”, “taktikmaupun”,
“akanmenjelaskan”, kurang spasi.
45. Pada halaman 13, “penellitian”, “beraitan”, “kulaitatif” typo. Selanjutnya “google books”
tidak menggunakan italic, dan “researchdari” kurang spasi.
46. Pada halaman 14, “Harvey Weinstein.Tarana Burke”, “dayaorang”, kurang spasi.
47. Halaman 15, awal kalimat terbentuk paragraf baru yang seharusnya kelanjutan dari
paragraf akhir di halaman 14.
48. Kata “#IDidThat”, “#IHave”, “IWill” tidak menggunakan italic.
49. Halaman 16, “yaitugerakan” kurang spasi.
50. Halaman 17, “2017 Selama” tidak perlu menggunakan huruf besar. Selanjutnya
“media.Banyaknya” kurang spasi, dan “defensive” seharusnya defensif.
51. Halaman 18, “kekerasanseksual” kurang spasi.
52. Halaman 21, “di-flash” tidak menggunakan italic.
53. Halaman 23, “publik.Ketika” kurang spasi. Kemudian, “Bringing an End to Harassment
by Enhancing Accountability and Rejecting Dicrimination in the Workplace Act” tidak
menggunakan italic.
54. Halaman 24, “april” tidak menggunakan huruf besar. Selanjutnya “dibawah” kurang
spasi. Kemudian “(1) menjadikan”, “(2) melarang”, “(3) melarang”, “(4) menetapkan”
seharusnya menggunakan huruf besar.
55. Halaman 26, “diperluas.Hukum” kurang spasi. Kemudian “. (Anna, North, 2019)” dan “.
(Sean, J Kirby,2020)” body note seharusnya sebelum titik dan “Sebelumnnya” kelebihan
huruf n.
56. Halaman 27, “NDA.( National Women Law’s Center, Progress In Advancing Me Too
Workplace Reforms In #20statesby2020, hal 5)” dan ”. (Anna, North, 2019) penulisan
body note yang seharusnya sebelum titik.
57. Halaman 28, “Chicago.DPR” dan “dibawah” kurang spasi.
58. Halaman 29, “perempuandi”, “diluar”, “didalam”, “dibawah” dan “dinegaranya” kurang
spasi. Kemudian “responsive” seharusnya responsif. Selanjutnya “Non Disclosure
Agreement” dan “Time’s up” seharusnya italic.
59. Halaman 30, awal kalimat terbentuk paragraf baru yang seharusnya kelanjutan dari
paragraf akhir di halaman 29. Kemudian “meningkatknya” kelebihan huruf k dan
“tersebut” kurang titik di akhir kalimat.

KONTEN:

1. Kelompok kami menemukan tidak adanya penjelasan terhadap keterkaitan antara teori
Feminisme dan juga konsep Jaringan Advokasi Transnasional dengan studi kasus yang
diangkat.
2. Menurut kelompok kami, penulis kurang menjelaskan alasan menggunakan konsep
jaringan advokasi transnasional untuk analisa kasus.
3. Judul dan isi makalah yang tidak konsisten, dimana di judul nya bersifat terlalu spesifik
sedangkan implementasi didalam isi makalah yang terlalu luas.
4. Penggunaan omnibus law pada bab 4.3.2, sangat kontradiksi dengan kesejahteraan buruh
dan judul dari makalah penulis karena hanya bersifat balas budi rezim ke oligarki.
5. Selanjutnya, pertanyaan penelitian menggunakan “mengapa” tetapi desain penelitian
yang digunakan adalah deskriptif, jadi saran kami sebaiknya diganti dengan eksplanasi.
6. Dalam metode penelitian menggunakan studi kasus deskriptif, akan tetapi menurut kami
itu tidak sesuai dengan pertanyaan penelitian yang menggunakan “mengapa”, seharusnya
menggunakan studi kasus eksplanasi.
7. Menurut kelompok kami, kerangka pemikiran tidak menjawab sesuai dengan pertanyaan
penelitian. Sebaiknya kerangka mejelaskan mengapa gerakan #MeToo penting. Poin
“Adanya reformasi dan implementasi Undang-Undang dan Norma di Amerika Serikat dalam
menangani kasus Pelecehan Seksual” tidak perlu karena tidak menjelaskan.
8. Dan juga dibagian metode penelitian penulis menjelaskan bahwa metode penelitian yang
digunakan untuk mengetahui dampak dari #MeToo Movement ini, hal ini tidak sesuai
dengan pertanyaan penelitian yang memfokuskan pada mengapa kampanye ini dianggap
sebagai gerakan penting bukan dampak dari gerakan ini.
9. Lalu pada bagian sifat penelitian, penulis menggunakan metode deskriptif kualitatif dan
menjelaskan bahwa penggunakan metode ini untuk menjelaskan pengaruh dari gerakan
#MeToo, lagi ini tidak sesuai dengan pertanyaan penelitian yaitu “Mengapa kampanye
#MeToo movement dianggap sebagai gerakan penting yang dapat melindungi perempuan
dari tindakan pelecehan seksual di Amerika Serikat 2016-2019?” yang seharusnya
penulis menjelaskan alasan-alasan dan sebab akibat dari pertanyaan penelitian bukan
mendeskripsikan.
10. Pada bagian 3.6, dituliskan “berfokus pada pelecehan seksual di tempat kerja”, mengapa
tidak memasukan juga pelecehan seksual di tempat umum/publik atau tempat lainnya,
mengapa hanya ditempat kerja saja. Karena di judul dituliskan “meminimalisir pelecehan
di AS” yang artinya meminimalisir pelecehan di seluruh kawasan AS bukan hanya di
tempat kerja saja.
11. Sebelumnya pada bagian 3.6 dijelaskan berfokus pada pelecehan di tempat kerja dan
dijelaskan pelecahan seksual banyak terjadi di tempat kerja, tapi pada subbab 4.2
disebutkan pelecahan seksual sering terjadi di ruang publik, jadi mana yang benar? Di
ruang publik atau hanya di tempat kerja saja? Karena sebelumnya dijelaskan juga pada
bagian 4.1 bahwa gerakan #metoo berfokus pada pelecehan seksual di tempat kerja bukan
pada ruang publik, terlihat disini masih rancu dalam pembahasan pelecehan seksual
sering terjadi pada tempat apa.
12. Makalah ini seharusnya memiliki fokus analisa Sistem Internasional, tetapi pembahasan
terfokus pada kasus pelecehan di Amerika Serikat. Dimana letak analisa sistem
internasionalnya?

ISI DAFTAR PUSTAKA:

1. Khomami, Nadia. 2017. #MeToo: How a Hastag became a rallying cry against sexual
harrasment. https://theguardian.com/world/2017/oct/20/women-worldwide-usehastag-
metoo-against-sexual-harrasment tidak ditemukan.

Anda mungkin juga menyukai