Anda di halaman 1dari 9

KELOMPOK 4

NAMA : 1. Ruth Sabaraty Sinaga (20.3654)

2. Sanggul Rio Bekham Lumban Gaol (20.3655)

3. Sonda Veliani (20.3656)

4. Theopani Sigalingging (20.3657)

5. Vaciell Anna Mishalca Tobing (20.3658)

6. Virdo Manurung (20.3659)

7. Wando Sampetua Pasaribu (20.3660)

8. Yobel Eben Ezer Lumbantoruan (20.3661)

9. Yuni Ernada Louise Simarmata (20.3662)

MATA KULIAH : METODOLOGI PENELITIAN

DOSEN PENGAMPU : Pdt. MIXON SIMARMATA, M.Th

Bandingan Sajian Kelompok 2 “PENGAMPUNAN TERHADAP PELAKU KASUS


PELECEHAN SEKSUAL”

1. Pengantar

Sajian penulis memuat kajian sesuai dengan isu-isu yang banyak terjadi pada masa kini,
yakni mengenai pelecehan seksual. Pembahasan yang tercakup dalam paper penyaji sangat
terstruktur dalam sistematika penulisannya. Kelompok penyaji juga membahas alasan-alasan
keterkaitan topik dengan Teo-logi, yakni secara Biblika. Dalam kajian juga terdapat sumbangan
pemikiran yang diberikan oleh kelompok yang mengarahkan pembaca selain memiliki
pandangan dari sisi korban, juga memiliki pandangan dari sisi pelaku. Yang mana bertujuan agar
tetap dapat terwujudnya perdamaian dan tentram dalam kehidupan.
Kelompok pembanding memberikan apresiasi kepada kelompok penyaji mengenai sajian
paper tentang pengampunan terhadap pelaku kasus pelecehan seksual dimana kasus ini sudah
sangat sering kita dengar baik dari media cetak maupun di dalam media elektronik. Kelompok
memberikan penulisan yang menarik karena di dalam paper yang telah diberikan oleh kelompok
terdapat sebuah alasan mengapa kasus pelecehan seksual sering terjadi sehingga para pembaca
dapat mengantisipasi diri agar tidak terjatuh ke dalam peristiwa pelecehan baik dia sebagai
korban maupun dia sebagai pelaku utama. Kelompok pembanding setuju dengan pandangan
kelompok bahwasannya pelaku pelecehan seksual harus dikenakan sanksi tegas guna
memberikan efek jerah bagi pelaku dalam tindakannya yang menyimpang dari aturan yang telah
disepakati oleh Negara. Dan jikalau pelaku pelecehan seksual diberikan sebuah pengampunan
maka hal ini akan sulit diterima oleh para korban karena secara tidak langsung pelaku pelecehan
tersebut sudah merusak mental dari korban yang telah dianiayanya. Namun jikalau dibawak ke
dalam ajaran Kristen tentang hukum Kristus, maka pengampunan menjadi salah satu hal yang
paling penting dalam kehidupan sehari- hari. Karena kita ketahui, Tuhan sudah terlebih dahulu
mengampuni kita sehingga kita harus bisa untuk memampukan diri dalam mengampuni
seseorang. Dari paper yang telah diberikan oleh kelompok menjadi salah satu modal utama para
pembaca untuk kembali diingatkan tentang bagaimana kita hidup seturut dengan kehendak
Tuhan melalui pengampunan yang kita beri kepada seseorang ketika kita mengalami sebuah
masalah yang mungkin tidak bisa kita terima dalam hidup ini seperti pada kasus pelecehan
seksual yang terjadi di Negara kita ini.

B. Kritik Penulisan dan Isi

~ Kritik Isi

* Pada bagian pendahuluan dalam alasan memilih judul menurut kelompok pembanding, alasan
yang dicantumkan oleh kelompok penyaji kurang relevan dengan isi maupun judul yang dipilih
oleh kelompok penyaji. Yang mana penyaji mencakup arti dari asmara yang dihubungkan
dengan hawa nafsu hingga dikaitkan dengan pelecehan seksual. Pada awalnya, penyaji
memberikan arti dari asmara, dilanjut dengan lingkaran hubungan pacaran, namun selanjutnya
penyaji memberikan arti dari manusia hingga berkaitan dengan hawa nafsu. Dalam makalah
penyaji juga menyatakan bahwa asmara merupakan suatu relasi antarindividu yang di dasari oleh
cinta, sedang kita mengetahui bahwa pelecehan seksual tidak selamanya karena adanya
hubungan antara si korban dan pelaku pelecehan seksual. Karna ada juga korban pelecehan
seksual yang dilakukan oleh orang yang tidak dikenal seperti penculikan, dicegat ditengah jalan,
dll.

* Pada paragraf kedua dalam “Alasan Memilih Judul”, penyaji langsung menyatakan “Berkaca
dari realitas tersebut...” sehingga kelompok mengangkat judul Pengampunan Terhadap Pelaku
Kasus Pelecehan Seksual, langsung dilanjut dengan kerelevanannya pada rentang usia Anak
Remaja yang diperhadapkan pada nilai-nilai yang sesuai dengan etika seksualitas dalam Kristen.
Sebenarnya, kelompok bertujuan menyajikan penelitian khusus pada anak usia remaja atau
secara umum? Karena pelecehan seksual dapat terjadi pada semua jenjang usia.

* Dalam “Rumusan Masalah” yang disajikan kelompok pada nomor 1 tentang bagaimana peran
orang tua terhadap pergaulan anak, hal ini menjadi sangat membingugkan bagi kelompok
pembanding, dikarenakan beranjak dari judul kelompok penyaji hal tersebut bukanlah menjadi
fokus utama terhadap isu yang sedang diangkat. Pada “Tujuan Penelitian” juga, kelompok
penyaji membuat “orang tua mengambil peran utama dalam memonitori pergaulan anaknya agar
seturut dengan etika moral dan etika Kristen.” Apa yang mejadi tujuannya pada bagian ini?
Dikarenakan yang terdapat dalam nomor 1, bukanlah suatu tujuan tetapi merupakan kalimat
penjelas terhadap peranan orangtua kepada pergaulan anak. Ini juga sesungguhnya bukanlah
fokus daripada topik bahasan kelompok penyaji.

* Dalam “Metode Penelitian”, literatur yang diperoleh penyaji salah satunya adalah laporan.
Laporan seperti apa yang dimaksud oleh kelompok? Dikarenakan jika merujuk dari arti kata
literatur merupakan semua karya tertulis yang dapat dijadikan rujukan. Apakah laporan tertulis?

* Dalam hipotesis kelompok, tidaklah ada kaitannya mengenai pengampunan terhadap pelaku
pelecehan seksual. Melainkan, penyaji hanya beranjak dari korban pelecehan seksual dan
memberikan stigma yang hanya menyudutkan korban pelecehan seksual. Sedangkan kita
mengetahui bahwa dalam kasus pelecehan seksual yang seharusnya mendapat pengampunan
adalah si pelaku.
~ Kritik Penulisan

1. Kelompok penyaji perlu memerhartikan beberapa penulisan kata, penggalan frasa, dan
penyusunan kalimat yang masih bersalahan dalam pengetikan setiap kata (typo) dan pola
anak dan induk kalimatnya
2. Kelompok perlu memperhatikan penulisan yang benar agar tidak terjadi pemborosan
kata, seperti: “sehingga dengan begitu, maka Allah sendiri yang mampu . . .” seharusnya
“sehingga Allah sendiri yang mampu . . .”
3. Kelompok perlu memperhatikan penulisan tanda baca
4. Kelompok perlu memperhatikan penulisan kapital huruf di dalam kalimat, seperti:
- “kejahatan” seharusnya “Kejahatan” (hlm. 4)
- “Korban” seharusnya “korban” (hlm. 4)
5. Kelompok perlu memperhatikan penulisan bahasa Indonesia yang benar. Dalam paper
kelompok terdapat banyak penulisan yang salah di dalam pengetikan, seperti:
- “permerkosaan” seharusnya “pemerkosaan” (hlm. 4)
- “insya Allah” seharusnya “insyaAllah” (hlm. 5)
- "membelaskan" mungkin maksud kelompok adalah "membalaskan"
- “Maka hukum menjadi jalan agar korban merasa sedikit merasa lebih ringan dalam
tekanan mental yang dialami." Mungkin maksud kelompok "Maka hukum menjadi
jalan agar korban merasa sedikit lebih ringan dalam tekanan mental yang dialami."
- Tidak konsistennya penulisan kata "orangtua", terkadang kelompok menulisnya
seperti "orang tua", "orangtua"
- "Namun demikian pengampunan pengampunan merupakan dasar yang kuat,..."
seharusnya "Namun demikian pengampunan merupakan dasar yang kuat,..."
- "unutk" seharusnya"untuk"
- "kehiduoan" seharusnya "kehidupan"
- "memeruakn" seharusnya "memerlukan"
- "bentu" seharusnya"bentuk"
- "yanh" seharusnya "yang"
6. Kelompok perlu memperhatikan penulisan footnote yang baik dan benar
7. Kelompok perlu memperhatikan sistematika penulisan pada paper kelompok. Kelompok
tidak menuliskan manfaat penelitian pada paper kelompok.
8. Penulisan footnote pada laporan kelompok tidak konsisten, karena ada footnote yang
memakai "hlm" ada juga yang langsung ke angka, seperti "8-9"
9. Kelompok perlu memperhatikan penulisan kata penduakalian, seperti:
- "Laki - laki", seharusnya "laki-laki"
- "Ditengah - tengah", seharusnya "di tengah-tengah"
- "Undang - undang", seharusnya"undang-undang"
10. Kesalahan pada footnote di paragraf, seperti "seseorang¹²." seharusnya "seseorang.¹²"

C. Sumbangan Pemikiran

a. Dalam pemilihan judul, penyaji bisa saja beranjak dari Alkitab mengenai pengampunan.
Seperti yang terdapat dalam Matius 18: 21-35 tentang “Perumpamaan tentang
Pengampunan”. Sehingga kelompok bisa terarah, dalam menemukan konsep pengampunan
yang benar terhadap kasus pelecehan seksual. Karna tingkat kejahatan pelecehan seksual
adalah berbeda-beda.
b. Sebaiknya kelompok lebih fokus pada satu bahasan saja. Jika ada bahasan penjelas, seperti
mengkaitkan secara umum biasanya pelecehan seksual bisa terjadi akibat adanya pergaulan
bebas, kelompok haruslah tetap berfokus pada pengampunan seperti apa yang dimaksud oleh
kelompok penyaji. Selain itu, pada tingkat kriminalitas seperti apa yang ingin diampuni?
Apakah pada kasus pelecehan seksual dengan mencium atau meraba bagian intim si korban
dengan memaksa atau mengancam? Atau pada kasus pelecehan seksual yang memperkosa,
menculik hingga terjadinya pembunuhan? Karena tingkat kekejaman daripada kasus
pelecehan seksual adalah berbeda-beda.
c. Sebaiknya kelompok penyaji menjelaskan hingga pada, bagaimana pengampunan yang
dimaksud kelompok terhadap pelaku pelecehan seksual. Apakah kelompok bermaksud
pengampunan secara total yakni mencabut semua tuntutan terhadap si pelaku dan
membebaskannya dari tanggungjawab yang harus ditanggungnya? Atau pengampunan
dalam kasus ini bertujuan memberikan keringanan terhadap si pelaku dalam menjalani
proses hukumannya?
d. Dalam memahami suatu kata, maka kita perlu memperbandingkan kesesuaiannya dengan
apa yang telah dijelaskan oleh sumber umum dan khusus secara linear dan bertautan satu
sama lain. Pemaknaan asmara dalam bagian alasan memilih judul dirasa oleh kelompok
pembanding perlu untuk ditinjau ulang oleh kelompok penyaji secara pemaknaan umum
yakni KBBI maupun kamus lainnya dan sumber buku linear lainnya pada perbandingan
khususnya, sehingga dapat berkorelasi dengan kalimat-kalimat selanjutnya.
e. Jikalau memang pada pemahaman kelompok terkait yang akan dibahas ialah seputar umur
anak remaja, maka sehendaknya masukkanlah frasa ‘anak remaja’ tersebut pada
keterkaitannya dengan judul utama serta jelaskan sedikit terkait apa yang melandasi pokok
target penyaji pada tahapan umur anak remaja sebagai konsentrasi penyusunan judul
pengampunan terhadap kasus pelaku kasus pelecehan seksual.
f. Pada tahapan selanjutnya bagi kelompok, sudah sehendaknyalah kelompok dapat untuk
menyesuaikan antara penjelasan di rampungan kajian awal sampai pada tahap pembahasan
kelompok penyaji terkhusus pada penyusunan pola rumusan masalah dan tujuan penelitian
dengan kesesuaiannya dengan yang akan dijelaskan di tahap pembahasan, sebab dalam hal
ini terkhusus pada poin 1 baik di rumusan masalah dan juga tujuan penelitian terkait
bagaimanakah peran orang tua terhadap pergaulan anak dan capaian pembahasan nantinya di
titik orang tua yang akan mampu mengambil peran utama dalam memonitori pergaulan
anaknya agar seturut dengan etika moral dan etika Kristen tidak sesuai dengan apa yang
dijelaskan dalam poin pembahasannya. Poin pembahasan malah membahas pola bagi balita
dan anak dan sangat disayangkan, kelompok mengambil sumber pada, “Ahmadi Sofyan,
Panduan Mendidik Remaja masa Kini the Best Parents in Islam, (Jakarta: Lintas Pustaka,
2002), hlm. 7” yang mana hal ini sangat fatal bahwasannya yang akan dicapai adalah etika
moral, etika seksualitas, dan etika kekristenan, namun yang dirujuk pada khasanah agama
islam berkonsep. Kelompok pembanding menyarankan supaya kelompok penyaji pada
kesempatan berikutnya untuk dapat menyesuaikan judul dan pembahasan, pembahasan dan
pola penjelasan, dan pola penjelasan dengan rujukan sumber yang dirunut, sehingga pada
tahap kesesuaiannya, capaian kelompok dapat setidaknya secara sistematis menghantar pada
titik pertanggungjawaban yang tepat dan baik di kemudian hari andai kala pelaporan ini
kembali akan menjadi rujukan bagi bahasan-bahasan penyaji lainnya.

Pertanyaan

1. Pengampunan seperti apa yang kelompok maksud yang diperoleh pelaku pelecehan seksual?
Tindakan pelecehan seksual seperti apa yang dimaksud dalam penelitian kelompok?
2. Pengampunan yang dimaksud oleh penyaji pada halaman 8 adalah agar mewujudkan
perdamaian dan tentram dalam kehidupan. Apakah pengampunan terhadap pelaku pelecehan
seksual pada tingkat-tingkat tertentu akan pasti mengakui kesalahannya sepenuhnya dan
melakukan pertobatan dalam hidupnya? Bagaimana kelompok menegaskan bahwa mereka
yang berbuat pelecehan seksual, tidak akan melakukannya kembali?
3. Bagaimanakah sebenarnya kelompok memaknai kata ‘asmara’, sehingga pada kalimat-
kalimat selanjutnya, kelompok mengkaitkan pola penjabaran paragraf pada pembahasan
mengenai frasa ‘dapat memiliki pacar’, ‘hawa nafsu’, ‘nafsu seksual’, dan ‘perkembangan
teknologi’ dan kaitan apa serta pada sumber manakah yang dapat mendasari pemahaman
kelompok antara Asmara dengan Tindakan pelecehan seksual?
4. Apakah sebenarnya yang dipahami kelompok dengan frasa ‘etika seksualitas dalam Kristen’
dalam kalimat, “… situasi ini membuat Anak Remaja diperhadapkan pada nilai-nilai yang
sesuai dengan etika Seksualitas dalam Kristen”?
5. Dapatkah kelompok menjelaskan pembagian footnote yang ada dalam pelaporan sajian
kelompok saat ini menurut kalimat yang jelas diketikkan oleh kelompok yakni, “Literatur
diperoleh dari buku, jurnal, laporan, dan berita yang sesuai dengan tema yang sedang
dibahas.”, sebab yang dapat kelompok pembanding lihat menurut kaidah penulisan footnote
hanyalah buku saja dan tidak lebih daripada itu?
6. Pada pola kesesuaiannya, jelaskanlah apa hubungan dan korelasi antara pelecehan seksual
dengan pengampunan secara garis umum dan alkitabiahnya!
7. Pada kajian kelompok, sekurang-kurangnya saru kalimatpun tidak ada penjelasan terkait
perbedaan antara hukum pidana dan perdata pada kesesuaiannya dengan tindakan
pelanggaran seksualitas. Untuk itu, mengapakah kelompok menjelaskan bahwa pelecehan
seksual dapat menghadapi tuntutan pidana bukan perdata?
8. Apakah yang dimaksudkan oleh kelompok melalui kalimat, “Sekali lagi, tidak ada lagi yang
harus terjadi, bukan alasan sosial yang penting, tetapi masalah pribadi” pada kesesuaiannya
dengan pokok umum penjelasan kelompok penyaji terkait dasar-dasar pandangan seksual
dalam biblika?
9. Apakah tendensi kelompok hingga menjabarkan terkait potensi pelanggaran seksual pada
akibat adanya konsep patriarki? Mengapa kelompok seolah-olah mempertentangkan konsep
patriarki dan mencurigainya sebagai dasar kuasa untuk melakukan pelanggaran seksual?
10. Sebagai tujuan peninjauan ulang, Jelaskanlah kembali secara runtut dan singkat terkait
kesesuaian pola pengajaran orang tua yang sesuai dengan apa peran yang seharusnya
dimiliki orangtua menuju penghindaran pada pelanggaran kode etik seksualitas sesuai
bahasan judul yang diangkat oleh kelompok penyaji!

PENUTUP

Pengampunan merupakan suatu tindakan yang diberikan untuk melepaskan seseorang


dari kesalahan. Manusia melakukan pengampunan dengan kesadaran bahwa kita telah diampuni
terlebih dahulu oleh Allah. Pengampunan terjadi ketika seseorang telah berdamai dengan suatu
keadaaan yang tidak dapat ia terima dalam kehidupannya. Di dalam bahasan kelompok,
pengampunan diperhadapkan dengan kasus pelecehan seksual. Menurut kelompok pembanding
pengampunan tidak hanya diberikan oleh korban kepada pelaku, namun juga Tuhan dilibatkan
dalam melakukan pengampunan. Pengampunan juga diberikan terhadap masyarakat yang
mengetahui peristiwa pelecehan seksual tersebut dan mengampuni pelaku pelecehan seksual.
Pengampunan terjadi karena Tuhan terlebih dahulu mengampuni pelaku, dan hal itu sudah
menjadi kewajiban korban dalam melakukan pengampunan.

Penerapan pengampunan biasanya terjadi ketika seseorang telah melakukan intropeksi


diri dan menerima keadaannya kemudian ia dapat berdamai dengan dirinya sendiri. Pemberian
pengampunan bagi pelaku pelecehan seksual terjadi karena seberat apapun hukuman yang
diberikan kepada pelaku, hal tersebut tidak memberikan kepuasan kepada korban serta hal yang
setimpal bagi korban. Oleh sebab itu, pengampunan tidak hanya diberikan oleh korban kepada
pelaku tetapi juga pelaku terlebih dahulu harus memohon pengampunan dari Tuhan. Kedua hal
ini terjadi karena kehendak Tuhan, Pelaku memohon pengampunan kepada Tuhan dan korban
memberi pengampunan kepada pelaku sehingga Tuhan, korban dan pelaku terhubung kepada
suatu pengampunan.

Anda mungkin juga menyukai