Misal: Banyaknya kasus kehamilan di luar nikah adalah dampak dari merebaknya pornografi dan
pornoaksi. Buktinya, menurut penelitian yang dilakukan Lembaga Pemerhati Anak, remaja umumnya
melakukan hubungan seks setelah menonton video porno. Dari 1.000 remaja yang disurvei, 800 orang
mengatakan demikian (mediakhilafah, 10/10/13)
4. Argumentasi yang kuat dan tak terpatahkan
Misal: Aturan pemerintah yang membatasi usia pernikahan karena menikah usia dini dianggap
membahayakan, perlu ditinjau ulang. Saat ini, dengan merebaknya rangsangan seksual di berbagai
media yang membangkitkan syahwat anak-anak hingga remaja, membatasi pernikahan justru akan
menjadi bumerang. Akibatnya, mereka memilih berzinah. Tentu, berzinah dini lebih bahaya dibanding
menikah dini bukan? Disamping haram, berzina dini bisa menimbulkan...bla..bla..bla...
C. ALINEA PENUTUP
Berupa kesimpulan, saran atau konsep yang diusung penulis. Cukup satu-dua alinea saja.
Tutuplah dengan kesimpulan yang kuat, logis dan mampu mengunci semua kemungkinan wacana
yang ada.
Kalau bisa, alinea penutup menyentil alinea pembuka tadi, sehingga kesimpulannya tetap on the
track. Kalimat akhir bisa pula dilengkapi dengan harapan penulis, ucapan selamat, dukungan dan
sejenisnya yang memperkuat hasil analisa penulis.
Misal: Kalau alinea pembuka adalah berikut: Sepasang pelajar putih-biru tanpa risih
memperagakan adegan mesum di hadapan teman sekelasnya...
Alinea penutup bisa disisipkan kata-kata: Semoga dengan upaya di atas, tidak ada lagi pelajar
yang menjadikan kelas sebagai ruang peraga adegan mesum, juga ruang-ruang lainnya. Tertutup sudah
pintu zina di lembaga pendidikan.
Contoh Artikel dengan struktur baku: fakta-analisa-kesimpulan
Republik Zina Menunggu Binasa
Oleh Asri Supatmiati, S.Si
Penulis buku Indonesia dalam Dekapan Syahwat
(tayang di website www.hizbut-tahrir.or.id)
Kelakuan Anggota Komisi A DPRD Kabupaten Sampang, Madura, Jawa Timur ini memang
menjijikkan. Namanya H Mochammad Hasan Ahmad alias Ikhsan, tak seelok perilakunya. Lelaki
berpenampilan santun berusia 44 tahun itu, ternyata memiliki hobi mengumbar nafsu birahi dengan
cara yang sangat tidak lazim.
Anggota Partai Persatuan Pembangunan (PPP) itu, terungkap sedikitnya telah menggagahi
sembilan anak baru gede (ABG). Untuk membungkus kelakuan bejatnya, ia menikahi para korbannya
lalu menceraikannya seketika sesudah digauli. Mungkin supaya tidak dianggap zina, meskipun
pernikahan itu jelas tidak sah karena tidak ada wali dari pihak perempuan.
Beruntung, "petualangan" pria beristri itu tercium polisi berkat laporan warga Sampang. Hasan
digerebek di Hotel Pitstop, Jalan Semut Baru, Surabaya, saat sedang mengencani Asr, siswi kelas dua
SMP asal Jalan Banyuurip Kidul, Surabaya (www.suarapembaruan.com, 17/4/13)
Hasan mungkin hanya segelintir laki-laki --dan kebetulan pejabat-- yang apes ketahuan saat
berzina. Masih banyak lelaki hidung belang lain yang hobi berzina lainnya yang tidak ditangkap.
Buktinya, jumlah pelacur makin menggelembung. Bahkan wanita baik-baik pun tak sedikit yang
ternyata nyambi jadi pelacur. Mulai ABG seperti langganan Hasan, mahasiswi hingga karyawan
swasta. Ini membuktikan suburnya perzinaan.
Zina Merajalela
Perzinaan agaknya sudah menjadi gaya hidup sebagian warga berhaluan liberal di Republik ini.
Tepatnya, sejak kran liberalisasi di berbagai bidang dibuka. Life style ala Barat yang sarat dengan
gelegak syahwat turut menjadi penumpang gelap. Katanya zina itu ilegal, tapi merebak di mana-mana
dibiarkan. Pornografi, pornoaksi, pelacuran, permesuman dan hiburan maksiat, begitu dekat, mengulik
urat syahwat.
Tak peduli lelaki baru baligh, atau gadis bau kencur, jika saraf-saraf nafsunya sudah
dibangkitkan, apa pun dilakukan. Jika pintu legal pernikahan begitu terjal (karena biaya nikah mahal,
nikah dini dilarang atau poligami dicaci), zina pun jadi pelampiasan.
Ada yang dengan pelacur berbayar, ada pula yang dilakukan atas dasar suka sama suka. Merasa
tak ada yang dirugikan. Dan lebih penting, jangan sampai ketahuan. Boro-boro dikenai rajam atau
sekadar dikucilkan, dengan bangga pelaku zina mem-videokan adegan vulgarnya.
Melarang atau Merangsang?
Negara wajib melindungi warganya. Tapi, bukannya melarang, malah merangsang mereka
menjadi penikmat syahwat. Memblokir situs porno hanya sebatas niat. Baru sejenak sudah jebol lagi.
Bahkan dipelopori jajaran pejabat sendiri (ingat kasus anggota DPR yang ketahuan mengakses situs
porno saat sidang?).
Juga, tidak pernah bersedia menghukum berat para pelaku zina. Bagaimana pelaku zina akan
kapok, kalau ketahuan justru dinikahkan? Jangan heran jika kita membaca berita, tiap hari selalu ada
episode-episode anyar video-video mesum amatir dengan aktor-aktris muda-mudi yang dimabuk
asmara, pelajar kurang ajaran, atau pasangan selingkuh.
Sekali lagi, negara justru menggelontorkan kebijakan yang memperlonggar perzinaan. Media
massa, novel, komik, iklan, lukisan, sinetron, film, foto, lagu dan tayangan realty show bertema cabul
pun bebas beredar. Tidak akan dibredel tanpa protes massal dari masyarakat. Pelacuran, eksploitasi
aurat perempuan, dan tempat-tempat hiburan yang menjajakan syahwat, dibiarkan. Tidak akan ditutup
asal menyumbang pajak.
Di sisi lain, negara membuat berbagai larangan untuk menyumbat penyaluran syahwat dengan
cara-cara legal. Usia pernikahan terus dinaikkan, biaya nikah dimahalkan dan syarat penikahan
diperketat. Termasuk, upaya pelarangan poligami sekalipun bagi mereka yang mampu.
Mungkin memang inilah yang diharapkan negara liberal ini: industri porno menggeliat, zina
dini meningkat, pemerkosaan berlipat, kehamilan di luar nikah tumbuh cepat, aborsi dipercepat, dan
lahirlah generasi-generasi bejat. Persis di Barat, yang kini di ambang kebinasaan. Akankah Republik ini
diam saja menunggu saat yang sama?
Menolak Agama
Fenomena di atas tentu bukan perkara remeh. Ke mana potret masyarakat Indonesia yang
religius dan bermoral? Kalau pejabat yang notabene sebagai teladan sudah sedemikian bejat moralnya,
bagaimana dengan generasi mudanya?
Anehnya, terhadap persoalan ini, tidak ada kecuali kalangan Islam-- yang menuding sistem
hidup sekuler-liberallah yang menjadi akar masalahnya. Padahal sistem inilah yang menyebabkan zina
merajalela. Sistem inilah yang mengajarkan pacaran dan pelacuran, pintu utama terjadinya perzinaan.
Sistem inilah yang memberhalakan materi, uang dan kenikmatan seksual.
Sistem ini jelas bertentangan dengan Islam yang mengharamkan zina karena merupakan
perbuatan keji dan munkar. Lebih dari itu, zina membawa mudharat pada masyarakat berupa
kerawanan sosial. Seperti merebaknya penyakit menular seksual, tingginya angka perceraian, hamil di
luar nikah, tidak jelasnya nasab dan juga tingginya angka aborsi.
Problem perzinaan ini hanya akan tuntas jika diterapkan sistem Islam. Sebab Islam tidak hanya
mengatur ibadah ritual, tapi juga memiliki seperangkat hukum untuk menjaga moral masyarakat. Siapa
yang akan berani berzina jika pelakunya didera hukuman cambuk atau dirajam hingga binasa? Itulah
keadilan Islam.
Sayangnya, ketika ideologi Islam yang dipeluk mayoritas penduduk negeri ini-- mengajukan
syariatnya sebagai solusi, malah dicap mengancam eksistensi negara, radikal, intoleran, bahkan
antipemerintah. Padahal Islam belum pernah diberi kesempatan memerintah negeri ini.
Sebaliknya, negara dengan setia menerapkan sekulerisme, padahal sekulerisme itu sendirilah
yang melahirkan semua kebobrokan sosial ini. Dan kalau sistem ini tetap dipertahankan, tunggulah
kehancuran Republik Zina ini.(*)
ALINEA CAMPURAN
Sebenarnya teknik menulis artikel yang basic sudah diuraikan sebelumnya (apakah sudah Anda
praktikkan? Jangan cuma dibaca atau cuma ngasih jempol aja ya!!!) Namun begitu, menulis artikel
sebenarnya tidak juga terpaku pada pola seperti di atas: fakta-analisa-solusi/kesimpulan.
Ada banyak artikel yang ditulis bebas dengan mencampur secara bersamaan fakta dengan analisa dan
solusi sekaligus dalam alinea-alineanya. Saya menemukan di banyak media,cetak ataupun online.
Artikel seperti ini, cenderung mengalir, tidak kaku dan renyah (rempeyek kali,hehe...). Yang jelas, inti
dari artikel itu adalah menyampaikan gagasan/ide atau opini. Bagaimanapun struktur penulisannya, ide
dasarnya adalah bagaimana agar gagasan/ide/opini itu sampai kepada pembaca. Jadi, prinsipnya, jangan
takut untuk mulai menggoreskan kata.
Contohnya petikan artikel berikut:(salah satu penulis favorit saya yang renyah dalam menyampaikan
pesan):
Awas Bias Psikis Pemoge
Oleh Reza Indragiri Amriel*
(*Psikolog forensik, konsultan UNODC dan Indonesia Legal Roundtable, penerima Asian Public
Intellectual Fellowship)
THE new breakout! Slogan itu terpampang di halaman utama situs sebuah perusahaan raksasa
pembuat motor gede (moge). Pilihan kata breakout serta-merta berasosiasi dengan kebebasan,
pemberontakan, keberanian, bahkan kenekatan.
Teringat pula wajah Ustad Jefri AlBuchori (rahimakumullah) yang ternyata juga doyan
mengendarai motor gede. Tak terbantahkan bahwa pemilik motor gede adalah mereka yangber-jiwa
laki! moto minuman tonik yang iklannya juga dibintangi Uje, sapaan Ustad Jefri Al Buchori.
Tentu ada aksi-aksi luhur yangdilakukan para pemilik moge. Sayang, kendati saya pasti bias,
motor gede kadung memunculkan gelembung-gelembung memori yang kurang sedap. Mulai kelakuan
para pengendara motor gede (pemoge) yang arogan di jalan raya hingga peristiwa mengenaskan berupa
sejumlah kecelakaan lalu lintas yang menimpa pengusaha, ada juga politisi,dan seorang guru agama
(Uje).
Termasuk berita di Jawa Pos kemarin,di Jogjakarta seorang dokter pemoge masuk rumah sakit
setelah menabrak ambulans jenazah akibat menerobos lampu merah. Jika benar bahwa pecandu motor
gede adalah jiwa laki! barangkali kesukaan itu efek dari adrenalin dan endorfin. Adrenalin yang
mengalir deras membangkitkan sensasi tegang, waspada. Sementara endorfin yang membanjiri tubuh
mendatangkan perasaan gembira, sukaria.
Semua orang memiliki dua jenis hormontersebut. Bedanya hanya di dompet. Bagi yang
berkantong tipis,kombinasi adrenalin dan endorfin bisa dirasakan ketika melakukan demonstrasi
anarkistis dan dikejar-kejar polisi. Bagi yang koceknya lumayan berisi, jejeritan namun asyikbisa
dialami dengan menaiki roller coaster di Dunia Fantasi. Nah,yang pundi-pundinya tak lagi berbunyi
lantaran penuh sesak olehharta bisa menjajal tsunami adrenalin dan banjir bandang endorfinsaban
menunggangi motor gede.
Bagusnya, para pengguna motor gede disini tampil bersih dan rapi. Mereka kalangan
profesional kerah putih.Beda dengan komunitas yang sama di sejumlah negara Barat yang kebanyakan
berpenampilan liar seperti tak terurus, menenggak minuman keras, dan melakukan seks bebas.
Tapi, saya tidak percaya bahwa Ujejuga tengah tenggelam dalam sensasi hormonal pada
kecelakaan malamitu. Uje dikabarkan baru sakit. Adrenalin dan endorfinnya mungkin sudah lebih dulu
menyelinap ke balik kelambu, tak tahu-menahu perihal kejadian memilukan yang dialami Uje.
Hindsight Bias Uje juga bukan sosok semrawut.
Justru Uje adalah guru agama idaman: suara indah, banyak ayat dan hadis yang dihafalnya di
luar kepala,gaya ceramahnya memang beda, tampilan lahiriah pun memesona. Diafigur panutan. Uje,
bersama dengan ustad-ustad lain semisal AaGym dan Yusuf Mansur, laksana antitesis dari ulama
mestinya sudah lanjut usia. Ribuan umat yang membanjiri kediaman Uje, menyemut di Masjid
Istiqlal, danmembeludak di tempat Uje dimakamkan adalah bukti tak terbantahkan bahwa betapa
banyak orang yang hatinya tergerak oleh sang ustad.
Entah berapa kilometer per jam lajumotor gede Uje saat membentur pohon.Pastinya, saya
sempat terenyak betapa ukuran motor yang besar ternyata tidak lantas membuat pengendaranya lebih
tahan cedera. Andai itu terjadi pada motor berukuran kecil, sepertinya lebih masuk akal. Apalagi,
statistik menunjukkan bahwa jumlah kecelakaan motor jauh lebih banyak daripada kecelakaan
mobil.....(*/dst)
Catatan:
Ada juga yang mengatakan artikel model seperti ini mirip esay. Nah, Anda lebih suka gaya yang mana?
KUNCI AGAR ARTIKEL TAJAM TERPERCAYA
Tentang trik supaya artikel terasa menggigit sehingga menghentak kesadaran pembaca agar
menyetujui gagasan yang kita kemukakan, karena mengungkapkan fakta yang kuat, analisa yang
mendalam dan kesimpulan yang masuk akal.
Ada beberapa tips yang bisa diterapkan:
Tentang fakta, jangan menggunakan data/fakta yang bersifat umum atau global, gunakan data
konkrit yang paling baru, paling ironis, paling miris, paling banyak, paling mengenaskan, dsj:
Contoh: Akhir-akhir ini telah terjadi banyak kecelakaan lalulintas yang melibatkan anak di
bawah umur. Jumlah ini meningkat dibanding tahun lalu yang bisa dibilang baru sedikit. (Pernyataan
ini sangat umum dan dangkal, karena tidak disertai dengan fakta dan data. Seharusnya langsung
sebutkan saja: Sepanjang 2013 ini, telah terjadi 500 kasus kecelakaan lalulintas yang melibatkan anak
di bawah umur 17 tahun. Data ini meningkat dibanding tahun lalu yang jumlahnya 200 kasus
(Republika, 10/10/13).
Untuk beberapa kasus, hindari kata sifat, lebih baik deskripsikan fakta itu dengan unsur
dramatisasi, sehingga mengandung human interest
Contoh: Anak kecil itu tewas setelah motor yang dikendarainya menabrak pohon asam.
(ukuran kecil itu kata sifat yang merupakan pernyataan bersifat umum, terlalu global. Ganti dengan:
Andi yang masih 10 tahun itu tewas setelah motor yang dikendarainya menabrak pohon asam. Bocah
kelas 4 SD itu tak tertolong meski dokter berusaha menyelamatkan nyawanya --> pembaca akan
menyimpulkan sendiri bahwa Andi anak kecil).
Tentang analisa, hindari kata mungkin/kemungkinan atau bisa jadi yang membuat analisa
meragukan.
Contoh: Maraknya seks bebas mungkin dipengaruhi oleh merebaknya tayangan porno.
(penulis seolah ragu untuk menyimpulkan bahwa penyebab seks bebas adalah tayangan porno. Nah,
supaya tidak ragu, sandingkan dengan data penunjang tentang hal itu).
Untuk menghasilkan analisa atau kesimpulan yang masuk akal, bisa dengan mengajak pembaca
bermain logika:
Contoh: Wacana pembubaran ormas yang melakukan aksi anarkis, tidak realistis. Apakah jika
ada oknum polisi yang melakukan aksi kekerasan, lantas dibubarkan institusi Polri? Sama halnya jika
ada kader parpol melakukan aksi anarkis, apakah parpolnya yang dibubarkan?
Tuduhan pesantren sebagai lembaga yang melahirkan teroris tidak masuk akal. Apalagi sampai
harus mengawasi kurikulumnya. Ketika ada lulusan Universitas Indonesia korupsi, tidak pernah ada
yang menyebut bahwa UI adalah produsen koruptor. Tidak ada wacana untuk mengawasi kurikulum
UI.
Untuk menghasilkan analisa dan kesimpulan yang masuk akal, bisa juga dengan menghadirkan
data-data pembanding:
Contoh: Kasus flu burung mendapat perhatian besar karena potensi penularannya. Meski baru
suspect, pasien harus dikarantina. Ini sangat berbeda perlakuan terhadap penderita HIV/Aids.
Bukannya dikarantina, orang dengan HIV/Aids (ODHA) malah diharuskan berbaur dengan masyarakat.
Nah, bagaimana agar kita memiliki kepekaan terhadap fakta, daya analisa yang kuat dan bisa membuat
kesimpulan yang masuk akal? Banyaklah membaca, berdiskusi, mengkaji dan menguji referensi
MEMILIH KOSA KATA
Menulis artikel sebaiknya menggunakan kosa kata populer, bukan ilmiah. Begitukah? Ya,
sebaiknya memang begitu, meski tidak juga mutlak. Penggunaan kata ilmiah boleh-boleh saja asal tepat
pemakaiannya, mudah dipahami dan memperkuat gagasan yang ingin disampaikan dalam artikel. Lalu
apa bedanya kosa kata populer dan ilmiah?
Perbedaannya, kira-kira seperti contoh berikut ini:
Ilmiah
kontradiksi
analogi
diskriminasi
prediksi
ambigu
Populer
pertentangan
kiasan
perbedaan perlakuan
ramalan
plin-plan
Terkadang, kata populer juga apa yang umum dipakai masyarakat, bahkan bahasa gaul, meski berbeda
dengan ketentuan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia atau EYD. Contohnya berikut ini:
EYD
gelisah
sekira
alih-alih
kiai
salat
musala
Populer
galau
sekitar
jangankan
kyai
sholat
musala
Tapi ingat, beberapa media memiliki kesepakatan tersendiri soal pemilihan kosa kata. Ada yang tetap
berpatokan pada EYD meski tidak populer, ada yang lebih memilih mengikuti kebiasaan masyarakat.
Semisal kata sholat, kyai, mushola, dll di atas.
Lalu bagaimana dengan kalimat yang cenderung sastrawi atau deskriptif, apakah boleh untuk penulisan
artikel populer? Tidak masalah, asal mudah dipahami dan tepat penggunaannya. Juga, tetap
mengedepankan prinsip kalimat efektif alias hemat kata. Sebab, biasanya pembuatan kalimat sastrawi
cenderung boros kata dibanding kosa kata lugas. Padahal artikel terbentur batasan jumlah karakter.
Contohnya berikut ini
Populer
Sastrawi/deskripsi
menangis
tersenyum
Biasanya, kata populer cocok untuk tulisan nonfiksi, sedangkan deskripsi cocok untuk tulisan fiksi.
FACK NEWS
Menulis artikel populer harus selalu menyertakan fakta atau mengaitkannya dengan fakta terbaru. Ini
yang disebut fack news. Dalam bahasa makalah, disebut latar belakang. Artinya, tulisan tersebut
memang harus dibuat dalam rangka mengritisi isu atau fakta yang sedang hangat diperbincangkan.
Bukan ujug-ujug alias tiba-tiba menulis saja tema yang dipilih, tanpa ada cantolan faktanya. Itu yang
membuat artikel menarik dan layak dibaca. Juga, berpeluang dimuat media.
Contohnya, jika hari ini (saat tulisan ini diposting) kita menulis tentang jilbab, menjelaskan definisi
yang benar dan hujahnya, sangat pas karena masalah jilbab sedang hangat diperbincangkan di tengah
pro-kontra kebijakan jilbab di Polri. Jika hari ini kita mewacanakan mata uang dinar dan dirham yang
tahan guncangan nilai tukar, juga pas karena ada cantolan fakta berupa terpukulnya rupiah oleh dolar
AS.
Tapi, jika hari ini tiba-tiba kita menulis tentang tema haramnya pernikahan dengan sesama jenis
misalnya, apa cantolan faktanya? Apakah ada berita yang menjadi perbincangan tentang itu saat ini?
Demikian pula jika kita tiba-tiba menulis tentang ekonomi syariah membawa berkah, adakah cantolan
faktanya? Kalau tidak ada, bisakah dicari atau diciptakan isu terkait itu? Kalau tidak bisa, tunggu
sampai momennya tiba. Itulah pentingnya kita memonitor/tatabu berita setiap hari di media massa.
SPEED
Menulis artikel dibutuhkan kecepatan. Apalagi jika memilih isu aktual. Trending topic bisa berganti
dalam hitungan hari atau bahkan jam. Isu hari ini, segera tanggapi hari ini juga. Kecuali untuk isu-isu
besar, bisa bertahan agak lama.
Isu apa saja yang menjadi perbincangan, bisa kita kelompokkan menjadi tiga: isu lokal, isu nasional
dan isu internasional. Nah, sebaiknya kita membidik sasaran media sesuai isu yang kita angkat. Jika
tema yang kita angkat hanya menjadi isu tingkat lokal, kirimkan artikel ke media lokal setempat saja.
Jika isu nasional atau internasional, barulah kita kirim ke media mana saja: lokal, nasional maupun
internasional.
TIPS UNTUK PEMULA
Bagi penulis yang baru merintis karier, kecepatan kerap menjadi kendala. Tulisan belum kelar, isu
sudah berganti. Saat tulisan kelar, isu sudah basi. Bagaimana mengatasinya? Belajar menulis teragenda.
Menulislah dengan mengambil moment-moment tertentu yang abadi, seperti mengikuti peringatan harihari besar nasional, internasional maupun hari besar keagamaan.
Januari ada tema tahun baru. Februari ada tema Valentine'Day. Maret ada hari
Demikian, semoga tips-tips di atas membuat semangat Anda untuk menulis menyala-nyala. Dan
terpenting segera action! Menulis itu mudah, yang sulit adalah memulainya.
Salam, selamat menulis!
Semoga sukses melahirkan karya yang mengguncang dunia!
Asri Supatmiati
Disampaikan pada training Pendidikan Kader Ulama (PKU) Majelis Ulama Indonesia, 30
November 2014
Lampiran:
Daftar Hari Besar Nasional dan Internasional
No
Tanggal
1
2
3
4
5
6
7
1 Januari
5 Januari
25 Januari
25 Januari
9 Februari
1 Maret
6 Maret
Keterangan
Hari Perdamaian Dunia
HUT Korps Wanita Angkatan Laut
Hari Gizi
Hari Kusta Internasional
Hari Pers Nasional
Hari Kehakiman Indonesia
Hari Kostrad
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
34
35
36
37
38
39
40
41
42
43
44
45
46
47
48
49
50
51
52
53
54
55
8 Maret
10 Maret
23 Maret
30 Maret
1 April
6 April
7 April
9 April
19 April
21 April
24 April
27 April
1 Mei
2 Mei
5 Mei
8 Mei
11 Mei
17 Mei
20 Mei
31 Mei
1 Juni
3 Juni
5 Juni
21 Juni
22 Juni
24 Juni
29 Juni
1 Juli
5 Juli
9 Juli
12 Juli
22 Juli
23 Juli
8 Agustus
10 Agustus
14 Agustus
17 Agustus
18 Agustus
19 Agustus
21 Agustus
24 Agustus
1 September
4 September
8 September
8 September
9 September
11 September
17 September
24 September
56
57
58
59
60
61
62
63
64
65
66
67
68
69
70
71
72
73
74
75
76
77
78
79
80
81
Alamat Media
Alamat-alamat email redaksi koran, majalah, jurnal yang menerima kiriman cerpen:
(sebagian mungkin berubah, tergantung perkembangan media bersangkutan)
1. Republika
sekretariat@republika.co.id
2. Kompas
opini@kompas.com, opini@kompas.co.id
3. Koran Tempo
ktminggu@tempo.co.id
4. Jawa Pos
dos@jawapos.co.id, editor@jawapos.co.id
5. Suara Merdeka
triwikromo@yahoo.com
6. Suara Pembaruan
koransp@suarapembaruan.com
7. Suara Karya
amiherman@yahoo.com
8. Jurnal Nasional
tamba@jurnas.com
9. Jurnal Bogor
donyph@jurnas.com
10. Seputar Indonesia
donatus@seputar-indonesia.com
11. Pikiran Rakyat
khazanah@pikiran-rakyat.com
12. Kedaulatan Rakyat
redaksi@kr.co.id
13. Sinar Harapan
redaksi@sinarharapan.co.id
14. Tribun Jabar
cerpen@tribunjabar.co.id
15. The Jakarta Post (English)
editorial@thejakartapost.com
16. Surabaya Post
redaksi@surabayapost.info
17. Lampung Post
lampostminggu@yahoo.com
18. Bangka Pos
redaksi@bangkapos.co.id
19. Riau Pos
redaksi@riauposonline.com, habeka33@yahoo.com
Biodata
Nama Lengkap
Nama Panggilan
Lahir
Status
Pendidikan
Aktivitas
Alamat Rumah
HP
Email Pribadi
Alamat Kantor
Email Kantor
: Menikah
: Sarjana
: Jurnalis
: Kota Bogor
: 08111157525
: asri.supatmiati@gmail.com/asrisupatmiati@yahoo.com
: Graha Pena Jl KH Abdullah bin Muh. Nuh No 30
Taman Yasmin Bogor
Telp: 0251-7544001-7 Faks: 0251-7544008
:redaksi@radarbogor.com/radarbogor@yahoo.com
Prestasi:
- Juara 2 Lomba KTI Bumiputera tahun 2002
- Juara 1 Lomba KTI Merpati Nusantara Airlines 2003
- Juara Harapan Lomba KTI HUT Telkomsel 2004
- Juara 2 Lomba KTI BNI Syariah 2004
- Juara Harapan Lomba KTI HUT Telkomsel 2005
- Juara 2 Lomba KTI HUT Telkomsel 2006
- Juara 3 Lomba KTI HUT Telkomsel 2007
- Juara 3 Lomba KTI HUT Telkomsel 2008
- Juara 3 Lomba KTI PT Unilever 2008
- Juara 2 Lomba KTI PT XL 2008
- Juara Favorit KTI Jasa Raharja 2011
Buku:
- The World of Me (GIP, 2005)
- Married: Siap Apa Pengin (Al-Azhar Press, 2005)
- Bersiap Jadi Ibu (Al-Azhar Press, 2005)
- Ukhti, Mengapa Enggan Berbagi? (Al-Azhar Press, 2005)
- Cewek Buka-bukaan (Dar! Mizan 2006)
- Cewek Ngomongin Virgin (GIP, 2007)
- Indonesia Dalam Dekapan Syahwat (AlPen Prosa Publishing House, 2007)
- Romantika Indahnya Ibu Ideologis (Al-Azhar Press 2012)
- Ketika Pelaminan Tak Lagi Menawan (Al-Azhar Press 2012)
- The True Hijab (Mozaik 2012)
- Warna-warni Muslimah (Al-Azhar Press 2014)
Training Specialis:
- Jurnalistik
- Teknik Penulisan Artikel
- Teknik Kehumasan
- Menulis Buku dll
- Training Keislaman
- Training Remaja